BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah salah satu alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang menarik bagi pengarang untuk diungkapkan kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif ke dalam karya sastra dengan bahasa sebagai medianya. Semi (1998:2) menyatakan bahwa “sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kretif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya yang menggunakan bahasa sebagai medianya”. Rene Wellek dan Austin Warran (1995:3) mengemukakan bahwa “sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni”. Dengan sastra sebagai hasil kesenian, karya sastra juga dapat menambah kearifan dan kebijaksanaan dalam kehidupan. Kosasih (2012:3-4) menyatakan berdasarkan bentuknya, “karya sastra dibagi menjadi empat, yaitu (1) puisi, (2) prosa liris, (3) drama dan (4) prosa. Prosa yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dalam bahasa yang bebas dan panjang dengan menyampaikan secara naratif (bercerita). Contohnya cerpen dan novel, dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada cerpen. Cerpen adalah cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi pada suatu saat, sehingga memberi kesan tunggal terhadap pertikaian yang mendasari cerita tersebut. Menurut Kosasih (2012:34) “cerita pendek merupakan cerita yang wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang
1
2
relatif. Namun pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata”. Cerpen juga menjadi salah satu media pembelajaran bagi masyarakat. Cerpen juga banyak di muat dalam buku pelajaran, majalah, dan surat kabar. Salah satu surat kabar yang memuat cerpen yaitu Jambi Ekspres, Jambi Independent dan Pos Metro. Jambi Independent menyediakan halaman khusus untuk cerpen-cerpen karya penulis lokal, baik dari kalangan pelajar maupun sastrawan yang akan terbit setiap miggunya. Cerpen-cerpen yang diterbitkan tentunya telah melewati berbagai tahap penyeleksian dan penyuntingan dari tim redaksi untuk kemudian diterbitkan. Cerpen terbitan koran Jambi Independent dikemas dengan menarik dan ringan mengisahkan kejadian yang biasa terjadi di masyarakat, mengingat cerpen mengandung amanat yang baik dan bisa dijadikan pembelajaran bagi masyarakat sehingga menarik untuk diteliti. Pengarang membuat cerpen berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun hal ini dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia. Mengingat dalam dunia kesusastraan cerpen dijadikan sebagai salah satu media penyampaian fenomena kehidupan manusia dalam mewujudkan berbagai macam nilai-nilai. Salah satu nilai yang terkandung dalam cerpen adalah nilai pendidikan. Nilai pendidikan memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Djumransjah (2004:126) menyatakan bahwa “nilai-nilai pendidikan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang paling berharga
3
mengenai pandangan hidup masa depan dunia, serta membantu manusia dalam mempersiapkan kebutuhan esensial untuk menghadapi perubahan”. Nilai pendidikan sebagai nilai yang terbentuk dari nilai-nilai yang bersifat fundamental seperti nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral, nilai agama tersimpul dalam tujuan pendidikan. Syam (1988:140) menyatakan “di dalam rumusan tujuan pendidikan itu tersimpan semua nilai-nilai pendidikan yang hendak diwujudkan dalam pribadi anak didik”. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Tirtarahardja (2005:37) bahwa “tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan”. Tujuan pendidikan telah diatur oleh tiap-tiap Negara di dalam peraturan perundang-undangan sendiri. Tujuan pendidikan tentunya ditetapkan dengan latar belakang berbagai macam faktor seperti sejarah, tradisi, kebiasaan, sistem sosial, sistem ekonomi, politik sesuai dengan kemauan bangsa. Tujuan pendidikan di Indonesia telah diatur dalam perundang-undangan dan tentunya akan diperbarui sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini memfokuskankan pada tujuan pendidikan di dalam UU 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, yang mengandung sembilan aspek nilai pendidikan yaitu: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri dan Demokratis. Penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan pernah dilakukan oleh Umbara (2012) dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan dalam Dongeng dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP kelas VII terbitan pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional”. Dalam penelitiannya Umbara menyimpulkan bahwa dari 6 dongeng yang
4
dianalisis, nilai pendidikan moral terdapat dalam 6 dongeng, nilai pendidikan etika terdapat dalam 6 dongeng, nilai pendidikan sosial terdapat dalam 6 dongeng, nilai pendidikan religius terdapat dalam 6 dongeng. Sementara Puji Astuti (2014) meneliti “Nilai-nilai Pendidikan dalam Dongeng Pada Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Terbitan Erlangga 2007”. Hasil yang dapat disimpulkan adalah dalam dongeng pada buku teks Bahasa Indonesia SMP kelas VII terbitan Erlangga 2007 terdapat nilai pendidikan yang mencakup: nilai pendidikan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai pendidikan berakhlak mulia, nilai pendidikan sehat, nilai pendidikan berilmu, nilai pendidikan cakap, nilai pendidikan kreatif, nilai pendidikan mandiri, nilai pendidikan demokratis dan nilai pendidikan bertanggung jawab. Penelitian tentang analisis nilai pendidikan terdapat perbedaan objek penelitian antara penulis dengan peneliti Umbara (2012) yang menganalisis nilai pendidikan antara lain nilai pendidikan moral, nilai pendidikan etika, nilai pendidikan sosial dan nilai pendidikan religius. Sedangkan penulis ingin meneliti nilai pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan yang mencakup 9 aspek nilai pendidikan yaitu: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Penelitian ini selaras dengan peneliti Puji Astuti (2014). Sejauh pengamatan penulis sampai saat ini, cerpen dalam koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015 belum ada yang menelitinya. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menelitinya, guna mendapatkan gambaran yang lebih lengkap,
5
utuh dan menyeluruh tentang perwujudan aspek-aspek nilai pendidikan yang terkandung dalam cerpen koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Aspek-aspek nilai pendidikan dalam cerpen koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Aspek-aspek nilai pendidikan apa sajakah yang terkandung dalam cerpen koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015”.
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek nilai pendidikan yang terkandung dalam cerpen koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoretis 1. Hasil penelitian ini secara teoretis adalah menemukan aspek-aspek nilai pendidikan dalam cerpen koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015.
6
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi peneliti sastra, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sejalan dengan penelitian ini. 2. Sebagai bahan panduan apresiasi karya sastra, khususnya menemukan aspek nilai pendidikan dalam cerpen bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Cerita Pendek (Cerpen) Cerpen sebagai salah satu karya sastra yang berbentuk fiksi merupakan sebuah cerita yang sederhana. Tujuannya adalah menghibur serta memuat kisah-kisah yang umumnya terjadi dalam kehidupan masyarakat. Jika membaca cerpen berarti berusaha memahami berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya sekedar penghibur atau sekedar ingin mengetahui jalan ceritanya. Zainuddin (1992:106) “Cerpen ialah bentuk karangan prosa yang hanya melukiskan suatu peristiwa atau kejadian secara singkat”. Menurut Kosasih (2012:34) “Cerpen adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek.. Dalam cerita pendek dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan”. Siswanto (2013:128) menyatakan “Cerpen adalah bentuk prosa rekaan yang pendek. Pendek disini masih mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan asal sedikit halaman. Karena pendek, permasalahan yang digarap tidak begitu kompleks”. Setyaningrum (2013:159) menyatakan “Cerpen adalah cerita yang mengisahkan konflik para pelakunya tetapi tidak mengalami perubahan nasib pada pelaku utama”. Cerpen juga bisa diartikan suatu karya sastra atau karangan yang lebih pendek dari novel. Pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca
8
sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 hingga kurang dari 5.000 kata. Oleh karena itu cerita pendek sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca sekali duduk. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang mengisahkan berbagai macam masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia namun cerita nya memuat permasalahan tunggal dan ringkas, dimaksudkan memberikan kesan tunggal dan dominan serta memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi. Telah banyak pengarang-pengarang cerpen yang melahirkan karyanya. Hasil karya tersebut dapat kita jumpai dalam Media massa, buku bacaan sastra, dan lain sebagainya.
2.2 Pengertian Nilai Pendidikan Adisusilo (2011:56) mengatakan “ nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diingankan, dikejar, dihargai, berguna, dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat”. Lebih lanjut Mudhofir (2001:527) menjelaskan bahwa “nilai adalah suatu sasaran sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai”. Nilai pada dasarnya merupakan sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi manusia. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip prilaku yang telah mempribadikan dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berfikir dan bertindak. Menurut Hasan (1995:114) nilai adalah “sesuatu yang menjadi kriteria apakah suatu tindakan, pendapat, atau hasil kerja itu bagus/positif atau tidak bagus/negatif”.
9
Pendidikan adalah usaha “etis” dari manusia, untuk manusia, dan untuk masyarakat manusia, demikian sehingga dapat mengembangkan semua bakat seseorang sampai tingkat optimal dalam batas hakikat individu, dengan tujuan agar setiap manusia bisa secara terhormat ikut serta dalam pengembangan manusia dan masyarakatnya terus menerus untuk mencapai martabat kehidupan yang lebih tinggi. Santoso (1987:98). Pengertian pendidikan dalam arti yang luas, yaitu pendidikan sama dengan hidup, pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan adalah pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan dapat pula didefenisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Dengan demikian tidak ada batas waktu berlangsungnya pendidikan. Pendidikan dalam artian yang sempit adalah pengaruh yang diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Jadi, pendidikan tidaklah berlangsung seumur hidup, tetapi berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Mudyahardjo (2006:45). Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan dan bersifat baik sehingga berguna bagi kehidupan yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia,
10
nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.
2.3 Aspek-Aspek Nilai Pendidikan Pendidikan merupakan suatu usaha yang secara sadar membentuk segala potensi yang ada dalam manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan juga sebagai pilar tegaknya bangsa, melalui pendidikanlah suatu bangsa mampu menjaga martabatnya. Pendidikan secara praktis tak terpisahkan dengan nilai-nilai. Syam (1986:140) menyatakan “membahas nilai-nilai pendidikan maka tidak lepas dari tujuan pendidikan, sebab didalam tujuan pendidikan itu tersimpul nilai-nilai pendidikan yang hendak diwujudkan”. Oleh karena itu nilai-nilai pendidikan tidak lepas esensinya dari tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia. Menurut Hasan (1995:2) pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri, (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannyaatau sebagai cita-cita dan
pernyataan sebagai tujuan pendidikannya. Sekaligus
menunjukkan bagaimana warga Negara bangsanya berpikir dan berperilaku secara turun temurun hingga pada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna.
11
Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Hasan, 1995:4). Setiap tindakan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses menuju kepada tujuan tertentu. Tujuan ini telah ditentukan oleh masyarakat pada waktu dan tempat tertentu dengan latar belakang berbagai macam faktor seperti sejarah, tradisi, kebiasaan, sistem sosial, sistem ekonomi, politik kemauan bangsa. Berdasarkan faktor-faktor ini, UNESCO telah memberikan suatu deskripsi tentang tujuan pendidikan pada ummnya. UNESCO menggarisbawahi tujuan pendidikan sebagai “menuju humanisme ilmiah”. Maksudnya pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia.keluhuran manusia harus dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Selanjutnya pendidikan harus mengarah kepada kreativitas. Artinya, pendidikan harus bisa membuat orang menjadi kreatif. Tujuan lain yang digariskan UNESCO adalah orientasi keterlibatan sosial. Artinya, pendidikan harus mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi dalam masyarakat secara bertanggungjawab. Tekanan terakhir yang digariskan UNESCO adalah pembentukan
manusia
sempurna.
Artinya
pendidikan
bertugas
untuk
mengembangkan potensi-potensi individual semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya.
12
Sebagaimana dikatakan di atas, salah satu unsur yang cukup berperan dalam penetapan dan pengesahan tujuan pendidikan ialah kemauan dan kehendak dari bangsa tertentu. Tiap-tiap Negara memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Semua tindakan yang dilakukan di Negara itu didasarkan pada perundang-undangan tersebut. Bila ada sesuatu tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan itu, maka dikatakan tindakan itu melanggar hukum, dan orang bersangkutan di adili. Oleh sebab itu, tindakan dikatakan benar bila sejalan atau sesuai dengan hukum yang berlaku di Negara bersangkutan. Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundangundangan yang bertingkat, mulai dari Undang-Undang Dasar 1945, undang-undang, peraturan pemerintah, ketetapan, sampai dengan surat keputusan. Semuanya mengandung hukum yang patut ditaati, dimana Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum yang tertinggi. Sementara itu peraturan perundang-undangan yang lain harus tunduk kepada Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan pendidikan telah diatur oleh Undang-Undang yang tentunya akan diperbaharui sesuai kebutuhannya. Diantara peratutran perundang-undangan RI yang paling banyak membicarakan pendidikan adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sebab Undang-undang ini disebut sebagai induk peraturan perundangundangan pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu bertalian dengan pendidikan, mulai dari prasekolah, sampa dengan pendidikan tertinggi ditentukan dalam undang-undang ini. Pendidikan yang ada di dalam UU 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
13
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengenmbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Jadi dapat disimpulkan, pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dan pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. Dalam pendidikan secara implisit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik, yang didalam hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak, akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses
pendidikan
(ttransformasi
pendidikan,
nilai-nilai
dan
keterampilan-
keterampilan yang tertuju kepada tujuan-tujuan yang diinginkan). Tujuan pendidikan menurut UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, bab II Pasal 3, disebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Adalah suatu yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan tujuan, yang diasumsikan sebagai nilai. menurut Syam ( 1988:141) “tujuan pendidikan itu muncul dan bersumber dari tujuan hidup manusia, kemudian berfungsi sesuai dengan kebutuhan hidup manusia.
14
Beranjak dari tujuan pendidikan nasional tersebut, kemudian dalam penelitian ini difokuskan pada 9 aspek-aspek nilai pendidikan yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu, (5) cakap, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, dan (9) bertanggung jawab.
2.3.1 Aspek Nilai Pendidikan Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Manusia pada dasarnya memiliki hubungan dengan Tuhan sebagai penciptanya selama hidup didunia. Hubungan manusia dengan penciptanya terwujud dalam nilai keimanan. Orang yang memiliki keimanan disebut beriman. Menurut Moeliono (2008:527) “beriman artinya mempunyai iman (ketetapan hati), mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Ketakwaan tidak dapat dipisahkan dari keimana. Keimanan mendasari ketakwaan seseorang, orang yang memiliki ketakwaan disebut bertakwa. Moeliono (2008:1382) menjelaskan bahwa “takwa adalah terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanaan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya”. Jika setiap orang dalam kehidupan ini memiliki ketakwaan dan keimanan yang tinggi, mengamalkan agamanya dengan baik dan benar maka akan tercapai tujuan hidup manusia, yakni bahagia lahir dan batin. Sebagai manusia yang beriman dan bertakwa maka harus memiliki sikap, sebagai berikut: (1) menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan, (2) melaksanakan perintah Tuhan, (3) menjauhi larangan-Nya. Siagian (Astuti 2014:12).
15
2.3.2 Aspek Nilai Pendidikan Berakhlak Mulia Menurut Moeliono (2008:27) “akhlak adalah budi pekerti: kelakuan”. Hal itu menandakan bahwa akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi adalah kasih sayang, kebenaran, kebaikan, kejujuran, amanah, dan tidak menyakiti hati orang lain. Akhlak secara substansial adalah sifat hati (kondisi hati) yang tercermin dalan prilaku, jika hatinya baik maka akan tercermin akhlak yang baik begitupun sebaliknya jika hatinya kotor maka akan tercermin akhlaknya jelek. Berakhlak mulia adalah sifat manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dalam setiap langkah hidupnya, seperti etika, budi pekerti yang luhur dan kejujuran. Berakhlak mulia juga merangkum sifat-sifat seperti kasih sayang, kebenaran, kebaikan, amanah dan tidak menyakiti orang lain (Poerbakawatja, 1981:1) Salam (Astuti 2014:14) mengungkapkan bahwa: Akhlak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu akhlak mulia dan akhlak tercela. Akhlak mulia adalah segala tingkah laku yang terpuji. Adapun sifat-sifat yang terpuji tersebut yakni: (1) sabar, maksudnya yaitu sabar ketika ditimpa musibah dan dalam mengerjakan sesuatu, (2) benar, maksudnya yaitu maksudnya benar dalam perkataan dan perbuatan, (3) amanah, maksudnya yaitu suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya berupa harta benda, rahasia, maupun tugas, (4) adil, maksudnya yaitu tidak berat sebelah dalam mengambil keputusan, (5) kasih sayang, maksudnya yaitu menyerahkan diri kepada yang disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Beberapa sifat terpuji lainnya yaitu: (6) hemat, maksudnya yaitu menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran dan keperluan, mengambil jalan tangah, tidak kurang dan tidak berlebihan, (7) berani, maksudnya suatu sikap mental dimana seseorang dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya, (8) malu, malu terhadap Allah, diri sendiri dan orang orang lain dikala melanggar peraturan-peraturan yang ada, (9) memelihara kesucian diri, maksudnya memelihara hati untuk tidak membuat rencana dan angan-anganyang
16
buruk, dan (10) menepati janji, orang yang berakhlak mulia tidak sewenang-wenang melakukan sesuatu untuk menyakiti dan menyusahkan orang lain.
2.3.3 Aspek Nilai Pendidikan Sehat Sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja sesuai fungsinya dan sebagaimana mestinya. Secara sederhana, sehat sinonim dengan kondisi tidak sakit. Moeliono (2008:1241) “definisi sehat adalah baik seluruh badan serta bagian-bagiannya”. Dahulu, sehat identik dengan kondisi badan atau tubuh. Tapi sekarang seiring kemajuan zaman, kata sehat tidak hanya berhubungan dengan badan, tetapi juga segala sesuatu yang dapat bekerja, jika berlangsung secara normal dan semestinya maka akan di sebut dengan sehat. Tetapi jika mengalami gangguan maka di sebut dengan istilah tidak sehat. Menurut WHO, ada empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu: 1. Sehat jasmani (fisik) terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Sehat jasmani (fisik) merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal. 2. Sehat mental (jiwa) mencakup tiga komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,
17
misalnya takut, gembira, khawatir, sedih dan sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu diluar alam fana ini, yakni Tuhan yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan kata lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya. Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno "Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat" (Men Sana In Corpore Sano). 3. Sehat sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. 4. Sehat dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyongkong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut , yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
2.3.4 Aspek Nilai Pendidikan Berilmu
18
Berilmu adalah memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan atau kepandaian (Moelion, 2008:525). Ilmu memberikan arti sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika ilmu digunakan untuk kebaikan, maka ilmu bisa menjaga diri manusia dan memberikan kedamaian hati. Namun jika ilmu diterapkan secara tidak benar maka akan menimbulkan kemudharatan bagi dirinya dan orang lain. Orang yang berilmu artinya banyak memiliki ilmu, memiliki pengetahuan dan pandai dengan Gymnastiar (2007:12) “orang-orang yang berilmu memiliki kriteria: (1) mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa, (2) mampu mensikapi setiap masalah secara profesinal, dan (3) mampu menikmati harta yang didapatkannya dengan cara yang benar”.
2.3.5 Aspek Nilai Pendidikan Cakap Cakap berarti kemampuan; kesanggupan; kepandaian atau kemahiran melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan cakap apabila dia mampu menggunakan daya atau akal pikirannya dengan baik. Purwanto (2011:32-33) menjelaskan bahwa “orang disebut cakap jika orang itu pandai menggunakan daya-daya akal dan pikirannya
dengan
baiksehingga
pekerjaan
yang
harus
dilakukan
dengan
menggunakan daya-daya akal dan pikiran dapat berlangsung dengan cepat dan lancar”. Moeliono (2008:236) menjelaskan “cakap adalah 1. Sanggup melakukan sesuatu; mampu; dapat, 2. Pandai; mahir, 3. Mempunyai kemampuan dan kepandaian untuk mengerjakan sesuatu, 4. Bagus rupanya, 5. Bagus;elok, 6. Patut; serasi, 7. Tangkas; cekatan (tidak lamban)”. Purwanto (2011:32-33) menjelaskan bahwa “orang disebut cakap jika orang itu pandai menggunakan daya-daya akal dan pikirannyadengan baik sehingga
19
pekerjaan yang harus dilakukan dengan menggunakan daya-daya akal dan pikiran dapat berlangsung dengan cepat dan lancar”. Ciri-ciri orang yang cakap adalah: (1) memiliki keterampilan, kemahiran, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan oleh lingkungannya, (2) memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing, dan (3) memiliki kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi dirinya maupun anggota keluarganya. Dari pemamparan tersebut dapat disimpulkan bahwa cakap adalah kepandaian atau kemahiran dalam melakukan sesuatu dengan menggunakan daya akal pikirannya sehingga menghasilkan sesuatu yang baik.
2.3.6 Aspek Nilai Pendidikan Kreatif Kata kreatif berasal dari Bahasa Inggris “create” yang berarti menciptakan, creation artinya ciptaan. Kemudian kata tersebut diadopsi kedalam bahasa Indonesia yaitu kreatif, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu
yang
baru.
Moeliono
(2008:739)
mengemukakan
bahwa
“kreatif
didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru, sedangkan proses kreatif disebut kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya”. Sedangkan menurut Ma’ruf (Astuti, 2014:18) menjelaskan bahwa “orang yang kreatif merupakan orang yang terus menerus membuat perubahan dan perbaikan
20
terhadap pekerjaan mereka”. Kemampuan yang dimiliki orang yang kreatif adalah: (1) dapat mengembangkan potensi di luar intelegensi, (2) pertumbuhan kompetensi yang cepat, (3) menemukan cara yang lebih baik untuk memecahkan masalah, (4) dapat meningkatkan pengetahuan, dan (5) meningkatkan proses belajar. Definisi kreatifitas secara keseluruhan yaitu kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik gagasan maupun karya nyata yang berbentuk aptitude maupun non aptitude baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan halhal yang sudah ada yang semuanya berbeda dengan apa yang sudah ada sebelumnya.
2.3.7 Aspek Nilai Pendidikan Mandiri Kata mandiri berarti mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain (Moeliono,2008:872). Kamli (Kaswardi, 1993:56) menyatakan “hakikat kemandirian itu sendiri adalah kemampuan manusia membuat keputusan bagi diri sendiri. Tetapi kemandirian
tidak
sama
dengan
kebebasan
mutlak.
Kemandirian
berarti
memperhitungkan semua yang berkepentingan”. Menjadi manusia yang mandiri adalah manusia yang akan memiliki harga diri, mampu menggali dan mengembangkan potensi diri dengan baik sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Mandiri adalah sumber percaya diri. Dengan mandiri seseorang memiliki wibawa dan hidup menjadi lebih tenang karena mampu bertumpu pada kekuatan sendiri. Orang-orang yang mandiri cenderung lebih tentram dalam menghadapi hidup dan memiliki mental yang mantap.
21
2.3.8 Aspek Nilai Pendidikan Demokratis Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari Yunani, “demos” berarti rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Demokratis adalah bersifat demokrasi, yaitu gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perilaku yang sama bagi semua. Adapun ciri orang yang memiliki jiwa demokratis, yaitu: (1) memiliki rasa hormat terhadap sesama dalam hidup masyarakat yang majemuk dan menjaga keharmonisan hubungan antar sesame manusia, (2) bersikap kritis terhadap kenyataan social, budaya, politik serta kritis terhadap pelaksana pemerintah Negara, (3) bersikap terbuka menghargai terhadap hal-hal baru, (4) memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara bebas dan rasional. Sukonto (Astuti, 2014:20). Moeliono (2008:310) mengungkapkan bahwa “demokratis adalah bersifat demokrasi, yaitu gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara”. Menurut Djumransjah (2004:159) pengertian demokrasi dalam dunia pendidikan mengandung tiga hal yaitu: (1) rasa hormat terhadap harkat sesama manusia, (2) sikap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat, dan (3) rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.
2.3.9 Aspek Nilai Pendidikan Bertanggung Jawab Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
22
dipersalahkan, diperkarakan, dan sebgainya). Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menerima resiko atas segala perbuatan yang dilakukannya. Bertanggung jawab dapat dilihat pada tingkah laku dan loyalitas seseorang kepada kepercayaan yang diberikan. Menurut Moeliono (2008:1399) “tanggung jawab adalah menanggung segala sesuatu, yang berarti kewajiban menanggung, memikul jawab, dan menanggung segala akibatnya”. Dalam hal ini bila seseorang telah mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu perbuatan, maka ia juga harus bersedia menanggung akibat atau resiko dari segala perbuatannya itu. Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan (Tirtarahardja, 2005:8). Rasa tanggung jawab bersumber dari diri sendiri, tanggung jawab mengajarkan untuk berani menerima resiko atas apa yang telah terjadi tanpa menyesalinya apalagi menyalahkan orang lain. Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis. Manusia sebagai makhluk individual artinya harus bertanggung jawab terhadap dirinya. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya timbul karena manusia sadar akan keyakinannya terhadap nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama. Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian. Orang yang
23
bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas apa yang menjadi tanggung jawabnya.
2.4 Pengertian Analisis Wacana Kritis Menurut Moeliono (2008:1552) mengemukakan “wacana adalah komunikasi verbal atau keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh seperti novel, buku, artikel, pidato atau khotbah”. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa yang terbesar, tertinggi dan terlengkap. Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam masyarakat. Tarigan (Darma, 2009:2) menyatakan bahwa “wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis". Sedangkah Harimurti Karidalaksana dalam kamus linguistiknya mengungkapkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, daram hierarkis gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, seri, insiklopedia dan sebagainya. Analisis wacana menurut Kartomiharjo (Darma, 2009:15) adalah “cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam
24
wacana tulis”. Wacana memiliki penyapa (adressor) dan pesapa (addressee), dalam wacana tulis penyapa adalah penulis sedangkan pesapa adalah pembaca sedangkan dalam wacana lisan penyapa adalah pembicara dan pesapa adalah pendengar. Analisis wacana kritis adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominanyang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh sipenulis dari berbagai faktor. Darma (2009:50) mengungkapkan bahwa “Analisis wacana kritis adalah pendekatan yang relatif baru dari sistematika pengetahuan yang timbul dari tradisi teori sosial dan analisis linguistik yang kritis”.
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini berfungsi mendeskripsikan perwujudan aspek-aspek nilai pendidikan yang terdapat dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. Nawawi (Siswantoro, 2010:56) menyatakan “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Sugiono (Fitrah dan Saman, 2013:107) “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”. Pemilihan metode ini sesuai dengan karakteristik penelitian ini, yaitu (1) Cerpen-cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015 dipandang bersifat alamiah, sebab peneliti tidak melakukan rekayasa terhadap Cerpen tersebut,
26
(2) peneliti bertindak sebagai instrumen yang dapat memahami Cerpen-cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015, (3) analisis atau pengolahan data dilakukan apa adanya, tanpa perlakuan, tanpa perhitungan statistik untuk memperoleh pengertian, dan (4) hasil penelitian dinegosiasikan dengan pakar relevan.
3.2 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analitis. Pendekatan analitis menurut Aminudin (Fitrah dan Saman, 2013:181) adalah “suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan-gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen instrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen instrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya”. Dalam hal ini pendekatan analitis digunakan untuk menganalisis atau mengetahui aspek-aspek nilai pendidikan yang terkandung dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januri-Juni 2015.
3.3 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Arikunto (2006:190) mengatakan “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.
27
Peneliti sebagai instrumen melakukan penelitian dengan pengamatan penuh terhadap aspek-aspek nilai pendidikan yang terdapat dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kajian perpustakaan (studi pustaka).
3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data Data penelitian ini adalah aspek-aspek nilai pendidikan yang terkandung dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Janiuari-Juni 2015. Aspekaspek nilai pendidikan tersebut yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu, (5) cakap, (6) mandiri, (7) kreatif, (8) demokratis, dan (9) bertanggung jawab.
3.4.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. Terdapat 25 cerpen yaitu: (1) “Biografi Pohon Sidrah” oleh Royyan Julian, (2) “Gang Bunglon” oleh Mashdar Zainal, (3) “ Hari ini Qi Genap Berusia 21 Tahun” oleh Laily Lanisyi, (4) “Jangan ke Istana Anakku” oleh M.Shoim Anwar, (5) “Keluarga Hadi” oleh Humam S. Chudori, (6) “Kota-kota kecil yang Kulewati dan Nama-Nama yang Bangkit” oleh Raudal Tanjung Banua, (7) “Lan Fang” oleh Sulfiza Ariska, (8) ) “Nomimi di Bulan Mei” oleh Yetti A.K, (9) “Pencuri Salib” oleh Agus Noor, (10) “Profesor Yang Menuliskan Kematiannya” oleh Cikie Wahab, (11) “Profesor Yang Menuliskan Kematiannya” oleh Cikie Wahab, (12)
28
“Sang Penyair, Pelukis, dan Mungkah”, oleh Sunaryono Basuki K.S, (13) “SayapSayap Ibu” oleh Ahmadun Yosi Herfanda, (14) “Serat Bolonggrowong dan BukuBuku Lain yang Dibakar oleh Polisi Agama” oleh Triyanto Triwikromo, (15) “Sunat” oleh Sunlie Thomas Alexander, (16) “Tahun Baru” oleh Putu Wijaya, (17) “Telepon Keluarga” oleh Yetti A.KA.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik studi pustaka, yang bertujuan mendapatkan bahan-bahan yang relevan, kemudian bahan tersebut digunakan sebagai bahan acuan untuk mempersahih penelitian. Langkah kerja yang dilakukan dalam teknik pengumpulan data adalah: 1. Membaca secara keseluruhan teks dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015 secara teliti dan kritis. Peneliti membaca sumber data secara berulang-ulang guna menghayati dan memahami secara kritis, dan utuh terhadap sumber data. 2. Peneliti menandai, mencatat dan mengkoleksi data yang berhubungan dengan nilai pendidikan yang terdapat dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. 3. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis.
3.6 Pengecekan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data sangat penting dalam sebuah penelitian. Tujuannya
adalah
agar
data
yang
sudah
diteliti
benar-benar
dapat
29
dipertanggungjawabkan dari segala segi. Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data menggunakan validitas dengan cara triangulasi. “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu” (Moleong, 2010:178). Dalam pemeriksaan keabsahan data, peneliti melakukan pemeriksaan dengan pakar yang menguasai bidang ini yaitu dosen pembimbing.
3.7
Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. Moleong (2010:280)
menyatakan “Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola ,kategori, dan satuan urain dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mendata cerpen-cerpen yang terdapat di dalam koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. 2. Membaca secara keseluruhan cerpen-cerpen dalam koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. 3. Menandai bagian-bagian cerpen sesuai dengan Aspek-aspek nilai pendidikan yang terdapat dalam cerpen koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. 4. Mengklasifikasikan cerpen sesuai dengan Aspek-aspek nilai pendidikan yang terdapat dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015.
30
5. Memeriksa data dan menafsirkan data yang telah diklasifikasikan dalam usaha menentukan kesatuan,kepaduan, dan hubungan antara data sehingga diperoleh jawaban secara menyeluruh tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015. 6. Apabila langkah (1,2 dan 3) dipandang belum cukup, peneliti kembali mengulang langkah (1,2 dan 3) untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh.
31
Berikut ini adalah format analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Format 1 Analisis Data Aspek-aspek nilai pendidikan dalam cerpen terbitan koran Jambi Independent edisi Januari-Juni 2015 beserta buktinya N o
Aspek yang diteliti
Teori
Indikator
1.
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Menurut Moeliono (2008:527) “beriman artinya mempunyai iman (ketetapan hati), mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Ketakwaan tidak dapat dipisahkan dari keimana. Keimanan mendasari ketakwaan seseorang, orang yang memiliki ketakwaan disebut bertakwa. Moeliono (2008:1382) menjelaskan bahwa “takwa adalah terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanaan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya”.
(1) Menjunjung tinggi kejujuran, keberanian, dan keadilan (2) Melaksanak an perintah kepada Tuhan Yang Maha Esa (3) Menjauhi larangannya
2. Berakhlak Mulia
Berakhlak mulia adalah sifat manusia yang menjunjung tinggi nilainilai moral dalam setiap
(1) (2) (3) (4)
Sabar Benar Amanah Adil
Kuti pan Cer pen
Hal dan Par
Anali sis data
32
3. Sehat
4. Berilmu
5. Cakap
langkah hidupnya, seperti etika, budi pekerti yang luhur dan kejujuran. Berakhlak mulia juga merangkum sifat-sifat seperti kasih sayang, kebenaran, kebaikan, amanah dan tidak menyakiti orang lain (Poerbakawatja, 1981:1)
(5) (6) (7) (8) (9)
Kasih sayang Hemat Berani Malu Memelihara kesucian diri (10) Menepati janji
Sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja sesuai fungsinya dan sebagaimana mestinya. Secara sederhana, sehat sinonim dengan kondisi tidak sakit. Moeliono (2008:1241) “definisi sehat adalah baik seluruh badan serta bagianbagiannya”. Orang yang berilmu artinya banyak memiliki ilmu, memiliki pengetahuan dan pandai dengan Gymnastiar (2007:12) “orang-orang yang berilmu memiliki kriteria: (1) mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa, (2) mampu mensikapi setiap masalah secara profesinal, dan (3) mampu menikmati harta yang didapatkannya dengan cara yang benar”.
(1) (2) (3) (4)
Sehat fisik Sehat mental Sehat sosial Sehat ekonomi
(1) Mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa (2) Mampu mensikapi setiap masalah secara professional (3) Mampu menikmati harta yang didapatkanny a dengan cara yang benar Purwanto (2011:32-33) (1) Memiliki menjelaskan bahwa keterampilan “orang disebut cakap jika (2) Memiliki
33
orang itu pandai motivasi dan menggunakan daya-daya etos kerja akal dan pikirannya yang tinggi dengan baiksehingga serta dapat pekerjaan yang harus dapat dilakukan dengan menghasilkan menggunakan daya-daya karya-karya akal dan pikiran dapat yang unggul berlangsung dengan dan mampu cepat dan lancar”. bersaing Moeliono (2008:236) (3) Memiliki menjelaskan “cakap kesadaran adalah 1. Sanggup tentang melakukan sesuatu; pentingnya mampu; dapat, 2. Pandai; pendidikan bagi dirinya mahir, 3. Mempunyai kemampuan dan maupun kepandaian untuk anggota mengerjakan sesuatu, 4. keluarganya. Bagus rupanya, 5. Bagus;elok, 6. Patut; serasi, 7. Tangkas; cekatan (tidak lamban)”. 6. Kreatif
Sedangkan menurut Ma’ruf (Astuti, 2014:18) menjelaskan bahwa “orang yang kreatif merupakan orang yang terus menerus membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaan mereka”. Kemampuan yang dimiliki orang yang kreatif adalah: (1) dapat mengembangkan potensi di luar intelegensi, (2) pertumbuhan kompetensi yang cepat, (3) menemukan cara yang lebih baik untuk memecahkan masalah, (4) dapat meningkatkan pengetahuan, dan (5)
(1) Dapat mengembang kan potensi diri diluar intelegensi (2) Pertumbuhan kompetisi yang cepat (3) Menemukan cara yang lebih baik untuk memecahkan masalah (4) Dapat meningkatkan pengetahuan (5) Meningkatka n proses belajar
34
meningkatkan belajar. 7. Mandiri
8. Demokratis
9. Bertanggung jawab
proses
Kamli (Kaswardi, (1) Percaya 1993:56) menyatakan diri “hakikat kemandirian itu (2) Mampu sendiri adalah menyeles kemampuan manusia ikan membuat keputusan bagi masalah diri sendiri. Tetapi sendiri kemandirian tidak sama (3) Mampu dengan kebebasan mengam mutlak. Kemandirian bil berarti memperhitungkan keputusa semua yang n berkepentingan”. Menurut Djumransjah (1) Mengutamaka (2004:159) pengertian n hak dan demokrasi dalam dunia kewajiban pendidikan mengandung serta tiga hal yaitu: (1) rasa perlakuan hormat terhadap harkat yang sama sesama manusia, (2) (2) Rasa hormat sikap manusia memiliki terhadap perubahan ke arah harkat sesama pikiran yang sehat, dan manusia (3) rela berbakti untuk (3) Sikap kepentingan dan manusia kesejahteraan bersama memiliki perubahan kearah yang sehat (4) Rela berbakti untuk kepentingan atau kesejahteraan bersama Tanggung jawab dapat (1) Bertanggung diartikan sebagai jawab keberanian untuk terhadap menentukan bahwa suatu keluarga perbuatan sesuai dengan (2) Bertanggung tuntutan kodrat manusia, jawab
35
dan bahwa hanya karena terhadap diri sendiri itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga (3) Bertanggung sanksi apapun yang jawab dituntutkan diterima terhadap dengan penuh kesadaran bangsa dan dan kerelaan Negara (Tirtarahardja, 2005:8).