BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perusahaan jasa konstruksi memiliki karakteristik yang khas, dimana proses pekerjaan proyek tidak semuanya terselesaikan dalam satu periode akuntansi dan awal pekerjaan tidak mungkin dipastikan dimulai di awal tahun. Sehingga terdapat beberapa metode yang digunakan perusahaan untuk mengakui pendapatannya. Dan kita ketahui pendapatan merupakan salah satu komponen terbentuknya laba. Memperoleh laba merupakan tujuan utama dari setiap kegiatan usaha, baik usaha
dagang,
industri,
maupun
jasa.
Perusahaan
berlomba-lomba
untuk
meningkatkan pendapatan mereka karena dengan meningkatnya pendapatan akan meningkatkan laba, dimana laba tersebut nantinya akan digunakan untuk keperluan perusahaan. Pada hakekatnya laba adalah tambahan pendapatan yag berupa harta benda dan uang yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup. Tujuan utama pelaporan laba adalah bahwa laba merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan badan usaha tersebut pada setiap akhir periode akuntansi dapat menilai prestasi kerja manajemen berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan. Apabila pendapatan tidak diakui pada saat yang tepat,
1
informasi laba yang tersaji dalam laporan keuangan akan dinyatakan terlalu besar atau terlalu kecil, menyebabkan laporan keuangan terutama laporan laba rugi tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya terjadi selama periode laporan tersebut. Dengan demikian pemakai laporan akan salah memprediksi dan menyebabkan mereka keliru dalam mengambil keputusan dikarenakan informasi yang salah. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengambil topik “Evaluasi Pengakuan Pendapatan dan Beban Perusahaan Konstruksi Pada PT.XYZ”.
B.
Pokok Masalah Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengamati hal-hal yang terkait dengan
siklus pendapatan dan beban, mulai dari transaksi yang berhubungan dengan pendapatan, beban, pengukuran, pengakuan, hingga metode yang digunakan dalam pencatatannya. Adapun pokok masalah yang akan dibahas oleh penulis adalah : 1. Bagaimana pengukuran pendapatan dan beban pada PT.XYZ ? 2. Bagaimana pengakuan pendapatan dan beban pada PT.XYZ ? 3. Apakah pengakuan pendapatan dan beban PT.XYZ telah sesuai dengan PSAK ?
2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengukuran pendapatan dan beban pada PT. XYZ 2. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan pendapatan dan beban pada PT.XYZ 3. Untuk mengetahui apakah pengakuan pendapatan dan beban PT.XYZ telah sesuai PSAK.
Kegunaan yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk memperluas pengetahuan penulis mengenai pengakuan pendapatan dan beban perusahaan konstruksi yang sesuai dengan PSAK. 2. Menjadi bacaan tambahan bagi rekan-rekan mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya. 3. Memperluas
pengetahuan
pembaca
lainnya
mengenai
pengakuan
pendapatan dan beban perusahaan konstruksi.
3
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Pendapatan dan Beban
A.1
Pendapatan Sebelum kita membahas definisi dari pendapaatan, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian dari penghasilan. Pengertian Penghasilan menurut PSAK No.23 (2002) didefinisikan dalam Kerangka dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai : Peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penambahan modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) mapun keuntungan (gain). Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Definisi pendapatan menurut Belkoui (2000: 151 ) yang diterjemahkan oleh Marwata dkk adalah sebagai berikut :
Revenue adalah aliran masuk atau peningkatan lain asset sebuah entitas atau pelunasan utangnya (atau kombinasi dari keduanya ) selama satu periode tertentu yang berasal dari pengiriman atau pembuatan barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan utama yang masih berlangsung dari entitas tersebut.
4
Dari definisi-definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa pendapatan merupakan peningkatan manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas utama perusahaan selama periode tertentu.
Dalam Akuntansi, pendapatan dapat timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini : a. Penjualan barang b. Penjualan jasa c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan deviden.
A.2
Beban Beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau digunakan dalam
proses memperoleh pendapatan. Beban harus diakui pada periode dimana pendapatan yang berkaitan diakui. Sebelum menentukan kapan pengakuan dari beban, kita harus mengetahui pengertian beban terlebih dahulu. ”Baban adalah penurunan dalam modal pemilik, biasanya melalui pengeluaran uang atau penggunaan aktiva yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan .” (Soemarso S.R 2004 : 54)
5
Armanto Witjaksono (2006 : 4) mendefinisikan beban adalah sebagai berikut : Arus keluar aktiva (asset) terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada. Beban berasal dari aktiva atau terjadi langsung tanpa melalui aktiva. Contohnya : beban yang berasal dari aktiva misalnya saja penyusutan peralatan kantor seperti meja, kursi, komputer, dan sebagainya. Peralatan ini dimanfaatkan dalam kegiatan seharihari dan mendukung terjadinya penjualan barang atau jasa (walau secara tidak langsung). Beban yang terjadi langsung tanpa melalui aktiva misalnya saja biaya rekalame.
Carter dan Usry, mendefinisikan beban yang diterjemahkan oleh Krista : Sebagai aliran keluar terukur dari barang dan jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomi dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah (Carter dan Usry 2006).
Belkoui (2000:151) yang diterjemahkan oleh Marwata mendefinisikan beban sebagai berikut : Expenses adalah aliran keluar atau penggunaan lain aset atau timbulnya utang (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu yang berasal dari pengiriman atau pembuatan barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan utama yang masih berlangsung dari entitas tersebut.
6
Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK 2004 : 18) mendefinisikan beban sebagai berikut : Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa beban adalah aliran keluar dari barang dan jasa yang timbul dari akibat penggunaan manfaat ekonomi yag terjadi selama satu periode tertentu.
B.
Definisi Kontrak Konstruksi dan Kontraktor
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan kontrak konstruksi sebagai : Suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok (PSAK 2004:34.1) Berdasarkan definisi di atas, kontrak konstruksi mungkin dinegosiasikan untuk membangun sebuah asset tunggal seperti ; jembatan, jalan, apartemen, hotel, pusat perkantoran, dan tempat hiburan. Sedangkan definisi kontrak konstruksi menurut Edy Sukarno adalah : Kegiatan yang sifatnya insidential. Mengevaluasi suatu proyek baik yang akan, sedang maupun yang sudah selesai akan merupakan
7
salah satu bagian terpenting dari pengendalian manajemen modern dan professional (Edy Sukarno 2002). Kontraktor didefinisikan sebagai orang atau pihak yang melakukan pekerjaan konstruksi suatu asset atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling bergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok. Pihak-pihak utama yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi menurut Austen dan Neale (2000:5) yang diterjemahkan oleh Agus Maulana adalah : 1. Klien ; klien dapat merupakan perorangan, misalnya seseorang yang ingin membangun rumah. Tetapi kata ini lebih umum dipakai untuk organisasi yang membutuhkan suatu hasil akhir dan mempunyai wewenang (serta uang) untuk memesan dan menyetujuinya. 2. Pemakai ; dalam banyak hal pemakai adalah pihak terpenting, namun yang paling sering diabaikan. Merekalah pihak yang harus mengoperasikan dan memelihara fasilitas yang telah disediakan. 3. Perancang ; adalah para arsitek dan ahli yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kebutuhan klien menjadi kenyataan. Dalam sebuah proyek bangunan, arsitek berperan paling besar, tetapi arsitek juga membutuhkan dukungan dari banyak pihak antara lain : a. Juru gambar yang menghasilkan gambar kerja dari sketsa arsitek b. Insinyur bangunan yang merancang struktur c. Insinyur listrik yang merancang instalasi listrik dan penerangan d. Insinyur sipil yang merancang jalan masuk ke proyek, pekerjaan tanah, persediaan air ; dan e. Surveyor kuantitas yang menyiapkan taksiran biaya dan dokumen tender. 4. Pelaksana ; adalah orang yang melaksanakan kerja konstruksi fisik yang dalam hal ini adalah kontraktor swasta atau kontraktor pemerintah. 5. Pihak berwenang ; semua bangunan gedung harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang Standar Konstruksi dan Keselamatan Kerja. Tanggung jawab untuk menjamin diturutinya persyaratan ini ada pada badan seperti kotapraja dan instansi perencanaan , perusahaan air minum, dan seterusnya.
8
Istilah lain yang perlu diketahui dalam bidang konstruksi, antara lain : a. Suatu klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja atau pihak lain sebagai penggantian biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kotrak. b. Retensi adalah jumlah termin (progress billing) yang tidak dibayar hingga pemenuhan kondisi ditentukan dalam suatu kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki . c. Termin (progress billing) adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar ataupun yang belum dibayar oleh pemberi kerja. d. Uang muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan. Perusahaan kontraktor dalam memperoleh suatu proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Mengikuti tender Pemberi kerja mengumpulkan para kontraktor yang akan ditunjuk untuk melaksanakan konstruksi, setelah dikumpulkan setiap kontraktor akan mengajukan
penawarannya
masing-masing
untuk
melaksanakan
konstruksi tersebut dan setiap penawaran dikumpulkan oleh pemberi kerja. 1. Biaya yang termurah 2. Prestasi kerja kontraktor 3. Kemampuan kontraktor dalam melaksanakan konstruksi
9
Kontraktor harus menyerahkan jaminan tender kepada pemberi kerja pada saat mengikuti tender. Jaminan ini diperlukan bila ada kontraktor yang terpilih dalam tender ternyata mengundurkan diri maka pemberi kerja dapat mencairkan jaminan tersebut, karena pemberi kerja memerlukan waktu lagi untuk memilih kontraktor lain. Jaminan tender dari kontraktor yang tidak terpilih dikembalikan tetapi jaminan tender kontraktor yang terpilih tetap dipegang oleh pemberi kerja sampai Surat Perintah Kerja (SPK) dibuat. b. Proyek yang diperoleh dengan penunjukan langsung (PL) Proyek yang telah dikerjakan oleh kontraktor yang sama. Contohnya adalah perusahaan mendapatkan kontrak untuk pekerjaan bangunan yang telah diselesaikan dan diterima pemberi kerja, maka untuk itu pekerjaan lanjutan seperti penyelesaiannya langsung ditunjuk kepada perusahaan kontraktor yang sebelumnya mengerjakan proyek tersebut tanpa mengadakan tender lagi.
C.
Spesifikasi Prinsip Pendapatan Spesifikasi prinsip pendapatan menurut (Belkaoui :2000) : 1. Hakikat dari komponen-komponen pendapatan 2. Pengukuran pendapatan 3. Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan
10
C.1.
Hakikat dari Komponen-Komponen Pendapatan Pendapatan dapat diinterpretasikan sebagai : a. Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa. b. Arus keluar barang atau jasa dari perusahaan ke pelanggannya. c. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu.
C.2
Pengukuran Pendapatan ”Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima” (PSAK 2007 : 34 ). Pengukuran
Pendapatan kontrak dapat
dipengaruhi oleh bermacam-macam ketidakpastian yang bergantung pada hasil peristiwa di masa depan. Estimasinya sering kali harus direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari suatu periode ke periode berikutnya. Dua interpretasi utama yang timbul dari konsep pendapatan adalah : 1. Diskon kas dan pengurangan apapun dalam harga tetap, seperti kerugian dari piutang tak tertagih, adalah penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas klaim uang yang sebenarnya dan sebagai konsekuensinya harus dikurangi ketika menghitung pendapatan.
11
2. Untuk transaksi nonkas, nilai pertukaran ditetapkan setara dengan nlai pasar wajar dari pengorbanan yang diberikan atau diterima, mana yang lebih mudah dan lebih jelas untuk dihitung.
C.3
Penentuan Waktu dari Pengakuan Pendapatan Pengakuan pendapatan dan beban kontrak menurut PSAK (2007 : 34) dilakukan : Bila hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca (percentage of completion).
Standar Akuntansi Indonesia (PSAK 2004:20) menyatakan bahwa : Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan. Secara umum, ada dua kriteria yang dapat dijadikan untuk mengakui pendapatan, yaitu : 1. Telah teralisasi (realized), yaitu bila telah terjadi transaksi pertukaran antara barang yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas, atau ada kepastian akan segera terealisasi (realizable),
12
dimana barang hasil pertukaran dapat segera diubah (dikonversi) menjadi kas atau klaim untuk menerima kas. 2. Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan barang dan jasa telah berjalan dan secara substantial telah selesai. Menurut laporan dari American Accounting Association Committe tahun 1973-1974 mengenai Concept and Standards External Reporting, kriteria spesifik untuk pengakuan pendapatan dan laba adalah : 1. Diperoleh, dalam suatu pengertian atau yang lain. 2. Dalam bentuk yang dapat didistribusikan. 3. Hasil dari konversi yang ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan dengan pihak eksternal. 4. Hasil dari penjualan secara legal atau dari proses yang serupa. 5. Terpisah dari modal. 6. Dalam bentuk aktiva yang liquid. 7. Baik dampak kotor maupun bersihnya atas ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasikan dengan tingkat keandalan yang tinggi.
D.
Metode Pengakuan Pendapatan Ada dua metode dalam pengakuan pendapatan, yaitu : 1. Akrual atau dasar kejadian penting (Accrual basis)
Kejadian penting dalam siklus operasi yang dapat memicu pengakuan pendapatan yaitu :
13
a. Waktu penjualan (at point of sale) b. Sebelum pengiriman (before delivery) - Metode
Persentase
penyelesaian
(Percentage
of
Completion) Untuk metode persentase penyelesaian (percentage of completion) pendapatan diakui berdasarkan kemajuan konstruksi/pekerjaan, dimana pendapatan dan beban haruslah terkait. a)
Pendekatan
Penyelesaian
Pekerjaan
(Efforts
expended
method) Pada metode ini, tingkat penyelesaian kontrak didasarkan pada unit – unit pengukur tentang volume pekerjaan yang sudah dan yang masih harus dilakukan, termasuk misalnya jumlah jam tenaga kerja, jumlah jam kerja mesin, atau jumlah kuantitas bahan. Perhitungan persentase penyelesaian untuk metode ini dapat diaplikasikan secara matematis sebagai berikut : Ys = Xf x E Xf = Unit pengukur volume pekerjaan yang terjadi Total unit pengukur
Ys = Pendapatan periode berjalan Xf = Persentase penyelesaian pekerjaan E = Total harga kontrak
14
Besar Xf, ditetapkan dengan cara membandingkan antara hasil atau kemajuan fisik yang telah dicapai dengan total unit pengukur. b)
Pendekatan Penyelesaian Biaya (Cost to cost method)
Pendekatan biaya merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan besarnya persentase penyelesaian dari suatu kontrak jangka panjang dengan mempertahankan ukuran masukan (input measure), yaitu usaha-usaha atau biaya yang dicurahkan dalam pekerjaan. Untuk pendekatan biaya besarnya pendapatan yang diakui pada periode berjalan secara matematis mempunyai model yang hampir sama dengan pendekatan penyelesaian pekerjaan , hanya saja berbeda pada notasi Xf menjadi Xe (persentase penyelesaian atas dasar biaya). Ys = Xe x E Xe = Biaya yang terjadi sampai tanggal ini Estimasi paling akhir total biaya selesai
Ys = Pendapatan periode berjalan Xe = Persentase penyelesaian biaya E = Total harga kontrak Persentase peyelesaian atas dasar biaya (Xe) juga merupakan unsur yang harus dikalikan dengan total harga jual kontrak untuk mendapatkan besarnya pendapatan yang diakui pada periode berjalan.
15
c. Setelah pengiriman (after delivery) - Metode Penyelesaian (Completed Contract Method) Dalam metode kontrak selesai, kontrak yang belum selesai pada akhir periode akuntansi tetap dicatat berdasarkan harga pokoknya, sehingga pendapatan hanya diakui setelah kontrak selesai. Untuk penentuan pendapatan yang diakui setelah kontrak selesai, perbandingan antara pendapatan dan beban baru dilaksanakan setelah proyek selesai dikerjakan semua (100%). Jadi selama periode pelaksanaan kontrak tidak ada pengakuan pendapatan atas kemajuan penyelesaian proyek. Semua beban yang dikeluarkan selama masih dalam pelaksanaan akan dicantumkan di neraca tanpa adanya catatan pendapatan dan beban dalam laporan laba – rugi. Laporan laba rugi perusahaan juga tidak mencantumkan pendapatan atas tahap kemajuan proyek karena pendapatannya baru dilaporkan setelah selesai masa proyek. Kelemahan metode ini adalah laporan laba-rugi tidak mencerminkan hasil kemajuan perusahaan secara wajar. Dengan metode ini semua pendapaatan dari kontrak diakui pada akhir periode konstruksi, Jadi pada awal dan saat berjalannya konstruksi tidak ada pendapatan yang diakui sehingga laba yang dilaporkan menjadi kecil. Disamping itu, metode ini juga memiliki keunggulan, yaitu laba yang diakui benar-benar yang diperoleh bukan berdasarkan taksiran, pada saat penetapan laba, tidak ada kemungkinan kerugian tidak terduga, ataupun biaya yang tidak terduga. Dasar
penyelesaian
produksi
(completion-of-production
basis)
untuk
pengakuan pendapatan dibenarkan ketika ada pasar yang stabil dan harga yang stabil
16
untuk komoditas standard, entitas mempunyai kontrak jangka pendek, dan jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu di luar resiko bisnis yang normal dan berulang. d. Penjualan khusus (special sale) 2. Dasar basis kas (cash basis). Untuk dasar basis kas, pendapatan diakui pada saat penerimaan uang tunai.
Menurut Belkoui (2000) yang diterjemahkan oleh Marwata dkk, Pendapatan secara umum diakui selama produksi dalam situasi-situasi berikut ini : a. Pendapatan sewa, bunga, dan komisi diakui ketika diperoleh, dengan adanya perjanjian atau kontrak sebelummya yang menspesifikasi peningkatan perlahan-lahan dalam klaim terhadap pelanggan. b. Seorang individu atau sekelompok orang dapat memberikan jasa professional atau jasa serupa dapat menggunakan basis akrual dengan lebih baik untuk pengakuan pendapatan, dengan adanya fakta bahwa hakikat dari klaim terhadap pelanggan adalah suatu fungsi dari proporsi jasa yang diberikan. c. Pendapatan atas jasa kontrak jangka pajang diakui berdasarkan kemajuan konstruksi atau “persentase penyelesaian” (percentage of completion). d. pendapatan atas “kontrak biaya plus pembiayaan tetap” (cost plus fixed fee contract) lebih baik diakui dengan basis akrual.
17
E.
Pencatatan Pengakuan Pendapatan dan Beban Perusahaan Konstruksi.
Berikut beberapa ayat jurnal yang biasa digunakan untuk mengakui pendapatan dan beban pada perusahaan konstruksi ( Kieso dkk 2002 ) :
a. Metode Persentase Penyelesaian 1. Jurnal untuk mencatat beban konstruksi : Konstruksi dalam proses
xxx
Material, Kas, Hutang
xxx
2. Jurnal untuk mencatat termin tagihan periodik : Piutang usaha
xxx
Penagihan atas konstruksi dalam proses
xxx
3. Jurnal untuk mencatat atas penagihan Kas
xxx Piutang usaha
xxx
4. Jurnal untuk mencatat pengakuan pendapatan dan laba kotor : Konstruksi dalam proses
xxx
(Laba kotor) Beban konstruksi
xxx
Pendapatan dari kontrak jangka panjang
xxx
18
b. Metode Penyelesaian Kontrak 1. Jurnal untuk mengakui pendapatan kontrak Penagihan atas konstruksi dalam proses/piutang Pendapatan dari kontrak
xxx xxx
2. Jurnal untuk mencatat beban konstruksi yang dikeluarkan Beban konstruksi
xxx
Konstruksi dalam proses
xxx
3. Jurnal untuk mencatat hasil penagihan Kas
xxx Piutang kontrak
F.
xxx
Prinsip Pengaitan (Matching Principle)
Prinsip pengaitan (matching principle) menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait, yaitu pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan beban yang terkait diakui. Secara operasional beban dapat diakui dengan dua tahap, yaitu : biaya dikapitalisasi sebagai aktiva yang mencermikan gabungan potensi atau manfaat jasa. Dan setiap aktiva dihapus sebagai beban untuk mengakui proporsi dari aktiva potensi jasa yang telah habis masa berlakunya dalam menghasilkan pendapatan selama periode tersebut.
19
Menurut Belkoui (2000) yang diterjemahkan oleh Marwata dkk : Hubungan antara pendapatan dan beban tergantung dari kriteria-kriteria, sebagai berikut : a. Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu pendapatan (misalnya harga pokok penjualan dikaitkan dengan penjualan terkait). b. Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut (misalnya gaji pimpinan perusahaan). c. Alokasi biaya sepanjang periode untuk memperoleh manfaat dari biaya tersebut (misalnya biaya depresiasi). d. Membebankan semua biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan bahwa biaya-biaya tersebut memiliki manfaat masa depan (misalnya beban iklan).
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan
A.1
Sejarah Singkat Perusahaan
PT.XYZ merupakan anak perusahaan dari Koperasi Karyawan PT.ABC yang didirikan pada tanggal 24 Agustus 2000, berdasarkan Akta Notaris No.17 dari Jacinta Susanti, SH. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik
Indonesia,
dalam
Surat
Keputusannya
No.C-
8774.HT.01.01.TH.2001 tanggal 16 Agustus 2001, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negaran Republik Indonesia No.17, tanggal 26 Februari 2002, Tambahan No.1992, dan Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Desember tahun 2000. PT. XYZ berlokasi di Jakarta Selatan, tepatnya di Jl.Prof.Dr.Soepomo No.45 J, 12810. Perusahaan ini memiliki proyek baik di dalam maupun di luar kota. Proyek-proyek tersebut tersebar di beberapa lokasi di luar daerah seperti, Jambi, Bontang, Cilegon, Jawa Timur, Ujung Pangkah dan lain sebagainya.
21
A.2
Struktur Organisasi Perusahaan Untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah direncanakan dengan baik,
harus pula didukung oleh para pelaksana yang tersusun dalam struktur organisasi perusahaan dengan jelas. PT. XYZ terbagi menjadi beberapa divisi, yaitu : 1. Marketing and Business Development a. Melakukan pemasaran (marketing activities) b. Pengembangan usaha 2. Heavy Equipment service & Rental a. Mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan alat berat. b. Memelihara peralatan konstruksi c. Menyediakan peralatan hingga siap digunakan atau disewakan 3. Project Control & Technical Proposal a. Menyiapkan Proposal untuk submit tender b. Membuat perencanaan proyek c. Mengkontrol budget dan biaya project d. Mencari dan mendapatkan material yang dibutuhkan untuk proyek e. Mengkontrol dokumen 4. Construction a. Mengawasi dan menilai kualitas dari kegiatan proyek b. Membentuk tim pelaksana proyek
22
5. HR & GA a. Sebagai personalia dan administrasi perusahaan b. Mengatur penggajian sekaligus sebagai Office service 6. Finance & Accounting a. Mengatur dan mengelola Keuangan perusahaan b. Mengatur pendanaan proyek
A.3
Kegiatan Usaha Perusahaan
PT.XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa dengan ruang lingkup jasa konstruksi, pemeliharaan, dan penyewaan alat konstruksi. Kegiatan usaha perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di Indonesia pada masa yang akan datang, yang dapat mengakibatkan melemahnya nilai tukar mata uang dan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk menghadapi kondisi ekonomi tersebut perusahaan telah menerapkan strategi pokok sebagai berikut : a. Merestrukturisasi dan mereorganisasi operasi bisnis dan memperluas pangsa pasar dengan mempertahankan core businessnya. b. Melaksanakan manajemen mutu terpadu, serta mengevaluasi sumbersumber informasi yang berhubungan dengan aspek ekonomis dan teknis untuk mendukung pengembangan usaha.
23
c. Melakukan kerjasama proyek dengan pihak ketiga yang saling menguntungkan. Beberapa kegiatan proyek yang dilakukan oleh perusahaan seperti, proyek pemasangan pipa gas bawah tanah (Pipeline), Civil work seperti pembuatan Batching plant, Steel structure work, Mechanical work, hingga penyewaan alat-alat berat seperti Crane, Excavator, Lowbed trailler, Container, Genset. Disamping itu Perusahaan juga memiliki pool untuk penyimpanan sekaligus tempat untuk merawat dan memperbaiki alat – alat berat yang dimiliki oleh perusahaan.
A.4
Proses Perolehan Proyek
Suatu
perusahaan
kontraktor
mempunyai
ciri
khas
sendiri
yang
membedakannya dari perusahaan dagang atau manufaktur, baik dalam hal penetapan harga jual, pembebanan biaya maupun penetapan laba. Sebagai perusahaan kontraktor, PT. XYZ juga memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Pekerjaan dilaksanakan jauh dari tempat kedudukan perusahaan 2. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dibebankan secara langsung ke masing-masing pekerjaan 3. Hampir semua tenaga kerja adalah tenaga kerja langsung 4. Biayanya merupakan biaya langsung dan biaya tidak langsung yang secara langsung dibebankan ke masing-masing pekerjaan
24
5. Pekerjaan yang dikerjakan dapat berupa pekerjaan hasil tender dan pekerjaan tidak dengan tender Perusahaan dalam memperoleh kontrak pekerjaan proyek dapat melalui : a. Proyek yang diperoleh melalui tender Suatu perusahaan dapat mengetahui adanya tender yaitu melalui pengumuman di media massa yang menyatakan bahwa ada pembangunan proyek, dan bisa juga melalui undangan dari pemberi kerja. Jika perusahaan berniat untuk ikut serta dalam tender maka, perusahaan akan mendaftarkan diri ke panitia tender sekaligus mengambil dokumen tender; yaitu persyaratan administrasi dan persyaratan teknis, kemudian perusahaan akan mengirimkan surat penawaran kepada pemberi kerja. Bila dinyatakan lulus seleksi awal, perusahaan akan diberi surat undangan untuk menghadiri acara tender, tujuannya adalah agar perusahaan yang lulus seleksi wajib mengambil dokumen penting yang dijadikan dasar perhitungan biaya yang selanjutnya dijadikan dasar surat penawaran. Dalam membuat perhitungan biaya berdasarkan dokumen tersebut terdapat masalah yang harus dipertimbangkan, misalnya daftar bahan baku yag akan digunakan, banyaknya tenaga kerja agar proyek tersebut selesai tepat pada waktunya serta urutan-urutan pekerjaan optimal serta laba yag diharapkan oleh perusahaan. Untuk itu perusahaan akan menyusun rencana anggaran proyek yang dapat dijadikan dasar dalam mengajukan
25
harga penawaran dan terakhir perusahaan mengajukan harga kepada pemberi kerja. b. Proyek yang diperoleh tidak melalui tender Perusahaan dapat memperoleh kontrak pekerjaan proyek tidak melalui tender tetapi perusahaan mendapatkannya secara langsung dari pemberi kerja. Untuk menentukan penawaran harga yang akan diberikan kepada pemberi kerja harus terlebih dahulu diperkirakan biaya-baiya yang harus dikeluarkan dan dipertimbangkan atau masalah yang mungkin akan timbul dalam pengerjaan proyek tersebut, apabila tercapai kesepakatan antar pemberi kerja dengan perusahaan, maka pemberi kerja akan menyerahkan pelaksanaan proyek kepada perusahaan. Untuk itu, kedua belah pihak harus menandatangani Surat Perjanjian Kontrak Kerja (SPKK). Pada saat kontrak tersebut ditandatangani, maka perusahaan sudah harus memulai pekerjaan agar dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Dalam melaksanakan pekerjaannya kontraktor harus membuat laporan kemajuan proyek yang dibuat oleh site manager dan akan dikontrol dan ditandatangani oleh manajer koordinasi proyek serta mendapat persetujuan dari pemilik proyek. Apabila kontraktor telah selesai melakukan seluruh pekerjaannya, maka dibuat berita acara serah terima oleh bagian koordinasi proyek yang disetujui dan ditandatangani oleh manager koordinasi proyek dengan disahkan oleh pemilik proyek tersebut setelah selesai.
26
A.5
Gambaran Kontrak Konstruksi pada PT. XYZ Jika suatu proyek berskala besar dan berjangka panjang dipertimbangkan,
pemberi kerja dan kontraktor biasanya membuat kontrak atau perjanjian sebelum proyek mulia dikerjakan. Kontrak-kontrak konstruksi yang ada di perusahaan selama ini selalu mengatur dengan jelas mengenai : 1. Uraian tugas pekerjaan dari pemberi kerja kepada perusahaan 2. Dasar pelaksanaan pekerjaan Dalam melaksanakan tugas pekerjaan perusahaan diwajibkan berpedoman dan tunduk pada ketentuan-ketentuan, seperti ; Rencana Kerja dan Syaratsyarat (RKS) dengan semua perubahan sesuai dengan Berita Acara Penjelasan Terlampir. 3. Pengawas pekerjaan Untuk melakukan pengendalian pekerjaan yang terdiri atas pengawasan dan tindakan pengoreksian, biasanya pemberi kerja menunjuk perusahaan konsultan sebagai konsultan pengawas yang bertindak untuk dan atas nama pemberi kerja, dan akan diberitahukan secara tertulis kepada perusahaan. 4. Bahan-bahan dan Alat-alat Bahan-bahan dan alat-alat dan segala sesuatunya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dalam perjanjian ini harus disediakan oleh
27
perusahaan, tetapi beberapa pemberi kerja telah menyediakan bahan material langsung yang dibutuhkan oleh kontraktor, sehingga kontraktor hanya menyediakan tenaga langsung dan bahan-bahan tidak langsug saja. Namun semua ini haruslah tertuang dalam perjanjian. Jika bahan dan alat tersebut ditolak oleh pemberi kerja atau tim pengawas karena dianggap tidak memenuhi standar dalam perjanjian, maka perusahaan harus menyingkirkan bahan dan alat tersebut sert menggantinya dengan bahan dan alat yang sesuai standar dalam waktu 2x24 jam. 5. Tenaga kerja dan upah Agar pekerjaan pemborongan berjalan seperti yang ditetapkan, perusahaan diwajibakan menyediakan tenaga kerja yang cukup jumlah, kualitas, dan ketrampilannya. Ongkos dan upah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan, dan perusahaan juga wajib menyelenggarakan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku. 6. Pelaksanaan Pihak Kedua Wakil perusahaan (Pihak Kedua) yang ditunjuk sebagai Pimpinan Pelaksana/tenaga ahli harus selalu ada di tempat pekerjaan dilaksanakan. Pihak
kedua
memiliki
wewenang/kuasa
penuh
untuk
mewakili
perusahaan, dan dapat menerima, memberikan, serta memutuskan segala petunjuk-petunjuk dari Tim Pengawas/Pemeriksa Pekerjaan pemberi kerja.
28
7. Sub Kontraktor Apabila suatu bagian pekerjaan diserahkan kepada Sub Kontraktor maka harus sepengetahuan pemberi kerja yang meliputi lingkup bagian yang diserahkan
maupun
Sub
Kontraktor
yang
ditunjuk,
perusahaan
bertanggung jawab penuh atas pekerjaan dari Sub Kontraktor serta segala sesuatu yang menyangkut hubungan antara perusahaan dengan Sub Kontraktor, perusahaan tidak diperkenankan untuk menyerahkan seluruh pekerjaan kepada Sub Kontraktor/Pihak Ketiga, dan sebagainya. 8. Jangka waktu pelaksanaan Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam surat perjanjian, setelah mendapatkan izin dari pemberi kerja tidak termasuk masa pemeliharaan harus diselesaikan oleh perusahaan dan diserahkan kepada pemberi kerja dalam jangka waktu yang telah ditetapkan terhitung sejak tanggal surat perjanjian ditandatangani. 9. Masa pemeliharaan Masa pemeliharaan atas hasil pekerjaan ditetapkan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pekerjaan selesai dan diterima oleh pemberi kerja dalam keadaan baik yang dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima Ke Satu. Apabila selama masa pemeliharaan ternyata terdapat kerusakankerusakan akibat iklim pemakaian/pemasangan bahan yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan perjanjian maka perusahaan wajib melakukan
29
perbaikan-perbaikan, dan semua biaya perbaikan yang dikeluarkan dalam masa pemeliharaan ditanggung oleh perusahaan. 10. Jaminan pelaksanaan dan Jaminan uang muka Jaminan
pelaksanaan
;
Perusahaan
wajib
memberikan
jaminan
pelaksanaan pekerjaan berupa Surat Jaminan dari Bank Pemerintah atau Lembaga Keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Indonesia kepada pemberi kerja pada saat penandatanganan surat perjanjian. Surat jaminan tersebut akan diserahkan kembali oleh pemberi kerja, setelah pekerjaan selesai dilaksanakan dengan baik (100%) atau serah terima. Surat jaminan pelaksanaan tersebut akan menjadi milik negara dan dapat dicairkan oleh pemberi kerja bilamana terjadi pemutusan perjanjian dengan memperhitungkan prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. Jaminan uang muka ; sebelum pembayaran uang muka oleh pemberi kerja dilakukan, maka perusahaan wajib menyerahkan kepada pemberi kerja jaminan uang muka berupa Surat Jaminan Uang Muka dari Bank (Bank Pemeritah/Lembaga Keuangan Lainnya) sebesar 20% dari harga pekerjaan/kontrak. 11. Harga pelaksanaan pekerjaan Menetapkan jumlah harga pelaksanaan pekerjaan yang disepakati kedua belah pihak.
30
12. Cara pembayaran Pembayaran harga pelaksanaan pekerjaan dalam perjanjian dilakukan secara bertahap sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan yang telah ditentukan dalam perjanjian. 13. Kenaikan harga Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama masa pelaksanaan pekerjaan borongan ini ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan, pada dasarnya perusahaan tidak dapat mengajukan tuntutan/klaim atas kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah, terkecuali apabila ada tindakan /kebijaksanaan Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter, yang diumumkan secara resmi dan diatur dalam Peraturan Pemerintah, khusus pekerjaan pemborongan. 14. Pekerjaan tambah kurang Penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-perubahan yag merupakan penambahan/pengurangan
pekerjaan
hanya
dianggap
sah
sesudah
mendapat perintah tertulis dari pemberi kerja, dengan menyebutkan jenis dan rincian pekerjaan secara tertulis. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk merubah waktu penyelesaian pekerjaan,
kecuali
atas
persetujuan
tertulis
Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas/Pemberi Kerja untuk pekerjaan tambah kurang tersebut dibuat perjanjian tambahan (Addendum).
31
15. Pengamanan tempat kerja dan Tenaga kerja Perusahaan bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja/tenaga kerja, kebersihan, bangunan-bangunan, gedung, alat-alat, dan bahan-bahan bangunan selama pekerjaan berlangsung. Jika terjadi kecelakaan pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka perusahaan diwajibkan memberikan pertolongan kepada korban-korbannya dan segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibatnya, menjadi tanggung jawab perusahaan. 16. Laporan Perusahaan wajib membuat catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan, segala laporan atau catatan tersebut dibuat berbentuk buku harian diisi pada formulir yang telah disetujui Konsultan Pengawas harus selalu berada di tempat pekerjaan. Perusahaan wajib membuat dan menyerahkan kepada pemberi kerja foto-foto dokumentasi yang dimasukkan dalam album proyek tentang pelaksanaan, perkembangan kegiatan hasil kerja dari tiap-tiap pos pelaksanaan/bagian pekerjaan sampai selesai. 17. Sanksi dan Denda Perusahaan dikenakan denda sebesar 0.1 % (nol koma satu persen) per hari keterlambatan dari harga pelaksanaan pekerjaan dengan setinggitingginya 10% dari harga pekerjaan bilamana perusahaan melalaikan tugas-tugasnya dan setelah peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut secara tertulis oleh pemberi kerja dan ternyata tidak juga mengindahkannya atau
32
melaksanakannya, serta bilamana perusahaan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya.
B.
Metode Penelitian Dalam analisis masalah yang diteliti, penulis menggunakan metode deskriptif,
yaitu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai pengukuran dan pengakuan pendapatan dan beban pada PT.XYZ
C.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Studi pustaka (Library research) yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan literatur-literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan masalah penelitian untuk digunakan sebagai landasan teori. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis sehingga penulis dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang aspek-aspek teoritis dari masalah yang akan penulis bahas. 2. Studi lapangan (Field research) yaitu penelitiaan secara langsung pada PT.XYZ untuk memperoleh data sebenarnya dari objek penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara meminta data atau catatan yang ada di perusahaan, antara lain berupa :
33
a. Sejarah singkat perusahaan b. Struktur organisasi, tugas dan wewenang perusahaan c. Data atau laporan berkaitan dengan pendapatan dan beban proyek d. Perjanjian kontrak konstruksi e. Laporan keuangan berupa laporan neraca dan laporan laba rugi PT.XYZ (a) Wawancara (Interview) Sedangkan untuk mendapatkan data primer penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak-pihak yang berwenang dalam perusahaan, yang berhubungan dengan topik skripsi. Staf-staf yang diwawancarai dalam penelitian ini antara lain ; bagian keuangan dan akuntansi, project manager, dan bagian personalia. (b) Observasi (Observation) Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap perusahaan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan objek penelitian.
34
D.
Metode Analisis Data Pada penelitian deskriptif ini, metode analisis data yang digunakan penulis
adalah : 1. Deskriptif Kualitatif Deskriptif kualitatif adalah data yang terkumpul diuraikan berdasarkan faktafakta yang terlihat pada situasi yang diteliti, untuk kemudian disusun, diolah, dan diinterpretasikan atau diambil suatu kesimpulan. Dengan cara membandingkan antara metode yang telah diterapkan oleh perusahaan dengan PSAK No.34 tentang Akuntansi Kontrak Konstruksi. 2. Deskriptif Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang sudah terkumpul dihitung kuantitasnya dan menggunakan
perhitungan
dalam
pengolahan
data
dimana
metode
perhitungan pengakuan pendapatan yang lazim digunakan oleh perusahaan adalah metode persentase penyelesaian (percentage of completion method) dan metode kontrak selesai (completed contract method).
35
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pengukuran serta Pengakuan Pendapatan dan Beban Perusahaan Dalam skripsi ini penulis akan membahas hasil kegiatan operasional dalam
bidang jasa pelaksana konstruksi (kontraktor), khususnya dalam bidang pemasangan pipa gas bawah tanah. (Piping work). Berikut akan disajikan salah satu proyek yang telah dijalankan oleh PT. XYZ sebagai ilustrasi dari pembahasan masalah, deskripsi informasi sehubungan dengan proyek tersebut adalah sebagai berikut :
A.1
Pendapatan Hasil Usaha Proyek
Nama proyek
: Piping Work for Propane Dryer dan Shutdown
Jenis pekerjaan
: Piping work
Lokasi
: Tanjung Jabung, Jambi, Indonesia
Pemberi kerja
: PT. CII
Jangka waktu
: 150 (seratus lima puluh) hari kalender, terhitung mulai
10 Juni 2007 sampai dengan tanggal 10 November 2007. Nilai kontrak kerja
: Rp. 1.607.000.000,-
36
Sistem pembayaran yang dilaksanakan antara PT. XYZ dalam perjanjian ini ditetapkan sebagai berikut : a. Berdasarkan progress pekerjaan yang dicapai setiap bulan (Monthly Progress Payment ) minimal progress 10%. b. Setiap progress penagihan dilengkapi dengan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan, Dan pada tiap tagihan termin akan dipotong retensi sebesar 5% dari nilai termin tersebut. c. Pembayaran akan dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tagihan diterima yang dilengkapi dengan Berita Acara kemajuan pekerjaan yang disahkan oleh PT. CII.
A.2
Macam-Macam Beban Proyek Beban yang dimaksud disini adalah beban-beban yang dikeluarkan
sehubungan dengan proyek yang sedang dikerjakan, tidak termasuk beban pemasaran, administrasi dan umum. Berdasarkan ilustrasi beban yang telah dikeluarkan sehubungan dengan proyek di atas adalah sebagai berikut :
37
Tabel 1. PT. XYZ Perhitungan Beban yang Dikeluarkan Sehubungan Proyek
Bulan
Beban langsung lainnya
Gaji dan Material
Beban tidak langsung
Total
Juni’07
144.785.500
64.288.920
44.843.300
253.917.720
Juli’07
194.272.250
86.084.758
25.151.854
305.508.862
Agustus’07
174.133.500
56.132.887
22.105.650
252.372.037
September’07
118.424.800
55.828.080
24.453.523
198.706.403
Oktober’07
102.095.664
72.490.000
13.359.400
187.945.064
November’07
102.681.562
62.733.500
16.070.182
181.485.244
Total
836.393.276
397.558.145
145.983.909
1.379.935.330
Sumber : Data Keuangan PT. XYZ
Beban tidak langsung meliputi antara lain : -
Fasilitas sementara ; termasuk semua material dan tenaga kerja untuk membangun fasilitas sementara guna mendukung kegiatan konstruksi. Fasilitas sementara ini terdiri dari : Perumahan sementara (mess) untuk menampung tenaga kerja konstruksi - Small tools ; pengeluaran umum berupa pembelian material bantu seperti ; siku dan behel. - Permit (izin bangunan)
38
Tabel 2. PT. XYZ Beban yang Diakui Menurut Perusahaan Bulan
Total
Juni’07
253.917.720
Juli’07
305.508.862
Agustus’07
252.372.037
September’07
198.706.403
Oktober’07
187.945.064
November’07
181.485.244
Total
1.379.935.330
Sumber : Data Keuangan PT.XYZ Perusahaan mengukur bebannya berdasarkan biaya historis dan mengakui beban yang terjadi sesuai dengan biaya aktual yang dikeluarkan tiap bulannya. Tabel 3. PT. XYZ Pendapatan yang Diakui Menurut Perusahaan Bulan
Pendapatan yang diterima
Progress Persentase
Juni’07
171.235.000
10.656%
Juli’07
347.899.000
21.649%
Agustus’07
246.205.400
15.321%
September’07
251.755.000
15.666%
Oktober’07
331.535.000
20.631%
November’07
258.370.600
16.077%
Total
1.607.000.000
100%
Sumber : Data Keuangan PT. XYZ
39
Perusahaan mengukur pendapatannya dengan nilai wajar yaitu nilai yang ada dalam kontrak perjanjian proyek sebesar Rp. 1.607.000.000,- terhitung mulai dari awal proyek tanggal 10 Juni 2007 sampai dengan tanggal 10 November 2007. Pendapatan diakui berdasarkan progress yang dicapai dalam berita acara.
B.
Pengukuran serta
Pengakuan Pendapatan dan Beban
menurut
PSAK No.34 Menurut PSAK No.34 Paragraf 10. Pendapatan diukur pada nilai wajar yang akan diterima, dan berdasarkan paragraf 20. dinyatakan bahwa pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masingmasing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca. Taksiran rugi pada kontrak konstruksi tersebut harus segera diakui sebagai beban atau dengan kata lain bila besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi pendapatan kontrak, taksiran rugi harus
diakui
sebagai
beban.
Jumlah
kerugian
tersebut
ditentukan
tanpa
memperhatikan apakah pekerjaan kontrak telah dilaksanakan atau belum dan tahap penyelesaian aktivitas kontrak. Berdasarkan PSAK No.34 dapat kita hitung Beban dan Pendapatan yang seharusnya diakui perusahaan sebagai berikut :
40
Tabel 4. PT. XYZ Beban Progress Data per Termin
Termin
Persentase
Selisih
Total
I
10,656 %
0
147.045.909
II
32,305 %
21,649 %
298.742.200
III
47,626 %
15,321 %
211.419.892
IV
63,292 %
15,666 %
216.180.668
V
83,923 %
20,631 %
284.694.458
VI
100%
16,077 %
221.852.203
Total
1.379.935.330
Sumber : Perhitungan menurut PSAK No.34
Keterangan perhitungan : Termin I
: 10,656 % x Rp. 1.379.935.330 = Rp. 147.045.909
Termin II
: 21,649 % x Rp. 1.379.935.330 = Rp. 298.742.200
Termin III
: 15,321 % x Rp. 1.379.935.330 = Rp. 211.419.892
Termin IV
: 15,666 % x Rp. 1.379.935.330 = Rp. 216.180.668
Termin V
: 20,631 % x Rp. 1.379.935.330 = Rp. 284.694.458
Termin VI
: 16,077 % x Rp. 1.379.935.330 = Rp. 221.852.203
41
Berdasarkan yang diuraikan di atas, maka pengakuan pendapatan dan beban selama proses konstruksi menurut PSAK No.34 adalah sebagai berikut :
1. Pada saat tagihan termin I (Bulan Juni 2007) Tagihan Termin (10.656 % x Nilai Kontrak ) Dikurangi retensi 5 %
171.241.920 8.562.096
Opname bersih
162.679.824
PPN (10% x Tagihan termin )
17.124.192
Total tagihan
179.804.016
Jurnal pengakuan pendapatan bulan Juni 2007 : Piutang dagang
179.804.016
Retensi proyek
8.562.096
Kemajuan faktur atas kontrak
171.241.920
PPN Keluaran
17.124.192
Jurnal penerimaan tagihan termin I bulan Juni 2007 : Kas Piutang dagang
179.804.016 179.804.016
42
2. Pada saat tagihan termin II (Bulan Juli 2007) Tagihan Termin (21,649 % x Nilai Kontrak )
347.899.430
Dikurangi retensi 5 %
17.394.972
Opname bersih
330.504.458
PPN (10% x Tagihan termin )
34.789.943 365.294.401
Total tagihan Jurnal pengakuan pendapatan bulan Juli 2007 : Piutang dagang
365.294.401
Retensi proyek
17.394.972
Kemajuan faktur atas kontrak
347.899.430
PPN Keluaran
34.789.943
Jurnal penerimaan tagihan termin II bulan Juli 2007 : Kas
365.294.401
Piutang dagang
365.294.401
3. Pada saat tagihan termin III (Bulan Agustus 2007) Tagihan Termin (15,321 % x Nilai Kontrak )
246.208.470
Dikurangi retensi 5 %
12.310.424
Opname bersih
233.898.046
PPN (10% x Tagihan termin ) Total tagihan
24.620.847 258.518.893
43
Jurnal pengakuan pendapatan bulan Agustus 2007 : Piutang dagang
258.518.893
Retensi proyek
12.310.424
Kemajuan faktur atas kontrak PPN Keluaran
246.208.470 24.620.847
Jurnal penerimaan tagihan termin III bulan Agustus 2007 : Kas
258.518.893
Piutang dagang
258.518.893
4. Pada saat tagihan termin IV (Bulan September 2007) Tagihan Termin (15,666 % x Nilai Kontrak ) Dikurangi retensi 5 %
251.752.620 12.587.631
Opname bersih
239.164.989
PPN (10% x Tagihan termin )
25.175.262
Total tagihan
264.340.251
Jurnal pengakuan pendapatan bulan September 2007 : Piutang dagang
264.340.251
Retensi proyek
12.587.631
Kemajuan faktur atas kontrak PPN Keluaran
251.752.620 25.175.262
44
Jurnal penerimaan tagihan termin IV bulan September 2007 : Kas
264.340.251
Piutang dagang
264.340.251
5. Pada saat tagihan termin V (Bulan Oktober 2007) Tagihan Termin (20,631 % x Nilai Kontrak )
331.540.170
Dikurangi retensi 5 %
16.577.009
Opname bersih
314.963.161
PPN (10% x Tagihan termin ) Total tagihan
33.154.017 348.117.178
Jurnal pengakuan pendapatan bulan Oktober 2007 : Piutang dagang
348.117.178
Retensi proyek
16.577.009
Kemajuan faktur atas kontrak PPN Keluaran
331.540.170 33.154.017
Jurnal penerimaan tagihan termin V bulan Oktober 2007 : Kas Piutang dagang
348.117.178 348.117.178
45
6. Pada saat tagihan termin VI (Bulan November 2007) Tagihan Termin (16,077 % x Nilai Kontrak )
258.357.390
Dikurangi retensi 5 %
12.917.870
Opname bersih
245.439.520
PPN (10% x Tagihan termin )
25.835.739
Total tagihan
271.275.259
Jurnal pengakuan pendapatan bulan November 2007 : Piutang dagang
271.275.259
Retensi proyek
12.917.870
Kemajuan faktur atas kontrak PPN Keluaran
258.357.390 25.835.739
Jurnal penerimaan tagihan termin VI bulan November 2007 : Kas
271.275.259
Piutang dagang
271.275.259
Jurnal penagihan retensi dari termin setiap bulan yang dilakukan pada akhir periode setelah dilakukannya serah terima Berita Acara : Piutang dagang
80.350.000
Retensi proyek
80.350.000
Jurnal penerimaan retensi yang masih harus diterima : Kas Piutang dagang
80.350.000 80.350.00
46
Tabel 5. PT. XYZ Pengakuan Pendapatan dan Beban Serta Laba/Rugi Kotor
Bulan
Pendapatan
Beban
Laba/Rugi Kotor
Juni’07
171.241.920
147.045.909
24.196.011
Juli’07
347.899.430
298.742.200
49.157.230
Agustus’07
246.208.470
211.419.892
34.788.578
September’07
251.752.620
216.180.669
35.571.951
Oktober’07
331.540.170
284.694.458
46.845.712
November’07
258.357.390
221.852.203
36.505.187
1.379.935.330
227.064.670
Total
1.607.000.000
Sumber : Perhitungan menurut PSAK No.34
Dari tabel di atas diketahui bahwa perusahaan selama kegiatan-kegiatan konstruksi untuk setiap tahap kemajuan kerja mengalami laba dikarenakan pendapatan konstruksi lebih besar dibandingkan dengan beban yang dikeluarkan untuk proyek tersebut . Secara keseluruhan perusahaan mengalami laba sebesar Rp. 227.064.670,untuk proyek ini. Ada perbedaan antara hasil perhitungan pendapatan perusahaan dengan penulis (perhitungan berdasarkan PSAK No.34 ) yang disebabkan oleh pembulatan angka desimal di belakang koma, perusahaan menggunakan lebih dari 3 (tiga) angka desimal sedangkan penulis menggunakan 3 (tiga) angka desimal di belakang koma, namun perbedaan ini sangatlah tidak material. Perbedaan juga terjadi
47
antara perhitungan pengakuan beban perusahaan dengan penulis (berdasarkan PSAK No.34 ), perusahaan mengakui beban berdasarkan beban yang terjadi setiap bulannya tanpa membandingkan dengan persentase penyelesian progress pekerjaan, sedangkan menurut PSAK No.34 beban yang diakui adalah sebesar persentase penyelesian aktivitas kontrak pada tanggal neraca (percentage of completion).
Jurnal pengakuan Pendapatan dan Beban : Termin I – Bulan Juni 2007 Beban konstruksi Pendapatan dalam pelaksanaan Pendapatan dari konstruksi
147.045.909 24.196.011 171.241.920
Termin II – Bulan Juli 2007 Beban konstruksi Pendapatan dalam pelaksanaan Pendapatan dari konstruksi
298.742.200 49.157.230 347.899.430
Termin III – Bulan Agustus 2007 Beban konstruksi Pendapatan dalam pelaksanaan Pendapatan dari konstruksi
211.419.892 34.788.578 246.208.470
48
Termin IV – Bulan September 2007 Beban konstruksi
216.180.669
Pendapatan dalam pelaksanaan
35.571.951
Pendapatan dari konstruksi
251.752.620
Termin V – Bulan Oktober 2007 Beban konstruksi
284.694.458
Pendapatan dalam pelaksanaan
46.845.712
Pendapatan dari konstruksi
331.540.170
Termin VI – Bulan November 2007 Beban konstruksi Pendapatan dalam pelaksanaan Pendapatan dari konstruksi
221.852.203 36.505.187 258.357.390
49
Tabel 6. Pencatatan Perbedaan Pendapatan dan Beban Proyek antara Perusahaan dengan PSAK No.34
Deskripsi
Menurut Perusahaan PSAK No.34
Selisih
Juni’07 Pendapatan
171.235.000
171.241.920
(6.920)
Beban
253.917.720
147.045.909
106.871.811
Pendapatan
347.899.000
347.899.430
(430)
Beban
305.508.862
298.742.200
6.766.662
Pendapatan
246.205.400
246.208.470
(3.070)
Beban
252.372.037
211.419.892
40.952.145
Pendapatan
251.755.000
251.752.620
2.380
Beban
198.706.403
216.180.669
(17.474.266)
Pendapatan
331.535.000
331.540.170
(5.170)
Beban
187.945.064
284.694.458
(96.749.394)
Pendapatan
258.370.600
258.357.390
13.210
Beban
181.485.244
221.852.203
(40.366.959)
Juli’07
Agustus’07
September’07
Oktober’07
November’07
Sumber : Data Keuangan PT. XYZ
50
Dari tabel di atas diketahui bahwa pengakuan pendapatan bulan Juni ’07 yang diakui oleh perusahaan lebih kecil sebesar Rp.6.920 dibandingkan dengan PSAK, pada bulan Juli’07 untuk pengakuan pendapatan yang diakui oleh perusahaan lebih kecil Rp.430 dibandingkan dengan PSAK, bulan Agustus’07
perusahaan mengakui
pendapatannya lebih kecil Rp.3.070 dibandingkan dengan PSAK, pada bulan September’07 lebih besar Rp.2.380 dibandingkan PSAK, bulan Oktober’07 pendapatan perusahaan lebih kecil Rp.5.170 dibandingkan dengan PSAK, dan pada bulan November’07 peerusahaan mengakui pendapaatannya lebih besar Rp.13.210 dibandingkan PSAK. C.
Pengaruh Pengakuan Laba Kotor Perusahaan antara Perhitungan yang Dilakukan Perusahaan dengan PSAK No.34 Dari
perhitungan-perhitungan
dan
jurnal-jurnal
yang
telah
dibahas
sebelumnya diketahui laba kotor yang diakui masing-masing sebagai berikut: Tabel 7. PT. XYZ Laba Kotor Sehubungan dengan Proyek yang Dikerjakan Bulan
Perusahaan
PSAK No.34
Juni '07
(82.682.720)
24.196.011
Juli '07
42.390.138
49.157.230
Agustus '07
(6.166.637)
34.788.578
September '07
53.048.597
35.571.951
Oktober '07
143.589.936
46.845.712
November '07
76.885.356
36.505.187
Sumber : Data Keuangan PT. XYZ
51
Dari tabel di atas diketahui bahwa perusahaan mengalami rugi sebesar Rp.82.682.720,00
pada
pada
bulan
Juni’07
karena
perusahaan
menerima
pedapatannya lebih rendah dari beban yang dikeluarkan. Namun menurut PSAK No.34
pada
bulan
Juni’07
perusahaan
mengalami
laba
kotor
sebesar
Rp.24.196.011,00. Dan hal ini juga berdampak pada bulan-bulan berikutnya, laba kotor dan rugi yang diakui perusahaan berbeda dengan laba kotor yang seharusnya diakui berdasarkan PSAK No.34
Tabel 8. PT.XYZ Persentase Penyimpangan antara Perhitungan Perusahaan dengan PSAK No.34 Bulan
Perusahaan
PSAK No.34
Selisih
Persentase
Juni '07
(82.682.720)
24.196.011
(106.878.731)
Juli '07
42.390.138
49.157.230
(6.767.092)
-14%
Agustus '07
(6.166.637)
34.788.578
(40.955.215)
-118%
September '07
53.048.597
35.571.951
17.476.646
49%
Oktober '07
143.589.936
46.845.712
96.744.224
207%
November '07
76.885.356
36.505.187
40.380.169
111%
-442%
Sumber : Data Keuangan PT. XYZ
Dari tabel di atas diketahui menurut perhitungan perusahaan Juni ’07 mengalami rugi kotor sebesar 442% dari laba yang diakui menurut PSAK No.34, rugi 14 % pada bulan Juli ’07, rugi sebesar 118% pada bulan Agustus ’07 dan kelebihan pengakuan laba kotor sebesar 49% pada bulan September ’07, kelebihan pengakuan laba kotor
52
sebesar 207% pada bulan Oktober ’07, dan kelebihan pengakuan laba kotor sebesar 111% pada bulan November ’07.
D.
Penyelesaian Akuntansi terhadap Proyek Konstruksi yang Gagal atau Melebihi Batas Waktu Penyelesaian Pekerjaan yang Telah Disepakati
Bagi kontraktor, keterlambatan ini bisa dikenakan denda atau sanksi dan menurukan kredibilitasnya di masa mendatang. Denda atau sanksi diberlakukan apabila perusahaan melakukan kelalalain dan telah mendapat peringatatan tertulis dari pemilik pekerjaan 3 (tiga) kali berturut-turut tetap tidak mengindahkan kewajibannya sebagaimana dalam dokumen kontrak perjanjian, maka untuk setiap melakukan kelalaian, perusahaan wajib membayar sebesar 0.1% (nol koma satu persen) dari harga kontrak, dengan ketentuan prusahaan tetap berkewajiban memperbaiki kesalahan/kelalaian yang telah diperingatkan. Beberapa faktor keterlambatan proyek atau gagalnya proyek konstruksi yang seringkali dialami oleh PT. XYZ, antara lain sebagai berikut : 1. Kenaikan harga, seperti kenaikan harga bahan baku material proyek, peralatan dan upah yang dapat menyebabkan penambahan biaya proyek yang membutuhkan teksiran ulang biaya. 2. Bencana alam, dalam surat perjanjian kontrak konstruksi disebut sebagai Force Majeure (keadaan memaksa) seperti gempa bumi, tanah longsor, badai, dan banjir.
53
3. Pergolakan sosial, seperti pemogokan tenaga kerja. 4. Situasi pasar, seperti keterlambatan supply
bahan material dan tidak
tersedianya bahan dan peralatan di pasaran. Bebarapa kondisi yang menyebabkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek mengakibatkan perubahannya (umumnya berupa penambahan) lingkup proyek setelah kontrak ditandatangani, hal ini mencerminkan seolah-olah kurang baiknya perencanaan dan kurang tepatnya usaha mengantisipasi berbagai faktor dan permasalahan tekhnis maupun financial dan mengakibatkan penambahan biaya dan jadwal yang kurang wajar. Berdasarkan faktor keterlambatan proyek yang telah diuraikan di atas dalam proses pelaksanaan kegiatan proyek yang berarti akan mempertinggi resiko, maka suatu kontrak yang baik akan dilengkapi dengan mekanisme yang efektif dan alat yang
ampuh
untuk
menghadapi
dan
mengendalikannya
untuk
pemilik
pekerjaan/proyek, mekanisme ini dapat berupa : 1. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond), baik dari Bank Pemerintah atau Bank lain/Lembaga Keuangan lain. 2. Garansi dan pertanggungan (Warranty) 3. Pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan (Progress Payment) 4. Hak untuk mengadakan inspeksi dan testing 5. Hak melaksanakan penjaminan mutu (Quality Control)
54
Setelah dilengkapi dengan mekanisme tersebut di atas, langkah berikutnya adalah mengadakan pemantauan dan pengendalian terus menerus sepanjang masa berlakunya kontrak terhadap pelaksanaan dari segala kesepakatan yang telah ditetapkan bersama.
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan terhadap perusahaan
PT. XYZ, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Perusahaan mengukur pendapatannya dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima dalam hal ini perusahaan mengukur pendapatannya berdasarkan nilai kontrak yang telah disetujui. Dan perusahaan mengukur bebannya berdasarkan biaya historisnya. 2. PT. XYZ menggunakan dua metode akuntansi dalam mengakui pendapatan yang berasal dari kontrak konstruksi yang dijalankannya, yakni ; (1) Metode kontrak selesai (Completed contract), yaitu seluruh laba atau keuntungan atas konstruksi diakui dalam periode penyeleseaian kontrak. Dan (2) Metode persentase penyelesaian (Percentage of complation), metode pengakuan pendapatan atas kontrak konstruksi yang dikaitkan dengan aktivitas perusahaan dalam melaksanakan pekerjaan untuk memenuhi kontrak, metode inilah yang digunakan penulis dalam pembahasan. 3. Perusahaan mengakui pendapatannya sesuai progress aktivitas pekerjaan yang dapat diselesaikan dan mengakui beban sesuai biaya aktual yang dikeluarkan setiap bulannya, tanpa membandingkan beban dengan persentase penyelesaian
56
aktivitas kontrak yang terjadi, sehingga menyebabkan perbedaan dan ketidaksesuaian perhitungan pengakuan beban secara PSAK No.34
B.
Saran 1. Pendapatan dan beban merupakan unsur yang sangat penting bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan sebaiknya lebih teliti dan memperhatikan cara pengakuan pendapatan dan beban yang seharusnya diakui sesuai dengan PSAK No.34, agar tidak menimbulkan informasi laporan keuangan yang salah. 2. Perusahaan dapat mengakui pendapatan dan beban berdasarkan penyelesaian pekerjaan (Efforts expended method) atau berdasarkan beban yang telah dikeluarkan (Cost to cost method), namun tetap harus memperhatikan prinsip pengaitan (Matching concept).
57
58
59