BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2
persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96). Keseimbangan pertumbuhan penduduk merupakan faktor penting dalam rangka pencapaian kesejahteraan rakyat. Permasalahan mengenai penduduk bukan hanya masalah tingkat pertumbuhan yang akhirnya berkaitan dengan jumlah penduduk keseluruhan, akan tetapi ada beberapa hal berkaitan
dengan
kepentingan
pembangunan
serta
kesejahteraannya.
Pertambahan penduduk yang sangat pesat akan menimbulkan berbagai masalah serius bagi kesejahteraan penduduk suatu daerah. Masalah yang akan muncul antara lain kesenjangan tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan ketenagakerjaan. Perubahan jumlah, komposisi, distribusi dan pertumbuhan penduduk dalam suatu daerah dipengaruhi oleh lima komponen demografi yaitu kelahiran, kematian, migrasi, mobilitas sosial dan perkawinan (Bogue, 1969:4). Migrasi merupakan salah satu variabel demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk suatu daerah. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politis/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara (Iskandar, 1977:168). Migrasi dipandang sebagai perilaku, lebih
1
menekankan pada proses bukan hanya respon terhadap suatu kondisi tertentu sehingga persoalan migrasi jauh lebih kompleks daripada sekedar respon penduduk terhadap ketidaknyamanan secara sosial, ekonomi maupun politik (Sukamdi, 2007:115). Para peneliti dan ahli kependudukan lebih memusatkan perhatiannya pada migrasi internal periode 1970-an hingga menjelang 1990-an. Migrasi internal adalah perpindahan penduduk antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, khususnya pola migrasi desa-kota yang sedang tumbuh. Mobilitas penduduk desa-kota sejalan dengan teori peralihan mobilitas penduduk yang menyatakan ada hubungan signifikan antara jenis dan tinggi rendahnya mobilitas
geografis
dengan
fase
modernisasi
suatu
masyarakat
Tjiptoherijanto, 1999 dalam Tita (2010:4). Para ahli ilmu sosial dan demografi memiliki kekhawatiran bahwa perpindahan penduduk dari desa ke kota sebagai akibat langsung maupun tak langsung dari proses modernisasi ekonomi dan industrialisasi perkotaan yang menyebabkan beberapa kota di sejumlah negara sedang berkembang menghadapi tekanan kepadatan penduduk luar biasa besar dan membawa permasalahan kompleks. Migrasi penduduk antar daerah disebabkan oleh terjadinya ketimpangan regional yang bersumber dari perbedaan kondisi demografis, budaya maupun perbedaan penerapan model pembangunan ekonomi (Zelinsky,1971; Titus,1978 ; Tjiptoherijanto,1997; dan Nasution,1998 dalam Wirawan, 2006:2).
2
Mobilitas penduduk memiliki kaitan erat dengan pembangunan sebab, mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan. Pembangunan tanpa mobilitas penduduk tidak mungkin terjadi dan sebaliknya tidak terjadi mobilitas penduduk tanpa adanya pembangunan. Migrasi penduduk di suatu daerah akan berpengaruh terhadap strategi pembangunan yang dipilih, sehingga strategi pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk. Intensitas pembangunan suatu daerah berpengaruh terhadap migrasi penduduk. Arus migrasi penduduk ke suatu daerah akan besar apabila intensitas pembangunan tinggi sebaliknya arus migrasi
penduduk
menuju
suatu
daerah
kecil
apabila
intensitas
pembangunannya rendah (Sudibia, 2007:1). Kusnetz memiliki gambaran pada tahap awal proses pembangunan ekonomi suatu negara, akan menyebabkan distribusi pendapatan penduduk semakin memburuk.
Ketimpangan kesempatan kerja
dan pendapatan
merupakan dampak domino, sehingga menimbulkan arus migrasi penduduk dari daerah-daerah miskin menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan pertumbuhan antar wilayah ekonomi, sosial dan kultural telah dialami oleh Indonesia sejak pemerintahan Orde Baru pada periode Repelita V yakni sekitar tahun 1994. Ketimpangan pertumbuhan antar wilayah ekonomi menyebabkan perpindahan penduduk terutama dari desa ke kota dan daerah lainnya
terus
meningkat
sepanjang
Tjiptoherijanto,1997 dalam Tita (2010:4).
3
tahun
sejak
periode
1994
Keputusan individu bermigrasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi tetapi dipengaruhi juga oleh faktor individu. Teori pengambilan keputusan bermigrasi di tingkat individu dari perspektif geografi yang berpengaruh kuat dalam analisis migrasi pada era 1970-an hingga menjelang awal
tahun
1990
an, adalah
teori
yang
diajukan
oleh
Lee
(Lee dalam Mantra, 2003:181). Teori migrasi Lee menyiratkan faktor terpenting setiap individu dalam melakukan migrasi adalah faktor individu itu sendiri yang memberikan penilaian apakah suatu daerah dapat memenuhi kebutuhannya atau tidak. Lee menjelaskan kebutuhan seorang individu yang tidak terpenuhi jika masih dalam batas toleransi maka seorang individu tidak pindah sebaliknya jika kebutuhan tidak terpenuhi dan diluar batas toleransi maka seorang individu memutuskan untuk migrasi.Seorang
individu
memutuskan migrasi dengan mempertimbangkan daerah tujuannya yang merupakan daerah pusat kota dan pusat pemerintahan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Perkembangan kota di Provinsi Bali demikian pesat terutama Kota Denpasar yang merupakan pusat kota dan pemerintahan, sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari migrasi desa ke kota, maka sangatlah beralasan jika perhatian para peneliti dan pemerintah saat itu masih terpusat pada masalah-masalah migrasi di dalam negeri (migrasi internal). Dampak migrasi penduduk terhadap kehidupan ekonomi dan sosial antara lain dapat mengatasi kesulitan tenaga kerja, meningkatkan kepadatan penduduk di daerah tujuan,
semakin
meningkatnya
angka
4
pengangguran,
dan
semakin
menjamurnya kegiatan usaha sektor informal (Sudibia, 2011:65). Peningkatan migrasi desa-kota dengan tujuan mencari pekerjaan menyebabkan terjadinya ledakan penduduk dan masalah pengangguran. Pengangguran merupakan akibat dari masalah pasar kerja, tenaga kerja, dan kesempatan kerja menurut Ardana, dkk (2011:33). Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Migran dan Non Migran di Kota Denpasar Tahun 2010 (Dalam Jiwa) 420
415.417
410 400 390 373.172
380 370 360 350 Penduduk Migran (Jiwa)
Penduduk Non Migran (Jiwa)
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), Sensus 2010
Hasil Sensus Penduduk 2010 merupakan pencerminan penduduk Kota Denpasar pada tahun 2010 berjumlah 788.589 jiwa, terdiri dari penduduk lakilaki 403.293 jiwa (51,14 persen) dan penduduk perempuan 385.296 jiwa (48,86 persen). Grafik 1.1 menunjukkan jumlah penduduk migran di Kota Denpasar sebesar 415.417 jiwa lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk non-migran di Kota Denpasar sebesar 373.172 jiwa (BPS, Sensus 2010). Migrasi masuk ke Kota Denpasar merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah karena meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan
5
masalah bidang kependudukan dan ketenagakerjaan. Migrasi penduduk desakota dengan tujuan mencari pekerjaan menyebabkan peningkatan jumlah tenaga kerja di kota. Tenaga kerja (man power) ialah besarnya bagian dari penduduk yang diikutsertakan dalam
proses
ekonomi
(Goan
Tiang,
1965
dalam
Mantra, 2003:124). Peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja mengakibatkan pengangguran. Data Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kota Denpasar (Disnakertransos) menyatakan jumlah pencari kerja di Kota Denpasar yang belum ditempatkan pada bulan Mei 2012 yaitu 4.241 jiwa dengan pencari kerja jenis kelamin laki-laki sebanyak 2.181 jiwa sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 2.060 jiwa. Penyediaan lapangan pekerjaan merupakan hal penting dalam mengatasi pengangguran melihat masih banyak jumlah pencari kerja yang belum mendapatkan pekerjaan di Kota Denpasar. Diamantides (1994:37) menyatakan migrasi internasional menjadi salah satu alternatif atau jalan keluar untuk mengatasi
pengangguran
di
kota.
Migrasi
internasional
merupakan
perpindahan penduduk di seluruh batas internasional untuk tujuan bekerja telah menjadi sebuah fenomena yang sangat kompleks dan melibatkan banyak isu antara lain isu tentang jaminan keamanan misalnya status hukum, status kewarganegaraan dan diskriminasi sosial (Sukamdi, 2007:115). Migrasi internasional tenaga kerja Indonesia menjadi pusat perhatian berbagai pihak dalam dekade terakhir, karena banyaknya permasalahan tenaga kerja di dalam negeri mulai terangkat ke permukaan (Wirawan, 2006:5).
6
Permasalahan kesempatan kerja serta pengangguran semakin kompleks menyebabkan ketimpangan pendapatan semakin tinggi (Dayuh, 2006:34). Kehidupan sebagai petani sawah dirasakan tidak lagi menjanjikan bagi masyarakat di Bali khususnya Kota Denpasar menurut data (BPS,2010) penggunaan tanah sebagai lahan sawah sekitar 2.632 Ha dan 8.924 Ha digunakan sebagai lahan kering dengan penggunaan tertinggi untuk lahan pekarangan rumah 7.915 Ha selain lahan pertanian yang sempit, pekerjaan di sektor lain tidak mudah diperoleh maka tenaga kerja memilih bekerja ke luar negeri. Fenomena meningkatnya migrasi internasional disebabkan oleh ledakan populasi dan alasan ekonomi (Diamantides, 1994:38). Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 (Dalam Jiwa) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah
Kabupaten/Kota Denpasar Buleleng Tabanan Badung Gianyar Klungkung Karangasem Bangli Jembrana Jumlah
2.256 2.235 2.128 1.538 1.533 1.192 963 860 786 13.491
Sumber :Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Denpasar, 2011
Tabel 1.1 menunjukkan jumlah tenaga kerja Indonesia berdasarkan kabupaten/kota asal Kota Denpasar berada pada posisi pertama dengan jumlah tenaga kerja ke luar negeri yang paling banyak yaitu 2.256 jiwa dan posisi
7
kedua Kabupaten Buleleng sebanyak 2.235 jiwa. Banyaknya tenaga kerja ke luar negeri berasal dari Kota Denpasar disebabkan karena tidak terkendalinya migrasi masuk dan bertujuan untuk mencari pekerjaan sedangkan ketersediaan lapangan pekerjaan terbatas sehingga menyebabkan tenaga kerja mencari kerja ke luar negeri. Jumlah tenaga kerja luar negeri pada tabel diatas merupakan informasi terbatas karena BP3TKI mulai menjalankan tugasnya awal tahun 2011 maka data yang diperoleh hanya tahun 2011. Studi terkait mengenai migrasi menunjukkan alasan migrasi didasarkan pada alasan ekonomi, kesempatan lebih dalam memperoleh pekerjaan atau memperoleh pendapatan di daerah tujuan (Tjiptoherijanto, 2000:5). Faktor umur merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan bermigrasi umur 15-64 tahun merupakan umur potensial sebagai pekerja untuk memilih melakukan migrasi karena kesempatan kerja dan upah bisa diperoleh lebih tinggi menurut Ardana,dkk (2011:35). Grafik 1.2 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Asal Kota Denpasar Menurut Jenis Kelamin Periode Januari-Desember 2011 (Dalam Jiwa) 250 200 150 100 50 0
176 1 71 187 66
26
20
29
46
201
153 164
45
36
Laki-laki
26
203 149 138 42
37
22
170 102 16
31
Perempuan
Sumber :Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Denpasar, 2011
8
Grafik 1.2 menunjukkan jumlah tenaga kerja Indonesia asal Kota Denpasar yang bekerja di luar negeri berdasarkan jenis kelamin. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di luar negeri berdasarkan grafik di atas, jenis kelamin perempuan lebih sedikit daripada jenis kelamin laki-laki. Jumlah tenaga kerja bekerja diluar negeri pada tahun 2011 dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 1.880 jiwa sedangkan jumlah tenaga kerja dengan jenis kelamin perempuan sebesar 376 jiwa. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak bekerja ke luar negeri dikarenakan memiliki kewajiban serta tanggung jawab untuk mensejahterakan keluarganya sebagai kepala keluarga. Persaingan ketat untuk memperoleh pekerjaan didalam negeri menyebabkan laki-laki yang berkeluarga maupun belum bekeluarga harus bekerja ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya. Laki-laki yang telah menikah juga mempunyai tanggungan beban membiayai anak, istri dan orang tua. Ardana, dkk (2011:38) menyatakan migrasi internasional lebih banyak dilakukan oleh seseorang yang belum menikah dan setelah kembalinya tenaga kerja ke daerah asal pada umumnya mereka akan melangsungkan pernikahan. Fenomena tersebut disebabkan para tenaga kerja setelah memiliki kesiapan uang atau materi yang dimiliki mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan. Status perkawinan merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan bermigrasi karena dengan status belum kawin seseorang bisa lebih fokus bekerja. Seseorang yang belum menikah cenderung berminat bekerja ke luar negeri karena ingin mencari pengalaman, mengembangkan potensi diri
9
dan mendapatkan tambahan ilmu agar bisa diaplikasikan di dalam negeri (Didit, 2009:32). Tabel 1.2 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Di Provinsi Bali Menurut Pendidikan Periode Januari-Desember 2011 (Dalam Jiwa)
No.
Kabupaten/ Kota
SD
SMP
SMU
Diploma
Sarjana
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Denpasar 4 32 646 1428 146 2256 Badung 6 27 642 844 64 1583 Tabanan 5 21 678 1371 53 2128 Jembrana 8 29 286 444 19 786 Buleleng 27 44 776 1347 41 2235 Karangasem 11 16 293 623 20 963 Klungkung 3 18 330 808 33 1192 Bangli 15 8 247 563 37 870 Gianyar 2 5 484 987 55 1533 Jumlah 81 200 4382 8415 468 13546 Sumber :Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Denpasar, 2011 Tabel 1.2 menunjukkan dari seluruh kabupaten/kota dengan lulusan diploma paling banyak bekerja di luar negeri dikarenakan lulusan diploma merupakan lulusan yang siap kerja. Lulusan diploma bekerja di luar negeri sebesar 8.415 jiwa, lulusan SMU sebesar 4.382 jiwa, dan lulusan SD sebanyak 81 jiwa merupakan angka paling kecil bekerja di luar negeri, hal ini dikarenakan bekerja ke luar negeri membutuhkan keterampilan dan tingkat pendidikan yang memadai. Lulusan SD dianggap kurang mampu bekerja di luar negeri karena pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan, sedangkan orang dengan pendidikan tinggi cenderung lebih banyak melakukan migrasi daripada orang pendidikan rendah (Arsyad,1999:284 ). Tenaga kerja
10
asal Kota Denpasar merupakan tenaga kerja dengan jumlah tertinggi dari seluruh kabupaten/kota lainnya, lulusan diploma dengan jumlah tertinggi yaitu 1.428 jiwa disusul oleh lulusan SMU 646 jiwa, lulusan sarjana 146 jiwa, lulusan SD dan SMP merupakan jumlah terkecil bekerja ke luar negeri. Grafik 1.3 Persentase Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Di Kota Denpasar Menurut Pendidikan Periode Januari-Desember 2011 SD
SMP
SMU 0,1%
Diploma
Sarjana
0,9%
7% 29%
63%
Sumber :Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Denpasar, 2011
Grafik 1.3 menunjukkan persentase tenaga kerja Indonesia di Kota Denpasar menurut tingkat pendidikan dimana 0,1 persen untuk jumlah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SD, tingkat pendidikan SMP sebanyak 0,9 persen dan Sarjana 7 persen merupakan persentase terendah. Lulusan sarjana merupakan orang dengan pendidikan tinggi tetapi hanya 7 persen bekerja ke luar negeri dikarenakan kurangnya pengalaman, keterampilan dan praktek pada masa perkuliahan seperti lulusan diploma. Lulusan diploma dengan persentase 63 persen merupakan jumlah tertinggi bekerja ke luar negeri karena merupakan tenaga kerja terampil sedangkan lulusan SMU dengan
11
persentase 29 persen merupakan jumlah tertinggi kedua setelah lulusan diploma. Tenaga kerja asal Kota Denpasar merupakan golongan tenaga kerja terdidik dengan pendidikan minimal SMU. Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Di Provinsi Bali Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2011 (Dalam Jiwa) Kawasan Kawasan Kawasan Asia Jumlah Eropa Afrika Pasifik 1 Denpasar 1.405 263 558 33 2.259 2 Badung 859 217 476 32 1.584 3 Tabanan 1.195 188 717 28 2.128 4 Jembrana 335 152 288 10 785 5 Buleleng 1.266 334 611 22 2.233 6 Karangasem 575 86 290 12 963 7 Klungkung 769 81 338 5 1.193 8 Bangli 579 72 203 5 859 9 Gianyar 829 155 533 16 1.533 Jumlah 7.812 1.548 4.014 163 13.573 Sumber :Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Denpasar, 2011 Kabupaten/ No. Kota
Kawasan Amerika
Tabel 1.3 menunjukkan tenaga kerja paling banyak ke kawasan Amerika yaitu sebesar 7.812 jiwa dari berbagai kabupaten/kota. Kawasan Amerika dan Eropa merupakan kawasan tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja yang merupakan negara maju dan pesatnya perkembangan sektor industri menyebabkan kebutuhan tenaga kerja lebih besar dibandingkan ketersediaan tenaga kerja. Negara di kawasan Amerika, Eropa, Asia Pasifik, dan Afrika merupakan kawasan dengan pembangunan ekonomi dan sosial yang tinggi. Jumlah penduduk yang sedikit mengakibatkan tenaga kerja dari luar negara di
12
butuhkan untuk menyelenggarakan perputaran roda pembangunan ekonomi dan sarana-prasana. Grafik 1.4 menunjukkan persentase jumlah tenaga kerja di Kota Denpasar bekerja ke kawasan Amerika yaitu 62 persen sedangkan yang paling terendah adalah kawasan Afrika yaitu sebesar 1 persen. Bekerja ke luar negeri merupakan salah satu pilihan menjanjikan bagi seluruh penduduk demikian halnya dengan sebagian besar penduduk Kota Denpasar yang belum berkeluarga maupun sudah berkeluarga. Orang dengan status belum menikah memiliki keputusan untuk melakukan migrasi karena mengumpulkan kesiapan uang atau materi untuk melangsungkan pernikahan serta ingin mencari pengalaman (Ardana dkk, 2011:38). Bekerja ke luar negeri biasanya dilakukan oleh keluarga kurang mampu dan ingin mengubah nasib keluarganya. Mereka mempunyai keinginan memutus rantai kemiskinan secara pintas untuk meningkatkan taraf kehidupan. Grafik 1.4 Persentase Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Di Kota Denpasar Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2011 1%
Kawasan Amerika
25%
12%
Kawasan Asia Pasifik Kawasan Eropa
62%
Kawasan Afrika
Sumber :Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Denpasar, 2011
13
Migrasi internasional berdampak pada perubahan sosial-ekonomi terutama di bidang ketenagakerjaan dan pasar tenaga kerja untuk para pekerja terampil (Bandiono dan Alihar: 1997:1). Bekerja di luar negeri memberikan tambahan devisa negara, manfaat untuk individu yang melakukan migrasi internasional mendapatkan tambahan income lebih besar dibandingkan di dalam negeri sehingga kesejahteraan semakin meningkat. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan permasalahan sebagai berikut: 1)
Apakah variabel umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan pendapatan daerah asal berpengaruh secara simultan terhadap keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri?
2)
Bagaimana pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan pendapatan daerah asal secara parsial terhadap keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri?
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1)
Untuk mengetahui pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,
jumlah
tanggungan
14
dan
pendapatan
daerah
asal
berpengaruh secara simultan terhadap keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri. 2)
Untuk mengetahui pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan pendapatan daerah asal secara parsial terhadap keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri.
1.2.2 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah, terutama dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan berkaitan dengan masalah migrasi tenaga kerja untuk mengurangi masalah kependudukan.
2)
Kegunaan Teoritis Penelitian ini merupakan kesempatan peneliti untuk meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan teori-teori pada perkuliahan dengan kondisi sebenarnya di lapangan, serta menambah daftar pustaka di lingkungan akademis, sehingga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
15
1.3
Sistematika Penulisan Penulisan laporan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, masing-
masing bab membahas: Bab I
: Pendahuluan Bab ini mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II
: Landasan Teori Bab ini berisi tentang uraian teori-teori dari berbagai sumber tertulis yang dipakai sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian mengenai estimasi migrasi tenaga kerja bekerja ke luar negeri, selain itu terdapat penelitian terdahulu sebagai bahan referensi untuk penelitian ini dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Bab III
: Metodologi Penelitian Menjelaskan mengenai lokasi penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, metode penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis yang digunakan untuk memberikan jawaban atas permasalahan.
16
Bab IV
: Pembahasan Menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah penelitian, karakteristik sampel dan menjelaskan pembahasan hasil penelitian serta interpretasinya.
Bab V
: Penutup Menjelaskan simpulan hasil analisis data dan pembahasan, dalam bagian ini juga berisi saran-saran direkomendasikan kepada pihak-pihak tertentu yang berakaitan dengan tema penelitian ini.
17