60
BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada tahun 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 telah membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata 200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan swasta. Pertumbuhan luas areal yang pesat kembali terjadi pada lima tahun terakhir, yakni periode 1999-2003, dari 2,96 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar pada 2003, yang berarti terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata lebih dari 200 ribu hektar setiap tahunnya. Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 1979/1980 seluas 289.526 Ha dan hanya diusahakan dalam bentuk usaha perkebunan besar, kemudian berkembang sampai 5.972 Ribu Ha pada tahun 2006 setidaknya merupakan gambaran keberhasilan kebijakan pemerintah di sektor bersangkutan dalam percepatan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Berikut adalah tabulasi mengenai perkembangan luas areal dan produksi TBS perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Berdasarkan pengusahaannya:
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 1.1. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Berdasarkan Pengusahaannya Luas Areal (Ha) Tahun Perkebunan Perkebunan Perkebunan Besar Rakyat Besar Negara Swasta 1980 6.370,00 199.194,00 83.963,00 1990 360.537,00 236.602,00 529.538,00 1998 890.506,00 556.640,00 2.113.050,00 1999 1.041.046,00 576.999,00 2.283.757,00 2000 1.166.758,00 588.125,00 2.403.194,00 2001 1.561.031,00 609.943,00 2.542.457,00 2002 1.808.424,00 631.566,00 2.627.368,00 2003 1.854.394,00 662.803,00 2.766.360,00 2004 1.904.943,00 674.865,00 2.821.705,00 2005 1.917.038,00 676.408,00 2.914.773,00 2006 2.120.338,00 696.699,00 3.141.802,00 Sumber : BPS Indonesia, 2007
Total Nasional 289.256,00 1.126.677,00 3.560.196,00 3.901.802,00 4.158.077,00 4.713.431,00 5.067.358,00 5.283.557,00 5.401.513,00 5.508.219,00 5.958.839,00
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) perkebunan kelapa sawit pada kurun waktu 1998-2006 berdasarkan pengusahaannya dapat ditunjukkan dalam tabulasi data dan grafik sebagai berikut: Tabel 1.2. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit pada Tahun 1998-2006 Berdasarkan Pengusahaannya Tahun
Perkebunan Rakyat 1998 1.344.569,00 1999 1.547.881,00 2000 1.905.653,00 2001 2.798.032,00 2002 3.426.739,00 2003 3.517.324,00 2004 3.745.264,00 2005 3.873.677,00 2006 4.189.000,00 Sumber : BPS Indonesia, 2007
Produksi TBS (Ton) Perkebunan Perkebunan Besar Negara Besar Swasta 1.501.747,00 3.084.099,00 1.468.949,00 3.438.830,00 1.460.954,00 3.633.901,00 1.519.289,00 4.079.151,00 1.607.734,00 4.587.871,00 1.750.651,00 5.172.859,00 2.013.130,00 6.466.132,00 2.158.684,00 7.079.579,00 2.343.000,00 7.668.000,00
Total Nasional 5.930.415,00 6.455.660,00 7.000.508,00 8.396.472,00 9.622.344,00 10.440.834,00 12.224.526,00 13.111.940,00 14.200.000,00
Universitas Sumatera Utara
62
Gambar 1.1. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Tahun 1998 2006 Berdasarkan Pengusahaannya Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak penjajahan Belanda. Komoditi hasil perkebunan yang paling penting di Sumatera utara saat ini antara lain Sawit, Kopi, Cokelat dan Tembakau. Luas tanam kebun Kelapa Sawit rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 372.153,00 Ha dengan produksi 4.895.830,11 ton TBS (Tandan Buah Segar) Kelapa Sawit. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Sumatera Utara. Di daerah ini terdapat sebesar 132.670 Ha kebun Sawit rakyat atau 35,65 % dari seluruh perkebunan Kelapa Sawit rakyat Sumatera utara seperti disajikan dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 1.3. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten Tahun. 2004-2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kabupaten Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batubara Padang Lawas Utara Padang Lawas Total 2006 2005 2004
TBM
Luas Tanaman (Ha) TM
TTM
Produksi TBS (Ton)
JLH.
-
-
-
-
-
5,708.00 16,167.50 1,001.00 17,5 152.00 8,192.00 9,92415 1,650.35 41.00 330.00 3,803.00 4,078.00 -
8,367.50 50,394.50 1,258.00 2.50 607.00 124,478.00 49,660.60 24,038.90 92.00 867.00 9,751.40 36,311.00 -
1,010.00 17.50 10.00 1,413.00 59.00 305.77 1,035.00 -
14,075.50 67,572.00 2,259.00 37.50 769.00 132.670,00 60997,75 25748,25 133 1197 13860,17 41424 -
176.353,80 827.320,69 24.140,98 3,87 11.243,62 1.703.156,00 797.129,98 490.304,27 739,00 16.661,00 177.267,80 534.762,00 -
194.00 306.68 1,859.00 -
153.00 1,202.15 7,646.00 -
49.00 -
396 1508,83 9505 -
325,10 12.648,00 123.774,00 -
53.424,18 51,262.19 40,149.21 47,593.64
314.829,55 308.606,92 262.877,35 193.191,60
3.899,27 3.226,25 3.187,37 2.315,50
372.153,00 363.095,36 314.213,93 243.100,74
4.895.830,11 4.486.478,73 4.167.262,98 3.132.124,29
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2007
Harga Produk pertanian terutama yang berkaitan dengan kebutuhan pokok banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat baik secara sosial maupun secara politik. Dalam menganalisis kondisi pasar kebutuhan pokok, sebagai produk pertanian diperlukan metode yang mampu menggambarkan situasi yang mendekati kenyataan. Apabila kita mampu menggambarkan analisis sesuai yang diharapkan
Universitas Sumatera Utara
64
maka kita dapat melakukan analisis lebih lanjut tentang kebijakan apa yang perlu atau yang mempengaruhi kondisi tersebut. Intervensi atau berbagai kebijaksanaan perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan dan mengatur perdagangan berbagai komoditi tujuan agar perekonomian dapat berjalan lebih sesuai harapan atau sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi suatu negara. Analisis harga merupakan suatu metodologi yang perlu dikuasai untuk menganalisis bagaimana pasar bergerak dan bagaimana intervensi yang dapat dilakukan. Hal ini menyangkut seluruh pelaku di pasar. Secara umum harga dibidang petanian, akan mempengaruhi beberapa agen ekonomi : produsen dan konsumen serta masyarakat secara luas. Secara teoretis, harga akan mempengaruhi berbagai aspek melalui : a. Harga mempengaruhi pembentukan pendapatan. b. Harga mempengaruhi kesejahteraan (produsen dan konsumen) c. Harga
mempengaruhi
pendapatan
ekspor
(export
earning)
karena
perdagangan memberlakukan tarif antarnegara termasuk berbagai ketentuan WTO (World Trade Organization) d. Harga akan menyebabkan fluktuasi pendapatan e. Harga akan menyebabkan fluktuasi produk pertanian (Anindita, R. 2008) Pada awal tahun 2002 harga rata - rata tandan buah segar (TBS) mencapai Rp 400 per kilogram. Pada akhir tahun 2002 sampai awal tahun 2003 harga TBS di tingkat petani mencapai lebih Rp 600 per kilogram. Meningkatnya harga TBS itu
Universitas Sumatera Utara
65
dipengaruhi oleh membaiknya harga CPO di bursa minyak nabati dunia di Rotterdam, Belanda. Pada awal tahun 2003 harga minyak sawit dunia mengalami fluktuasi harga akibat krisis di Timur Tengah, namun harga komoditas kelapa sawit di pasar dunia terus berada di atas 420 dollar AS per metrik ton. Kenaikan harga ini diperkirakan tidak terlepas dari berkembangnya pasar minyak sawit, terutama dinegara-negara berkembang. Dengan kata lain, minyak sawit masih mempunyai prospek kedepan. Harga CPO di dalam negeri sangat ditentukan oleh keadaan harga di Kualalumpur dan Rotterdam. Harga CPO di Rotterdam sangat terkait dengan situasi permintaan dan penawaran minyak kedelai sebagai bahan substitusi penting minyak goreng asal kelapa sawit. Produk akhir yang paling menentukan gejolak harga dalam industri kelapa sawit adalah harga minyak goreng. Harga minyak goreng merupakan acuan utama bagi harga CPO, selanjutnya harga CPO merupakan acuan utama bagi harga TBS.
Universitas Sumatera Utara
66
Gambar 1.2. Harga Riil dan Nominal CPO di Rotterdam (US$/kg) Tingkat harga TBS pada tahun 2002 dan 2003 dapat dikatakan relatif tinggi dibandingkan harga CPO FOB. Selain itu, indeks K yang berada di atas 78,50% (batas indeks K minimal) mendorong bagian harga yang diterima petani relatif tinggi. Harga di pasar dunia dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak kedelai di pasar Chicago, serta merosotnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Selain itu, kinerja pengembangan kelapa sawit nasional semakin baik. Pada tahun 2003 diperkirakan jumlah volume produksi meningkat kurang lebih mencapai 10 persen. Dari tiap metrik ton CPO yang berharga 440 dollar AS per metrik ton, pengusaha sawit nasional dapat memperoleh keuntungan sekitar Rp 143 per kilogram. Dibawah ini dapat dilihat perkembangan harga TBS serta bagian harga yang diterima petani di
Universitas Sumatera Utara
67
Sumatera Utara tahun 2003 dan 2004 yang dijabarkan dengan harga bulanan, dimulai dari bulan Januari 2002 sampai dengan bulan Desember 2003. Tabel 1.4. Perkembangan Harga TBS dan Bagian Harga Yang Diterima Petani Sumatera Utara No
Bulan
Rendemen
Hcpo Rp/kg
His Rp/kg
Tahun 2002 1 Januari 0.79 2,748.26 1,381.81 2 Februari 0.79 2,853.54 1,265.54 3 Maret 0.79 2,719.33 1,170.97 4 April 0.79 2,681.22 1,276.96 5 Mei 0.79 2,770.30 1,353.14 6 Juni 0.79 3,013.90 1,365.75 7 Juli 0.79 3,080.86 1,384.83 8 Agustus 0.79 3,189.96 1,408.82 9 September 0.79 3,070.50 1,344.84 10 Oktober 0.79 3,058.21 1,311.17 11 Nopember 0.80 3,213.44 1,446.54 12 Desember 0.80 3,322.98 1,498.02 Tahun 2003 13 Januari 0.80 3,493.66 1,583.80 14 Februari 0.80 3,499.23 1,589.44 15 Maret 0.80 3,342.56 1,470.47 16 April 0.79 3,173.76 1,333.46 17 Mei 0.79 3,101.13 1,240.72 18 Juni 0.79 3,162.86 1,249.35 19 Juli 0.79 3,069.05 1,251.80 20 Agustus 0.79 3,014.25 1,251.12 21 September 0.79 3,107.02 1,309.18 22 Oktober 0.79 3,337.51 1,476.15 0.80 3,771.57 1,703.12 23 Nopember 24 Desember 0.81 3,739.93 1,795.62 Sumber: Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2004.
Htbs Rp/kg
Konversi Htbs
Share (%)
465.20 485.98 461.88 459.82 479.64 518.00 526.30 548.32 527.56 522.81 555.44 579.73
2,326.00 2,429.90 2,309.40 2,299.10 2,398.20 2,590.00 2,631.50 2,741.60 2,637.80 2,614.05 2,777.20 2,898.65
84.64 85.15 84.93 85.75 86.57 85.94 85.41 85.94 85.91 85.48 86.42 87.23
606.55 605.20 576.67 540.22 526.43 538.92 518.80 510.31 529.26 576.59 568.42 660.54
3,032.75 3,026.00 2,883.35 2,701.10 2,632.15 2,694.60 2,594.00 2,551.55 2,646.30 2,882.95 2,842.10 3,302.70
86.81 86.48 86.26 85.11 84.88 85.20 84.52 84.65 85.17 86.38 75.36 88.31
di
Dari berbagai aspek ekonomi, harga merupakan salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian. Pentingnya harga terutama ditingkat petani produsen
Universitas Sumatera Utara
68
(dengan tetap melindungi konsumen), dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara melalui kebijakan intervensi. Secara umum tujuan kebijakan pemerintah di bidang harga adalah untuk mencapai salah satu atau kombinasi dari beberapa hal berikut : (1) membantu meningkatkan pendapatan petani, (2) melindungi petani kecil untuk tetap memiliki insentif, (3) mengurangi ketergantungan impor, (4) menurunkan ketidakstabilan harga dan pendapatan petani, dan (5) memperhatikan daya beli konsumen agar kebutuhan pangan penduduk terpenuhi. Beberapa instrument kebijakan harga dalam rangka melindungi petani produsen yang umum dilakukan pemerintah adalah melalui (1) penetapan harga tertinggi-terendah dan atau harga pembelian pemerintah, (2) penetapan waktu dan atau volume impor, (3) pengaturan volume stock (cadangan) pemerintah dan pelepasan stock ke pasar, dan (4) penetapan larangan ekspor. Dari uraian di atas terlihat bahwa aspek harga dan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani merupakan salah satu elemen penting dalam ekonomi. Terkait dengan hal tersebut maka analisis harga menjadi hal penting guna perumusan kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi serta membuat peramalan harga kedepan.
Universitas Sumatera Utara
69
3.2. Perumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apakah terdapat hubungan saling mempengaruhi antara Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan harga Minyak Goreng di Sumatera Utara. 2. Apakah terdapat hubungan saling mempengaruhi antara Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan Nilai Tukar $ US di Sumatera Utara. 3. Apakah terdapat hubungan saling mempengaruhi antara Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan Harga Minyak Kelapa di Sumatera Utara.
3.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan saling mempengaruhi antara Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan harga Minyak Goreng di Sumatera Utara. 2. Mengetahui hubungan saling mempengaruhi antara Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan Nilai Tukar $ US di Sumatera Utara. 3. Mengetahui hubungan saling mempengaruhi antara Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan Harga Minyak Kelapa di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
70
3.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan terkait dengan upaya perumusan kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS). 2. Sebagai informasi bagi petani, dan instansi-instansi yang terkait dalam rangka
pengembangan komoditas perkebunan khususnya kelapa sawit. 3. Sebagai informasi bagi penulis dalam menambah wawasan serta melatih
kemampuan analisis dalam memecahkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang terjadi 4. Sebagai informasi bagi pembaca yang tertarik serta sebagai bahan pertimbangan
dan referensi peneliti lainnya untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara