BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang 1.1.1
Pusaka Saujana di Indonesia Pusaka saujana adalah sebuah bidang baru yang diterapkan di
indonesia. Pusaka Saujana merefleksikan hubungan antara pusaka alam dan pusaka budaya dalah kesatuan ruang yang luas dan waktu yang lama. Pusaka alam merupakan bentukan alam secara alamiah seperti gunung, hutan, danau dll. Sedangkan pusaka budaya adalah hasil cipta rasa, karsa dan karya manusia antara lain tradisi, kepercayaan dan cara hidup (Rahmi,2012 ) Di Indonesia yang terdiri atas banyak pulau dan budaya masyarakat yang khas memiliki banyak kawasan pusaka saujana yang sangat beragam, dikarenakan kawasan-kawasan tersebut memiliki nilai sejarah yang kuat, kondisi geografis yang khas, serta keberagaman budaya masyarakat yang masih beragam. Salah satu kawasan pusaka saujana yang baru di Indonesia adalah Dataran Tinggi Dieng. Kawasan Dataran Tinggi Dieng secara geografis adalah sebuah kawasan dataran tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 2.093 m diatas permukaan laut. Dataran Tinggi Dieng terletak berdekatan dengan gununggunung besar di Jawa Tengah , diantaranya adalah Gunung Sindoro, Gunung Sumbing.
1
Kawasan Dataran Tinggi Dieng sendiri adalah sebuah kawasan yang subur karena terletak di kawasan gunung vulkanik yang masih aktif. Panorama Dataran Tinggi Dieng didominasi oleh desa-desa dan area pertanian yang menghadirkan panorama yang indah. Selain itu di Dataran Tinggi Dieng memiliki peninggalan-peninggalan arkeologi, seperti Candi Arjuna,Candi Bima, Candi Sembadra dan lain-lain. Kawasan Dataran Tinggi Dieng Adalah sebuah kawasan gunung purba yang meletus beribu-ribu tahun yang lalu sehingga membentuk gunung-gunung kecil yang mengelilingi Dataran Tinggi Dieng antara lain adalah Bisma, Seroja, Binem, Pangonan , Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil, Kunir dan Prambanan. Masyarakat di desa-desa di kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki kehidupan sosial dan budaya yang khas, seperti adat istiadat, kepercayaan, tata kehidupan masyarakat maupun kesenian. Dengan seiring semakin meningkatnya kegiatan pariwisata , jumlah penduduk, pengaruh modernisme, memberikan ancaman terhadap keberadaan pusaka saujana yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng. Penelitian ini bermaksud menggali potensi pusaka saujana yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng , mendokumentasikan, mengkaji ancaman dan menemukan konsep pokok dari pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng. 1.1.2
Potensi Pusaka Saujana di Dataran Tinggi Dieng Pusaka Saujana di Dataran Tinggi Dieng merupakan gabungan dari
kekayaan bentang alam dan budaya yang berada di kehidupan masyarakat sehari-hari. Kekayaaan bentang alam di Dataran Tinggi Dieng meliputi
2
keragaman bentang alam pegunungan, danau, telaga ,kawah dan sebagainya, sedangkan kekayaan budaya masyarakat Dieng dapat dilihat pada adat istiadat, kepercayaan maupun kesenian yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng. Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Teori lain menyatakan, nama Dieng berasal dari bahasa Sunda ("di hyang") karena diperkirakan pada masa praMedang(sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh. ( wikipedia )Dataran tinggi Dieng terletak tepat di perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Wilayah terbesar Dataran Tinggi Dieng milik Kabupaten Banjarnegara. Merupakan dataran paling tinggi di Jawa yang terletak pada ketinggian 2.093 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 150C. Daya tarik wisata lain yang dapat dikunjungi misalnya kelompok Candi Hindu Pandawa, Telaga Warna dan Pengilon, Kawah Sikidang, Goa Semar, Mata Air Sungai Serayu, Proses Budidaya Jamur Merang, dll. Secara geografis, Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) berada di dua wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya pada ketinggian sekitar 2,093 meter di atas permukaan air laut, dengan suhu siang hari antara 15 derajat
Celcius
dan
10
derajat
Celcius
pada
malam
hari.
Pada waktu musim kemarau, suhu dapat turun drastis di bawah titik nol derajat Celcius. Rendahnya suhu tersebut membekukan embun.
3
Dengan keindahan alam yang ada di dataran tinggi dieng, didukung beberapa obyek pariwisata di antaranya adalah kawah sikidang, telaga warna dan berbagai candi peninggalan zaman kerajaaan hindu. Obyek wisata Alam yang terdapat di Kawasan Dieng antara lain : -
Telaga Warna, Telaga
memantulkan
aneka
warna
yang
sangat
indah
,
disampingnya terdapat pula Telaga Pengilon yang berkilau seperti cermin. Di dekat dua telaga ini ada komplek gua yang sarat nilai budaya yaitu Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran yang sering digunakan untuk meditasi. Ada pula Gua Sumur yang di dalamnya ada sumber mata air suci yang disebut “Tirta Prawitasari” yang sering digunakan umat Hindu dalam upacara Mabakti.
Gambar 1. Telaga Warna Sumber: Dokumentasi Penulis
4
-
Tuk Bimo Lukar Tuk Bimo Lukar merupakan mata air Sungai Serayu. Menurut
legenda, nama Bimo Lukar, dimaksudkan sebagai tempat dimana sang Bhima Sena melukar (melepas) pakaiannya untuk disucikan. Diyakini dapat menjadikan awet muda, apabila seseorang mencuci muka/mandi di lokasi mata air tersebut. Letak lokasi di pinggir Ruas Jalan Wonosobo – Dieng, tepat di pintu masuk Kawasan Wisata Dieng.
Gambar 2. Tuk Bimo Lukar Sumber: Dokumentasi Penulis
Yang tak kalah menariknya lagi kita dapat melihat double sun rise di pagi hari dan sunset pada waktu sore hari, tepatnya di desa Sembungan, KecamatanKejajar.
5
Gambar 3. Sun Rise Sumber: www.diengplateu.com
Desa Wisata Sembungan adalah desa tertinggi di Jawa dengan ketinggian 2200 meter DPL, di tempat ini Kelompok Sadar Wisata “Cebong Sikunir” pada Tahun 2011 mendapatkan dana PNPM pariwisata.
Gambar 4. Danau Cebongan Sumber: www.diengplateu.com
-
Kawah Sikidang Sikidang adalah kawah di Dataran Tinggi Dieng yang paling
populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam
6
suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat
melihatnya
berpindah-pindah
seperti
kijang
(kidang dalam bahasa Jawa).
Gambar 5. Kawah Sikidang Sumber: Dokumentasi Penulis
Selain itu masih ada atraksi pariwisata lain yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng yang bersifat sebagai atraksi wisata budaya seperti Tari Lengger, Tari Rampak Yaksa, pemotongan rambut gembel dll. Selain itu juga terdapat peninggalan arkeologi seperti candi. Kelompok Candi Arjuna terletak di tengah kawasan Candi Dieng, terdiri atas 4 candi yang berderet memanjang arah utara-selatan. Candi Arjuna berada di ujung selatan, kemudian berturut-turut ke arah utara adalah Candi Srikandi, Candi Sembadra dan Candi Puntadewa. Tepat di depan Candi Arjuna, terdapat Candi Semar. Keempat candi di komples ini menghadap ke barat, kecuali Candi Semar yang menghadap ke Candi Arjuna. Kelompok candi
7
ini dapat dikatakan yang paling utuh dibandingkan kelompok candi lainnya di kawasan Dieng.
Gambar 6. Tari Rampak Yaksa dan Tari Lengger Sumber: www.diengplateu.com
Gambar 7. Ruwatan Rambut Gembel Sumber: www.diengplateu.com
1.1.3
Supply dan Demand Pariwisata Di Dataran Tinggi Dieng Potensi dan kekayaan alam yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng
ini tidak didukung dengan pengelolaan yang baik dan kebersihan lingkungan sekitar objek wisata yang kurang diperhatikan. Selain itu salah
8
satu objek utama di kawasan Dataran Tinggi Dieng yaitu Telaga Warna sudah tidak memancarkan warna seindah dahulu lagi karena adanya ulah manusia dalam memanfaatkan kandungan mineral yang terkandung didalamnya. Hal inilah yang diduga menyebabkan tingkat kunjungan wisata di Dataran Tinggi Dieng semakin berkurang, dan Dataran Tinggi Dieng seolah kalah pamor dengan daerah wisata lainnya di Jawa Tengah. Permintaan pariwisata akan dipengaruhi oleh keadaan wisatawan dan keadaan objek wisata tersebut. Keadaan wisatawan meliputi pendapatan, umur, jarak ke obek wisata, dan hal lainnya. Kemudian keadaan objek wisata meliputi harga objek wisata tersebut dan objek wisata lain sebagai perbandingan, sarana dan prasarana lain yang mendukung peningkatan permintaan pariwisata, kebersihan, dan hal lainnya. Harga suatu objek wisata maliputi biaya perjalanan ke objek wisata tersebut, harga tiket masuk, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya membeli cindera mata, dan sebagainya. Harga suatu objek wisata ini mencerminkan seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan suatu individu untuk memperoleh utility
pada
suatu
objek
wisata.
Sedangkan
tingkat
pendapatan
mencerminkan seberapa besar penghasilan yang diterima individu pada tiap bulannya, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang keinginan untuk melakukan perjalanan wisata juga semakin tinggi dikarenakan kecenderungan seseorang dengan pendapatan tinggi yang bekerja dengan jam kerja yang juga tinggi akan memanfaatkan waktu senggang (Leissure Time) dengan melakukan perjalanan wisata (Yuwana,2010). Usia
9
seseorang juga menjadi hal penting dalam penentuan keinginan seseorang untuk melakukan aktivitas wisata. Semakin meningkat usia seseorang, semakin banyak aktivitas seseorang, semakin tinggi pula keinginan untuk merefresh kembali jiwa dan raganya setelah melakukan berbagai rutinitas pekerjaannya. Demikian pula jarak juga merupakan hal yang menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan aktivitas wisata. Semakin dekat jarak suatu objek wisata dengan suatu individu semakin besar pula keinginan seseorang
untuk
berwisata ke
objek wisata tersebut.
Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan permintaan
pariwisata
di
suatu
objek
wisata
tersebut
seperti
pengembangan pariwisata yang dilakukan di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Namun tidak serta merta pemanfaatan sumber daya alam yang bertujuan untuk pembangunan di kawasan objek wisata dilakukan tanpa mengindahkan kelestarian sumber daya alam di suatu objek wisata tertentu. Karena dengan rusaknya sumber daya alam pada objek wisata tertentu akan sangat berpengaruh pada keinginan wisatawan untuk membayar pada objek wisata tersebut. (Yuwana,2010)
1.1.4
Keterjagaan Kualitas Pusaka Sujana dan Kegiatan Pariwisata Dataran Tinggi Dieng menawarkan atraksi alam sebagai atraksi
pokok pariwisata, akan tetapi kondisi alam di Dataran Tinggi Dieng sekarang mengalami kerusakan yang cukup kritis akibat dari kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Selain itu pariwisata
10
Dieng tidak didukung oleh sarana infrastruktur pendukung yang kurang baik dan kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam mengelola potensi pariwisata di dataran tinggi dieng membuat minat pengunjung dari tahun ke tahun terus menurun. Fakta ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan No
Wisatawan
Jumlah Tahun ( orang ) 2007
2008
2009
2010
2011
1
Mancanegara
9.915
9.685
9.360
8.242
8.125
2
Domestik
236.915
142.390
144.880
144.242
110.129
246.830
152.075
154.240
152.484
118.254
Jumlah
Sumber: Dinparbud Kab.Wonosobo
Dengan fakta dilapangan diatas, maka perlu dilakukan perbaikan infrastruktur yang tepat dan perhatian pemerintah dalam mengelola potensi pariwisata maupun pertanian agar dapat menjadi kekuatan dalam arah pengembangan kawasan dataran tinggi dieng yang menarik. Dengan diberlakukanya UU No. 32 Tahun 2004, yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya
yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan
pembangunan
di
daerah.
Dari
sudut
sosial,
di
mana
kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan
11
kepariwisataan. Hubungannya dengan kegiatan para wisatawan dalam negeri, maka pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotivasi sikap toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa. Selain
itu
juga, pariwisata mampu
memperluas
cakrawala
pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan. Segi ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah yang bersumber dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung. Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling
merangkai
dan
menunjang
kegiatannya
sehingga
dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Kecenderungan perkembangan dunia pariwisata mulai mengarah
pada
meninggalkan
konsep pariwisata massal
konsep pariwisata lingkungan
(ecotourism),
dan
dimana
keaslian potensi kekayaan alam dan peran serta masyarakat setempat dibutuhkan. Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu objek wisata andalan Provinsi Jawa Tengah yang secara administratif terletak di dua kawasan yaitu, Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang terletak diwilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng merupakan daerah tujuan wisata nomor dua di Jawa Tengah setelah Candi Borobudur. Dataran Tinggi Dieng terletak
12
tepat di perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Wilayah terbesar Dataran Tinggi Dieng ada di Kabupaten Banjarnegara, namun untuk menuju kesana paling mudah dicapai dari Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran yang paling tinggi di Jawa Tengah yaitu pada ketinggian 2.093 meter diatas permukaan air laut dengan suhu siang hari 150C dan 100C pada malam hari. Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari Bisma, Seroja, Binem, Pangonan , Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil, Kunir dan Prambanan. Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, Kawah Kumbang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri. Di dalam Dataran Tinggi Dieng ini terdapat bebagai macam kompleks objek wisata antara lain Kompleks Candi Pandawa, Kawah Sikidang, Goa Semar,
Telaga
Warna, Dieng Vulcanic
Theater
dan
lain-lain
(www.bluefameforum.com) 1.1.5
Kerusakan Lahan di Dataran Tinggi Dieng Adanya lahan-lahan kritis umumnya disebabkan oleh kegiatan
yang secara langsung menyebabkan rusaknya daya dukung tanah/lahan. Antara lain pemanfaatan lereng bukit yang tidak sesuai dengan kemampuan peruntukannya, untuk lahan pertanian yang tidak menerapkan
13
teknologi konservasi, bahkan tidak sedikit yang berubah fungsi menjadi areal permukiman. Tingginya lahan kritis yang beresiko pada terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih kompleks, saat ini terjadi di Dataran Tinggi Dieng. Salah satu yang mempengaruhi besarnya erosi adalah penggunaan lahan pada lokasi. Semakin bagus penggunaan lahannya maka daya erosi tanah akan semakin kecil, tetapi jika tutupan lahannya semakin gersang, maka daya erosinya semakin besar.
Tabel 2. Peta Guna Lahan Tahun 2007-2010 Penggunaan Lahan
Luas Tahun 2007 ( m2)
Luas Tahun 2010 ( m2)
Selisih ( m2)
189.986.945
189.790.037
-196.908
Permukiman
9.292.480
9.292.480
0
Rumput
6.733.488
5.567.713
-1.165.775
822.066
822.066
0
Tegalan
52.788.686
54.947.536
2.158.850
Kebun
23.137.832
23.147.593
9.761
Sawah
174.353.160
172.647.970
-1.705.190
Semak Belukar
66.323.937
68.802.156
2.478.219
Sawah Tadah Hujan
16.460.022
604.697
-15.855.325
Lahan Terbuka
2.183.654
16.460.022
14.276.368
Hutan
Tubuh Air
Sumber: Dinas Pertanian Kab.Wonosobo
Tabel
diatas menunjukkan perubahan penggunaan lahan pada
kawasan Dieng dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Perubahan
14
penggunaan lahan paling besar terjadi pada sawah tadah hujan yaitu mengalami penurunan luas sebesar 15.855.325 m2, kemudian diikuti dengan sawah sebesar 1.705.190 m2. Pengurangan luas penggunaan lahan selalu diimbangi dengan penambahan luas dari beberapa penggunaan lahan yaitu lahan terbuka yang meningkat luasanya sebesar 14.276.368 m2 diikuti dengan tegalan yang mengalami peningkatan luas sebesar 2.158.850 m2. Keberadaan pemukiman dari kurun waktu tahun 2007-2010 tidak mengalami peningkatan,begitu juga dengan tubuh air. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perubahan (konversi) penggunaan lahan, salah satu di antaranya adalah adanya alih fungsi lahan dari peruntukan sebelumnya. Penyebab terjadinya alih fungsi lahan dimungkinkan karena adanya tuntutan ekonomi sehingga berdampak pada perubahan fungsi lahan agar secara ekonomi lebih menguntungkan.
Gambar 8. Kerusakan Lahan Oleh Kegiatan Pertanian Sumber: www.diengplateu.com
15
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap tata ruang di Dataran Tinggi Dieng berdasarkan latar belakang masalah hal diatas dengan rumusan permasalahan : Pusaka Saujana Dataran Tinggi Dieng dengan Studi Kasus Dampak Kegiatan Pariwisata dan Pertanian Terhadap Kemenerusan Pusaka Saujana di Dataran Tinggi Dieng. . Sedangkan pertanyaan penelitian untuk permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sejarah lingkungan Dataran Tinggi Dieng seperti sejarah geomorfologi,
sejarah
benda-benda
peninggalan
arkeologi,sejarah
pertanian,dan sejarah keberadaan permukiman? 2. Apa dan bagaimanakah wujud saujana-saujana di Dataran Tinggi Dieng? 3. Bagaimana potensi saujana Dataran Tinggi Dieng sebagai sebuah pusaka saujana? 4. Sejauh manakah perubahan yang terjadi di Dataran Tinggi Dieng?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan sejarah lingkungan, benda-benda arkeologi, dan falsafah hidup dan kebudayaan masyarakat di Dataran Tinggi Dieng 2. Mendeskripsikan bentuk keunikan saujana Dataran Tinggi Dieng. 3. Menilai potensi saujana Dataran Tinggi Dieng sebagai sebuah pusaka saujana.
16
4. Mengkaji pengaruh kegiatan pariwisata dan pertanian terhadap saujana Dataran Tinggi Dieng.
1.4
Manfaat Penelitian
Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan Perencanaan Tata ruang danPenataan Kawasan Dieng. Bagi masyarakat Bagi masyarakat dapat dimanfaatkan dalam upaya mendukung pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo dalam upaya memajukan pariwisata di Dataran Tinggi Dieng. Bagi Ilmu Pengetahuan Bagi pengembangan ilmu pengetahuan penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pusaka saujana sebuah kawasan.
17
1.5
Keaslian Penelitian
Tabel 3. Keaslian Penulis No 1
Nama Julijanti
Judul Perubahan
Penekanan
Pemanfaatan Meneliti
dampak
Lahan di Kawasan Dataran perubahan tata guna Tinggi dieng
lahan
terhadap
Pariwisata Dieng 2
Hardi Warsono
Kajian
Setting
Kawasan Mengembangkan
Wisata Dieng Kaitannya setting Dengan
dan
Model memajukan
Perencanaan
konsep kawasan
Dan pariwisata Dieng
Manajemen 3
Dwita Hadi Rahmi
Pusaka
Sujana
Borobudur,
Candi Berdasarkan
hasil
kaitannya penelitian,
dengan bentang lahan dan wujud kehidupan masyarakat
Empat
saujana
yang
dapat diamati secara fisik
adalah
pola
pengolahan lahan, tata kehidupan,
arsitektur
kawasan dan bentukanbentukan alami.
Sumber: Analisis Penulis
Untuk pengajuan judul penulisan, penulis mengajukan judul penelitian :Pusaka Saujana Dataran Tinggi Dieng dengan Studi Kasus Dampak Kegiatan Pariwisata dan Pertanian Terhadap Kemenerusan Pusaka Saujana di Dataran Tinggi Dieng.
18
1.6
Sistematika Penulisan Tesis
BAB I PENDAHULUAN Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, keaslian penulisan, sistematika penulisan, kerangka pola pikir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan kajian teoritis meliputi tinjauan mengenai pusaka saujana di dunia,
pusaka
saujana
di
Indonesia,
pengertian
pariwisata,pengertian
wisatawan,elemen pariwisata,pengertian pengembangan pariwisata,perkembangan pariwisata di Indonesia, pola orientasi pertanian, pemanfaatan lahan BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang analisis yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan
jenis
penilisan
penelitian,
lokasi
penelitian,variabel
penelitian,populasi, jenis dan sumber data serta teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan dari hasil analisa dan pengolahan data- data yang bertujuan mendapat sintesa sebagai pedoman proses pendeskripsian keunikan pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang perumusan masalah berdasarkan analisis berdasarkan datadata primer dan sekunder yang diperoleh dari lokasi penelitian.
19
1.7
Kerangka Pola Pikir Untuk mencapai tujuan penelitian, maka secara sistematis alur pikir
kerangka pendekatan masalah adalah sebagai berikut:
Gambar 9. Kerangka Pola Pikir Sumber:Analisis Penulis
20
21