BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik untuk diungkapkan menjadi wacana baru dengan proses kreativitas ke dalam karya sastra dengan bahasa sebagai medianya. Semi (1984:68) “Sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya”. Karya sastra bukan hanya sekedar ungkapan berbagai fenomena kehidupan, tapi karya sastra juga mengandung nilai. Salah satu karya sastra yang bercerita banyak tentang kehidupan masyarakat adalah novel. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah atau sepotong berita" (Waluyo, 2002:67). Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Menurut Semi (1993 :32) “Novel adalah karya fiksi yang di bangun melalui unsur intrinsiknya”. Unsur-unsur tersebut sengaja di padukan 1
2
pengarang dan di
buat
mirip
dengan
dunia yang nyata lengkap dengan
peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus. Menurut Waluyo (2002:30) “Unsur Intrinsik terdiri dari; Tokoh penokohan/perwatakan
tokoh,
Tema
dan
Amanat,
latar,
Alur,
dan Sudut
pandang/gaya penceritaan”. Adapun unsur ekstrinsiknya yaitu unsur-unsur yang ada di luar karya sastra seperti; pendidikan, pembaca, pengarang, masyarakat, pemerintah, politik, ekonomi, dan sebagainya. Nilai pendidikan dalam sebuah novel menarik untuk dikaji dalam penelitian sastra. Nilai pendidikan tersebut merupakan amanat pengarang kepada pembaca. Nilai pendidikan yang ada di dalam novel, ada yang memiliki hubungan dengan tema dan amanat. Oleh karena itu, hubungan nilai pendidikan dalam karya sastra merupakan bagian dari fenomena yang menarik untuk dikaji dalam penelitian sastra. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan Todorov (Pradopo, 2005:34) yang mengungkapkan bahwa tidak ada unsur sastra tidak memiliki hubungan. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa pengarang dalam menciptakan karyanya memiliki hubungan antara nilai pendidikan dengan tema dan amanat. Peneliti tertarik meneliti Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, lelaki kelahiran Oktober 1982 merupakan sekuel dari Laskar Pelangi dan buku kedua yang disebut sebagai Tetralogi Laskar Pelangi. Cerita novel Sang Pemimpi diperoleh dari mengeksplorasi kisah persahabatan dan pendidikan di Indonesia.
3
Meskipun kisah yang terjadi dalam novel Sang Pemimpi sudah terjadi sangat lama, yaitu kisah tentang perjuangan hidup masyarakat miskin Belitung dalam mengejar cita-cita untuk melanjutkan pendidikan di tengah-tengah kerasnya kehidupan, tetapi pada kenyataannya kisah Sang Pemimpi masih ada di zaman sekarang. Suksesnya novel Sang Pemimpi disebabkan oleh kemunculan novel tersebut yang tepat pada waktu masyarakat khususnya masyarakat yang merasa mengalami pendidikan yang sama seperti beberapa tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Isi novel Sang Pemimpi menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak berkaitan dengan kemampuan otak seseorang. Hasil Penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Endang Lindarti dalam penelitian berjudul “Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Karanganyar”. Simpulan yang ditulisnya yaitu antarsastra dan nilai kehidupan terdapat interaksi yang kuat. Jadi antara nilai sastra dan nilainilai didik merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam kehadirannya dalam karya sastra sebagai suatu yang penting. Dalam cerita rakyat tersebut, nilai pendidikan yang terkandung adalah (1) taat pada ajaran agama, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15)
4
gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab. Persamaan karya ilmiah Endang Lindiarti dengan penulis yaitu sama-sama di dalam penelitiannya terdapat simpulan yang mengandung nilai pendidikan. Perbedaannya terdapat pada objek yang dikaji. Obyek yang dikaji dalam penelitian Endang Lindiarti adalah cerita rakyat di Kabupaten Karanganyar, sedangkan yang dikaji penulis objek penelitiannya adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti novel sang pemimpi karya Andrea Hirata untuk melihat nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut. Alasan dipilih dari segi nilai pendidikan karena novel Sang Pemimpi diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca. Hal itu, berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal pendidikan. Pradopo (2005: 94) “Suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral”. Novel Sang Pemimpi juga tergolong novel yang serius dan bernilai sastra. Selain itu novel sang pemimpi juga merypakan novel terlaris pada angkatannya 2006 dan pernah difilemkan pada tahun 2009. Dari segi bahasa novel ini juga memiliki kekhasan tersendiri sehingga perlu pemahaman yang mendalam ketika membaca novel ini. Di samping itu, penulis tertarik dengan kisah yang disampaikan pengarang dalam novel ini. Berdasarkan paparan tersebut dan karena terdorong untuk menemukan tema, amanat dan nilai-nilai pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata secara mendalam. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
5
dengan Judul “Analisis tema, amanat dan nilai-nilai pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata”.
1.2 Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara tema, amanat dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata?”
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tema, amanat dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis. 1.4.1
Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan mendeskripsikan tema, amanat
dan nilai-nilai pendidikan yang ada di dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. 1.4.2
Manfaat Praktis
a) Bagi pembaca, diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami isi novel Sang Pemimpi terutama tema, amanat dan nilai-nilai pendidikan dan mengambil manfaatnya. b) Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan pijakan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.