BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar.1 Kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur yang salah satunya adalah kesenian. Bangsa
Indonesia
memiliki
perbendaharaan
kebudayaan
yang
melimpah banyaknya, seperti yang dikatakan oleh Koentjaranningrat, salah satu cabang kebudayaan adalah kesenian. Sesuai dengan kebhinekaan suku bangsa dan adat yang hidup di Indonesia ini melahirkan berbagai macam bentuk kesenian. Dari latar belakang yang berbeda ini muncul berbagai jenis bentuk dan dan aliran kesenian yang berbeda juga antara daerah satu dengan daerah lainnya. Ketoprak sebagai salah satu produk kesenian yang hidup di Jawa ini pun memiliki aliran dan penceritaan yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya, bahkan dengan aliran yang ada di daerah asal kesenian ini yaitu Surakarta. Ketoprak pada mulanya Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm. 204. 1
1
adalah seni pertunjukan rakyat pinggiran2. Perkembangan zaman telah menyaring dan mengembangkan unsur-unsur yang terkandung dalam kesenian ketoprak, dari pengaruh perkembangan zaman dan penyebaran kesenian ini menyebabkan suatu perubahan baik bersifat positif maupun negatif pada kesenian ini.3 Perbedaan aliran yang ada disetiap daerah ini menunjukkan adanya muatan yang berbeda pada segi unsur-unsur seni, teknik pelaksanaan, dan adat lokal yang hidup di sekitar kesenian ini. Perubahan dalam ketoprak ini digunakan untuk menarik batasbatas masa atau periodesasi. Secara akademis pembagian periodesasi ketoprak telah ditentukan pada lokakarya 1 di Yogjakarta, tetapi masih ada beberapa daerah yang memiliki pembagian periodesasi yang berbeda dari keputusan yang tersepakati dalam lokakarya 1. Ketoprak yang sering disebut dengan kesenian tradisional ini, hidup dan berkembang di dalam masyarakat, sebenarnya memiliki nilai-nilai, dan fungsi penting dalam masyarakat itu sendiri. Hal itu sangat terlihat dalam dua segi, yaitu daya jangkau penyebaran seni
Sartono Kartodirdjo, dkk., Laporan Survey Pertunjukan Rakyat Tradisional 1, (Yogyakarta:Lembaga Studi Pedesaan &Kawasan,1975), hlm. 48. 2
Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2002 ), hlm. 64. 3
2
pertunjukan rakyat memiliki wilayah jangkauan yang meliputi seluruh lapisan masyarakat. Dari segi fungsi sosialnya, daya tarik pertunjukan
rakyat
terletak
pada
kemampuannya
sebagai
pembangun dan pemelihara solidaritas kelompok.4 Dengan demikian terbukti bahwa dalam kesenian tradisional ketoprak mengandung banyak aspek sosial, seperti norma dan adat lokal didalamnya. Seni pertunjukan seperti ketoprak sering sekali mengambil cerita tentang
kehidupan
yang
dialami
masyarakat.
Kehidupan
dan
keadaan sosial yang berbeda ini, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan aliran dan alur cerita yang dimainkan di daerah yang berlainan. Karena ketoprak sendiri hidup dalam
masyarakat
pemangkunya,
sehingga
muatan
nilai-nilai
lokalnya tidak sama antar daerah-daerah pemangkunya.5 Ketoprak di Jambu contohnya, aliran yang dimiliki kelompok ketoprak disana memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan aliran ketoprak yang ada di daerah asalnya. Dari keunikan inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
Umar Kayam, Pertunjukan Rakyat Tradisional Jawa dan Perubahan, Ketika Orang Jawa Nyeni (Yogyakarta : Galang Press, 2000), hlm. 340. 4
Handung Kus Sudyarsana, Ketoprak (Yogyakarta : Kanisius, 1989), hlm. 7. 5
3
aspek-aspek yang mempengaruhi perbedaan ini. Selain itu, menurut pengetahuan penulis belum ada tulisan yang mengangkat masalah ketoprak di Jambu ini. sedangkan latar belakang pemilihan temporal penelitian ini adalah, banyaknya perubahan (ketidakstabilan) di bidang ekonomi, politik, dan keamanan pada tahun 1960an-1970an yang diindikasikan sangat mempengaruhi perkembangan kesenian ini. Dengan demikian penulis berharap mampu memaparkan tentang ketoprak di Jambu secara lengkap dan multidimensi.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini ialah perkembangan kesenian ketoprak di Jambu dan hubungan/korelasi antara keadaan sosial masyarakat Jambu dengan seni pertunjukan ketoprak yang berkembang di daerah tersebut. Masalah yang terjadi pada kehidupan sosial masyarakat sangatlah penting dan memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan kesenian yang hidup di sekitar mereka. Untuk membantu
memperjelas
penulis
dalam
menjawab
pokok
permasalahan yang diteliti, penulis menyusun beberapa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut antara lain adalah :
4
1.
Bagaimana perkembangan ketoprak di Jambu pada periode 1960an-1970an?
2.
Bagaimana
kondisi
sosial
masyarakat
Jambu
pada
periode 1960an-1970an? 3.
Sejauh mana kondisi sosial masyarakat di Jambu mempengaruhi perkembangan ketoprak pada periode 1960an-1970an?
Ruang lingkup penelitian ini sendiri adalah seni pertunjukan atau yang sering disebut sejarah kesenian. Dalam penelitian ini penulis juga akan memasukkan aspek-aspek pendukung seperti sosial, ekonomi dan politik. Karena tidaklah mungkin kita bisa menulis sejarah dari satu sisi saja, keberadaan aspek diluar aspek kesenian ini semata-mata untuk memperjelas dan memperkuat jawaban penulis atas permasalahan dan pertanyaan-pertanyaan di atas. Aspek-aspek budaya
tersebut
masyarakat,
sangat yang
mempengaruhi nantinya
juga
kehidupan
sosial
berdampak
pada
perkembangan kesenian. Ruang lingkup penelitian ini mengambil daerah Jambu dan sekitarnya sebagai tempat penelitian. Penulis tidak kaku mengambil daerah Jambu secara admininistratif tapi juga daerah pinggirannya, karena perkumpulan kelompok ketoprak ini tidak berdiri dan
5
beranggotakan pada wilayah administratif Jambu saja. Ada beberapa alasan dari penulis untuk memilih daerah ini. Alasan pertama, Jambu dan sekitarnya memiliki kesenian yang beragam dan juga memiliki banyak akar budaya karena terdiri dari beberapa etnis, salah satunya adalah Tionghoa. Alasan kedua, Jambu memiliki sejarah yang cukup patriotis, dan apakah hal ini akan mempengaruhi aliran
kesenian
yang
berkembang.
Alasan
utamanya
adalah
merubuhkan paradigma masyarakat yang hanya mengenal Jambu dari segi patriotik dan militernya saja -- pertempuran Ambarawa --, Jambu merupakan cakupan area pertempuran Palagan Ambarawa, dan di Jambu merupakan tempat meninggal Isdiman(penembakan ini salah satu pemicu pertempuran Palagan Jambu). Pada dasarnya Jambu juga memiliki kesenian yang cukup beragam dan memiliki etnisitas yang beragam. Temporal yang diambil oleh penulis adalah 1960an-1970an. Mengapa penulis mengambil temporal tersebut? Karena pada tahun 1960an terjadi krisis ekonomi di tingkat nasional dan berimbas ke tingkat lokal/Jambu. Pada umumnya masyarakat Jambu pada saat itu adalah petani, dan krisis ekonomi secara perlahan merusak harga pasaran yang berimbas pada pasar dan produsen. Petani sebagai produsen terkena imbas dari guncangan harga jual dan produksi
6
yang tidak stabil, hal ini perlahan mengubah kehidupan sosial serta kebudayaan
masyarakat.
Selain
krisis
ekonomi,
terdapat
dua
guncangan keamanan dan politik. Pertama masalah keamanan, seiring dengan ketidakstabilan ekonomi yang menekan masyarakat meningkatkan kriminalitas yang terjadi. Kedua masalah politik, tahun 1965 terjadi peristiwa G30S yang menyebabkan pembantaian yang dilakukan oleh Tentara dan banser. Guncangan politik di Jambu masih terasa sampai akhir tahun 1960an dan baru bisa dikatakan stabil pada tahun 1970an.
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui perkembangan kesenian ketoprak di Jambu dan mempublikasikan kesenian ketoprak di Jambu yang selama ini belum tersentuh atau di dokumentasikan. Selain unsur seni dan budaya yang sangat menarik didalamnya, penelitian juga bertujuan untuk mengetahui keunikan-keunikan yang terdapat pada kesenian
ketoprak
di
Jambu.
Adapula
untuk
mengetahui
perkembangan kesenian di masa-masa sulit, seperti krisis ekonomi, maraknya kriminalitas dan guncangan politik.
7
Beranjak dari pokok permasalahan korelasi antara kehidupan sosial
masyarakat
dan
kesenian
ketoprak
di
Jambu,
penulis
merumuskan tujuan penelitian : 1. Untuk mengetahui perkembangan perjalanan kesenian ketoprak di Jambu pada tahun 1960an-1970an. 2. Untuk mengetahui dan mendokumentasikan pengaruh kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik terhadap kesenian ketoprak di Jambu.
D. Tinjauan Pustaka Hingga saat ini belum ada karya ilmiah yang secara spesifik membahas kesenian ketoprak di Indonesia. Begitu pula kesenian ketoprak di Jambu yang sangat minim dibahas dalam karya ilmiah. Umumnya, ketoprak merupakan bagian kecil dari suatu penulisan karya
ilmiah
seperti
sejarah
kesenian
Indonesia.
Walaupun
keberadaan dari referensi tidak melimpah dan hanya potonganpotongan yang tersirat pada suatu karya besar, hal ini masih memungkinkan untuk dirangkai kedalam suatu karya sejarah yang ilmiah. Karya-karya
yang
dapat
dijadikan
sebagai
referensi
dalam
penulisan ini antara lain adalah buku yang berjudul ”Ketoprak”
8
tulisan dari Handung Kus Sudyarsana6. Buku berjudul Ketoprak ini berisi tentang asal mula dari kesenian pertunjukan ketoprak, asal, penemu, dan kelompok-kelompok awal kesenian ketoprak. Selain itu buku ini juga memuat periodesasi pada kehidupan kesenian ketoprak, dalam penyusunan periodesasi kesenian ketoprak penulis buku ini memakai periodesasi yang disepakati dalam Lokakarya Ketoprak Tahap Ke-1 tahun 1974 di Yogyakarta. Periodesasi ini juga sangat membantu dalam mengenal perkembangan dari kesenian ini. Yang ketiga buku ini juga memuat tentang perkembangan dan perubahan aspek-aspek yang terkandung dalam kesenian Ketoprak. Buku ini cukup relevan untuk dijadikan sebagai referensi dalam menulis tema Kesenian Pertunjukan Ketoprak di Jambu, walaupun tidak memiliki kesamaan spasial tetapi buku ini sangat bagus dalam membahas asal dan periodesasi kesenian ketoprak di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain buku karangan Handung K. S. Masih ada beberapa buku lagi yang cukup relevan dengan tema ini, yaitu buku yang berjudul Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Buku ini karangan dari Prof. Dr. R. M. Soedarsono, beliau merupakan Sejarahwan Seni 6Ibid
, hlm. 12.
9
Indonesia. Buku ini memuat banyak jenis kesenian Indonesia dari masa ke masa, salah satu subbabnya adalah Ketoprak.7 Dalam buku ini Prof. Soedarsono memaparkan tentang lahirnya ketoprak, dan perkembangannya di era serba digital sekarang ini. Beliau juga menjelaskan perubahan orientasi ketoprak ke arah komersil dan perkembangan kesenian ini agar tetap diminati oleh masyarakat modern ini. Walaupun buku ini hanya membahas ketoprak dalam beberapa halaman saja, pembahasan ketoprak di buku ini cukup relevan dengan keadaan ketoprak yang ada di Jambu. Kedua buku di atas sedikit-banyak akan digunakan penulis untuk mengisi beberapa kutipan dalam bab 1. Karya lain adalah karya dari Prof. Dr. R. M. Soedarsono yang berjudul Seni Pertunjukan Dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi.8 Dalam penulisan tema yang berjudul Seni Pertunjukan Ketoprak di Jambu tahun 1960an-1970an, penulis juga akan menghubungkan
kesenian
ketoprak
dengan
aspek
sosial
dan
ekonomi. Jadi buku ini sangat relevan dengan apa yang akan dilakukan penulis. Buku ini membahas kesenian dari pandangan 7
loc.cit., hlm. 45.
Soedarsono, Seni pertunjukan dari perspektif politik, sosial, dan ekonomi (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2003), hlm. 45. 8
10
politik, sosial, dan ekonomi, selain itu juga dampak dari pemikiran seniman
besar
terhadap
perkembangan
kesenian.
Buku
yang
berjudul Seni Pertunjukan Dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi tulisan R. M. Soedarsono dan Buku yang berjudul Seni Pertunjukan Tradisional : Nilai, Fungsi, dan Tantangannya9 tulisan dari Drs. Sujarno ini akan berguna untuk menguatkan beberapa teori dan menyumbang beberapa fakta di bab 3. Selain empat karya di atas, setidaknya masih ada dua karya yang menurut penulis patut ditinjau untuk melakukan penulisan ini. buku yang berjudul Kelahiran dan Perkembangan Ketoprak Theater Rakyat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis oleh Wijaya dan F. A. Soetjipto,10 dan artikel yang berjudul Darah Muda di Panggung ketoprak11. Kedua karya ini juga dapat digunakan sebagai pembanding dalam bab 2 nantinya.
Sujarno, Seni Pertunjukan Tradisional : Nilai, Fungsi, dan Tantangannya (Yogyakarta : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003), hlm. 20. 9
Wijaya, F. A. Soetjipto, Kelahiran dan Perkembangan Ketoprak Theater Rakyat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jakarta : Direktorat Pembinaan Kesenian Direktorat Dit.Jen. Kebudayaan Departemen P & K, 1977), hlm. 27. 10
11http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/0
5/29/65500/Darah.Muda.di.Panggung.Ketoprak, 19.00 WIB.
12
April
2010,
11
E. Metode dan Sumber Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah metode penelitian sejarah ilmiah, hal ini dimaksudkan agar hasil dari tulisan ini nantinya mampu menjadi suatu karya sejarah yang ilmiah. Langkah pertama yang akan digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Heuristik atau pengumpulan data. Dalam mengumpulkan data penulis akan menggunakan dua macam cara, pertama dengan metode penelitian pustaka tentang segala bentuk tulisan yang membahas tentang kesenian ketoprak, dengan metode ini penulis berharap nantinya akan menemukan arsip dan dokumen yang dapat digunakan untuk sumber primer atau setidaknya mendapatkan buku referensi sebagai sumber sekunder. Kedua, metode sejarah lisan, penulis
juga
berkecimpung
akan
mewawancarai
dalam
dunia
beberapa
ketoprak,
narasumber
metode
ini
yang masih
memungkinkan untuk digunakan dalam penelitian ini karena jarak waktu yang masih singkat antara 1960 hingga saat ini. Selain itu metode ini juga diharap dapat menyumbangkan banyak sumber primer. Metode penelitian pustaka akan banyak menggunakan sumbersumber tertulis, foto dan video yang ada di perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Unit Perpustakaan Terpadu UGM, Perpustakaan
12
daerah
Yogyakarta,
Arsip
Daerah
Yogyakarta,
Arsip
Daerah
Semarang, Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, dan Piagam yang dimiliki kelompok-kelompok kesenian ketoprak. Metode sejarah lisan akan dilakukan oleh penulis dengan mewawancarai narasumber yang berkecimpung dalam kesenian ketoprak yang ada di Jambu. Metode ini masih memungkinkan dipakai karena jangka waktu dari peristiwa yang diangkat hanya 40an tahun dari saat ini, jika seniman yang akan diwawancarai pada saat itu berumur 20 tahun, umurnya sekarang hanya 60 tahun atau lebih. Setelah Heuristik, langkah kedua yang akan dilakukan oleh penulis adalah Verifikasi atau Kritik Sumber. Kritik yang nantinya akan dilakukan terhadap data yang telah diperoleh antara lain, pertama kritik intern yaitu autentisitas dari data tersebut. Kedua adalah kritik ekstern yaitu substansi atau isi dari data tersebut. Untuk mengkritik sumber dari sejarah lisan, penulis akan membandingkan informasi yang diberikan oleh narasumber saat forum group dicusion atau bersama-sama dengan narasumber lain dengan informasi yang ia berikan saat sendiri.
F. Sistematika Penulisan
13
Penulisan ini akan dimulai dengan memaparkan gambaran umum tentang ketoprak, asal dan berdirinya kesenian ketoprak. Bab pertama
ini
dirancang
sebagai
pendahuluan
yang
akan
mengantarkan pembaca untuk mengetahui dan mengenal kesenian ketoprak secara umum. Pengantar ini diharapkan dapat menarik pembaca sehingga pembaca penasaran dan memiliki pertanyaanpertanyaan lebih lanjut tentang ketoprak. Kemudian pembahasan yang lebih lanjut, akan disampaikan pada dua bab setelahnya. Pada bab kedua dan ketiga merupakan isi dari tulisan ini, pada dua bab ini akan diisi dengan banyak fakta yang diperoleh dari penelitian untuk mendukung narasi. Bab kedua akan dimulai dengan periodesasai
yang ada dalam kesenian ketoprak, arti, fungsinya di
masyarakat. Pertimbangan tentang isi dari bab kedua yaitu tentang periodesasi, karena dengan mengetahui periodesasi dalam dunia ketoprak akan memudahkan pembaca dalam melihat proses dan kesinambungan pada kesenian ketoprak ini. Selain itu, bab kedua ini berisi tentang arti dan fungsi karena merupakan elemen yang menyebabkan kesinambungan ketoprak di suatu daerah tertentu. Bab ketiga berisi tentang perubahan yang terjadi pada kesenian ketoprak, dan korelasi antara kesenian dengan aspek ekonomi, sosial dan budaya. Susunan bahasan ketiga ini dipilih karena pada
14
perkembangannya ketoprak mengalami perubahan orientasi dan unsur-unsur pelengkapnya yang sangat penting diperhatikan. Selain itu korelasi dengan beberapa aspek, seperti ekonomi dan sosial juga berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup kesenian ini. Bab keempat kesimpulan, bab ini berisi jawaban dari semua pertanyaan penelitian dan permasalahan. Selain itu kesimpulan ini berisi tentang periodesasi dari tema yang ditulis.
15