BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1998: 8). Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan idenya. Karya sastra dibuat untuk dapat dinikmati dan dipahami oleh masyarakat. Karya sastra bisa dalam bentuk yang konkret misalnya karya sastra tulisan atau dalam bentuk tuturan yaitu karya sastra lisan. Salah satu contoh karya sastra tulis adalah novel. Sebuah karya sastra, dalam hal ini novel, pada dasarnya memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun novel seperti tema dan fakta cerita. Fakta cerita terdiri atas penokohan yang mengungkapkan tokoh dalam cerita atau pelaku dalam cerita, alur serta latar. Tema merupakan sesuatu yang menjadi dasar cerita. Semua unsur di atas saling berkaitan dan saling mendukung sehingga membangun kesatuan makna. Selain unsur intrinsik, novel juga memiliki unsur ekstrinsik yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra. Salah satu unsur novel yang pertama kali dibaca atau ditemui pembaca adalah judul. Judul juga merupakan salah satu hal yang membuat pembaca tertarik untuk membaca sebuah karya sastra. Menurut Stanton (2007: 25), judul merupakan
1
2
penunjuk arti sebuah cerita. Biasanya judul diasumsikan berhubungan dengan karya sebagai sebuah keseluruhan. Penelitian ini menggunakan Novel berjudul Hidamari no Kanojo yang ditulis oleh Koshigaya Osamu. Jika melihat dari banyaknya karya yang dihasilkan oleh Koshigaya Osamu, bisa dikatakan Koshigaya termasuk dalam penulis baru yang karyanya cukup diapresiasi oleh pembaca. Ia memulai debutnya sebagai penulis lewat novel berjudul Bonus Track yang memenangkan penghargaan khusus dalam ajang Japan Fantasy Novel Award pada tahun 2004. Karya-karyanya antara lain: Kaidan Tochuu no Big Noise, Sorairo Memory, Kinyou no Baka, Sekireisou no Tamaru, dan Hidamari no Kanojo. Dalam novel-novel karya Koshigaya Osamu terdapat satu kesamaan. Karya-karyanya biasanya bercerita tentang kehidupan monoton tokohnya yang berubah menjadi lebih kompleks dan berwarna karena kehadiran orang asing dengan cara yang tidak pernah dibayangkan oleh sang tokoh sebelumnya. Novel Hidamari no Kanojo menceritakan tentang dua orang teman masa kecil bernama Okuda Kosuke dan Watarai Mao yang bertemu lagi setelah sepuluh tahun berpisah. Okuda Kosuke digambarkan sebagai laki-laki yang kaku namun lembut sifatnya. Kosuke bersedia membela Mao ketika Mao ditindas teman-temannya meskipun akhirnya ia pun dijauhi oleh teman-teman sekelas karena membela Mao yang dianggap aneh. Mao digambarkan sebagai gadis yang dianggap jelek karena penampilannya yang berantakan. Ia juga sering diledek bodoh karena nilai pelajarannya yang selalu jelek. Sifatnya yang mudah berubah pikiran juga seringkali membuat orang di sekitarnya bingung sehingga ia dianggap aneh. Sejak dibela oleh
3
Kosuke, ia mengikuti Kosuke kemanapun laki-laki itu pergi seperti anak kucing, sebagaimana yang dijelaskan dalam novel. Semuanya berubah ketika akhirnya Kosuke harus pindah karena ayahnya ditugaskan ke kota lain oleh perusahaan tempat beliau bekerja. Kedua tokoh ini memiliki kedekatan secara psikologis karena dihubungkan oleh perasaan tertarik satu sama lain. Bagaimana Mao menyukai Kosuke dan Kosuke pun menyukai Mao, hanya saja ketika Mao menyatakan perasaannya, Kosuke malah mati-matian menolaknya karena malu. Akhirnya ia harus pergi meninggalkan Mao sendiri. Keadaan kembali berubah ketika sepuluh tahun kemudian mereka bertemu lagi. Mao telah berubah menjadi wanita karir yang cantik dan berbakat, hanya saja sifatnya yang mudah berubah pikiran masih melekat padanya. Ia bekerja di perusahaan pakaian dalam wanita dan bertemu Kosuke yang merupakan staf junior di sebuah biro iklan. Mereka menyadari perasaan yang dulu mereka rasakan kini bersemi kembali dan memutuskan untuk menikah. Rencana pernikahan mereka mendapatkan tentangan dari pihak keluarga Mao. Hal-hal tentang masa lalu Mao yang misterius pun sedikit demi sedikit mulai terungkap. Berdasarkan ringkasan novel Hidamari no Kanojo di atas, kita baru bisa mengetahui bahwa cerita tersebut adalah cerita mengenai sepasang laki-laki dan perempuan yang terlibat hubungan emosi kemudian memutuskan untuk menikah. Kita belum bisa mengetahui apa sebenarnya makna yang terkandung dalam judul dan apa latar belakang Koshigaya Osamu memberi Hidamari no Kanojo sebagai judul novel ini hanya berdasarkan ringkasan cerita. Penelitian terhadap novel Hidamari no
4
Kanojo ini dilakukan karena setelah dilakukan pembacaan novel sampai selesai, ditemukan bahwa ada ketidaksesuaian antara judul dengan isi novel. Secara kamus, Hidamari no Kanojo memiliki arti ‘gadis yang cerah’ atau ‘gadis dari tempat yang cerah’, namun jika diartikan seperti itu, akan terasa ganjil karena dalam novel ini tidak diceritakan tentang seorang gadis yang datang dari suatu tempat yang cerah. Berangkat dari dugaan bahwa judul novel Hidamari no Kanojo ini memiliki makna yang lain, penulis tertarik untuk meneliti judul novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu. Judul novel Hidamari no Kanojo mengandung kiasan seperti yang terdapat pada puisi. Riffaterre mengatakan bahwa puisi mengekspresikan sesuatu secara tidak langsung atau mengatakan sesuatu dengan memaksudkan hal yang lain. Di dalam puisi terdapat tanda-tanda yang perlu diungkap untuk mendapatkan makna puisi sebagai sebuah karya sastra secara keseluruhan. Karena objek penelitian ini adalah judul novel yang memiliki tanda-tanda seperti yang terdapat pada puisi, maka teori yang akan digunakan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam judul novel adalah teori semiotik. Dalam studi sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang tergantung pada sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara wacana memiliki arti (Pradopo, 1987: 91). Sejalan dengan itu, Hill (dalam Pradopo, 1995: 141) berkata bahwa karya sastra merupakan struktur yang kompleks, karena itu untuk memahami karya sastra haruslah dianalisis. Analisis yang perlu dilakukan adalah analisis yang bertujuan untuk mencari makna. Makna adalah meaning of meaning yang tersirat dalam sebuah
5
karya sastra. Dalam tataran semiotik, meaning of meaning yang dimaksud adalah significance, yaitu makna yang didapat dari sistem semiotik tingkat kedua atau disebut sebagai makna sastra (Preminger, 1974: 981-982). Judul dapat memberikan informasi awal atau gambaran tentang apa yang terdapat dalam teks yang akan dibaca. Pada saat yang sama, judul bisa saja mengacu pada teks-teks di luarnya (Riffaterre, 1978:99). Berdasarkan hal itu, maka judul merupakan salah satu bentuk dari interpretan leksmatik, yaitu interpretan yang menjembatani kata-kata yang disebut sebagai dual sign karena mampu menghadirkan dua teks dalam puisi atau teks yang harus dipahami dengan dua cara berbeda atau lainnya yang mengandaikan adanya dua hipogram. Interpretan leksmatik disebut juga sebagai 'tanda ganda' karena bisa menimbulkan dua kemungkinan. Tanda ganda merupakan sebuah kata yang memiliki arti ambigu. Makna yang terkandung dalam tanda ganda dapat diungkap setelah pembaca menemukan adanya teks lain di dalam teks yang dibacanya (Riffaterre, 1978:82). Oleh karena itu, untuk mengungkap makna yang terkandung dalam judul novel Hidamari no Kanojo, penulis bermaksud meneliti makna judul novel tersebut menggunakan pendekatan struktural untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik novel dan pendekatan semiotik Riffaterre untuk menganalisis makna judul novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu.
6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik novel Hidamari no Kanojo serta keterkaitan masing-masing unsur tersebut dalam membangun totalitas makna? 2. Apa makna judul novel Hidamari no Kanojo?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ada dua macam yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretisnya adalah untuk mengungkapkan struktur dari unsur-unsur pembentuk novel dan makna dari judul novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu dengan menggunakan pendekatan struktural dan pendekatan semiotik. Tujuan praktisnya adalah untuk mengenalkan novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu kepada pembaca sastra, serta bisa dijadikan sebagai sumber referensi oleh peneliti berikutnya.
1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian yang menggunakan novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu pernah dilakukan oleh Mahasiswi Sastra Jepang FIB UGM Hestyriani Anisa Widyaningsih (2015) dengan judul skripsi “Motif Superioritas Tokoh Watarai Mao dalam Novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu: Teori Adlerian” dengan
7
kesimpulan bahwa perubahan psikologis yang terjadi pada Watarai Mao adalah karena pertama, Watarai Mao didiagnosa menderita retrograde amnesia sehingga ia kehilangan ingatan masa lalunya. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan akademiknya. Dicap sebagai anak paling bodoh di sekolah menimbulkan rasa rendah diri yang kemudian menimbulkan perasaan untuk menjadi superior. Kedua, tujuan akhir Watarai Mao untuk hidup bersama Kosuke menjadi motif superioritas yang mendasari semua perilaku yang mengubah dirinya menjadi individu superior. Berikutnya adalah penelitian yang menggunakan pendekatan struktural semiotik pernah dilakukan oleh Mahasiswa Sastra Jepang FIB UGM Emir Wahana Agriansyah (2013) dengan judul skripsi “Makna Judul Cerpen Kingyou no Otsukai karya Yosano Akiko: Sebuah Analisis Strukturalisme Semiotik Riffaterre” dengan hasil bahwa makna dari Kingyou no Otsukai merupakan simbol dari perjuangan dan pengabdian demi menjaga amanah yang dicerminkan oleh seekor ikan emas. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, yang membedakan penelitian ini dengan skripsi Hestyriani Anisa Widyaningsih adalah pendekatan yang dipakai dan rumusan masalah yang akan dibahas. Penelitian ini menggunakan Novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu sebagai objek materialnya dan menggunakan pendekatan semiotik untuk mencari makna yang terkadung dalam judul novelnya.
1.5 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif, yaitu metode penelitian yang cara analisisnya dengan menjelaskan dan menggambarkan. Data
8
terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka (Semi, 1998: 24). Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan objek material dan objek formal penelitian. Objek material dari penelitian ini adalah novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu, sedangkan objek formal dari penelitian ini adalah judul novel Hidamari no Kanojo. 2. Mengumpulkan data penelitian yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa kata, frase dan kalimat yang terdapat dalam novel Hidamari no Kanojo karya Koshigaya Osamu. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi buku-buku, jurnal, karya tulis, artikel yang mengulas tentang novel serta teori struktural dan teori semiotik Riffaterre. 3. Menganalisis struktur novel Hidamari no Kanojo dengan teori strukturalisme. Unsur-unsur intrinsik yang dianalisis adalah tema, tokoh dan penokohan, latar, serta keterkaitan antar unsurnya. 4. Menganalisis makna judul novel Hidamari no Kanojo menggunakan teori semiotik Riffaterre dengan melakukan 4 tahap yaitu pembacaan heuristik, atau dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis struktur novel menggunakan teori
strukturalisme. Kemudian dilanjutkan dengan
pembacaan hermenutik, yaitu mencari pokok-pokok pikiran pada setiap
9
bagian cerita. Setelah itu dilakukan pencarian terhadap matriks, model, dan varian-varian serta hipogram. 5. Menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut. 6. Menyajikan dalam bentuk skripsi.
1.6 Landasan Teori 1.6.1
Strukturalisme Karya sastra merupakan struktur yang kompleks. Untuk dapat memahaminya,
karya sastra harus dianalisis, diuraikan kedalam unsur-unsurnya sehingga dapat ditangkap maknanya secara baik ataupun dapat diberi makna sepenuhnya, baik setiap unsurnya maupun secara keseluruhan (Pradopo, 1995: 117-118), dan karena sastra merupakan sebuah struktur, analisis yang digunakan adalah analisis struktural. Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan berbagai unsur karya sastra yang secara bersamaan menghasilkan makna keseluruhan (Nurgiyantoro, 2010: 37). Dalam penelitian ini, teori struktural digunakan untuk menganalisis unsurunsur intrinsik novel yaitu tema, tokoh dan penokohan, latar, serta keterkaitan antar unsurnya. Ketiga unsur tersebut dipilih karena tema merupakan dasar cerita. Tema adalah unsur utama pembangun cerita. Tokoh dan penokohan dipilih karena tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita, sedangkan penokohan merupakan perwatakan yang menggambarkan tokoh sehingga membuat cerita menjadi lebih menarik. Latar
10
dipilih karena dari latar inilah dapat diketahui waktu, tempat dan kondisi sosial yang terjadi dalam sebuah cerita. Analisis struktural dalam hal ini digunakan untuk mendeskripsikan unsurunsur tersebut yang kemudian digunakan lebih lanjut sebagai pendukung analisis semiotik.
1.6.2
Semiotik Culler (dalam Ratna, 2011: 97) menyebutkan strukturalisme dan semiotika
sebagai dua teori yang identik, strukturalisme memusatkan perhatian pada karya sedangkan semiotika pada tanda. Selden (dalam Ratna, 2011: 97) menganggap strukturalisme dan semiotik termasuk ke dalam bidang ilmu yang sama, sehingga keduanya dapat dioperasikan secara bersama-sama. Untuk menemukan makna suatu karya, analisis strukturalisme mesti dilanjutkan dengan analisis semiotika. Sejalan dengan itu, Junus (dalam Pradopo, 1995: 118) mengemukakan bahwa penelitian sastra dengan pendekatan semiotik itu sesungguhnya merupakan lanjutan atau perkembangan dari pendekatan strukturalisme. Karya sastra merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna, tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda, dan maknanya serta konvensi tanda, maka struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal (Pradopo, 1995: 118). Tanda baru memperoleh makna optimal apabila diapresiasi oleh pembaca (Teeuw, 1991: 62). Hal ini menunjukkan bahwa antara pembaca dengan teks terjadi dialektika dalam pemaknaan karya sastra.
11
Penulis menempatkan judul novel sebagai indeks teks. Sebagai indeks teks, judul memiliki varian-varian makna yang berupa pemaknaan dari rangkaian peristiwa, tokoh dan penokohan serta latar cerita. Makna judul yang ingin dicari bukanlah sekedar makna dalam pengertian lugas atau makna kamus. Namun, makna yang muncul dari hubungan unsur-unsur pembentuk teks (Sugiyarti, 2005: 5). Judul novel Hidamari no Kanojo mengandung kiasan seperti yang terdapat pada puisi. Riffaterre mengatakan bahwa puisi mengekspresikan sesuatu secara tidak langsung atau mengatakan sesuatu dengan memaksudkan hal yang lain. Ketidaklangsungan ekspresi ini terjadi karena tiga hal yaitu, penyimpangan arti, penggantian arti, dan penciptaan arti. Sejalan dengan pernyataan di atas, menurut Riffaterre ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pemaknaan karya sastra. Empat hal tersebut adalah ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan dalam dua tahapan yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian-varian serta pencarian hipogram. Pembacaan heuristik adalah pembacaan cerita dari awal sampai akhir, disebut juga pembacaan secara struktural. Pembaca dapat membuat sinopis cerita untuk memudahkan dalam melakukan pembacaan heuristik. Dalam penelitian ini, pembacaan heuristik dilakukan dengan melakukan analisis secara struktural. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan berulang-ulang dengan penafsiran. Matriks adalah pusat pemaknaan. Matriks tidak terdapat dalam teks dan berupa hipotesis. Model merupakan aktualisasi dari matriks dan dijabarkan dalam varianvarian. Hipogram adalah sesuatu yang mendasari pembuatan sebuah teks baru.
12
Riffaterre mengungkapkan, bahwa pembacalah yang bertugas memberikan makna pada tanda-tanda yang terdapat dalam karya sastra. Tanda-tanda itu akan memiliki makna setelah dilakukan pembacaan dan pemaknaan terhadapnya (Riffaterre, 1978: 166). Sebagai tanda, makna karya sastra dapat mengacu kepada sesuatu di luar karya sastra itu sendiri ataupun di dalam dirinya, oleh karena itu, sebagai dasar pemahaman terhadap suatu karya sastra dan sebagai satu dialektika antara teks dengan konteks penciptaannya (Riffaterre, 1978: 1). Teori semiotik Riffaterre dipilih untuk menganalisis judul novel Hidamari no Kanojo ini karena di dalam langkah analisisnya terdapat pencarian hipogram. Untuk memperoleh makna teks sastra yang optimal secara semiotik, teks harus dilihat hipogramya. Hipogram adalah satu kata, frase, atau kutipan ataupun ungkapan klise yang mereferensi pada kata/frase yang sudah ada sebelumnya (Riffaterre, 1978: 23). Maka jika hipogram dapat ditemukan, makna dan latar belakang juga dapat diketahui.
1.7 Sistematika Penyajian Dalam penyajian skripsi ini, nantinya akan terbagi menjadi empat bab. Bab I adalah pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan landasan teori. Bab II berisi analisis struktural novel yang berupa sinopsis cerita, analisis tema, tokoh dan penokohan, serta latar. Adapun analisis makna judul novel Hidamari no Kanojo berdasarkan pendekatan semiotik disampaikan pada bab III. Bab IV berisi kesimpulan hasil penelitian.