BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Kristiyansari, 2009). WHO-UNICEF pada tahun 2002 dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding menerapkan cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejaklahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan dan mulai umur 6 bulan, bayi mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, Pekan ASI Sedunia, 2010, ¶3). Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 yang juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA), untuk mencapai pertumbuhan perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama (Prasetyono, 2009).
1
2
Pada tahun 1999, setelah pengalaman 9 tahun, UNICEF (United
Nations
memberikan
International
klarifikasi
tentang
Childrens
Emergency
rekomendasi
jangka
Food) waktu
pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama WHA (World Health Assembely) dan banyak negara-negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2000). Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Faktor keberhasilan dalam pemberian ASI adalah komitmen ibu untuk memberikan ASI, dilaksanakan secara dini (early initiation), posisi menyusui yang benar baik untuk ibu bayi, menyusukan atas permintaan bayi (on demand), dan diberikan secara eksklusif (Roesli, 2000). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif membantu melindungi terhadap diare dan infeksi umum lainnya (Proverawati, 2010). ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi,serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. Unsur ini mencakup hidrat arang, lemak, protein, vitamin dan mineral dalam jumlah yang proporsional. Bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena diare dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif. ASI juga bermanfaat menurunkan bayi terkena infeksi, flu
3
dan alergi karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan, salah satunya kolostrum (Purwanti, 2004). Penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah umur yang terlalu muda saat melahirkan, pendidikan yang tidak memadai, pertama kali melahirkan, pekerjaan, kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula dan juga masih banyak masyarakat yang memberi MP-ASI terlalu dini (Soetjiningsih, 1997). Dukungan atau suppot dari orang lain atau orang terdekat, sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan dalam menyusui. Dalam hal ini
dukungan dari suami
maupun keluarga sangat besar pengaruhnya (Proverawati, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Provinsi Jawa Tengah, cakupan ASI eksklusif tahun 2009 sebesar 40,21% (136.862 bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dari 340.373 bayi), terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2008 hanya sebesar 28,96% (162,900 bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dari 562,427 bayi), tetapi cakupan ASI eksklusif masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%.
4
Cakupan ASI Eksklusif di Kota Semarang pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 9% dibandingkan pada tahun 2008 tetapi kenyataannya masih banyak bayi usia 0-6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Pada tahun 2008 banyaknya bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif sekitar 1.925 (15,33%) dari 12.737 bayi. Dan pada tahun 2009 hanya 3.138 (24,63%) bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dari 12.740 bayi. Data
Dinas
Kesehatan
Kota
Semarang
tahun
2010
menunjukkan sekitar 1.580 bayi (20,06%) dari 7.875 bayi yang berumur 0-6 bulan mendapatkan ASI. Dari 37 Puskesmas di kota Semarang cakupan ASI eksklusif terendah pada tahun 2010 adalah Puskesmas Kedungmundu. Hanya sekitar 2 bayi (2,89%) dari jumlah bayi yang berumur 6 bulan sebanyak 69 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 6 bulan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Kedungmundu kepada dua orang Bidan yang bekerja di Puskesmas Kedungmundu didapatkan bahwa promosi kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif sudah sering dilakukan pada saat posyandu dan pelayanan kesehatan, namun masih saja cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kedungmundu sangat rendah. Hal ini didukung dengan adanya hambatan pada ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif yaitu rendahnya dukungan keluarga dal;am
5
pemberian ASI. Dalam hal ini adalah suami, karena suami sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. Berdasarkan paparan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan “Apakah Ada Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pada Bayi Usia 712 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu.
6
2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif. b. Mendeskripsikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. c. Menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
D. Manfaat 1. Praktis a. Keluarga Ibu Menyusui Untuk lebih memberikan dukungan kepada ibu menyusui dalam dukungan instrumental, emosional, penghargaan dan informasional dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi. b. Bagi Ibu Menyusui Dapat menambah pengetahuan dan wawasan ibu, khususnya bagi ibu menyusui mengenai pentingnya ASI eksklusif. c. Bagi Bidan Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu menyusui dengan memberi informasi yang jelas dan memberi motivasi kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
7
d. Bagi Universitas Muhammadiyah Semarang Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi maupun referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah bahan
kepustakaan
di
Universitas
Muhammadiyah
Semarang. 2. Teoritis a. Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. b. Metode Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.
8
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No.
Judul, Nama, Tahun
Sasaran
1
Hubungan Karakteristik, Dukungan Suami dan Pengetahuan Ibu dengan Perawatan Bayi Baru Lahir Pada Primipara Di BPS Ny. Mujirah Desa Kejiren Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Indah Putri, 2010 Hubungan Karakterisrik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Kiki Anggrita, 2009
25 ibu melahirkan primipara
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif pada Bayi Usia 7-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Nita Yuliana, 2011
2
3
Variabel yang diteliti Karakteristik, dukungan suami, pengetahuan ibu dan perawatan bayi baru lahir
Metode
Hasil
Analitik
Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan perawatan bayi baru lahir pada primipara. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, dukungan suami dan pengetahuan ibu dengan perawatan bayi baru lahir pada primipara
41 ibu yang mempunyai bayi umur 46 bulan dan masih disusui.
Pengetahuan ibu tentang ASI, sikap ibu tentang ASI, praktik pemberian ASI, keberlanjutan pemberian ASI sampai umur 6 bulan.
Analitik
278 Ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 712 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmun du Kota Semarang.
Dukungan Keluarga, pemberian ASI eksklusif.
Analitik
Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI, Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI dengan keberlanjutan pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan, Ada hubunganb antara praktik pemberian ASI dengan keberlanjutan pemberian ASI eksklusif samapi umur 6 bulan. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
9
Pada penelitian Indah Putri (2010), jenis penelitian analitik dan variabel yang digunakan adalah karakteristik (usia dan pendidikan), dukungan suami dan pengetahuan ibu dan perawatan bayi baru lahir di BPS Ny.Mujriah Desa Kejiren Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Sedangkan pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dan variabel yang digunakan adalah dukungan keluarga, pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu tahun 2011.