BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Muslim ditemukan pada awal 1717, di mana terdapat seorang budak bertutur Arab dan tidak makan dengan garpu dan percaya kepada Allah dan Muhammad. Menurut beberapa sumber dari sekitar seperlima budak yang dibawa ke Amerika dari Afrika di abad 18 dan 19 adalah Muslim. Kebanyakan dari mereka menetap di kawasan Selatan Amerika. Islam merupakan satu satunya agama terbesar yang sampai saat ini penduduknya mendekati 1 milyar atau seperlima penduduk dunia, tetapi di masyarakat Amerika Islam belum menduduki posisi yang semestinya. Meskipun dalam hal tertentu Islam mulai menjadi agama di Amerika. Masyarakat Islam di AS adalah sebuah minoritas substansial yang terdiri dari individu-individu terutama dari Afrika-Amerika, yang menetapkan dirinya bahwa Amerika Serikat adalah tempat tinggalnya setelah mereka berpindah memeluk agama Islam. Dalam perkembangannya para Imigran Muslim telah beradaptasi dengan kehidupan masyarakat di AS yang sangat plural. Imigran awalnya cenderung untuk tinggal di lingkungan sesama Muslim, atau jika mungkin dengan latar belakang etnik yang sama, namun dalam perkembanganya mereka mencoba untuk memperkenalkan Islam sebagai sebuah agama yang menghormati perbedaan dan bermasyarakat. Imigran Muslim telah berkembang selama ini, mereka mampu mempengaruhi dan mengadopsi elemen dari pola budaya Kristen Amerika yang
1
dominant sehingga dalam proses perubahan telah terjadi dalam komunitas Muslim Afrika-Amerika, dimana persepsi dan praktik ajaran Islam dan pengintegrasiaanya menjadikannya sub budaya Amerika. Tumbuhnya masyarakat Muslim di Amerika telah dipahami dan disambut baik bahwa Amerika sebagai negara sekuler dan pluralistik yang mentoleransi semua agama dan idiologi. Pada saat yang sama, komunitas baru ini menjadi sesuatu yang menakutkan, di mana terjadi perasaan prejudice masyarakat Amerika terhadap tumbuh dan berkembangnya keyakinan Islam. Dalam hal berintegrasi minoritas muslim di AS menurut Ibrahim Hooper, Direktur Komunikasi The Council on American-Islamic Relations (CAIR), umat Islam AS dapat berintegasi secara baik dengan masyarakat AS lainnya. Mayoritas Muslim AS juga menolak terorisme dan ekstrimisme yang menggunakan simbolsimbol agama, ujarnya.1 Dalam hal berintegrasi minoritas muslim di Amerika Serikat mencakup bebera aspek politik, dalam aspek sosial pindahnya orang ke Islam tidak hanya terjadi di kalangan warga negara keturunan Afrika. Banyak dari kalangan pemimpin Muslim memperkirakan bahwa ada sekitar 40.000 sampai 75.000 orang kulit putih telah berpindah ke Islam, yang mayotitas adalah wanita. Beberapa pengamat menyimpulkan pindahnya orang ke Islam karena masalah kawin campur. Sebuah survey dalam kelompok kecil wanita ditemukan bahwa mereka (wanita) pindah ke Islam untuk mendapatkan jodoh dan mereka mempertimbangkan peran dan status wanita di Islam lebih dihargai daripada peran dan statusnya di masyarakat Amerika.
1
http://komfis.wordpress.com/2007/07/01/memotret-kehidupan-muslim-amerika/
2
Beberapa pemuda Amerika, telah berpindah Islam setelah mengalami pencarian jati diri agama, Mereka menjadi tertarik denganIslam karena kehidupan umat muslim yang sederhana dan damai, Islam merupakan agama yang fleksibel, di mana secara historis telah ditunjukkan dan dikembangkan, yang membuatnya mampu bertahan dalam lingkungan budaya dan sosial masyarakat Amerika yang sangat berbeda. Pada tingkat yang lebih filosofis, komitmen Muslim Amerika seringkali menemukan kesulitan untuk merekonsiliasikan dengan apa yang dilihat, seringkali menonjolkan aspek materialis. Seperti halnya dalam sikap individualis yang sangat exstrim. Banyak umat Islam juga takut akan keruntuhan kesatuan keluarga, sebagai pilar utama masyarakat Muslim, di mana seringkali berada di bawah tekanan pola liberalisme masyarakat Amerika. Problem yang lebih khusus adalah upaya penguatan kembali terhadap anak-anak Muslim yang seringkali di cederai dan dihina di kelas oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Lima tahun yang lalu, Masjid di Amerika telah dilempari batu dan dirusak. Situasi seperti ini mengakibatkan Muslim diberi informasi lewat media jaringan telekomunikasi internal, adalah hanya melihat bagaimana kebijakan luar negeri AS diformulasikan dan diimplementasikan, dan juga bagaimana Amerika Serikat menata kehidupan demokrasi yang ideal, yang di dalamnya termasuk mengancam kehidupan Muslim di rumahnya. Dan bagi para audience muslim di negara dunia ketiga ini tidaklah tergantung kepada satu media saja, maka kebanyakan orang imigran Muslim di AS menjalin hubungan yang kuat dengan keluarganya di negara dan tanah airnya, dan jangan sampai terputus
3
informasi antara teman dan sahabat-sahabat. Akhirnya, mahasiswa muslim dan tamu-tamu di AS secara cepat menjadi sangat sensitif melihat kekhawatiran yang dialami dari sesama pemeluk Islam yang telah menetapkan tinggal di AS. Dalam hal budaya. Imigran Muslim telah berkembang selama ini, mereka mampu mengadopsi elemen dari pola budaya Kristen Amerika yang dominan. Suatu proses perubahan telah terjadi dalam komunitas Muslim Afrika-Amerika, di mana persepsi dan praktik ajaran Islam dan pengintegrasiaanya menjadikannya sub budaya Amerika. Beberapa isu yang terjadi selama proses adaptasi Islam ke Amerika adalah sebagai berikut: pertama Masjid di Amerika secara pasti telah mengambil fungsi non-tradisional yang secara normal selama ini dipegang oleh gereja. Banyak upacara perkawinan dan pesta diadakan di Masjid. Pada waktu minggu pagi diadakan pendidikan keagamaan dan pertemuan sebagai tambahan kegiatan rutin Sembahyang Jum’at. Infaq semakin banyak, terutama ketika remaja putri mengadakan bazar, menjual roti dan even-even budaya yang keuntungannya diberikan untuk Masjid. Kedua Peran Imam telah menjadi lebih baik dan mapan. Dalam dunia Muslim, peran imam pada pemimpin doa (sembahyang) dan perintah-perintah Qur’an dan hukum Islam bagi para anggotanya. Namun di Amerika Serikat, peran pemimpin agama (imam) adalah menghidupkan masjid, menyediakan konsultasi seperti yang dilakukan pendeta dalam Kristen. Yang tak kalah pentingnya, Imam berperan sebagai juru bicara Islam ketika suatu komunitas Muslim di suatu daerah yang belum diketahui. Dan ketiga Sejumlah
4
masyarakat muslim, ingin membangun masjid yang dapat menjalankan fungsi Bank untuk memenuhi kebutuhan tertentu, meski Islam menentang Riba. Meskipun beberapa adaptasi telah memfasilitasi praktik Islam di Amerika , variasi tersebut seringkali melahirkan problem, pertama diskrepensi yang subtansial dengan antara hukum sipil Amerika dengan hukum Islam, misalnya dalam hal perceraian, anak angkat, perkawinan, warisan, perwalian, maupun aborsi. Hukum sipil tampaknya sejak awal diformat untuk memisahkan secara tegas dari agama, sedangkan hukum Islam pendasarkan diri pada pengajaran Qur’an dan diterima oleh setiap Muslim sebagai petunjuk bagi manusia. Konflik antara kesadaran (perasan) religius dan kepatuhan pada hukum bumi seringkali tak terselesaikan dengan tuntas. Kedua kewajiban dasar untuk sembahyang dalam keseharian menghadirkan masalah dalam praktiknya. Sembahyang dilakukan 5 kali dalam sehari, dengan waktu-waktu tertentu dari pagi sampai malam. Wudlu -sebagai ritual untuk membersihkan tangan, kaki, siku, telinga, wajah dan kepala -diperlukan sebelum mengerjakan sembahyang. Hal ini seringkali menimbulkan kesulitan ketika dilakukan ditempat kerja. Apalagi sembahyang memerlukan tempat yang terjamin kebersihannya (suci) dan bebas dari gambar atau potret. Ketiga bagi muslim yang mau menjalankan kewajiban puasa dari fajar sampai matahari tenggelam selama satu bulan melahirkan masalah yang berkaitan dengan pola kerja. Keempat bagi kebanyakan Muslim, kewajiban menjalankan sembahyang Jum’at pada waktu siang hari melahirkan konflik dengan tanggungjwab kerja, Apalagi dalam penetapan hari libur, di mana orang Yahudi dan Nasrani yang berlibur pada hari minggu yang diakui oleh sebagian besar
5
pegawai, dan ini tak berlaku bagi kasus umum bagi orang Islam. Yang kelima kemeja Amerika, praktik pacaran, dan kecenderungan perkawinan antar agama secara mendalam telah menjadi perhatian beberapa orang Muslim. Qur’an melarang seorang Muslim kawin dengan non-Muslim yang di pahami akan menghasilkan masalah yang besar dalam imigran Muslim di mana banyak pemuda Muslim telah melakukan perkawinan seperti ini, di mana dalam beberapa kasus untuk memperoleh suami harus mendatangkan dari negara lain. Sebelum peristiwa WTC di Amerika Serikat terjadi perkembangan situasi pertentangan rasional antara masyarakat kulit hitam dan masyarakat kulit putih, kemudian menjadi isu religius, karena masyarakat kulit hitam identik dengan beragama Katolik dan Islam, sedangkan masyarakat kulit putih identik dengan Kristen dan Yahudi. Hal ini bisa dilihat dari pola pemukiman masyarakat Amerika Serikat yang di dasarkan pada pengelompokan ras. Contohnya adalah adanya kawasan pecinan di AS, kawasan Baronx di New York yang merupakan mayoritas kulit hitam. Adanya peristiwa 11 september 2001 atau lebih dikenal dengan tragedi WTC yang di lakukan oleh teroris yang di identikkan pelakunya adalah orang Arab ternyata terbukti, sedangkan orang Arab sendiri selalu identik beragama Islam. Dengan adanya kenyataan tersebut maka menempatkan Islam dan umatnya sebagai tertuduh teroris dengan kata lain Islam identik dengan sebutan teroris. Hal ini secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap pandangan masyarakat Amerika Serikat terhadap masyarakat Muslim di Amerika Serikat dan sangat berpengaruh dalam proses integrasi nasional.
6
B. Pokok Permasalahan Dari latar belakang permasalahan di atas maka dapat di rumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: Bagaimana kondisi Integrasi Minoritas Muslim di Amerika Serikat pasca WTC ?
C. Kerangka Pemikiran Mengacu pada pendapat Higgins pengertian integrasi mencakup lima hal yang saling berkaitan erat2. Pertama, integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam satu kesatuan wilayah dan pada pembentukan identitas nasional. Kedua, integrasi nasional sering digunakan dalam arti menunjuk pada pembentukan wewenang kekuasaan nasional atas unit-unit politik yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok sosial tertentu. Ketiga, integrasi sering digunakan untuk menunjuk pada integrasi antara elite dan masa, yang ditandai oleh perbedaan-perbedaan mencolok dalam spirasi dan nilai yang dianut kedua belah pihak. Keempat, integrasi digunakan untuk menunjukkan adanya konsensus nilai yang minimum, yang diperlukan untuk memelihara ketertiban sosial dan penyelesaian konflik. Terakhir, pengertian integrasi nasional menunjuk pada sikap dan perilaku integratif warga negara. Dalam pengertian ini secara optimal anggota masyarakat mempunyai kapasitas untuk melaksanakan tujuan-tujuan bersama dalam wadah yang dibentuk secara bersama pula.
2
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/10/27/0082.html di akses pada tanggal 20-042008.
7
Konsep yang akan penulis gunakan untuk menjelaskan pengintegrasian minoritas adalah konsep Rinnus Penninx. Pengertian minoritas adalah sekumpulan orang yang umumnya dalam jumlah lebih kecil yang memiliki identitas bersama yang di dasarkan pada pengalaman dan budaya. Dalam mengintegrasikan minoritas Rinnus Penninx mensyaratkan tiga hal3 yaitu yang pertama adalah integrasi politik, integrasi dapat terjadi jika ada kerangka tentang kewarganegaraan yang baik. Kewarganegaraan ini tidak hanya berkenaan dengan rasa kepemilikan nasional atau sebuah kategori formal yang menghubungkan negara dan indifidu, tetapi lebih kepada sebuah aturan tentang hak-hak yang substensial, hak-hak itu mencakup hak politik (hak pasif dan aktif dalam pemilu, partisipasi dalam referendum dan petisi). Persoalan yang terjadi di Amerika Serikat adalah yang pertama adanya kebijakan AS melakukan ”profiling”. Profiling adalah tindakan untuk mencurigai seseorang hanya karena etnisitas atau rasnya. Sebelum serangan 11 september di Amerika Serikat diadakan profiling terhadap warga Amerika keturunan Arab, terutama di pelabuhan-pelabuhan udara, dan hal tersebut biasa di lakukan oleh pemerintah Amerika.4 Meskipun kebijakan resmi mengatakan orang tidak boleh dicurigai hanya karena etnisitas dan ras mereka, tetapi kenyataannya pemerintah Amerika menyatakan secara terbuka kepada para wartawan dan lainnya, bahwa ya, kami melakukan profiling. Sejak dilancarkannya sistem profiling pada tahun 1996, ribuan warga Amerika keturunan Arab menjadi sasaran hanya karena
3
R.Penninx, Integration Of Migrants: economic, social, cultural, and political dimentions, (http://www.unece.org/ead/pau/epf/penninx.pdf), diakses tanggal 05-05-2008.
4
Kutipan Shakila Yasmin and her husband worked in World Trade Center (VOA).
8
etnisitas dan ras mereka, katanya untuk keamanan. Yang kedua adalah tidak adanya usaha atau upaya pemerintah AS atau konggres dalam mencegah meluasnya diskriminasi terhadap masyarakat muslim oleh masyarakat non muslim. ( perlindungan hak-hak sipil masyarakat muslim di AS ). Yang kedua adalah integrasi sosial, pengertian integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Integrasi dapat terwujud jika ada interaksi antar masyarakat sehingga terjadi interaksi yang positif, baik budaya, bahasa dan sebagainya. Selain itu berhasil atau tidaknya integrasi sosial dapat dilihat dari berbagai indikator. Indikator-indikator itu diantaranya adalah proses adaptasi minoritas Muslim terhadap masyarakat AS. Persoalan yang terjadi di AS adalah adanya kesulitan beradaptasi diantara umat Muslim di AS, ditunjukkan dengan adanya anak-anak muslim sering dicederai oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. hal ini kemudian menjadi lebih sulit lagi setelah serangan WTC. Yang ketiga adalah integrasi budaya, ini bisa terwujud jika ada interaksi positif dari minoritas dan mayoritas. Jika minoritas bersikap resisten terhadap budaya mayoritas dan pandangan mayoritas terhadap budaya minoritas sebagai hal yang inferior dan tidak dapat diterima, maka integrasi budaya akan mengalami kemacetan. Hal yang sangat esensial bagi terwujudnya integrasi budaya adalah dalam proses menjalankan kegiatan ibadah. Dalam masyarakat AS kegiatan menjalankan ibadah menurut ajaran Islam terutama dalam lingkungan pekerjaan sulit untuk dilakukan, hal ini menjadi lebih sulit lagi dilakukan setelah adanya peristiwa WTC, karena Muslim lebih sering merasa dicurigai.
9
D. Hipotesa Proses integrasi Minoritas Muslim di Amerika Serikat pasca WTC mengalami hambatan ditunjukkan dengan adanya persoalan politik, sosial dan budaya. Contohnya dalam persoalan politik yaitu adanya profiling, yang dimaksud disini adalah tindakan untuk mencurigai seseorang karena etnisitas atau rasnya. Dalam persoalan sosial adalah adanya kesulitan beradaptasi diantara umat Muslim di AS, hal ini kemudian menjadi lebih sulit lagi pasca peristiwa WTC. Dalam persoalan Budaya, bahkan sejak sebelum peristiwa WTC umat Muslim di AS kesulitan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama Islam, terutama dalam lingkungan pekerjaan dan menjadi lebih sulit lagi pasca peristiwa WTC dengan pandangan sebagian besar warga AS yang mencurigai segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam.
10
E. Jangkauan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memberi perhatian besar pada peristiwa 11 September 2001, di mana umat Muslim dituduh terlibat dalam aksi tersebut dan juga sebagai sumber dari terorisme. Batas waktu dari penelitian ini adalah antara tahun 2001 – 2007, yang bersamaan dengan masa pemerintahan Presiden AS George W. Bush Jr., selain itu peristiwa-peristiwa sebelum maupun sesudahnya tetap menjadi perhatian selama masih menyangkut kepentingan analisis dalam menyusun penelitian ini.
F. Metode Penelitian Adapun Jenis penelitian yang penulis buat yaitu menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu dimana data yang dikumpulkan berupa katakata, gambar, dan bukan angka-angka.5 Sumber data yang digunakan penulis adalah data sekunder yaitu dimana data yang diperoleh melalui buku-buku atau pustaka, media masa, makalah, jurnal-jurnal, website, atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan. Tehnik pengumpulan data yakni melalui studi pustaka yaitu dari buku-buku maupun literatur lainnya. Tehnik analisa data secara kualitatif, dimana penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan gambaran situasi secara sistematis mengenai faktor - faktor yang berhubungan dengan fenomena yang sedang diteliti tanpa menggunakan perhitungan statistik. 5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 6.
11
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan di bagi menjadi lima bab yaitu diantaranya : BAB I Merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pokok permasalahan, kerangka pemikiran, jangkauan penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II Akan di jelaskan mengenai Amerika dan menceritakan mengenai integrasi Muslim di Amerika Serikat sebelum WTC. BAB III Akan dijelaskan mengenai peristiwa 11 september 2001 di Amerika Serikat, dimana akan dijelaskan bagaimana peristiwa 11 september 2001 itu terjadi. BAB IV Akan berisi pokok permasalahan yaitu pengaruh peristiwa WTC terhadap proses integrasi minoritas Muslim di Amerika Serikat. BAB V Merupakan kesimpulan yang akan penulis sampaikan mengenai hasil dari penelitiannya.
12