BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) sering dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis. DM merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah. DM juga sering disebut sebagai the great imitator karena dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi (Kariadi, 2009 ; PB PAPDI, 2013). Estimasi terakhir dari International Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta orang yang hidup dengan DM di dunia pada tahun 2013, 175 juta orang diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan, sedangkan pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014). DM terdapat 2 kategori utama, yaitu tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 disebut insulin-dependent atau juvenile/childhood-onset diabetes, dan tipe 2 disebut non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes. Diabetes yang lain adalah diabetes gestasional yaitu hiperglikemia pada saat kehamilan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
1
http://repository.unimus.ac.id
2
Penderita DM biasanya selalu melakukan monitoring kadar glukosa dalam darah, salah satunya melalui pemeriksaan HbA1c. HbA1c adalah Glycolated Hemoglobin atau Glycohemoglobin yang sering disingkat A1c. Glukosa darah diikat pada molekul hemoglobin (Hb) dalam darah (eritrosit) dan akan bertahan dalam darah sesuai dengan usia Hb pada eritrosit yaitu 2 – 3 bulan, sehingga pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran keadaan gula darah dalam 2 – 3 bulan terakhir. Semakin tinggi kadar glukosa darah, maka semakin banyak pula molekul Hb yang berikatan dengan gula. Pemeriksaan HbA1c lebih sering digunakan karena pemeriksaan ini dinilai lebih baik untuk melihat dan memantau kondisi penderita DM dibanding pemeriksaan glukosa darah, selain itu untuk melakukan pemeriksaan ini juga tidak diperlukan puasa (Gough et al., 2010 ; Tandra, 2010). DM dapat mengakibatkan terjadinya perubahan patofisiologi, salah satunya adalah peningkatan fibrinogen. Fibrinogen merupakan salah satu faktor yang digunakan dalam proses hemostasis. Fibrinogen (Faktor I) adalah protein yang berasal dalam hati dan dikonversi ke fibrin selama proses bloodclotting (koagulasi). Berbagai penelitian telah menemukan bahwa pada penderita DM terdapat keadaan hiperkoagulasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas koagulasi dengan penurunan aktivitas fibrinolisis. Abnormalitas hemostasis yang disebabkan oleh hiperglikemia akan membuat respon koagulasi berlangsung secara berlebihan, dan nilai fibrinogen plasma merupakan faktor pembekuan abnormal yang paling konsisten terjadi
http://repository.unimus.ac.id
3
pada DM (Ramadhani, 2010 ; Bowker & Pfeifer, 2008). Hal ini juga sering terjadi pada penderita DM yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium Klinik Prodia, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kadar HbA1c dan fibrinogen pada penderita Diabetes Mellitus.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran kadar HbA1c dan fibrinogen pada penderita Diabetes Mellitus yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium Klinik Prodia Semarang ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mendiskripsikan kadar HbA1c dan fibrinogen pada penderita Diabetes Mellitus yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium Klinik Prodia Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mengukur kadar HbA1c penderita Diabetes Mellitus yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium Klinik Prodia Semarang. b. Mengukur kadar fibrinogen penderita Diabetes Mellitus yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium Klinik Prodia Semarang.
http://repository.unimus.ac.id
4
c. Mengetahui gambaran kadar HbA1c dan kadar fibrinogen pada penderita Diabetes Mellitus yang melakukan pemeriksaan di Laboratorium Klinik Prodia Semarang.
D. Manfaat Penelitian Memberikan wawasan tentang pemeriksaan HbA1c untuk pemantauan kondisi pasien DM dan pemeriksaan fibrinogen sebagai pemeriksaan pelengkap guna mengetahui adanya gangguan hemostasis / koagulasi pada pasien DM, serta membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi penderita DM.
E. Keaslian Penelitian/Originalitas Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama Ira
Judul
Kesimpulan
Ramadhani Hubungan
(2010)
Dijumpai hubungan positif dan
Keterkendalian Darah Gangguan
Gula Dengan
Hemostasis
Pada Pasien DM Tipe 2
negatif yang signifikan diantara beberapa
faktor
koagulasi
dengan KGD N, KGD 2JamPP, dan HbA1c.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian sebelumnya hanya meneliti pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 saja, sedangkan penelitian ini dilakukan pada semua tipe Diabetes Mellitus. Perbedaan yang lain adalah pada penelitian Ira Ramadhani (2010) meneliti
http://repository.unimus.ac.id
5
adanya hubungan keterkendalian gula darah dengan gangguan hemostasis pada pasien DM tipe 2 yang dilakukan pada semua tes koagulasi sedangkan penelitian ini lebih spesifik untuk difokuskan pada parameter fibrinogen dan kadar HbA1c.
http://repository.unimus.ac.id