BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,
meningkat dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas; antara tahun 1970 sampai tahun 2025, jumlah mereka diperkirakan akan meningkat 223% atau bertambah sekitar 694 juta jiwa. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050, 80% di antaranya tinggal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (WHO, 2002). Jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia diperkirakan 18.575.000 jiwa, angka tersebut sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk yang diperkirakan sebesar 234.181.400 jiwa (BPS, 2009). Proporsi populasi lanjut usia tersebut akan terus meningkat mencapai 11.34% di tahun 2020 (Komnas Lansia, 2010). Jika penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia berjumlah 7% dari seluruh penduduk, maka keluhan mudah lupa tersebut diderita oleh setidaknya 3% populasi di Indonesia (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003). Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) yaitu bentuk gangguan kognitif yang paling ringan, gangguan ini diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia berusia 50 - 59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun dan menjadi salah satu masalah utama para lanjut usia (Kusumoputro dan
1
2
Sidiarto, 2001). Kemunduran fungsi kognitif tersebut selanjutnya mempengaruhi pola interaksi mereka dengan lingkungan tempat tinggal, dengan anggota keluarga lain, juga pola aktivitas sosialnya, sehingga akan menambah beban keluarga, lingkungan dan masyarakat. Sebelum terjadi gangguan kognitif berupa demensia, terdapat suatu kondisi transisi antara usia lanjut sehat dengan penyakit otak yang menyebabkan demensia. Stadium transisi ini disebut gangguan kognitif ringan. Stadium ini dapat terjadi karena proses degeneratif yang disebut Mild Cognitive Impairment (MCI) atau disebabkan faktor vaskular yang disebut Vascular Cognitive Impairment (VCI) (Purba, 2002). Gangguan kognitif ringan atau MCI merupakan suatu keadaan prodormal demensia yang bersifat menetap (stable) maupun reversibel. Kriteria MCI yaitu terdapat keluhan gangguan memori secara subjektif, gangguan tersebut terbukti secara tes memori {misalnya dengan penilaian Mini Mental State Examination (MMSE)}, penampilan kognitif secara global normal, aktifitas hidup sehari-hari masih normal dan belum termasuk kriteria demensia (Soetedjo, 2006). Gangguan kognitif ringan yang tidak mendapatkan penanganan yang optimal untuk jangka waktu panjang akan meningkatkan insidensi demensia (Desmond, 1996). Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian seseorang (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003). Sebagian besar MCI berkembang menjadi demensia dalam waktu 5 – 6 tahun. Di Amerika Serikat, MCI diperkirakan mengenai 10 – 17% populasi usia
3
lanjut. MCI saat ini dipercaya sebagai kognitif kontinum ke arah demensia, seperti dinyatakan oleh Petersen bahwa 80% subjek dengan MCI akan berkonversi menjadi demensia dalam 6 tahun sementara subjek yang normal yang berkonversi menjadi demensia hanya sebesar 1 – 2% (Purba, 2002). Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam mengevaluasi kesehatan lanjut usia, banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan mental kognitif seringkali tidak dikenali profesional kesehatan karena sering tidak dilakukan pengujian status mental secara rutin. Diperkirakan 30% sampai 80% lanjut usia yang mengalami demensia tidak terdiagnosis oleh dokter, melainkan teridentifikasi melalui pemeriksaan status mini mental (Turana et al., 2004). Status kognitif seorang lansia diukur untuk tujuan skrining dan monitoring. Skrining dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penurunan pada status kognitif seseorang. Deteksi dini sangat penting untuk dilakukan karena terbukti dapat mencegah dan menghambat terjadinya penurunan status kognitif. Sedangkan monitoring diukur dengan tujuan untuk mengamati perjalanan fungsi kognitif apakah mengalami perbaikan atau kemunduran. Monitoring status kognitif sangat berkaitan erat dengan evaluasi pengobatan (Chow & Maclean, 2001). Ketika telah ditemukan terapi yang efektif pada Alzheimer maka dibutuhkan tes yang lebih sensitif dan cepat serta bisa digunakan pada lembaga pelayanan kesehatan oleh bukan dokter. Banyak tes kognitif tersedia tetapi kebanyakan tidak memenuhi 3 kriteria penting yang bisa digunakan, yaitu membutuhkan waktu yang minimal, menilai fungsi-fungsi kognitif dengan benar dan sensitif untuk mendeteksi penyakit Alzheimer ringan (Brown et al., 2009).
4
Tes kognitif yang cepat penggunannya semakin meningkat pada klinik dan penelitian. Tes kognitif ini digunakan untuk mendiagnosis demensia dan merupakan bagian yang penting pada manajemen medis dan sosial dan pada penilaian kapasitas kognitif pasien. Tes ini tidak hanya digunakan untuk mendeteksi defisit awal kognitif dan demensia, tetapi juga untuk menilai perbedaan fungsi kognitif pada pasien, penilaian efek dari terapi dan deteksi gangguan kognitif sepanjang waktu. Untuk tujuan ini tes yang digunakan tidak hanya membedakan antara demensia dan fungsi kognitif normal tetapi juga harus bisa mengukur berbagai variasi dari penurunan fungsi kognitif (Koekkoek et al., 2013). Instrumen yang paling direkomendasikan untuk mengukur status kognitif adalah MMSE yang dipublikasikan oleh Folstein pada tahun 1975. Instrumen ini telah digunakan di seluruh penjuru dunia, sebagai standard pengukuran status kognitif pasien geriatri. Instrumen tambahan yang terbaru adalah tes Test Your Memory (TYM). Para ahli telah menciptakan TYM untuk memenuhi kriteriakriteria penting yang bisa digunakan. Hal yang paling penting untuk pemeriksaan TYM ini adalah waktu yang minimal untuk pasien mengerjakannya dan dapat dilakukan oleh bukan dokter. Tes ini bisa dikerjakan sendiri oleh pasien, memakan waktu 5 menit untuk mengerjakannya, dan dapat mengukur domaindomain kognitif yang lebih banyak (Koekkoek et al., 2013). Pada klinik memori TYM menunjukkan nilai diagnostik yang lebih baik dibanding MMSE. Oleh karena itu, TYM merupakan instrumen yang lebih bagus
5
digunakan pada saat waktu yang dibutuhkan sedikit (Hancock & Larner, 2011; Hanyu et al., 2011). Walaupun instrumen TYM telah terbukti validitas dan reliabilitasnya untuk mendeteksi demensia dan MCI di suatu negara belum tentu akan valid dan reliabel jika dipergunakan di negara lain yang budayanya berbeda. Untuk mengatasi problem transcultural itu maka diperlukan validitas budaya (cross cultural validity). Proses validasi transcultural instrumen TYM melalui tahapan translater konsep, bahasa dan sistematika dari bentuk dasarnya yang berbahsa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya dilakukan uji validitas transcultural menurut WHO (World Health Organization), validitas konstruk dan uji reliabilitas.
B.
Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Prevalensi lanjut usia semakin tinggi
2.
Gangguan kognitif menjadi masalah utama pada lanjut usia dan belum mendapatkan penanganan yang baik
3.
Diperlukan tes kognitif yang singkat, cepat dan mudah digunakan untuk skrining gangguan kognitif yang menjangkau populasi umum lanjut usia
4.
TYM berasal dari negeri dan budaya yang berbeda dengan negara Indonesia, maka sebelum digunakan pada masyarakat luas harus dilakukan
6
pengujian validitas sesuai kaidah transcultural study WHO terlebih dahulu dan pengujian reliabilitas
C.
Pertanyaan Penelitian Apakah TYM versi Indonesia valid dan reliabel setelah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sesuai kaidah transcultural study WHO?
D.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen TYM dalam bahasa
Indonesia yang sudah divalidasi dan mempunyai reliabilitas yang teruji sehingga dapat digunakan untuk skrining gangguan kognitif pada populasi umum lanjut usia.
E.
Manfaat Penelitian
1.
Mendapatkan suatu alat ukur baru untuk mengukur gangguan kognitif pada lanjut usia yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
2.
Memberikan alat ukur baru yang akurat dan cepat dalam mendiagnosis dini gangguan kognitif pada lanjut usia baik oleh dokter ahli saraf maupun dokter umum.
F.
Keaslian Penelitian Penelusuran kepustakaan terkait penelitian-penelitian sebelumnya dengan
Test Your Memory Versi Indonesia (TYM-Ina) untuk skrining awal gangguan
7
kognitif pada lanjut usia belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. Tabel 1. Keaslian Penelitian No
Peneliti
1.
Brown et al., 2009
2.
Hanyu et al., 2011
3.
Arias & Rojo, 2013
4.
Koekkoek, et al., 2013
5.
Neira et al., 2014
6.
Penelitian ini, 2015
Judul
Metode
Self administered cognitive screening test (TYM) for detection of Alzheimer’s disease (AD) Japanese version of the Test Your Memory as a screening test in Japanese memory clinic Validation of a Spanish version of the Test Your Memory
Cross sectional study
The Test Your Memory test performs better than the MMSE in a population without known cognitive disfunction Test Your Memory Spanish Version (TYM-S) validation of a selfadministered cognitive screening test
Cross sectional study
Test Your Memory Versi Indonesia (TYM-INA) untuk skrining gangguan kognitif pada populasi umum lanjut usia
Cross sectional
Cross sectional study
Cross sectional study
Cross sectional study
Hasil TYM can be completed quickly and accurately by normal controls. It is powerful and valid screening test for the detection of Alzheimer’s disease The TYM-J is useful for the diagnosis of AD and MCI, and can be applied as a screening test in a Japanese memory clinic. The TYM is a selfadministered global cognitive test, possessing excellent psychometric properties and good predictive validity. It can be used as a cognitive screening testing subjects with 4 years or more of formal education. TYM show good correlation with neuropsychological assesment, performed better in discriminating between variations of cognition and showed more agreement with a neuropsychological than the MMSE The TYM-S showed acceptable psychometric properties, becoming a valid and reliabel instrument to assess cognitive impairment. Its diagnostic utility to detect dementia and MCI patients also works very well.