BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 1.1.1
Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam
budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang sosialis, berbagai hasil karya seni kerajinan tangan, seni tari, serta banyak terdapatnya bangunan bersejarah seperti candi-candi dan bangunan bekas kolonial. Kota Yogyakarta juga dapat dikatakan sebagi salah satu kota percontohan seni di Indonesia, khususnya dalam bidang karya seni rupa, dimana setiap karya yang dihasilkan memiliki ciri serta keunikannya tersendiri. Melalui bidang seni rupa ini diharapkan dapat menumbuhkan berbagai kreasi atau ide-ide baru dalam berbagai bidang karya seni maupun untuk mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai seni yang sudah ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyeimbangkan antara pelaku seni, sarana dan prasarana, infrastruktur atau institusi yang sudah ada atau belum terbentuk. Semuanya ini dapat tercapai tergantung dari kerja sama masing-masing peran dan fungsi yang terkait dalam bidangnya seperti museum, galeri, pengamat/kritikus, media massa serta lembaga pendidikan seni. Dalam perkembangannya saat ini kota Yogyakarta telah mampuh menunjukan kepada dunia luar bahwa “dirinya” mempunyai potensi dalam bidang karya seni, baik itu karya seni tradisional maupun karya seni modern. Hal ini
1
dapat dilihat dengan adanya berbagai galeri seni, workshop maupun toko-toko yang memamerkan dan menjual berbagai macam hasil karya seni rupa dalam bentuk souvenir ataupun handycraft. Disamping itu juga industri karya seni rupa ini memiliki potensi yang besar, serta mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung perekonomian kota Yogyakarta, seperti perannya dalam memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan peningkatan taraf hidup masyarakat setempat. Tabel 1.1 Prosentase Minat Wisatawan Terhadap Jenis Kerajinan Seni Di Yogyakarta Presentasi NO.
Jenis Kerajinan
Minat
Wisatawan (%)
1.
Kerajinan Batik
56,05%
2.
Kerajinan Perak
35,21%
3.
Lukisan
30,92%
4.
Kerajinan Kayu, Rotan dan Bambu
22.21%
5.
Kerajinan Keramik
16,82%
6.
Kerajinan Kulit
14,57%
Sumber: Arsip Dinas Pariwisata Propinsi D.I.Y, 2000.
Dilihat dari segi prosentase minat wisatawan dan prosentase pengeluaran wisatawan terhadap karya seni di Yogyakarta yang sangat tinggi maka pemerintah D.I. Yogyakarta merencanakan perkembangan sektor industri kerajinan seni1 dengan rencana dan strategi pengembangan, yaitu: A. Rencana penambahan jumlah galeri seni dan toko cenderamata sebanyak 21 buah secara bertahap.
1
Dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, PPPPUGM Tahun 1999
2
B. meningkatkan kerja sama yang baik antara pengusaha galeri seni atau toko cenderamata dengan komponen pelaku industri pariwisata. Pemerintah Daerah Istimewah Yogyakarta memiliki tekat untuk mempertahankan kota Yogyakarta sebagai Pusat Kerajinan Rakyat2. Hal ini sangat menguntungkan bagi sektor industri karya seni, karena mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dalam hal penanganannya serta perkembangannya. Di bawah bimbingan pemerintah setempat industri karya seni mengalami kemajuan yang cukup pesat, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai hasil karya seni yang dihasilkan oleh masyarakat seperti ; cabang industri seni rupa (misalnya seni ukir kayu dan batu, lukisan dan kaligrafi), cabang seni kerajinan industri aneka (misalnya kerajinan kulit dan batik), cabang seni kerajinan rumah tangga (misalkan kerajinan anyaman dan gerabah), dan cabang industri logam serta kimia yang meliputi kerajinan perak, aluminium dan kuningan. Selain itu kemajuan dalam seni kerajinan ini juga didukung oleh predikat kota Yogyakarta sendiri sebagai kota pendidikan, kota seni dan kota budaya. Kehadiran sebuah galeri seni rupa di kota Yogyakarta sangat diperlukan, karena merupakan salah satu faktor penting dalam melestarikan, mengembangkan dan bahkan mempertahankan kelangsungan hidup karya seni rupa dan budaya kota Yogyakarta. 1.1.2
Galeri Seni Rupa Sebagai Wadah Kegiatan Karya Seni Rupa Galeri seni rupa di Indonesia muncul dan berkembang setelah setiap
kegiatan pameran seni rupa mulai diperlakukan atau diperkenalkan sebagai ajang perniagaan (perdagangan antara barang dan jasa). Munculnya pendapat bahwa 2
Yang tercantum dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY.
3
karya-karya seni rupa dapat menjadi investasi pada masa depan, juga merupakan salah satu pengaruh yang membawah dampak sangat besar dalam pertumbuhan galeri seni di Indonesia (era 1930-an). Dalam dekade 1990-an terjadi perkembangan yang fenomenal dalam dunia seni rupa di Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya karyakarya seni yang dibahasakan melalui berbagai medium yang berbeda sebagai alternatif dari media yang biasa digunakan. Oleh karena itu seniman muda lebih mempunyai ruang dan kesempatan dalam bereksplorasi di luar media konvensional, serta pendekatan artistik dan estetika juga bervariasi baik secara teknis maupun dari sisi konsepsinya yang digabungkan dengan elemen-elemen dari seni lain seperti bunyi. Hal ini melahirkan satu aliran seni baru yang disebut seni rupa kontemporer, makin bertambahnya ketertarikan seniman mudah karena mereka bebas mengekspresikan ide-ide yang ada dalam bentuk karya seni. Daerah Yogyakarta terdapat kurang lebih 25 buah galeri seni dengan pertumbuhan seniman yang semakin besar yang mencapai 20% setiap tahunnya3 (lihat tabel 1.2). berarti semakain bertambah juga hasil karya seni yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada salah satu galeri seni yang ada di Yogyakarta yaitu Taman Budaya dengan jumlah seniman seni rupa kurang lebih 81 orang4 yang telah terdaftar dan aktif dalam melakukan pameran selain itu masih banyak seniman muda yang belum terdaftar tetapi sudah pernah melakukan pameran secara gabungan atau kelompok maupun secara tunggal.
3 4
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan D.I.Y Arsip Taman Budaya.
4
Tabel 1.2 Jumlah Kegiatan Dalam Bidang Seni Di Yogyakarta NO
Jenis Kegiatan
Jumlah
1
Galeri Seni
25 Buah
2
Museum
10 Buah
3
Sangar Seni Tari
18 Buah
4
Organisasi/lembaga Seni
31 Buah
Sumber: Arsip Dinas Kebudayaan Yogyakarta, 2006.
Pertumbuan galeri seni sekarang ini dapat diangap positif, bila untuk membuktikan bahwa bidang seni di Yogyakarta mengalami kemajuan yang pesat, dimana memacu pertumbuhan atau kelahiran karya seni secara kuantitas. Tetapi dibalik aktivitas galeri seperti itu tersimpan dampak negatif pada perkembangan seni itu sendiri. Misalnya dengan adanya ketergantungan seorang seniman pada galeri seni membuat dirinya tidak mempunyai nilai tukar yang baik, terutama bagi seniman kelas menengah dan pemula. Seniman seakan-akan tidak dapat keleluasan untuk bercakap dengan tamunya atau pengunjung ini merupakan hal yang ekstrim betapa berkuasanya galeri atas seniman. Berdasarkan hasil survey dan pengamatan yang dilakukan memang banyak terdapat galeri seni di Yogyakarta, tetapi setiap galeri yang ada belum dapat mewadahi setiap kegiatan pameran baik dalam skala kecil maupun besar. Setelah dilakukan pengamatan dan perbandingan antara beberapa galeri yang ada di Yogyakarta, maka ditemukan beberapa permasalahan arsitektural, yaitu: A. Permasalahan mengenai image atau citra dari galeri seni yang sudah ada belum dapat mencerminkan fungsi/kegiatan yang berlangsung di dalamnya.
5
B. Kapasitas ruang pameran yang belum dapat menampung sepenuhnya kegiatan yang ada (terutama pameran dalan skala besar). C. Kualitas dan hubungan antar ruang pamer serta pola sirkulasi yang kurang terprogram dengan baik. Hal ini menyebabkan faktor-faoktor pendukung ruang sering terabaikan, seperti: pencahayaan dan penghawaan baik secara alami maupun buatan. D. Kurangnya sarana dan pra sarana pendukung yang tidak memadahi seperti area parkir, tempat bongkar muat, dan lain-lain. E. Posisi letak bangunan yang kurang mendukung/strategis bagi kegiatan pameran yang bersifat komersial. Dengan melihat potensi wisata dan potensi karya seni di D.I. Yogyakarta serta beberapa kekurangan di atas,
maka muncul suatu ide gagasan untuk
menciptakan sebuah fasilitas berupa galeri seni rupa yang dapat mewadahi setiap kegiatan pameran yang dimaksud dan juga dapat memberikan kenyamanan kepada para pengunjung pameran, sehingga mereka lebih leluasa dalam menikmati setiap hasil karya seni yang dipamerkan (faktor sirkulasi dan orientasi yang jelas sangat dibutuhkan, agar dapat menjelaskan keberadaan pengunjung di dalam ruang pameran). Dan juga sebagai ajang penjualan atau promosi para seniman untuk dapat meningkatkan usahanya dan mempermudah para wisatawan untuk memperoleh berbagai karya seni/cenderamata yang diinginkan. Disamping semuanya itu juga memiliki tujuan untuk mempertahankan dan mendukung kota Yogyakarta sebagai kota yang kaya akan budaya, seni dan tradisi.
6
1.2
Rumusan masalah Bagaimana merancang Galeri Seni Rupa di Yogyakarta yang dapat mewadahi
berbagai jenis dan ukuran karya seni rupa, dengan pemanfaatan cahaya alami secara langsung dan tidak langsung pada ruang pameran sebagai elemen pembentuk suasana dan pengalaman ruang. 1.3
Tujuan Merancang Galeri Seni Rupa di Yogyakarta yang dapat mewadahi berbagai jenis
dan ukuran karya seni rupa, dengan pemanfaatan cahaya alami secara langsung dan tidak langsung pada ruang pameran sebagai elemen pembentuk suasana dan pengalaman ruang. 1.4
Sasaran A. Melakukan studi tentang seni rupa beserta jenis-jenisnya. B. Melakukan studi tentang Galeri Seni dan Museum di Yogyakarta. C. Melakukan studi tentang Yogyakarta. D. Melakukan studi tentang prinsip-prinsip pencahayaan alami secara langsung dan tidak langsung. E. Melakukan studi tentang pola sirkulasi galeri seni.
1.5
Lingkup A. Seni rupa berbagai jenis meliputi/dibatasi pada seni rupa lukisan, ukir patung/pahat, kaligrafi, dan kontemporer. B. Galeri seni di Yogyakarta dibatasi pada galeri seni yang dapat menampung berbagai jenis pertunjukan seni rupa. C. Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk bangunan tersebut.
7
D. Prinsip-prinsip pencahayaan alami dibatasi pada material dengan sifat refleksi yang baik untuk lantai, dinding dan langit-langit/plafon untuk Galeri Seni. E. Pola sirkulasi Galeri Seni yang jelas dan dapat berfungsi sebagai pengarah dalam bangunan tersebut. 1.6
Metode A. Wawancara Ditujukan pada seniman di Yogyakarta, Kantor Dinas Kebudayaan DIY, Pengelola galeri seni di Yogyakarta. B. Observasi Pengamatan langsung pada pameran seni rupa di Galeri Seni Cemeti, Taman Budaya, Museum Affandi, Jogja Galeri dan V-art Gallery. C. Studi Pustaka/Literatur Mempelajari buku-buku tentang seni rupa, galeri seni dan pencahayaan alami. D. Studi Banding Melihat langsung bangunan sejenis yang terdapat di kota Yogyakarta (Galeri Seni Cemeti, V-art Gallery, Taman Budaya dan Jogja Gallery) serta dari pustaka.
1.7
Metode Menganalisa Data A. Kuantitatif Temuan-temuan dikombinasikan dengan angka-angka (numerik), contoh dari data jumlah pengunjung yang diperoleh di Galeri Seni Cemeti dan Taman Budaya, selanjutnya dirangkum dan diolah dalam bentuk tabel
8
B. Kualitatif Temuan-temuan dikombinasikan secara naratif (menggunakan kata-kata), contoh dari data survey yang diperoleh dijabarkan dalam bentuk tulisan seperti berdasarkan hasil survey agenda pameran dalam setahun, maka diperoleh data bahwa setiap galeri seni yang ada di Yogyakarta memiliki dua jangka waktu pelaksanaan pameran yaitu pameran kecil rata-rata 3 sampai 10 hari dan pameran besar rata-rata 4 sampai 30 hari. 1.8
Metode Perancangan Menggunakan konsep analogi dari seni rupa itu sendiri, misalkan seni lukis dan seni pahat/ukir. Kedua jenis seni rupa tersebut dapat dianalogikan sebagai sifat yang halus dan kokoh. Hal ini dapat diterapkan pada kombinasi pemakaian material seperti beton dan kayu, selain itu adanya permainan pada dinding (ada dinding masif dan dinding terbuka). Sedangkan untuk memberikan suasana atau pengalaman ruang yang berbeda pada siang dan malam hari, maka mengunakan prinsip-prinsip pencahayaan alami yang dapat diterapkan pada dinding maupun atap.
1.9
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan skripsi ini terdiri dari 5 bab pembahasan yang
menguraikan secara berurutan proses penulisan dari latar belakang, tinjauan studi kasus, tinjauan teori mengenai galeri seni rupa dan pencahayaan alami, analisa konsep perencanaan dan perancangan, dan yang terakhir adalah konsep perencanaan dan perancangan.
9
Yang pertama yaitu bab 1 yang menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode, dan sistematika penulisan proyek Galeri Seni Rupa. Bab 2 mengenai tinjauan umum pameran seni rupa di Yogyakarta, dalam bab ini menguraikan berbagai jenis pameran seni rupa di Yogyakarta beserta segalah fasilitas yang menyertainya atau yang ada. Pada bab 3 berisikan mengenai tinjauan teoritis dari galeri seni rupa dan pencahayaan alami. Bab ini secara terperinci mengungkapkan design requirement dari Galeri Seni Rupa dan mengungkapkan teori-teori pencahayaan alami yang dapat diterapkan pada ruang Galeri Seni Rupa. Sedangkan pada bab 4 berisikan analisa menuju konsep perencanaan dan perancangan Galeri Seni Rupa, yang mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada lokasi atau site tertentu. Dan yang terakhir adalah bab 5 mengenai konsep perencanaan dan perancangan Galeri Seni Rupa, yang berisikan atau mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural.
10
Skema Pemikiran Menuju Perancangan
Latar Belakang Yogyakarta memiliki potensi yang besar dalam bidang karya seni rupa tetapi masih kurangnya wadah (galeri) yang dapat memenuhi kegiatan pameran tersebut.
Pengumpulan data Wawancara Studi literature Studi banding survey
Yang harus diperhatikan dalam pemecahan masalah : pencahayaan, penghawaan, sirkulasi, layout, ruang dan bangunan.
Tujuan Merancang Galeri Seni Rupa dengan siatem pencahayaan alami dalam ruangan.
Permasalahan Bagaimana merancang sebuah gedung pameran seni rupa di Yogyakarta yang dapat mewadahi berbagai jenis kegiatan pameran dengan pemanfaatan cahaya alami dalam ruang.
Analisa permasalahan dan pemecahan masalah
KONSEP
TRANSFORMASI DESAIN
11