BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Meskipun
kedokteran
modern
semakin
berkembang,
pengobatan
tradisional tetap memperoleh ruang tersendiri di hati banyak orang. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, pada tahun 2001, sebanyak 57,7 persen penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri. Di antara mereka tadi, 31,7 persennya menggunakan obat tradisional, dan 9,8 persennya memilih cara pengobatan tradisional.Pada tahun 2004, jumlah tersebut meningkat drastis. Jumlah penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menjadi 72,44 persen, dimana 32, 87 persennya menggunakan obat tradisional. Di Indonesia, jumlah pengobatan tradisional juga semakin banyak. Lima belas tahun yang lalu, Depkes RI mencatat ada 280.000 pengobat tradisional yang membuka praktik. Meskipun saat ini data konkretnya belum diperbarui, bisa dipastikan kini jumlahnya lebih banyak lagi1.
Pengobatan tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO menyebut pengobatan tradisional dengan “tradisional medicine”sedangkan ilmuan
lainnya
menyebut
“folk
medicine”,
“alternative
medicine”,
“ethnomedicine”, dan indigenous medicine. 1
http://kesehatan.kompasiana.com
1
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Pasal 3, pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis keterampilan, ramuan, pendekatan agama dan supranatural.
1. Pengobat tradisional mempunyai keterampilan yang terdiri dari : Pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunturis dan chiroprator. 2. Pengobat tradisional ramuan yaitu pengobat tradisional dengan ramuan indonesia : jamu, gurah, tabib shinse, homeopathy dan aromatherapist. 3. Pengobat tradisional dengan pendekatan agama : Agama Islam, Kristen, Katolik dan Budha. 4. Pengobatan tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional : tenaga dalam (Prana), paranormal, reiky master, qigong dan dukun kebatinan2.
Di zaman modern ini pengobatan tradisional sangatlah marak dan diminati oleh masyarakat. Selain perkembangan industry kesehatan modern yang semakin canggih sehingga menimbulkan kemunculan berbagai cara untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Industri kesehatan tradisional yang tak mau kalah bersaing dengan pengobatan modern pun juga mulai mengemas berbagai ramuannya sepertihalnya obat obatan yang diproduksi oleh industry kesehatan modern. Salah satu alasan kenapa masyarakat masih mempercayai pengobatan tradisional adalah ketidak puasan mereka akan pelayanan di
2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39796/4/Chapter%20II.pdf
2
industry kesehatan modern dan dari segi ekonomi adalah mahalnya biaya pengobatan di industry kesehatan modern.
Menurut tesis S2 Antropologi UGM atas nama Riyanto dengan judul Konstruksi social budaya dukun pada masyarakat Banyuwangi; Studi tentang kehidupan dukun dalam penyembuhan penyakit di Kabupaten Banyuwangi (1999) hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam dunia perdukunan terdapat dua klasifikasi dukun. Klasifikasi dukun tersebut dilihat dari proses pelayanan yang dilakukan. Klasifikasi pertama masih menggunakan model model tradisional , dimana mantra dan air putih banyak dijadikan sebagai media
penyembuhan.
Sedangkan
yang
kedua
ada
yang
berusaha
menghilangkan atribut tradisional melakukan pelayanan dengan tata cara pendaftaran pasien serta menggunakan ramuan ramuan obat yang dikemas seperti layaknya pengobatan medis. Fenomena tersebut menegaskan bahwa dukun berhadapan langsung dengan proses pengobatan medis. Sehingga pada gilirannya melahirkan strategi tertentu bagi para dukun didalam memperluas pasar dan meneguhkan keberadaannya. Hal ini diantara lain dilakukannya dengan memanfaatkan media baik berupa iklan promosi dengan blog atau website. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan dukun semakin terbuka didalam tatanan social masyarakat.
Keberadaan paranormal yang lekat dengan masyarakat Indonesia di semua kalangan kelas seperti adanya ki Joko Bodo, Sholeh Pati dan tayangan tayangan televisi yang menyerap banyak animo masyarakat sepertihalnya Duan
3
Dunia, Dunia Lain, Mister Tukul Jalan-Jalan dan berbagai macam talk show di televisi yang membahas tentang fenomena fenomena mistik. Tayangan tayangan yang muncul melalui media elektronik tersebut tentunya membuat kedatangan para pasien ke klinik pengobatan tradisional mengalami peningkatan. Sepertihalnya almarhum Olga Syahputra yang datang berobat ke klinik pengobatan Umi Zubaedah dengan metode pengobatan menggunakan telur. Menurut sumber Umi Zubaedah, Dia mengklaim penyakit yang diidap Olga telah sembuh usai menjalani perawatan di kliniknya. "Oktober 2013, Olga sakit kelenjar getah bening dan alhamdulillah sudah hilang Februari," kata wanita yang dikenal menggunakan teknik pengobatan dengan telur ini3.
Hal ini menjadi salah satu indikasi selain berobat ke pengobatan medis seorang artis terkenal ini juga mendatangi salah satu klinik pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional pun juga masih menempati posisi yang ideal di hati masyarakat Indonesia dan tak kalah bersaing dengan pengobatan medis. Selain memiliki berbagai macam keuntungan dan kelemahan pengobatan tradisional juga menjadi solusi alternative pilihan pengobatan dari kalangan kelas atas hingga kelas bawah. Kepercayaan masyarakat akan mendapatkan kesembuhan dari pengobatan tradisional di semua kalangan era kontemporer ini masih tergolong tinggi tentunya hal itu yang membuat semakin menjamurnya klinik pengobatan tradisional.
3
http://www.tempo.co/read/news/2014/05/02/219574898/Selama-Pengobatan-Herbal-OlgaTak-Mengeluh-Pusing
4
Keberadaan paranormal (Dukun) di era kontemporer ini mulai menjamah ke bidang pengobatan yang bersifat non medis dan tak mau kalah dengan pengobatan medis, sepertihalnya mereka menyebuhkan pasien dengan ramuan ramuan tumbuhan yang dikemas dalam ramuan ramuan herbal sepertihanya obat obatan yang digunakan didalam dunia medis. Selain itu metode penyembuhan dengan menggunakan matra-mantra dan ritual juga masih eksis di era kontmporer ini.
Paranormal (Dukun) merupakan suatu kata yang lazim digunakan di Negara Indonesia sebagai suatu julukan untuk orang orang yang memiliki kekuatan supranatural
didalam ilmu metafisika. Paranormal dalam dunia
ilmiah sudah termasuk objek ilmu yang dipelajari dalam suatu cabang ilmu psikologi yaitu, parapsikologi, sebuah ilmu pengetahuan yang meneliti segala macam hal yang berkaitan dengan sesuatu yang bersifat supranatural atau metafisika. Metafisika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan hal hal non fisik atau tidak kelihatan. Metafisika sendiri merupakan suatu kekuatan yang terletak pada kekuatan mental , akal pikiran , hati , jiwa serta semua fisik tubuh manusia bila mana seseorang tersebut dapat membangkitkan kinerja semua unsur tubuh mereka, maka mereka dapat memiliki sesuatu yang disebut sebagai daya linuwih atau tenaga yang berlebih didalam aliran ilmu jawa.
Paranormal berasal dari bahasa yunani , para yang berarti diluar atau melampaui dan normal. Dari asal kata tersebut dapat didefinisikan paranormal merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut hal hal yang tidak
5
dapat dijelaskan secara ilmiah 4. Fenomena yang melampaui normal dari suatu kejadian yang bersifat metafisik sepertihalnya fenomena gaib dan klenik. Sedangkan paranormal dari pandangan masyarakat selama ini adalah seorang yang memiliki kekuatan indera ke enam atau suatu ilmu kebatinan. Ilmu kebatinan merupakan suatu ilmu yang didapat dari lelaku spiritual tertentu dengan cara melakukan berbagai ritual untuk mendapatkan ilmu tersebut. Sepertihalnya dengan cara besemedi , berpuasa, warisan leluhur atau dengan diajarkan oleh seorang guru spiritual. Dengan cara lelaku (menjalani) ritual secara islam atau jawa seseorang tentunya akan memiliki kepekaan pada indra ke enam dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual atau spiritual intelegence ialah suatu kecerdasan dimana kitaberusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih bermakna. Kecerdasan spiritual bekaitan dengan kecerdasan intelektual dan emosional 5. Tujuan tertinggi spiritualitas orang jawa adalah „‟persatuan hamba dengan Tuhan‟‟ (manunggaling kawula Gusti)6.
Menurut buku Octavia Pranomo (2014:28) ciri ciri orang yang memiliki Spiritual Intelegency . Orang yang memiliki kecerdasan spiritual memiliki lima karakteristik. Kelima karakteristik dimaksudkan adalah :
4
Balipost.com Octavia, Pranomo. 2014. Menjadi Pengusaha Yang Tangguh Dan Tahan Banting Dengan Indra Keenam, Yogyakrta. In Azna Books Hal : 21 6 Petir, Abimayu, Mistik Kejawen (Yogyakarta: Palapa, 2014), hlm :19 5
6
1. Memiliki kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material. 2. Memiliki kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak. 3. Memiliki kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari hari. 4. Memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan sebuah masalah. 5. Memiliki kemampuan untuk berbuat baik. Paranormal memiliki sebuah tempat tersendiri untuk mengajarkan berbagai ilmunya, tempat tersebut bernama padepokan. Arti kata padepokan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 3 adalah tempat pengasingan diri raja raja di jawa pada masa lalu, sedangkan sekarang padepokan lebih akrab dikenal sebagai tempat kreatif seni
(sanggar seni tari, seni lukis, seni
beladiri)7.Padepokan merupakan suatu nama untuk menyebut suatu perguruan tertentu didalam aliran kebatinan. Padepokan Putra Wahyu Ningrat merupakan suatu padepokan seni beladiri ilmu kebatinan dengan aliran islam yang digabungkan dengan kejawen (Akulturasi). Padepokan Wahyu Ningrat ini memiliki arti Wahyu yang berarti ajaran yang diturunkan dari Allah sedangkan Ningrat adalah golongan orang orang yang mulia. Secara harafiah Wahyu Ningrat dapat diartikan sebagai suatu ajaran yang diturunkan dari allah kepada orang orang yang mulia. Padepokan menjadi suatu wadah bagi para murid murid Padepokan wahyu ningrat untuk 7
KBBI.web.id, diakses pada 4 maret 2015 10.05
7
menimba ilmu kebatinan secara bersama untuk mengolah cipta, rasa dan karsa atau dalam istilah jawa disebut olah raga dan olah sukmo (jiwa). Pengolahan jiwa tersebut memiliki tujuan untuk memperoleh nilai nilai spiritual yang dapat membangkitkan kepekaan indra ke enam manusia. Di padepokan tersebut diajarkan berbagai macam ilmu seperti hipnotis, tenaga dalam dan kebatinan 8
.Padepokan ini diampu oleh dua orang guru spiritual yang disebut sebagai
seorang praktisi supranatural. Praktisi supranatural merujuk kepada seseorang yang membuka praktek atau seorang pakar yang ahli didalam ilmu metafisika. Praktisi supernatural juga merupakan seseorang pemimpin didalam melakukan suatu ritual didalam ajaran kejawen. Ritual tersebut dapat berupa pengobatan, menolak sihir, ruwatan , menarik benda pusaka, pengobatan, pengisian kodam dan ritual untuk memperoleh ilmu tertentu. Padepokan Putra Wahyu ningrat ini diampu oleh dua orang praktisi supranatural yang bernama Ki Joko Loro Jiwo dan Ki Joko Edan yang beralamatkan di Desa Pelem Gurih RT 06 Gamping Sleman Yogyakarta. Padepokan tersebut berdiri sejak tahun 1998 yang didirikan oleh ayah kandung dari kedua paranormal tersebut yang bernama Ki Puger Ismoyo. Di era modernisasi ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi paranormal (Dukun) masih menjadi solusi alternative bagi individu yang memiliki permasalahan didalam kehidupan, sepertihalnya kesehatan, jodoh, karir, dan berbagai permasalahan yang mebelit hidup mereka. Individu yang terbelenggu didalam permasalahan kehidupan masih menganggap praktisi 8
Paranormalhandaldariyogyakarta.blogspot.com, diakses pada 4 maret 2015 10.15
8
supranatural sebagai suatu wadah untuk berkonsultasi atas masalah yang mereka hadapi. Meskipun terkadang permasalahan mereka tidak mendapatkan solusi yang rasional tetapi anggapan masyarakat akan selesainya berbagai problematika kehidupan setelah berkunjung kepada seorang paranormal masih menjadi suatu alasan mereka untuk berkonsultasi pada seorang praktisi supranatural. Selain sebagai tempat untuk berkonsultasi Padepokan Wahyu Ningrat juga ramai didatangi oleh orang orang untuk berburu benda benda bertuah spertihalnya, keris tombak, dan berbagai macam mustika. Apa lagi pada era kontemporer sekaarang ini sedang booming tentang batu akik, hal ini menyebakan para pasien yang datang ke Padepokan tersebut juga mengalami peningkatan. Fenomena ini tentunya menjadi lebih menarik ketika seorang praktisi supranatural menjadi tempat berkonsultasi yang terpercaya antara praktisi dengan
pasien,
bagaimana
pola
interaksi
yang
terbentuk
sehingga
memunculkan kepercayaan antara pasien dengan praktisi. Kepercayaan yang terbangun membuat
padepokan ini menjadi suatu tempat yang sering
dikunjungi oleh orang orang yang ingin mendapatkan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan ini tentunya menjadi sesuatu yang menarik utuk dikaji karena di era modernism ini yang mengedepankan rasionalitas masih ada orang-orang yang percaya kepada hal hal yang bersifat kurang rasional.Selain
9
percaya pada pengobatan yang bersifat medis pada kenyataanya masyarakat masih percaya kepada praktek pengobatan alternatif Paranormal (Dukun) atau praktisi supranatural. Warisan budaya masalalu ini di era modern
justru
menjadikan praktisi supranatural sebagai profesi. Kepercayaan yang ada di dalam masyarakat masa lampau masih melekat hingga sekarang. Sehingga memunculkan suatu pertanyaan bagaimana proses pembentukan kepercayaan pasien terhadap praktisi supranatural Padepokan Putra Wahyu Ningrat. Kepercayaan tersebut tentunya akan membuat suatu hubungan kausal sebab akibat. Sehingga didalam kepercayaan antara praktisi dengan pasien akan terjaga dan membentuk suatu makna antara pasien dan praktisi. B. Rumusan Masalah Gencarnya promosi yang dilakukan oleh praktisi supranatural melalui broadcast message , blog dan website menjadi suatu cara baru yang menunjukkan bahwa keberadaan praktek perdukunan didalam tatanan social masyarakat semakin terbuka. Tidak kalahnya persaingan pengobatan tradisional dengan pengobatan modern juga menjadikan salah satu alasan peneliti melihat bagaimana fenomena ini terjadi di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri lagi problematika didalam kehidupan tentunya akan selalu menjadi dinamika didalam kehidupan seseorang. Mereka yang ingin memecahkan masalahnya dengan datang ketempat praktek seorang paranormal tentunya memiliki berbagai alasan. Tempat praktek praktisi yang tiap harinya ada saja orang orang yang berkunjung untuk sekedar berkonsultasi masih menjadi suatu warisan budaya masalalu yang masih tetap eksis dimasa kini. Hal ini tentunya 10
menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dikaji . Maka masalah yang dikaji didalam penelitian ini adalah : Bagaimana proses pembentukan kepercayaan pasien terhadap praktisi pada praktek pengobatan di Padepokan Putra Wahyu Ningrat ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk melihat proses pembentukan kepercayaan yang dilakukan praktisi terhadap pasien di Padepokan Putra Wahyu Nigrat. 2. Untuk mengetahui pemaknaan yang dilakukan oleh pasien terhadap pengobatan alternatif. D. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa karya ilmiah yang telah ditulis sebelumnya yang berkaitan dengan Judul yang diambil diantaranya : 1. Tesis tulisan Riyanto (1999) yang berjudul Konstruksi social budaya dukun pada masyarakat Banyuwangi; Studi tentang kehidupan dukun dalam penyembuhan penyakit di Kabupaten Banyuwangi. Tesis ini membahas tentang bagaimana lingkungan social budaya memberi pengaruh terhadap kehidupan seorang dukun dan bagaimana seorang
11
dukun merespon lingkungan social budaya dimana dukun itu berada. hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam dunia perdukunan terdapat dua klasifikasi dukun. Klasifikasi dukun tersebut dilihat dari proses pelayanan yang dilakukan. Klasifikasi pertama masih menggunakan model model trasional , dimana mantra dan air putih banyak dijadikan sebagai media penyembuhan. 2. Skripsi tulisan Sugiyanto (2007) yang berjudul Fenomena Pengobatan Alternatif ION DETOX. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perkembangan pengobatan alternatifjika dilihat dari sudut pandang sosiologi dan menangkap motivasi pasien. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menangkap keterkaitan motif ekonomi dan motif social yang mendorong masyarakat untuk berobat ke pengobatan alternative ION DETOX. Hasil penelitian yang didapat di lapangan adalah bahwa system pengobatan alternative telah berkembang dalam berbagai cara dan berbagai budaya serta daerah yang berbeda. Dari catatan sejarah diperoleh hasil pengobatan dibagi pada tiga tahap didasarkan pada system kebenaran. Pertama tahap dasar kepercayaan . system pengobatan yang dasarnya adalah kepercayaan mempercayai bahwa penyakit disebabkan oleh kekuatan gaib, oleh sebab itu cara penyebuhannya dengan kekuatan supranatural dan dasar keagamaan. Kedua dasarnya adalah panca indera, pada tahap ini pengobatan alternative
mengalami
stagnan
disebabkan
masyarakat
lebih
mengutamakan pengobatan modern. Tahap terakhir adalah kebenaran
12
hal ini dikarenakan kitidakpuasan masyarakat terhadap pengobatan modern. 3. Buku berjudul MISTIK KEJAWEN (2014) yang ditulis oleh Petir Abimanyu dalam menguak rahasia hidup orang jawa. Didalam buku ini dijelaskan tentang Akulturasi budaya islam dan jawa, konsep konsep ajaran kejawen, dan aliran yang masih eksis hingga era kontemporer ini. E. Kerangka Konseptual 1. Perubahan Sosial Perubahan social merupakan suatu realitas yang majemuk, bukan realitas tunggal yang diakibatkan oleh dinamika masyarakat tertentu. Perubahan social adalah suatu bentuk peradaban umat manusia akibat adanya ekskalasi perubahan alam, biologi, fisik yang terjadi sepanjang kehidupan
manusia.
Perubahan
social
bukan
hanya
akibat
dari
pembangunan yang gencar dilakukan oleh birokrasi pemerintah tetapi suatu bentuk perubahan yang menjadi keinginan organisme social dalam bentuk wajar. Perubahan social bukanlah kekuatan yang saling meniadakan dan menuju pada identitas tunggal, tetapi perubahan social menuju kepada keragaman etnis yang mendasari9.
9
Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), hlm 1-2
13
Dengan adanya pengobatan tradisional yang semakin berkembang menandakan bahwa masyarakat di era kontemporer ini tidak sepenuhnya mempercayai pengobatan medis modern hal ini menujukkan bahwa pada masa transisi masyarakat yang lebih maju biasanya terjadi perubahanperubahan social yang menyebabkan ketidakpastian hidup. Ketidakpuasan
masyarakat
akan
pengobatan
modern
atau
pengobatan konvensional menyebabkan masyarakat beralih ke pengobatan alternatif menunjukkan adanya perubahan social. Selo Sumarjan dan Solaiman Soemardi berpendapat bahwa perubahan-perubahan social adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perikelakuan diantara kelompokkelompok dalam masyarakat10. Masyarakat yang pada suatu masa bentuknya sederhana tentunya pada masa tertentu akan berbentuk lebih kompleks. Tahapan perubahan pada masyarakat berlangsung secara siklus dan berulang ulang. Menurut Pitirim A. Sorokin bahwa masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yang masing masing didasarkan pada suatu system kebenaran. Tahap pertama, dasarnya adalah kepercayaan, tahap kedua, dasarnya adalah panca indera manusia, dan tahap ketiga adalah kebenaran. Pada saat kemunculan pola prilaku baru dimasyarakat, pertama kali yang terjadi
10
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002
14
adalah proses kepercayaan. Dimana proses penerimaan masyarakat terhadap inovasi didasarkan kepada kepercayaan akan manfaat yang dicapai. Tahap berikutnya masyarakat melihat realita social yang ada, jika perubahanperubahan yanhg terjadi lebih banyak berguna bagi kehidupan masyarakat, maka secara perlahan masyarakat akan menerima perubahan sebagai suatu kebenaran.
Seperti
dalam
perkembangan
pengobatan
pada
awal
perkembangannya manusia menggunakan cara-cara tradisional untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatannya, setelah penemuan baru di dunia kesehatan modern masyarakat beralih pada industri kesehatan modern 11. Akan tetapi seiring dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan modern dan semakin mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pengobatan maka tidak mengherankan bila masyarakat mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi adalah perubahan pada suatu siklus dimana masyarakat akan kembali kepada pengobatan tradisional atau alternatif. 2. Fenomenologi Fenomenologi memfokuskan studinya pada masyarakat berbasis makna yang dilekatkan oleh anggota. Teori fenomenologi berpendapat untuk memahami dunia realitas yang sesungguhnya. Pemahaman ini menandakan bahwa realitas sesungguhnya adalah duni yang dihayati oleh seseorang. Fenomenologi menurut Husserl merupakan suatu pemahaman
11
http://digilib.uinsuka.ac.id/947/1/BAB%20I%2C%20BAB%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
15
yang bersifat subjektif sehingga dalam memandang realitas tidak hanya dari yang tampak saja, melainkan menggali realitas secara lebih dalam makna dibalik realitas tersebut12. Alfred schutz (1962) menjelaskan mengenai sosiologi kehidupan sehari hari yang memfokuskan pada proses sosialisasi yang menjadi cadangan pengetahuan umum dari anggota masyarakat, kemampuan mereka berinteraksi dan relevansi pemahaman makna yang muncul dalam kehidupan sehari hari13. Fenomenologi merupakan perspektif sosiologi yang focus pada kehidupan sehari hari selain interaksionisme simbolik, dramaturgi, teori labeling, ethnometodologi, sosiologi eksistensial dan sosiologi post modern. Diantara perspektif perspektif teoritis tersebut terdapat ide yang sama, yakni dengan mempertahankan integritas fenomena. Tugas utama fenomenologi social adalah mendemonstrasikan interaksi interaksi reciprocal di antara proses-proses tindakan manusia, penstrukturan situasional dan konstruksi realitas. Tindakan seseorang didefinisikan Scutz sebagai perilaku yang bermakna subjektif (subjective meaning). Subjektivitas atas makna seseorang terhadap tindakan menurut Scutz bukan hanya berada pada dunia privat atau individual melainkan sebagai hasil kebersamaan makna. Kebersamaan makna oleh Scutz dinamakan sebagai intersubjektif, makna yang membentuk struktur social
12
Journal Prosding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora, Sosialisasi Undang-Undang KDRT Di Jawabarat, 2012, Hal-201 13 Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik hingga Postmodern). Jogjakarta: Ar-Ruzz Meia, 2012, hal-136
16
adalah makna dan pembentukan makna. Dengan begitu tindakan individu adalah tindakan subjektifyang merujuk pada suatu motif tujuan yang disebut in order to motive yang sebelumnya melalui proses intersubjektif dalam kerangka interaksi.14. Manusia menurut Scutz mengalami kehidupannya melalui kesadaran social, karena dunia realitas yang dialami manusia adalah dunia intersubjektif. Fenomenologi menekankan bahwa keunikan spirit manusia dalam melakukan tindakan merujuk pada motif dan makna dari tindakan subjektif terkait tujuan tertentu. Tindakan individu adalah tindakan subjektif yang merujuk pada tujuan yang disebut dengan in order to motive. Tindakan in order to motive tidak muncul begitu sajatindakan tersebut sebelumnya melalui tahapan because motive. Tindakan yang berdasarkan because motive menurut Scutz merupakan makna subjektif individu yang berkaitan dengan sebab-sebab tertentu15. a. Intersubjektif Blumer menentukan premis bahwa manusia itu memiliki kedirian (self). Kedirian (self) dapat disebut juga dengan self indication. Self indication adalah suatu proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu , memberinya makna, dan memutuskan
14
Journal Prosding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora, Sosialisasi Undang-Undang KDRT Di Jawabarat, 2012, Hal-202 15 Journal Prosding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora, Sosialisasi Undang-Undang KDRT Di Jawabarat, 2012, Hal-202
17
untuk bertindak berdasarkan makna tersebut16. Pokok pendekatan dari teori tersebut adalah bahwa masyarakat merupakan suatu individuindividu yang memiliki kedirian sendiri-sendiri. Tindakan individu tidak dapat lepas dari konstruksi. Keberadaanya didasari oleh suatu catatan dan penafsiran ketika dia akan bertindak. Proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan bertindak berdasarkan makna tersebut (dalam Poloma, 2000:261). Blumer ( West & Turner, 2008:99) berasumsi pada tiga pokok interaksionisme simbolik : 1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka. 2. Makna diciptakan dalam interaksi atar manusia. 3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretative. Menurut
Blumer
(dalam
soeprapto,
2002:123)
dasar
interaksionisme simbolik adalah makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Sebuah tindakan bermakna sosial manakala tindakan tersebut timbul dan berasal dari kesadaran subyektif dan mengandung makna intersubyektif. Artinya terkait dengan orang di luar dirinya17. Manusia bertindak
16
Sulthoni, Ahmad Nurul, 2010. Studi interaksionisme simbolik tentang makna sneaker dalam komunitas sneakerhead di Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga. Hal IV-4 17 Ria Mardalena, Skripsi Makna Pegawa Negeri Sipil (PNS) Sebagai Simbol Status Sosial Bagi Masyarakat Desa Kerujon Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten Oku Timur. Universitas
18
terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka. Asumsi Blumer ini menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons orang berkaitan dengan rangsangan tersebut. Blumer tertarik dengan makna yang ada di balik perilaku yang membuat makna sesuai dengan kekuatan sosial yang membentuk dirinya. Proses bagaimana cara praktisi supranatural mempengaruhi pasiennya secara intersubjektif menimbukan kepercayaan antara pasien dan praktisi. Sehingga interaksi yang berlangsung dua arah atara pasien dan praktisi menimbulkan suatu pemaknaan dialektik antara dua subjek yaitu pasien dan praktisi. Didalam hal ini ketika pasien berkonsultasi pada praktisi supranatural, makna intersubjektif muncul ketika pasien memberikan rangsangan atas berbagai permasalahan yang dihadapinya sehingga memunculkan stimulan bagi praktisi untuk memberikan makna atau solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh pasien. Pemaknaan intersubjektif antara dua subjek pasien dengan praktisi mebuat suatu hubungan kausal. Hubungan kausal tersebut dapat berupa berkurangnya beban pasien setelah datang berkonsultasi atau berobat kepada praktisi.
Sriwijaya. Hal-20 diakses dalam http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/TA_07081002082.pdf
19
b. Tindakan Sosial Tindakan social yang dilakukan oleh individu tentunya tidak akan lepas dari bekal pengetahuan individu. Individu memaknai tindakan yang dilakukannya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Pemaknaan tersebut akhirnya mendorong individu untuk melakukan tindakan. Awal mula tidakan individu disimpulkan dengan adanya pemaknaan yang dilakukan oleh individu. Penafsiran tidakan manusia antara individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok maupun individu dengan kelompok. Fenomenologi merupakan salah satu teori dimana individu ditempatkan sebagai pemberi makna.George Ritzer memberikan pandangannya terhadap pemikiran Alfred Schutz bahwa Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari subjektivitas yang disebutnya: intersubjektivitas. Konsep intersubjektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok saling menginterpretasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara individual. Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi social terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar
20
kelompok18. Tindakan social dalam konteks pengobatan merupakan suatu tindakan yang menjadi dasar pasien untuk melakukan pengobatan dari makna yang muncul terhadap praktek pengobatan tradisional. Pasien sebagai pemberi makna terhadap individu lain yang menawarkan produk social yang mereka tawarkan Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
PASIEN
PRAKTISI
INTERSUBJEKTIF
STOCK OF KNOWLEDGE
TINDAKAN SOSIAL
MAKNA
KEPERCAYAAN PASIEN 18
George Ritzer. Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta : Raja Grafindo Persada.2010. Hal : 21-22
21
F. Metode Penelitian Untuk memperoleh informasi lebih dalam, peneliti mencoba lebih dekat dengan pasien, anggota dan pengurus Padepokan Putra Wahyu Ningrat yaitu melakukan pengamatan, berinteraksi dan mengikuti aktivitas mereka. Dari situlah peneliti mulai melakukan wawancara tidak terstruktur dan mengalir seperti percakapan sehari-hari. Peneliti melihat pola interaksi antara pasien dengan praktisi supranatural ketika berkonsultasi ke Padepokan Putra Wahyu Ningrat. 1. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulakan berupa data narasi yang dikumpulkan melalui wawancara , catatan pribadi memo dan sumber-sumber data sekunder lainnya. Dalam penelitian kualitatif ini akan digambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam. Dalam pendekatam penelitian kualitatif
diperlihatkan
sebuah
kerangka
berpikir
konseptual
dan
kontekstual. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang bersifat alamiah. Pada penelitian ini peneliti memiliki peran penting dalam penelitian, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan dan analisis data bersifat induktif. Penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi tapi lebih menekankan pada makna yang ada. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu-ilmu sosial.
22
Penelitian kualitatif studi kasus menggunakan metode analisis pemahaman yang cermat dan intensif mengenai suatu unit kesatuan sosial berupa pribadi, keluarga, kelompok atau masyarakat19. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk memahami fenomena sosial yang sedang diteliti secara holistik dan bermakna. Penelitian kualitatif studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa pada ranah kontemporer. Pada dasarnya penelitian sudi kasus ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang menggunakan strategi historis, namun sdudi kasus menggunakan dua komponen sumber bukti yang tidak digunakan oleh para peneliti sejarah yaitu observasi dan wawancara20. Studi kasus memliki kedekatan dengan sumber data dokumen, peralatan, wawancara dan observasi. Penelitian kualitatif studi kasus akan lebih cocok digunakan pada : a. Tipe pertanyaan penelitian berupa “Bagaimana” dan “Mengapa” kerena pertanyaan ini pada dasarnya bersifat eksplanatoris yang berkaitan dengan kaitan oprasional yang menuntut pelacakan waktu tersendiri. Pertanyaan ini akan mengarah pada strategi penelitian studi kasus, historis dan eksperiment . b. Tidak membutuhkan kontrol yang luas terhadap peristiwa sosial yang diteliti
19 20
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana . Hal : 118 Yin, Robert, K. 2006. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Hal : 12
23
c. Fokus terhadap fenomena kontemporer 21. Selanjutnya pendekatan yang digunakan untuk menunjang proses penelitian adalah diskriptif. Pendekatan ini membantu peneliti dalam merepresentasikan tentang profil dan struktur di Padepokan Putra Wahyu Ningrat. 2. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sember data yaitu sumber data primer dan sekunder. a. Sumber data Primer Sumber data yang berasal dari kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai secara langsung. Sumber didapatkan dari wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap subjek penelitian. Dalam penelitian ini sumber primernya adalah pengelola Padepoka Putra Wahyu Ningrat, pasien yang berkunjung ke padepokan dan warga masyarakat sekitar padepokan yang berada di dusun Pelem Gurih Gamping Sleman Yogyakarta. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data yang berasal dari sumber lain yang dapat berupa tulisan, jurnal dan lain-lain yang digunakan sebagai informasi pendukung bagi sumber utama yang digunakan.
21
Yin, Robert. K. 2006. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Hal : 1
24
Pengumpulan data merupakan suatu langkah yang sangat penting didalam penelitian, oleh karena itu seorang peneliti harus jeli dan terampil didalam mengumpulkan data agar memperoleh data yang valid. Pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1) Observasi mendalam Observasi mendalam adalah cara pengambilan data dengan cara turun langsung untuk melakukan pengamatan. Aktifitas yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi atau gambaran lebih mendalam tentang fenomena yang dikaji. Peneliti turun langsung kelapangan dengan cara mengamati subjek penelitian dan objek. Dengan cara berinteraksi langsung dengan praktisi, anggota dan pasien peneliti mencatat segala hal yang berkaitan dengan obyek penelitian. Dalam proses observasi peneliti hanya mencatat apa yang dilihat, dudengar atau dirasakan atas aktifitas dan sikap yang tampak. Adapun observasi pada penelitian ini dilakukan pada saat peneliti menangkap kejadian atau situasi apa yang menunjukkan bahwa itu merupakan gambaran dari bentuk interaksi yang membangun kepercayaan antara praktisi dengan pasien atau sebaliknya. Peneliti juga mengikuti kegiatan di padepokan Putra Wahyu Ningrat.
25
2) Indepth Interview (Wawancara mendalam) Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara peneliti dengan subjek penelitian. Dalam wawancara mendalam ini peneliti akan mewawancari anggota, pasien dan pengelola Padepokan Putra Wahyu Ningrat yaitu Tomy Hermawan yang memiliki julukan Ki Joko Edan dan Erik Irawan yang memiliki julukan Ki Joko Loro Jiwo terkait dengan kegiatan yang ada di padepokan Putra Wahyu Ningrat. Dalam wawancara mendalam ini, peneliti lebih menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur. Dengan pedoman wawancara memuat garis besar yang akan ditanyakan terkait dengan fenomena yang dikaji, tidak harus urut tetapi dapat acak dan mengalir sesuai latarbelakang informan. Alat bantu selain interview guide adalah tape recorder atau rekaman, agar setelah wawancara tidak ada data yang terlewatkan.Dengan wawancara, data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara rinci. 3) Dokumentasi Dokumentasi adalah sumber data penelitian dari data sekunder. Data ini berupa bahan tertulis baik buku, berita dari surat kabar dan data-data terkait kegiatan di Padepokan Putra Wahyu Ningrat yang berhubungan dengan penelitian ini. Dari dokumentasi
26
yang dikumpulkan akan dilakukan koding (pengkodean data penting) untuk memperoleh data yang sekiranya penting. Tujuan digunakan metode ini adalah untuk melihat berbagai kegiatan yang ada di dalam padepokan Putra Wahyu Ningrat baik dari buku daftar pasien dan dokumentasi lain terkait dengan data yang diperlukan didalam penelitian ini. 3. Pemilihan Informan Penelitian ini akan mengambil kegiatan dari pengelolaan Padepokan Putra Wahyu Ningrat, Desa Pelemgurih, Kecamatan Gamping , Kabupaten Sleman. Pengambilan informan akan dilakukan dengan teknik Pusposive. Pusposive adalah teknik pengambilan Informan bertujuan, dalam artian pengambilan informan penelitian sesuai dengan topik penelitian yang diambil. Informan yang diambil adalah informan yang menguasai topik penelitian. Sedangkan untuk mendukung data yang akan dicari peneliti akan menggunakan teknik snowball, yakni menanyakan informan lain yang memiliki kriteria yang sama kepada informan yang sedang di wawancara. 4. Teknik Analisa Data Dalam analisa data penelitian kualitatif studi kasus diperlukan suatu strategi analisis umum. Dari penentuan strategi umum ini, pada nantinya akan menentukan strategi khusus untuk melakukan analisa data. Tanpa strategi seperti ini, maka pada nantinya analisis data studi kasus akan berlangsung dengan sulit22. Strategi umum yang akan digunakan dalam
22
Yin, Robert. K. 2006. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Hal :138
27
penelitian ini adalah strategi yang mengikuti proposisi teoritis untuk menuntun proses penelitian studi studi kasus. Dengan menggunakan strategi ini, tujuan dan desain asal dari studi kasus didasarkan pada proposisiproposisi
teoritis.
Proposisi-proposisi
tersebut
membentuk
rencana
pengumpulan data dan memberikan prioritas pada strategi analisis yang relevan. Dengan menggunakan strategi umum yang mendasarkan pada proposisi teoritis akan memfokuskan perhatian pada data tertentu sesuai kebutuhan penelitian karena proposisi ini merupakan contoh dari orientasi teoritis yang menuntun analisis studi kasus
23
. Strategi khusus yang yang
akan digunakan untuk melakukan analisis data kualitatif studi kasus adalah menggunakan teknik pembuatan eksplanasi. Tujuan dari penggunaan teknik analisis ini adalah membuat eksplanasi tentang kasus yang diteliti. Teknik analisis studi kasus ini bukan bertujuan untuk menyimpulkan suatu penelitian, melainkan mengembangkan gagasan-gagasan untuk penelitian selanjutnya24. Penelitian studi kasus yang baik adalah yang eksplanasinya mencerminkan beberapa proposisi yang signifikan secara teoritis25. Pembuatan eksplanasi ini akan disajikan secara naratif pada akhir proses penelitian. Karakteristik yang perlu diperhatikan menurut Robert. K.Yin dalam teknik analisis data studi kasus eksplanasi adalah :
23
Yin, Robert. K. 2006. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Hal : 136138 24 Ibid Hal : 146-157 25 Ibid : 148
28
a.
Membuat suatu pernyataan teoritis awal atau proposisi awal tentang perilaku sosial.
b.
Membandingkan temuan kasus awal dengan pernyataan atau proposisi tadi
c.
Memperbaiki pernyataan atau proposisi
d.
Membandingkan rincian-rincian kasus lainnya dalam rangka perbaikan tersebut
e.
Membandingkan perbaikan tersebut dengan fakta-fakta dari kasus lain
f.
Mengulangi proses ini sebanyak mungkin sebagaimana diperlukan Dalam konteks penelitian ini peneliti akan dipandu dengan beberapa
teori tentang perubahan sosial di masyarakat. Teori ini akan membantu peneliti dalam hal pengumpulan dan juga analisis data kualitatif studi kasus. 5. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di wilayah kabupaten sleman , yaitu Padepokan Putra Wahyu Ningrat yang beralamatkan di Desa Pelem Gurih RT 06 Gamping Sleman Yogyakarta. Padepokan tersebut berdiri sejak tahun 1998. Padepokan Putra Wahyu Ningrat ini merupakan padepokan turunan dari padepokan Wahyu Ningrat yang didirikan oleh Ki Puger Ismoyo selaku ayah dari pengelola padepokan Putra Wahyu Ningrat.
29