BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Etnis Tionghoa adalah salah satu etnis yang ada di Indonesia. Etnis ini
berasal dari Tiongkok. Mereka adalah pedagang yang berlayar mencari rempahrempah namun akhirnya menetap di Indonesia. Mereka berbaur dengan penduduk setempat. Ada juga yang menyebut etnis Tionghoa sebagai pembawa agama Islam di Indonesia. Para saudagar Tiongkok tersebut datang ke Indonesia kemudian menyebarkan agama Islam. Imigran Tionghoa muslim di Indonesia telah ada sebelum bangsa Portugis dan Belanda datang. Imigran Tionghoa di abad ke 15 datang untuk tinggal di Indonesia dan sekaligus menyebarkan agama Islam. Portugis dan Belanda datang ke Indonesia untuk mencari daerah koloni dan sekaligus menyebarkan ajaran agama Katolik. Imigran Tionghoa muslim hidup membaur dengan penduduk pribumi, sedangkan Belanda dan Portugis memperlakukan penduduk pribumi secara diskriminatif. Pada masa penindasan Portugis dan Belanda, imigran Tionghoa muslim juga mendapatkan penindasan seperti penduduk pribumi. Bahkan saat perang kolonial, penduduk Tionghoa muslim juga bergabung dengan para pejuang di setiap daerah melawan Belanda dan Portugis. Bahkan sejarah mencatat bahwa selain penduduk pribumi yang mengalami pembunuhan massal dari Belanda, penduduk muslim Tionghoa juga mengalami pembunuhan
2
massal.1Beberapa hal di atas menunjukkan bahwa di masa lalu, etnis Tionghoa memiliki hubungan yang baik dengan penduduk asli Indonesia, keeratan hubungan sebagai saudara karena mendapatkan tekanan yang sama dari pihak Portugis dan Belanda. Karena keeratan tersebut, terjadilah percampuran budaya antara budaya Indonesia dan Tionghoa terutama yang muslim sehingga budaya tersebut saling berasimilasi dan berakulturasi menjadi budaya yang unik. Dalam bahasa Mandarin, etnis Tionghoa yang berada di seluruh dunia disebut sebagai huá rén (华人). Sedangkan orang Tionghoa yang berada di Tiongkok disebut sebagai Zhōngguo rén (中国人). Walaupun berbeda penyebutan, masyarakat Tionghoa dikenal sebagai orang yang erat menjaga kekeluargaan. Seperti halnya masyarakat di Indonesia, masyarakat etnis Tionghoa ada yang meyakini suatu agama dan kepercayaan. Mereka berpegang teguh pada keyakinan yang dipercayainya. Mereka ada yang memilih Islam, Katholik, Konghucu, dan Budha sebagai pegangan keagamaan mereka. Terlepas dari sisi agama dan kepercayaan, masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang memiliki tradisi merayakan Tahun Baru Imlek. Di seluruh penjuru dunia, kita mengetahui bahwa Tahun Baru Imlek adalah perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Tiongkok. Tidak hanya orangorang Tiongkok, namun seluruh keturunan Tionghoa yang menetap di seluruh dunia. Orang Tiongkok dikenal sebagai orang yang berbudaya, sangat menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan cinta tanah air. Tidak ketinggalan, masyarakat 1
R.Herman. Imigran Muslim China Abad XV di Indonesia, Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya, 2012, hlm. 7.
3
Tionghoa di Indonesia juga merayakan Tahun Baru Imlek. Tahun Baru Imlek di Indonesia merupakan simbol kehidupan bertoleransi. Selama 34 tahun, sejak Presiden Soeharto, presiden kedua Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, mengenai pelarangan merayakan Tahun Baru Imlek. Akan tetapi, pada tahun 2001,Presiden Abdurrahman Wahid membongkar phobia terhadap etnis Tionghoa. Beliau memperbolehkan masyarakat Tionghoa merayakan perhelatan budayanya. Beliau juga memutuskan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional di Indonesia. Masyarakat Tionghoa yang muslim ada yang merayakan Tahun Baru Tahun Baru Imlek dan ada yang tidak. Tionghoa muslim yang tidak merayakan Tahun Baru Imlek beranggapan bahwa Tahun Baru Imlek adalah perayaan hari raya agama tertentu. Sedangkan mereka yang merayakanberanggapan bahwa Tahun Baru Imlek adalah tradisi turun temurun bangsa Tiongkok yang dilakukan setiap musim semi sebagai perwujudan rasa syukur. Perayaan Tahun Baru Imlek oleh Tionghoa muslim dianggap sebagai khazanah kekayaan budaya karena perayaan Tahun Baru Imlek yang dilakukan Tionghoa muslim sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa pada umumnya. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Perayaan Tahun Baru Imlek yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa muslim. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karawang karena penulis melihat keadaan Kabupaten Karawang yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam etnis salah satunya etnis Tionghoa muslim. Selain itu, penulis
4
ingin menjadikan karya tulis ini sebagai sarana pengenalan Kabupaten Karawang dengan potensi kebudayaan yang dimiliknya. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan tiga permasalahan, yaitu:
1. Apa yang melatarbelakangi Tionghoa muslim merayakan Tahun Baru Imlek? 2. Apa saja yang dilakukan Tionghoamuslim di Karawang saat merayakan Tahun Baru Imlek? 3. Apa makna Tahun Baru Imlek bagi Tionghoa muslim di Karawang?
1.3
Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui latar belakang Tionghoa muslim merayakan Tahun Baru Imlek di Kabupaten Karawang bagi yang merayakannya. 2. Mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Tionghoa muslim di Karawang, saat Tahun Baru Imlek. 3. Mengetahui makna Tahun Baru Imlek bagi Tionghoa muslim di Karawang.
1.4
Batasan Masalah Agar penulisan makalah ini lebih terarah dan permasalahannya dapat
dikemukakan dengan baik, maka penulis membatasi masalah ini khusus mengenai masyarakat Tionghoa muslim yang merayakan Tahun Baru Imlek di Kabupaten Karawang saja dari segi latar belakang Tionghoa muslim dalam merayakan Tahun Baru Imlek, kegiatan yang dilakukan Tionghoa muslim saat Tahun Baru Imlek,
5
dan makna Tahun Baru Imlek oleh masyarakat Tionghoa muslim di Karawang, Jawa Barat. 1.5
Manfaat Penulisan Penulisan ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
mengenai budaya Tahun Baru Imlek yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa muslim khususnya di Kabupaten Karawang. Selain itu, penulisan ini diharapkan bisa dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
1.6
Metodologi Penulisan
1.6.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif denganspesifikasi deskriptif kualitatif yang mana data berupa kata-katatertulis atau lisan bukan angka-angka (Danim,
2003:
61).
Dalam
hal
ini
penulis
menguraikan
data
tidak
diwujudkandalam bentuk angka-angka, namun data tersebut merupakanpenjelasan atau penguraian mengenai teks yang penulis analisis danuntuk memperoleh data dari subyek penelitian berupa kata-kata ataugambar dan bukan berbentuk angka.
1.6.2 Metode Pengumpulan data 1.
Wawancara Metode
wawancara
adalah
percakapan
denganmaksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihakyaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaandan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawabanatas pertanyaan. (Moleong, 2001: 135). Dalam hal inipewawancara adalah
6
penulis sendiriyang mengadakanwawancara dengan Dewan Pengurus Daerah Persatuan IslamTionghoa Indonesia (DPD PITI) Karawang dan beberapa masyarakat Tionghoa yang beragama Islam guna untukmendapatkan data primer. Adapun pedoman wawancara yangpenulis terapkan adalah dengan wawancara tidak terstruktur, yaitupedoman wawancara yang hanya memuat garis besar dari hal-halyang penting untuk dipertanyakan sehingga wawancara yang diperoleh perlu dirumuskan kembali (Arikunto,1998:231).
2. Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan proses pengamatan terhadap objek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung (Riyanto,2001:96).2 Metode ini penulis gunakan sebagai metode untuk memperoleh data yang berhubungan dengan perayaan Tahun Baru Tahun Baru Imlek yang dilakukan oleh Tionghoa muslim. Baik itu latar belakang, hal-hal yang mereka lakukan, maupun makna Tahun Baru Tahun Baru Imlek bagi mereka.
3. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari referensi atau buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data yang akan digunakan sebagai landasan dalam membahas
2
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras: 2009, hlm. 25.
7
kenyataan yang ditemui dalam penelitian dan mempertanggungjawabkan evaluasi dalam pembahasan masalah.3
1.6.3 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang penulis teliti adalah perayaan Tahun Baru Imlek yang dilakukan oleh Tionghoa muslim di Kabupaten Karawang. Para informan semua berasal dari masyarakat Tionghoa yang beragama Islam kecuali tokoh agama Islam. Berikut ini adalah subjek penelitian: 1.
Tokoh Agama Islam
2.
Anggota PITI
3.
Masyarakat Umum
4.
Mahasiswa
1.7
Sistematika Penulisan Pembahasan mengenai karya tulis ini dibagi menjadi empat bab.
Penjabaran setiap bab adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan pustaka yang membahas gambaran umum mengenai kabupaten Karawang, sejarah perayaan Tahun Baru Imlek di Karawang, dan perkembangan Tionghoa muslim di Karawang
3
Ibid, hal.63
8
BAB III Pembahasan mengenai hal-hal yang melatarbelakangi perayaan Tahun Baru bagi Tionghoa muslim di Kabupaten Karawang, makna dibalik perayaan Tahun Baru Imlek bagi Tionghoa muslim di Kabupaten Karawang, dan kebiasaan yang dilakukan oleh Tionghoa muslim saat perayaan Tahun Baru Imlek. BAB IV Penutup yang mencakup kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.