BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi di dalam masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Qur'an surat arRuum ayat 22 yang artinya “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi orang-orang yang mengetahui.”1 Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusiapun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, jika orang bertanya apakah bahasa itu, maka jawabannya dapat bermacam-macam sejalan dengan bidang kegiatan tempat bahasa itu digunakan. Jawaban seperti, bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi pikiran, bahasa adalah alat untuk berinteraksi, bahasa adalah alat untuk mengekspresikan diri, dan bahasa adalah alat untuk menampung hasil kebudayaan, semuanya dapat diterima.
1
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: AlHidayah, 1998), 644.
1
2
Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (otak).2 Pembelajaran bahasa ini lebih mengacu pada pendidikan formal yang berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan. Seharusnya hasil yang diperoleh secara formal dalam kelas jauh lebih baik. Namun kenyataannya kemampuan belajar siswa yang berbeda-beda. Banyak siswa yang menunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan para gurunya. Dalam proses belajar mengajar guru sering menghadapi masalah adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang memperoleh prestasi belajar rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan sebaik-baiknya, dan lain sebagainya. Dengan kata lain guru sering menghadapi dan menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar (learning disabilities) adalah peserta didik yang tergolong pada siswa yang karena suatu hal tidak mampu belajar atau mereka menghindar dari kegiatan belajar, sehingga prestasi belajar yang dicapainya menjadi rendah.3
2 3
Abdul Chaer, Psikolinguistik; Kajian Teoritik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 1. Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 128.
3
Sudah menjadi harapan seorang guru bahwa siswanya dapat berhasil dalam belajar. Tugas utama guru pada dasarnya adalah mengajar dan mendidik, tapi sesungguhnya tugas dan peranan guru atau pendidik profesional sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar saja. Akan tetapi guru juga bertugas sebagai konselor dan evaluator yaitu membimbing, mengarahkan atau memberi bantuan terhadap anak didik yang mengalami masalah-masalah dalam belajar.4 Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para siswa di sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di kalangan para guru. Dikatakan demikian, karena kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa di sekolah akan membawa dampak negatif, baik terhadap diri siswa itu sendiri, maupun terhadap lingkungannya. Hal ini termanifestasi dalam bentuk tumbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah karena malu telah tinggal kelas beberapa kali dan lain sebagainya.5 Oleh karena itu untuk mencegah dampak yang ditimbulkan dari kesulitan belajar sangatlah diperlukan. Terkait dengan paparan di atas dan berdasarkan penjajakan awal di lapangan terdapat fakta bahwa di MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo terdapat masalah yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris kelas II yaitu siswa mengalami kesulitan dalam hal 4 5
B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Rineka Cipta, 1996), 3. Hallen, Bimbingan dan Konseling ..., 123.
4
melafalkan, membaca, menulis dan mengerti sehingga tidak tercapainya standar ketuntasan belajar. Untuk mengatasi hal tersebut guru mata pelajaran Bahasa Inggris kelas II mengambil beberapa upaya untuk menangani masalah tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah tersebut di atas dengan mengangkat judul “UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS II DI MI MA’ARIF NGRUPIT JENANGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/2009”.
B. Fokus Penelitian 1. Penelitian ini difokuskan pada prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo. 2. Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang menyebabkan siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris. 3. Penelitian ini difokuskan pada upaya guru dalam mengatasi kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Bagaimanakah prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo? 2. Faktor apa saja yang menyebabkan siwa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris? 3. Bagaimanakah upaya guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo ini mempunyai tujuan: 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa yang menyebabkan siwa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris. 3. Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Ngrupit Jenangan Ponorogo.
6
E. Manfaat Penelian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh pemerhati pendidikan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan keilmuan untuk kemudian dijadikan sumber data bagi penelitian lebih lanjut. b. Bagi
lembaga
sekolah
yang
bersangkutan,
sebagai
bahan
pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. c. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih matang dalam bidang pendidikan dan penelitian, juga sebagai konstribusi nyata bagi dunia pendidikan kita.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
7
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.6 Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik alami (Natural Setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif serta proses lebih dipentingkan daripada hasil. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.7
b. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyimpulkan informasi mengenai status gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian diadakan.8
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai partisipan penuh dengan melakukan pengamatan berperan serta yaitu peneliti melakukan interaksi sosial dengan subjek dalam waktu yang lama dan selama itu, data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis.
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 60. 7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 3. 8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 234.
8
3. Lokasi Penelitian Peneliti memilih MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo sebagai tempat penelitian. Pemilihan lembaga ini dikarenakan ada kesesuaian dengan topik yang peneliti pilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti berharap menemukan hal-hal yang bermakna dan baru.
4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Manusia, yang meliputi Suharno, S.Pd.I selaku kepala madrasah dan Jumrotus Subianah, S.Pd.I guru mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas II. b. Non manusia, yang meliputi dokumen dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode yang dianggap relevan dengan penelitian ini, yaitu: a. Observasi Observasi yaitu suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan tentang kegiatan yang sedang
9
berlangsung.9 Melalui teknik ini peneliti dapat melihat langsung situasi dan kondisi di lapangan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada saatproses belajar mengajar berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dalam materi pelajaran.
b. Wawancara Wawancara
yaitu
percakapan
dengan
maksud
tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.10 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada: 1) Kepala sekolah, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang data umum sekolah 2) Guru mata pelajaran Bahasa Inggris, yaitu untuk memperoleh informasi tentang kemampuan belajar siswa. 3) Siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009.
9
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, 220. Moleong …., 135
10
10
c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya.11 Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data berupa: 1) Foto-foto kegiatan pembelajaran di kelas 2) Data-data keadaan guru dan siswa 3) Dan lain-lain
6. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dengan alur analisis model Miles dan Huberman yang meliputi:12 a. Reduksi Data Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti
untuk
melakukan
pengumpulan
data
selanjutnya.
11
Arikunto, Manajemen Penelitian…., 236. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo (Ponorogo: STAIN Po Pers, 2008), 54. 12
11
b. Display Data Yaitu menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut mudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan Setelah melalui proses reduksi data dan display data peneliti kemudian membuat kesimpulan. Bila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan mengumpulkan
data,
maka
kesimpulan
tersebut
merupakan
kesimpulan yang kredibel.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Untuk memperoleh data-data yang kredibel peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yanglain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.13 Peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber, artinya membandingkan dan mengecek balik derajat
13
Moleong, Metodologi Penelitian …., 178.
12
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.14
8. Tahapan-Tahapan Penelitian Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti melalui tahapantahapan penelitian sebagai berikut: a. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai
keadaan
lapangan,
memilih
informan,
menyiapkan
perlengkapan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap analisis data yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data d. Tahap penulisan laporan G. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam laporan penelitian yang akan disusun dikelompokkan menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan dengan sistematika sebagai berikut:
14
Ibid.
13
Bab I berisi pendahuluan. Pada bab ini diberikan penjelasan tentang gambaran umum penelitian. Sedangkan penyusunannya terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data), dan sistematika pembahasan. Bab II berisi landasan teori sebagai pedoman umum yang digunakan untuk landasan dalam melakukan penelitian yang berisi kajian tentang kesulitan belajar yang meliputi: pengertian belajar, pengertian kesulitan belajar, karakteristik kesulitan belajar, faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar; diagnosis kesulitan belajar, upaya mengatasi kesulitan belajar. Pembelajaran bahasa Inggris meliputi pengertian pembelajaran bahasa Inggris, fungsi dan tujuan pembelajaran bahasa Inggris, pendekatan pembelajaran bahasa Inggris, metode pembelajaran bahasa Inggris, dan standar kompetensi bahasa Inggris. Bab III berisi temuan penelitian mengenai gambaran umum lokasi penelitian yang terdiri dari sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo, serta deskripsi data yang berupa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas II di MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo, faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar Bahasa Inggris, dan upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris di Kelas II MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo.
14
Bab IV berisi analisa data mengenai prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris di kelas II MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo, faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar, upaya guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas II MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo. Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
15
BAB II KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
A. Kesulitan Belajar 1. Pengertian Belajar Aktifitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah.15 Adapun definisi belajar menurut para ahli antara lain :16 a. Witherington, dalam buku Educational Psychology, mengemukakan “Belajar
adalah
suatu
perubahan
didalam
kepribadian
yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. b. Morgan, dalam buku Introduction to Psycology (1978) menyatakan bahwa “Belajar adalah sikap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. c. Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977) menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya 15
Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan ( Bandung : Alfabeta, 2006 ), 59. Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 143- 144. 16
16
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. d. Hilgrad dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaankeadaan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”. Semua pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan yang negatif tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju kea rah kemajuan atau kearah perbaikan.17
2. Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan Belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri
17
Ibid, 146.
17
dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, membaca, menulis, mengeja, atau menghitung.18 Kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perceptual, konseptual, memori, maupun ekspresif didalam proses belajar. Kendatipun gangguan ini bisa terjadi didalam berbagai tingkatan kecerdasan, kesulitan belajar lebih terkait dengan tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas normal. Anak-anak yang berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perceptual motorik tertentu atau kemampuan berbahasa.19 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar (Learning Disabilities) merupakan istilah generic yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar.20 Seorang siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam
18
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 6. 19 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa (Bandung: Refika Aditama, 2006), 195. 20 Ibid, 196.
18
TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya).21
3. Karakteristik Kesulitan Belajar Secara umum dapat dikemukakan empat karakteristik kesulitan belajar yaitu sebagai berikut:22
21
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 308. 22 Mulyono Abdurrahman, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 14.
19
a. Kemungkinan adanya disfungsi otak. b.
Kesulitan dalam tugas-tugas akademik.
c.
Prestasi belajar yang rendah jauh dibawah kapasitas intelegensi yang dimiliki.
d. Tidak memasukkan sebab-sebab lain seperti karena tunagrahita, gangguan emosional, ketidaksepakatan pembelajaran, atau karena kemiskinan. Menurut Moh. Surya ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain ;23 a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas) b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah. c.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu
23
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 129.
20
didalam dan diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, tidak mau bekerjasama, dan sebagainya. f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Dari apa yang dikemukakan di atas dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dari gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku setiap peserta didik, diharapkan para pendidik atau guru dapat memahami dan mengidentifikasikan mana siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan mana pula yang tidak.
4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Secara garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atau dua macam, yakni:24 a. Faktor intern siswa Yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri
siswa
sendiri-sendiri
yang
meliputi
gangguan
atau
kekuranganmampuan psiko-fisik siswa, antara lain:
24
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 183.
21
1) Yang bersifat kogitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa. 2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap 3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
b. Faktor ekstern siswa Yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari luar diri siswa yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini antara lain:25 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2) Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
25
Ibid.
22
Jika sudut pandang diarahkan pada aspek lainnya, maka faktorfaktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapa dibagi menjadi factor anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.26 a. Faktor anak didik Faktor yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik antara lain: 1) Intelegensi (IQ) yang kurang baik 2) Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru. 3) Keadaan fisik yang kurang menunjang. Misalnya, cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor; cacat tubuh yang tetap (serius) seperti, buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kaki, dan sebagainya. 4) Kesehatan yang kurang baik. Misalnya, sakit kepala, skait perut, sakit mata, sakit gigi, sakit flu, atau mudah capek dan mengantuk karena kurang gizi. 5) Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan perhatian (insight), sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain. Faktor intelegensi adalah kesulitan anak didik yang bersifat menetap. Sedangkan kesehatan yang kurang baik atau sakit, kebiasaan
26
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 202-205.
23
belajar yang tidak baik dan sebagainya adalah faktor non-intelektual yang bisa dihilangkan.
b. Faktor sekolah Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak didik datangi tentu saja mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kesemuanya dan ketenangan anak didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah dalam menyediakan lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik antara lain: 1) Pribadi dan kualitas guru yang kurang baik. 2) Alat atau media yang kurang memadai. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. 3) Fasilitas fisik sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan tidak terpelihara dengan baik. 4) Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya suasana bising sehingga anak didik sukar konsentrasi dalam belajar. 5) Waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Belajar di pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar di sore hari. Disiplin yang kurang juga merugikan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
24
c. Faktor keluarga Faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai berikut:27 1) Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat. 2) Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan. 3) Perhatian orang tua yang tidak memadai. Kerawanan hubungan orang tua dan anak ini menyebabkan masalah psikologis dalam belajar anak di sekolah.
d. Faktor masayarakat sekitar Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial yang heterogen. Kondisi dan suasana lingkungan masyarakat yang negatif akan membuat anak didik yang hidup didalamnya terganggu psikologisnya, sehingga dapat mengakibatkan anak didik mengalami kesulitan belajar.28
27 28
Ibid., 207. Ibid., 209-210.
25
5. Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis merupakan istilah teknis yang kita adopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis diartikan sebagai upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtons).29 Dari gejala-gejala yang tampak itu, guru (pembimbing) bisa mengkriteriakan prestasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Di samping melihat gejala-gejala yang tampak, gurupun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan; a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.30 Observasi mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Murid yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukkan gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar konsentrasi, catatannya tidak lengkap, dan sebagainya.31 b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. c. Mewawancarai langsung terhadap siswa yang diselidiki maupun orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar 29
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 307. 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, tt), 174. 31 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan……, 249.
26
d. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan guru (teacher made test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya minder, dan lain-lain sehingga diperlukan tes psikologis. e. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. f. Dokumentasi, adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatancatatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.32 Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat; riwayat hidupnya, kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran, kumpulan ulangan, rapor, dan lain-lain. Setelah data terkumpul kemudian diseleksi tinggal data-data yang diperlukan untuk dapat mengetahui murid mana yang mengalami kesulitan belajar.
6. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Mengatasi kesulitan belajar tidak dapat dipisahkan dari faktorfaktor kesulitan belajar. Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu
32
Ibid., 250.
27
ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:33 a. Pengumpulan data Untuk
menemukan
sumber
penyebab
kesulitan
belajar
diperlukan banyak informasi. Dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah; observasi, case study, melakukan tes (baik IQ maupun tes prestasi atau sachievement test) dan lain-lain.
b. Pengolahan data Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Dalam pengelolaan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah identifikasi kasus, membandingkan antara kasus, membandingkan dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan.
c. Diagnosis Diagnosis adalah keputusan (penentuan mengenai hasil dari pengolahan data). Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya dokter, spikologi, psikiater, guru dan orang tua siswa.
33
M. Dalyono, …….. 250-254.
28
d. Prognosis Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
e. Treatment (perlakuan) Treatment adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan diantaranya melalui pengajaran remedial. Pengajaran remedial atau pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalahan pengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.34 Pelayanan pendidikan dan pengajaran remedial dapat dilakukan sesuai dengan tipe belajar siswa, kemampuan, umur, mental, dan
bakat
individu.
Pendidikan
dan
pengajaran
remedial
diselenggarakan di sekolah dan dilakukan secara individual dengan 34
Priyanto dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), 284.
29
program yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum sekolah.35
f. Evaluasi Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan di atas berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi (Achievement test).36
B. Pembelajaran Bahasa Inggris 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Inggris Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktifitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungankecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme.37 Bahasa Inggris merupakan bidang studi yang dapat dikuasai melalui pendidikan formal maupun informal dan yang secara sosiokultural tidak dianggap sebagai bahasa sendiri. Dengan demikian pembelajaran bahasa Inggris adalah proses individu untuk memperoleh kemampuan
35
Cece Wijaya, Pendidikan Remedial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 47. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, ............., 255. 37 Jogiyanto Hartono, Pembelajaran Metode Kasus (Yogyakarta: Andi Ofset. 2006), 12. 36
30
dalam bidang studi bahasa Inggris yang meliputi membaca (reading), mendengarkan (listening), berbicara (speaking), menulis (writing). Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran muatan lokal.38 Mata pelajaran muatan lokal pengembangan sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara professional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya.39 Dengan demikian penanganan secara professional muatan local merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stake holders) yaitu sekolah dan komite sekolah.
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris Fungsi bahasa Inggris adalah sebagai sarana untuk mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa masyarakat global.40 Tujuan pengajaran pada waktu yang lalu berpusat pada pendidik atau guru. Sedangkan tujuan pengajaran dewasa ini selalu berpusat pada peserta didik atau siswa. Dengan berpusatnya tujuan pengajaran pada peserta didik, maka keberhasilan proses belajar mengajar lebih banyak dinilai dari seberapa jauh perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan telah terjadi pada diri siswa.41 Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa Inggris, yaitu:42
38
Tim Penyusun, KTSP Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo, (Ponorogo, Departemen Agama, 2007), 209. 39 Ibid., 207. 40 Ibid., 202. 41 R. Ibrahim dan Nana S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 70. 42 Tim Penyusun, KTSP…….., 202.
31
a. Siswa memiliki keterampilan dasar tentang keterampilan berbahasa Inggris sebagai bekal menghadapi tantangan hidup b. Siswa mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dialog dan komunikasi dengan bahasa Inggris. c. Siswa memiliki rasa estetika, apresiasi terhadap bahasa Inggris d. Siswa dapat membina keterampilan berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dalam upaya mengikuti dinamika perkembangan pendidikan.
3. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Inggris Pendekatan adalah sekumpulan asumsi yang satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat. Asumsi-asumsi ini saling berkorelasi erat dengan tabiat asli suatu bahasa dan akibat pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pendekatan menjadi dasar pengembangan yang sangat penting yang sudah terpola dan merupakan deskripsi dan karakter atau tabiat materi pembelajaran yang akan diajarkan. Pendekatan juga merupakan penjelasan model pemikiran sebagian orang serta filosofi mereka tentang segala sesuatu yang mereka telaah atau teliti. Misalnya: pendekatan lisan dengan dilandasi oleh asumsi-asumsi dasar kebahasaan yang berhubungan dengan pengajaran dan pembelajaran bahasa dengan teknik menyimak menirukan.
32
Dalam konteks psikologi, pendekatan pembelajaran bahasa Inggris terdiri dari: a. Pendekatan pembelajaran andragosis Menurut Knowles (1998) menyatakan bahwa andragogy didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa. Lebih lanjut andragogy dikarakteristikan sebagai proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning), karena pembelajaran menurut pendekatan ini dipercaya sebagai individu yang termotivasi untuk belajar secara internal (self directed learners). Pendekatan pembelajaran andragogis memandang pendidikan sebagai suatu kesetaraan. Artinya guru dan siswa dalam suatu proses pembelajaran berada pada posisi yang setara, dan memandang siswa mampu berpartisipasi dalam wacana kerja kolaboratif. Pendekatan pembelajaran andragogis memposisikan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris harus: 1) Berpusat pada masalah. 2) Menuntut dan mendorong siswa untuk aktif dalam berbahasa Inggris secara realistis. 3) Mendorong siswa untuk mengemukakan pengalamannya seharihari dalam bahasa Inggris.
33
4) Menumbuhkan kerjasama, baik antara sesama siswa dan antara siswa dengan gurunya dalam mencari solusi permasalahan komunikasi berbahasa Inggris. 5) Lebih bersifat memberikan pengalaman berkomunikasi bahasa Inggris bukan merupakan transformasi atau penyerapan materi bahasa Inggris semata.
34
b. Pendekatan pembelajaran paedagogik Pendekatan pembelajaran paedagogi merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning). Di dalam pendekatan paedagogy, guru banyak berperan untuk mengontrol dan memutuskan apa saja yang akan dipelajari dalam sebuah proses pembelajaran, bagaimana suatu materi pelajaran itu harus dipelajari (menentukan metode belajar), dan kapan harus dilakukan proses pengukuran (assesment) hasil belajar. Dan siswa semata-mata tunduk dan mengikuti apa yang diajarkan oleh gurunya.43
4. Metode Pembelajaran Bahasa Inggris Di dalam proses belajar mengajar metode merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.44 Metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran itu diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.45 Metode pembelajaran bahasa Inggris yang relevan untuk tingkat dasar yaitu:
43
http://robertsumardi.wordpress.com/2008/09/10/implikasiPendekatanAndragogis dalam PembelajaranBahasaInggris. 44 Abdul Mujib, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: remaja Rosdakarya, 2007), 135. 45 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia,1999), 52.
35
a. Total physical response (TPR) Total physical response (TPR) merupakan suatu metode yang diturunkan dari the natural approach yang menyatakan bahwa belajar suatu bahasa asing harus dilakukan secara alamiah, menyerupai proses belajar bahasa Ibu. Dalam TPR siswa merespon kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Dalam tahap ini siswa sama sekali tidak mengeluarkan kata-kata, melainkan hanya memberikan respon secara fisik. b. The Reading Method The reading method menekankan pada membaca sebagai kegiatan utama belajar Bahasa Inggris. Pada tahap-tahap awal, dilakukan membaca nyaring (reading aloud) dengan tujuan melatih pengucapan. Membaca nyaring sangat penting untuk anak-anak sekolah dasar untuk membiasakan alat-alat ucap mereka membentuk bunyi-bunyi bahasa Inggris.
c. Songs and Game Permainan dan lagu dapat memiliki dua fungsi penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pertama, berbagai macam permainan dan lagu-lagu dapat digunakan untuk mengajar bahasa Inggris, seperti kosa kata, pengucapan, dan kelancaran (fluency). Kedua, permainan dan lagu dapat memperkenalkan masyarakat dan budaya pemakai bahasa Inggris sebagai bahasa pertama.
36
d. Field Study Siswa belajar bahasa Inggris dari benda-benda dan kehidupan di sekitarnya. Hal yang terbaik dapat dilakukan guru untuk mengajak siswa belajar secara otentik dan bermakna adalah dengan menyediakan language rich environment (lingkungan yang kaya bahasa).46
e. Active Learning Beberapa asumsi metode pembelajaran active learning yaitu: 1) Siswa atau anak didik adalah subjek inti dalam proses pembelajaran,
sehingga
merekalah
yang
aktif
dengan
mempertimbangkan keseimbangan seluruh ranah afektif, kognitif dan psikomotorik mereka. 2) Guru merupakan sosok fasilitator yang membimbing anak didik untuk belajar mandiri, guru bukanlah penceramah atau nara sumber 3) Kurikulum seharusnya sesuai dengan kemampuan anak didik dan juga sesuai dengan kebutuhan mereka. 4) Lingkungan terutama kelas harus disetting sedemikian rupa sehingga anak didik merasakan siap untuk belajar saat masuk di dalamnya.47
5. Standar Kompetensi Pembelajaran Bahasa Inggris 46 47
http://www.undiksha.ac.id/marhaeni/index.php?md=artikel&act=view&mi=9 http://www.scribel.com/doc/8142002/Metode-pembeljaran-bahasa inggris.
37
Standar kompetensi adalah kompetensi atau kemampuan yang distandarkan untuk jenjang, kelas, dan semester tertentu. Artinya, semua sekolah pada jenjang yang sama harus membuat siswanya memiliki kompetensi tersebut.48 Untuk standar kompetensi Bahasa Inggris dirumuskan menjadi empat, yaitu: a. Reading (membaca), yaitu kompetensi siswa dalam membaca teks atau bacaan bahasa Inggris. b. Writing (menulis), yaitu kompetensi siswa yang diarahkan dalam menulis Bahasa Inggris c. Listening
(mendengarkan),
yaitu
kompetensi
siswa
dalam
mendengarkan d. Speaking (berbicara), yaitu kompetensi siswa yang diarahkan dalam berbicara bahasa Inggris.49
C. Pembelajaran Bahasa Inggris di MI Pengajaran bahasa Inggris di Indonesia sudah dimulai pada saat setelah masa Kemerdekaan Indonesia. Berbagai kurikulum dan metode telah dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai bahasa Inggris. Walaupun demikian hasilnya masih belum dirasakan maksimal dalam membuat siswa dapat berkomunikasi dengan baik melalui bahasa
48 49
Tim Penyusun, KTSP Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo, 209. Ibid.
38
tersebut. Berbagai masalah dan faktor yang melatar belakangi mengapa hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan. Salah satu cara pemerintah dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris adalah memperkenalkan bahasa Inggris lebih dini, yaitu dimulai dari Sekolah Dasar. Program ini dilaksanakan berdasarkan pada kurikulum 1994 untuk Sekolah Dasar. Secara resmi kebijakan tentang memasukkan pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sesuai dengan kebijakan Depdikbud RI No. 0487/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa sekolah dasar dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Kemudian, kebijakan ini disusul oleh SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan dapat dimulai pada kelas 4 SD/MI.50 Lebih lanjut, dalam Landasan, Program dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar diisyaratkan bahwa bahasa Inggris dapat diajarkan di sekolah dasar bilamana dianggap perlu oleh masyarakat daerah setempat sebagai muatan lokal (MULOK). Dalam hal ini, peran dan komitmen pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat sangat menentukan.51 Sekolah mempunyai kewenangan mengenai mata pelajaran bahasa Inggris dimasukkan sebagai salah satu muatan lokal yang diajarkan di Sekolah
50 http://pbingfkipunlam.wordpress.com/2008/10/21/kendala-pengajaran-bahasa-inggrisdi-sekolah-dasar. 51 http://hi-in.facebook.com/topic.php?uid=113921160879&topic=9863Usia Belajar Bahasa
39
Dasar berdasarkan pertimbangan dan kebutuhan situasi dan kondisi baik dari orang
tua
maupun
lingkungan
masyarakat
itu
sendiri.
Dalam
perkembangannya program ini menghadapi masalah-masalah baik dari sekolah maupun dari guru. Salah satu kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya silabus khusus mata pelajaran bahasa Inggris. Walaupun sebagai mata pelajaran muatan lokal akan tetapi bahasa Inggris haruslah tetap mempunyai silabus tersendiri. Pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan nasional bidang dasar dan menengah tidak menyediakan silabus mata pelajaran bahasa Inggris. Tugas tersebut diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing daerah propinsi untuk membuat silabus tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tersebut. Masalah yang lain adalah metode dan strategi pengajaran oleh guru yang tidak sesuai dengan perkembangan siswa.52
Tujuan Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Menurut pedoman garis besar pendidikan dasar di Indonesia, tujuan pendidikan dasar di Indonesia ialah mempersiapkan lebih awal siswa pengetahuan dasar sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Alasan yang terakhir adalah bagi orang tua dan guru dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan menguasai bahasa Inggris maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan diri guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan lapangan
52
http://pbingfkipunlam.wordpress.com/2008/10/21/kendala-pengajaran-bahasa-inggrisdi-sekolah-dasar.
40
kerja dan karir di masa yang akan datang. Oleh karena mengutip pendapat Pennycook (1995:40) bahwa bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status sosial masyarakat. Akhirnya kesimpulan utama alasan pengajaran bahasa Inggris diadakan di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtdaiyah ialah untuk memberikan pengetahuan penguasaan kosa kata yang banyak sehingga apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu fokus utama dalam pengajaran bahasa Inggris ini ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai kosa kata yang banyak maka para siswa dapat dengan mudah menguasai keterampilan bahasa yang lain.53
53
Ibid.
41
BAB III UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS II DI MI MA’ARIF NGRUPIT JENANGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009
A. Gambaram Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Ngrupit MI Ma’arif Ngrupit didirikan pada tanggal 1 Jnuari 1957. tokohtokoh pendiri MI Ma’arif ini adalah Muh. Syarwani, Asropun, Suparman, Abu Natsir. Pada waktu itu MI Ma’arif Ngrupit disebut Sekolah Agama Islam (SAI), dengan memuat kurikulum menekankan pada mata pelajaran agama serta ditambah dengan pelajaran umum sebagai tambahan kemampuan murid dalam menuntut ilmu di Sekolah Agama Islam.
42
Pada awal didirikan, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada sore hari. Kegiatan ini berlangsung selama 3 (tiga) tahun, yakni dari tahun 1957-1960. dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di komplek pondok atau masjid Gambir Ngrupit. Setelah tahun 1960 dengan adanya wakaf dari Ibu Haji Muninggar Patihan wetan dan Bapak Mangun Sirus Cokromenggalan dengan tanah seluas 1400 m2 maka dibangunlah gedung sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Pada tahun 1961, ada instruksi dari pemerintah agar setiap pendidikan yang merupakan suatu sekolah, supaya mendaftarkan dan menggabungkan diri pada lembaga pendidikan dari suatu organisasi kemasyarakatan. Oleh karena itu madrasah ini dimasukkan pada lembaga pendidikan yang berwenang di bawah organisasi Nahdlotul Ulama’ sehingga berganti nama menjadi MI Ma’arif Ngrupit. Dari awal didirikan hingga sekarang, MI Ma’arif Ngrupit mengalami empat pergantian kepala sekolah, yaitu: a. Siti Markhamah
(1957-1967)
b. Imam Supardi
(1967-1992)
c. Slamet Daroini, A.Ma
(1992-2006)
d. Suharno, S.Pd.I
(2007-Sekarang)
2. Letak Geografis MI Ma’arif Ngrupit
43
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Ngrupit terletak di jalan Gambir Anom No. 23 Dusun Krajan Desa Ngrupit Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Adapun batas-batas Desa Ngrupit adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Mlilir b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kadipaten c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Babadan d. Sbelah timur berbatasan dengan Desa Plalangan dan Desa Sedah
44
3. Visi, Misi, dan Tujuan MI Ma’arif Ngrupit Dalam menyelenggarakan aktifitas akademisnya, MI Ma’arif Ngrupit memiliki visi, misi dan tujuan yang mulia dalam upaya mencerdaskan masyarakat luas. Adapun visi, misi dan tujuan MI Ma’arif Ngrupit adalah sebagai berikut: a. Visi MI Ma’arif Ngrupit Dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah rasul serta fatwa ulama, kita cetak generasi muda yang beriman dan bertaqwa serta menguasai dan terampil dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Misi MI Ma’arif Ngrupit 1) Menjadikan madrasah yang nyaman dan menyenangkan untuk proses belajar-mengajar. 2) Menjadikan konsep Islam dalam kegiatan-kegiatan sebagai sarana pendidikan kepada siswa. 3) Mengadakan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang menunjang bakat, minat dan prestasi siswa 4) Membudayakan aqidah dan akhlaq Islam bagi guru, siswa dan seluruh warga sekolah 5) Disiplin waktu, kerja dan bertanggung jawab bagi warga madrasah
45
c. Tujuan MI Ma’arif Ngrupit 1) Siswa dan guru dapat menerangkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari secara baik dan benar 2) Siswa yang berprestasi, guru yang berdedikasi dan professional serta madrasah yang disenangi dan dicintai masyarakat 3) Madrasah yang senantiasa dalam ridho Allah SWT
4. Mata Pelajaran yang Diajarkan di MI Ma’arif Ngrupit Dalam menyampaikan mata pelajaran di MI Ma’arif Ngrupit adalah sebagai berikut: a. 1 (satu) jam pelajaran alokasi waktu 35 menit b. Kelas 1, 2, dan 3 pendekatan tematik. Alokasi waktu per mata pelajaran diatur sendiri oleh MI. c. Kelas 4, 5, dan 6 pendekatan mata pelajaran d. Sekolah dapat memasukkan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal dan global, yang merupakan bagian dari mata pelajaran yang diunggulkan. e. Mengenai pembelajaran tematik sekolah dapat menentukan alokasi waktu per mata pelajaran sedangkan dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan tematik Adapun mata pelajaran dan alokasi waktu yang diajarkan di MI Ma’arif Ngrupit adalah sebagai berikut:
46
Tabel 3.1 Mata Pelajaran Yang Diajarkan di MI Ma’arif Ngrupit
No
Komponen 1
A 1
2 3 4 5 6 7 8 B
C
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam a. Qur’an Hadits b. Aqidah Akhlak c. Fiqih d. Sejarah Kebudayaan Islam e. Bahasa Arab Pendidikan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya dan Ketrampilan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Mulok : a. Bahasa Jawa b. Bahasa Inggris c. Aswaja / Ke NU-an
Alokasi waktu Kelas 2 3 4 5
P E N D E K A T A N T E M A T I K 2
2
6
2 2 2 2 2 2 5 5 4 3 2 2
2 2 2 2 2 2 5 5 4 3 2 2
2 2 2 2 2 2 5 5 4 3 2 2
2 2 1
2 2 1
2 2 1
2
2
2
Pengembangan Diri
2
Jumlah
35 36 38 40 40 40
5. Struktur Organiasi Sekolah di MI Ma’arif Ngrupit Untuk mencapai tujuan dan visi, misi sekolah, maka diperlukan sebuah kepengurusan mulai dari komite sekolah, kepala sekolah, sampai dengan siswa-siswinya. MI Ma’arif Ngrupit dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bijaksana dan dibantu oleh semua pihak yang terlibat dalam sekolah ini. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi komite
47
sekolah dan struktur organisasi sekolah MI Ma’arif Ngrupit dapat dilihat pada lampiran.1
6. Keadaan Guru dan Murid Guru MI Ma’arif Ngrupit berumlah 14 orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berjumlah 5 orang dan Guru Tetap Yayasan (GTY) berjumlah 9 orang. Guru MI Ma’arif Ngrupit mempunyai jenjang pendidikan S-1 dan D-III dan SMA (daftar keadan guru terlampir).2 Sedangkan siswa MI Ma’arif Ngrupit berjumlah 160, dengan perincian menurut kelas seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Keadaan Siswa MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelas I II III IV V VI Jumlah
Laki-Laki 21 12 13 18 7 18 89
Perempuan 8 12 11 14 15 11 71
Jumlah 29 24 24 32 22 29 160
7. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan suatu perlengkapan yang harus dimiliki oleh lembaga penelitian formal, karena sarana dan prasarana merupakan suatu yang penting bagi kelancaran belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana prasarana MI Ma’arif Ngrupit dapat dilihat pada tabel berikut.
48
Tabel 3.3 Sarana Prasarana MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis Bangunan Ruang Kepala Sekolah dan Guru Ruang Kelas Ruang Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Ruang Kamar Mandi Ruang Dapur Kantin Tempat Parkir Gudang
Jumlah 1 6 1 1 1 2 1 1 1 1
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
B. Data Khusus 1. Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II MI Ma’arif Ngrupit Prestasi belajar berbahasa seseorang tidak akan terasah dengan baik jika dirinya sendiri tidak termotivasi untuk belajar dan belajar. Sama halnya yang terjadi di MI Ma’arif Ngrupit. Prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit dapat diketahui dari hasil wawancara sebagai berikut: “Prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit Jenangan masih biasa-biasa saja.”54 “Ada juga anak didik yang cepat memahami ketika guru sedang mengajar bahasa Inggris, ada juga yang biasa dan yang lamban. Hal ini disebabkan karena tingkat kecerdasan siswa di kelas II MI Ma’arif Ngrupit ini berbeda-beda.”55
54 55
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/1-W/F-1/1-VI/2009. Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/2-W/F-1/2-VI/2009.
49
Pada dasarnya dalam mempelajari bahasa Inggris banyak sekali kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Data mengenai kesulitan belajar bahasa Inggris yang dialami siswa dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar dan tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada guru bahasa Inggris kelas II MI Ma’arif Ngrupit sebagai berikut: “Selama ini proses belajar mengajar berjalan dengan baik meskipun masih ada kekurangan, ada peserta didik tidak memperhatikan ketika guru sedang menerangkan.”56 “Guru menerapkan metode resitasi atau pemberian tugas kepada siswa. Meskipun ada beberapa siswa yang tidak tuntas dalam pengerjaan tugas.”57 Dari hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris kelas II MI Ma’arif Ngrupit bahwa kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar bahasa Inggris adalah sebagai berikut: “Dari segi listening biasanya anak-anak kurang memahami perkataan dan kurang mendengarkan apabila gurunya melafalkan suatu kata ataupun kalimat dikarenakan perhatian mereka bercabang.”58 “Dalam hal writing anak-anak seringkali menulis kata-kata dalam bahasa Inggris sesuai dengan apa yang dilafalkan oleh gurunya atau yang mereka dengarkan, sehingga tulisannya mereka anggap sama seperti tulisan dalam bahasa Indonesia pada umumnya.”59 “Dalam segi reading tidak jauh berbeda dengan writing, mereka seringkali membaca apa adanya tulisan yang ada dalam teks.”60 “Untuk speaking, siswa kurang bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris dengan lancar, selain sering lupa dengan kata-kata yang 56
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/2-W/F-1/2-VI/2009. Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/1-W/F-1/1-VI/2009. 58 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/2-W/F-1/2-VI/2009. 59 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/2-W/F-1/2-VI/2009. 60 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/2-W/F-1/2-VI/2009. 57
50
akan diucapkan pada saat akan berkomunikasi, mereka juga jarang sekali menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian mereka dan menganggap bahasa Inggris sangat sulit untuk dipelajari.”61 Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar bahasa Inggris yang dihadapi siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit meliputi listening, writing, reading, speaking. Dan kesulitan yang rata-rata dialami oleh siswa yaitu membaca (reading) dan menulis (writing). Data ini sesuai dengan hasil wawancara dengan siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit sebagai berikut: “Menulis dan membaca bahasa Inggris sangat sulit dan biasanya saya tidak hafal kalau disuruh menghafalkan bahasa Inggris.”62 “Saat bu guru berbicara menggunakan bahasa Inggris saya kurang faham dan apabila saya disuruh membaca, bacaannya masih banyak yang salah.”63 “Saya sangat sulit membaca dan menulis bahasa Inggris, bahkan saya tidak faham sama sekali bahasa Inggris karena saya tidak memperhatikan ketika diajar.”64 Secara lebih rinci jenis kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit dapat dilihat tabel hasil tes yang telah guru Bahasa Inggris kelas II dan peneliti lakukan sebagai berikut:
61
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/2-W/F-1/2-VI/2009. Lihat Transkip Wawancara Nomor: 09/3-W/F-1/6-VI/2009. 63 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 11/5-W/F-1/6-VI/2009. 64 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 10/4-W/F-1/6-VI/2009. 62
51
Tabel 3.4 Jenis Kesulitan Belajar Bahasa Inggris No
Jenis Kesulitan
1.
Belum mampu melafalkan huruf bahasa Inggris dengan artikulasi yang benar. 2. Belum mampu melafalkan kosa kata bahasa Inggris dengan bunyi dan ejaan yang benar. 3. Belum mampu memahami perkataan guru ketika guru berbicara dalam bahasa Inggris. 4. Belum mampu memberikan tanggapan kepada guru ketika guru mengajak berbicara / bertanya dalam bahasa Inggris. 5. Belum mampu membaca teks Inggris dengan benar dan menggunakan suara dengan jelas. 6. Belum mampu memahami isi bacaan bahasa Inggris setelah membaca teks. 7. Belum mampu menulis / merangkai / menyusun kata-kata dalam bahasa Inggris. 8. Belum mampu menulis kata / kalimat yang didektekan guru. 9. Belum mampu menyusun kalimat bahasa Inggris dengan benar. 10. Belum mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan lancar.
Jumlah siswa 9 10 13 15
12 10 11 18 11 19
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II MI Ma’arif Ngrupit Prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) siswa. Demikian pula apabila siswa mengalami kesulitan belajar, hal ini dipengaruhi juga oleh faktor internal maupun eksternalnya.
52
Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit berikut hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris kelas II MI Ma’arif Ngrupit: “Faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris antara lain mereka menganggap bahasa Inggris merupakan bahasa yang masih asing bagi mereka sehingga tidak digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Kurangnya motivasi baik dari diri siswanya sendiri maupun dari orang tuanya untuk mempelajari bahasa Inggris. Rendahnya pemusatan perhatian siswa pada saat proses belajar mengajar bahasa Inggris.”65 “Faktor tersebut terbagi menjadi faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor ekstern yang berasal dari luar. Faktor intern seperti halnya siswa memiliki IQ rendah yang memang sudah bawaan sejak lahir. Faktor ekstern seperti halnya kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah.”66 “Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran muatan lokal yang hanya dilakukan selama 2 jam mata pelajaran (satu kali pertemuan dalam satu minggu) jadi siswa mengalami kesulitan belajar dikarenakan minimnya waktu, sehingga dirasa belajarnya juga kurang intensif.”67 Kegiatan belajar siswa di rumah sangat dipengaruhi oleh peran orang tua maupun anggota keluarga lainnya. Sewajarnya orang tua harus mendampingi anaknya ketika belajar, sehingga terjadi komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya. Namun kenyataannya banyak sekali orang tua yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Berikut hasil wawancara dengan orang tua siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit:
65
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 05/2-W/F-2/3-VI/2009. Lihat Transkip Wawancara Nomor: 05/2-W/F-2/3-VI/2009. 67 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 04/2-W/F-2/3-VI/2009 66
53
“Saya jarang sekali menemani anak saya ketika belajar. Sehingga ketika anak saya mengalami kesulitan terutama pelajaran bahasa Inggris saya tidak bisa membantu memecahkannya.” “Meskipun tidak sering mendampingi karena saya sendiri juga sibuk tetapi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak saya tersebut terutama pada mata pelajaran Bahasa Inggris saya ikutkan bimbingan belajar Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris kelas II MI Ma’arif Ngrupit dan orang tua siswa maka dapat diketahui faktorfaktor penyebab kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit antara lain: 1. Kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa sendiri. 2. IQ yang kurang baik. 3. Rendahnya pemusatan perhatian siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. 4. Kurangnya perhatian atau motivasi orang tua terhadap anak didik. 5. Keterbatasan waktu saat proses belajar mengajar bahasa Inggris. 6. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
3. Upaya yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II MI Ma’arif Ngrupit Adapun data mengenai upaya yang dilakukan guru bahasa Inggris dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit tersebut diperoleh dari hasil wawancara sebagai berikut:
54
“Guru telah memberikan motivasi kepada anak didik agar mereka tetap belajar dan guru juga menerapkan beberapa metode yang bisa menarik perhatian atau minat belajar siswa terhadap bahasa Inggris.”68 Dalam memberikan bantuan dan bimbingan sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris, alternatif lain yang dilakukan oleh guru/pendidik untuk mengembangkan keberhasilan belajar bahasa Inggris adalah ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa harus selalu dilatih menggunakan kata-kata maupun kalimat dalam bahasa Inggris sesuai dengan temanya, dan juga harus bisa menerjemahkannya, seperti hasil wawancara sebagai berikut: “Ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa harus selalu dilatih menggunakan kata-kata maupun kalimat dalam bahasa Inggris. Agar lebih menguasai bahasa Inggris maka setiap hari siswa dibiasakan menguasai minimal sepuluh kosa kata, atau dalam setiap kali pertemuan siswa bisa menerjemahkan beberapa kalimat.”69 Selain memberikan motivasi untuk menarik perhatian atau minat belajar siswa terhadap bahasa Inggris, guru juga harus memberikan kesempatan bertanya bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mereka terlatih menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan tidak lupa untuk memberikan tugas kepada siswa. Untuk mengetahui keberhasilan yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar bahasa Inggris berlangsung, guru mengetahuinya dari ketuntasan belajar, maka upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut yaitu dengan mengadakan program remedial 68 69
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 07/2-W/F-3/4-VI/2009. Lihat Transkip Wawancara Nomor: 07/2-W/F-3/4-VI/2009.
55
dengan tujuan agar siswa dapat memperbaiki nilai mereka serta membantu pemahamannya terhadap bahasa Inggris. Seperti hasil wawancara sebagai berikut: “Program remedial ini bertujuan agar siswa dapat memberbaiki nilai mereka sekaligus membantu pemahaman siswa terhadap mata pelajaran bahasa Inggris.”70 “Program remedial ini dilaksanakan secara individu yang sebelumnya guru mengumpulkan data mengenai siswa yang kesulitan belajar, dan kegiatan remedial dilaksanakan ketika proses belajar mengajar bahasa Inggris berlangsung maupun pada jam istirahat.”71 Upaya untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris tidak hanya dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris saja, tetapi pihak sekolah juga berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengikuti kegiatan
KKG
(Kelompok
Kerja
Guru)
sebagai
sarana
untuk
meningkatkan kualitas guru yang diharapkan bisa mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa-siswanya. Seperti hasil wawancara sebagai berikut: “Selain mengadakan program remedial, sekolah juga melakukan KKG (Kelompok Kerja Guru) khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Dalam KKG ini membahas tentang tujuan pembelajaran serta program-program pembelajaran bahasa Inggris. Di dalam forum KKG juga sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas guru yang diharapkan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa.”72 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris kelas II dan kepala MI Ma’arif Ngrupit, maka dapat diketahui upaya-upaya yang
70
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 08/2-W/F-3/5-VI/2009. Lihat Transkip Wawancara Nomor: 08/2-W/F-3/5-VI/2009. 72 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 06/1-W/F-3/1-VI/2009. 71
56
dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit antara lain: 1. Guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa tetap belajar bahasa Inggris. 2. Guru menerapkan seberapa metode yang bisa menarik perhatian atau minat belajar siswa terhadap bahasa Inggris. 3. Guru memberikan tugas kepada siswa sebagai bahan latihan. 4. Guru mengumpulkan data mengenai siswa yang mengalami kesulitan belajar. 5. Guru
memberikan
program
remedial
secara
individu
untuk
memperbaiki nilai dan membantu pemahaman siswa terhadap mata pelajaran bahasa Inggris. 6. Mengikuti program KKG (Kelompok Kerja Guru) khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas guru yang diharapkan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
57
BAB IV ANALISA DATA TENTANG UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS II DI MI MA’ARIF NGRUPIT TAHUN PELAJARAN 2008/2009
A. Analisa Data Tentang Prestasi Belajar Bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit Di sekolah kita menjumpai siswa yang beranekaragam. Ada siswa yang cepat tanggap dalam belajar, ada siswa yang lamban dalam belajar di hampir semua mata pelajaran, ada siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk mata pelajaran tertentu, ada siswa yang dasar potensinya sebenarnya bagus tetapi prestasi belajarnya selalu rendah, dan tentu saja ada yang perkembangan belajarnya biasa-biasa saja. Menghadapi kondisi seperti itu, pada umumnya guru dalam PBM cenderung hanya mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan siswa rata-rata. Sedangkan siswa dengan kebutuhan belajar cepat atau lambat cenderung terabaikan. Siswa yang kesulitan belajar umumnya ditandai dengan prestasi belajar rendah untuk semua / sebagian tertentu mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin Makanun dalam buku Psikologi Kependidikan, 2002, seorang siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf
kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran
kriteria
keberhasilan, seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat
58
kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya. Meskipun sudah termasuk kategori mata pelajaran dapat dikatakan bahwa PBM bahasa Inggris di MI Ma’arif Ngrupit Ponorogo belum mencapai tingkatan optimal. Dalam kenyataan, sebagian besar siswa kelas II yang mengaku
mengalami
kesulitan
belajar
bahasa
Inggris,
baik
dalam
keterampilan listening, reading, writing dan speaking. Dalam hal listening kesulitan yang dialami adalah siswa kurang bisa memahami perkataan dan mendengarkan apabila gurunya melafalkan suatu kata ataupun kalimat dikarenakan perhatian mereka bercabang. Dalam hal writing, siswa sering sekali menulis kata-kata dalam bahasa Inggris tersebut sesuai dengan apa yang dilafalkan oleh gurunya atau yang mereka dengarkan, sehingga tulisannya mereka anggap sama seperti tulisan dalam bahasa Indonesia pada umumnya. Sementara itu dalam hal reading kesulitan yang mereka alami tidak jauh berbeda dengan keterampilan writing, mereka sering sekali membaca apa adanya sesuai tulisan yang ada di dalam teks. Dalam hal speaking, kesulitan yang dialami siswa yaitu siswa kurang bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris, selain sering lupa dengan kata-kata yang akan diucapkan pada saat akan berkomunikasi, mereka juga jarang sekali menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian mereka dan menganggap bahasa Inggris sangat sulit untuk dipelajari.
59
Dari paparan di atas tampak bahwa secara umum, kesulitan utama yang dialami siswa dalam belajar bahasa Inggris adalah belum menguasai keterampilan berbahasa aktif, yaitu berbicara dan menulis. Menurut penulis, hal tersebut terjadi karena siswa kurang termotivasi dan kurang berani dalam menggunakan
kosa
kata
bahasa
Inggris
yang
dimilikinya
untuk
mengungkapkan gagasannya. Misalnya siswa merasa belum memiliki kosakata yang memadai, atau siswa merasa takut salah menggunakannya.
B. Analisa Data Tentang Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II MI Ma’arif Ngrupit Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit mengalami kesulitan belajar Bahasa Inggris, antara lain kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa sendiri. Mereka belum memiliki kesadaran sendiri dalam belajar. Motivasi merupakan unsur yang utama dalam proses belajar mengajar. Masalah-masalah yang dihadapi guru adalah melaksanakan motivasi secara efektif. Guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motivasi yang baru harus tumbuh dari keadaan anak sendiri, yaitu dari motifmotif yang telah dimiliki, dorongan-dorongan dasarnya, sikap-sikapnya, minatnya, penghargaanya, cita-citanya, tingkah lakunya, hasil belajarnya dan sebagainya. Kurangnya perhatian orang tua juga menjadi penyebab kesulitan belajar bahasa Inggris siswa MI Ma’arif Ngrupit. Perhatian orang tua yang kurang memadai menyebabkan anak merasa kecewa. Anak merasa seolah-
60
olah tidak memiliki orangtua sebagai tempat menggantungkan harapan, sebagai tempat bertanya apabila ada pelajaran yang tidak dimengerti. Rendahnya pemusatan perhatian siswa ketika proses belajar mengajar bahasa Inggris berlangsung dan keterbatasan waktu proses belajar mengajar bahasa Inggris juga menjadi penyebab kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II di MI Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo. Waktu belajar yang digunakan untuk menyampaikan mata pelajaran bahasa Inggris di MI Ma’arif Ngrupit hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu. Hal ini dirasakan kurang maksimal untuk menguasai dan memahami betul tentang pelajaran bahasa Inggris. Selain itu kegiatan belajar siswa di rumah yang kurang maksimal akibat kondisi dan suasana lingkungan yang kurang kondusif juga bisa menyebabkan kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II di MI Ma’arif Ngrupit. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar mengungkapkan bahwa kondisi dan suasana lingkungan masyarakat yang negatif akan membuat anak didik yang hidup di dalamnya terganggu psikologisnya, sehingga dapat mengakibatkan anak didik mengalami kesulitan belajar. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit, antara lain: Alat/media yang kurang memadai. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
61
Berdasarkan obervasi peneliti dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris yang diselenggarakan di MI Ma’arif Ngrupit tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Hal ini peneliti melihat guru hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar tanpa didukung dengan adanya laboratorium bahasa.
C. Analisis Data Tentang Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II MI Ma’arif Ngrupit Dalam mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit Ponorogo guru dan sekolah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menggunakan berbagai macam metode dalam mengajar. 2. Mengumpulkan data mengenai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. 3. Memberi perhatian khusus pada siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut dengan cara kerap memberi pertanyaan ketika PBM berlangsung. 4. Memberikan motivasi kepada siswa. 5. Sering memberi tugas baik tugas individu maupun kelompok. 6. Memberikan bimbingan secara individual kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial. Penulis berpendapat bahwa upaya yang dilakukan guru Bahasa Inggris MI Ma’arif Ngrupit dalam hal mengatasi kesulitan belajar siswa bahasa Inggris siswa kelas II cukup baik. guru mencari tahu faktor penyebab
62
kesulitan belajar yang dialami siswa tersebut, apakah karena metode belajar yang kurang baik, pengaturan waktu belajar yang kurang efektif, minat dan perhatian yang kurang dalam mata pelajaran, ataukah karena penyebab yang lain. Dengan cara ini, guru dapat mencari solusi untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut. Diantara solusi yang dicoba dilakukan adalah memberikan perhatian khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, membantu siswa melalui bimbingan belajar individual atau kelompok dengan mendorong siswa untuk belajar aktif, dan memberikan tugas-tugas tambahan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penulis berpendapat bahwa usaha-usaha tersebut akan lebih efektif jika guru memberikan motivasi belajar kepada siswa bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Guru juga dapat bersikap lebih akrab dan bersahabat dengan siswa. Motivasi dan sikap bersahabat guru akan membuat harga diri siswa meningkat dan minatnya terhadap pelajaran bahasa Inggris ikut meningkat. Penulis juga berpandangan bahwa variasi metode mengajar dapat menjadi salah satu langkah agar siswa tidak cepat merasa bosan. Dengan metode yang berbeda, siswa akan lebih tertarik dan bersemangat terhadap materi pelajaran. Selain itu, penulis memandang penting dilakukannya evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar, sehingga dapat diketahui apakah upaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut berhasil atau tidak.
63
Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut sesuai dengan upaya mengatasi kesulitan belajar yang dikemukakan oleh M. Dalyono yang dilakukan melalui enam tahap, yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatment, dan evaluasi. Untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris tersebut dilakukan melalui kegiatan pengajaran remedial. Pengajaran remedial ini diberikan secara individual, dalam arti diberikan sesuai dengan jenis kesulitan yang dihadapi siswa. Jadi pemberian pengajaran remedial berbeda untuk tiap siswa sesuai kebutuhan siswa tersebut. Tujuan diadakannya pengajaran remedial bagi siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit adalah agar ketika naik ke jenjang selanjutnya, siswa tidak mengalami masalah dalam belajar bahasa Inggris. Tujuan tersebut mengacu pada tujuan pengajaran remedial dalam arti sempit yaitu memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada para siswa lambat, sulit, gagal belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Pelaksanaan pengajaran remedial bagi siswa kelas II MI Ma’arif Ngrupit belum mengikuti prosedur langkah-langkah pengajaran remedial idealnya, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial adalah analisis hasil diagnosis kesulitan belajar, menemukan penyebab kesulitan, menyusun rencana pengajaran remedial, melaksanakan pengajaran remedial, dan menilai pengajaran remedial.
64
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut di atas, guru akan memperoleh gambaran mengenai jenis kesulitan yang dihadapi siswa, menemukan faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris, menyusun rencana pengajaran remedial berdasarkan hasil diagnosis yang telah dilakukan, menggunakan strategi pengajaran remedial secara tepat, dan mengevaluasi pengajaran remedial yang dilakukan dengan cara melakukan pengukuran kembali. Peran berbagai pihak juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengajaran yang dilakukan, terutama pihak sekolah dan orang tua. Seharusnya, pengajaran remedial tidak hanya dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan nilai pelajarannya, melainkan dilakukan oleh pihak sekolah secara terstruktur dan terencana dengan tenaga pengajar yang khusus memberikan pengajaran remedial mengalami kesulitan belajar, terutama bahasa Inggris.
bagi siswa yang
65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas II di MI Ma'arif Ngrupit Jenangan Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Prestasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma'arif Ngrupit Jenangan Ponorogo tergolong sedang. Dari data yang peneliti lakukan terdapat beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Inggris. Kesulitan yang dialami siswa meliputi kesulitan dalam hal membaca (reading), menulis (writing), mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking). 2. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma'arif Ngrupit adalah: kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa sendiri, IQ yang kurang baik, rendahnya pemusatan perhatian siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, kurangnya perhatian atau motivasi orang tua terhadap anak didik, keterbatasan waktu saat proses belajar mengajar bahasa Inggris, dan kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah. 3. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas II MI Ma'arif
Ngrupit diantaranya yaitu : guru
66
menggunakan berbagai macam metode dalam mengajar, guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap belajar, guru juga memberi perhatian khusus pads siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mengumpulkan data mengenai siswa yang mengalami kesulitan belajar, selain itu guru juga memberi tugas kepada siswa dan guru juga memberikan program remedial secara individu untuk membantu pemahaman siswa.
B. Saran Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dan orang tua terkait dengan masalah kesulitan belajar bahasa Inggris khususnya dan untuk mencapai tujuan pembelajaran pada umumnya, peneliti memberikan saransaran sebagai berikut: 1. Bagi guru Hendaknya memberikan perhatian khusus pads siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris yaitu listening, writing, reading, dan speaking. Selain itu juga seorang guru hendaknya membangun interaksi belajar mengajar yang lebih kondusif dengan siswanya ketika proses belajar tengah berlangsung. 2. Pihak sekolah Sebaiknya melengkapi sarana dan prasarana untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar.
67
3. Orang tua Sebisa mungkin menciptakan suasana nyaman di lingkungan keluarga, memberikan perhatian dan motivasi belajar yang baik kepada anaknya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Ahmadi, Abua dan Joko Tri Prasetyo. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1999. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Surabaya: Al-Hidayah, 1998. Djamarah, Saiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Hadis, Abdul. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Hartono, Jogiyanto. Pembelajaran Metode Kasus. Yogyakarta: Andi Ofset, 2006. http://hi-in.facebook.com/topic?vied=113921160879&topic=9863usia bahasa.
belajar
http://pbingfkipurlamwordpress.com/2008/10/21/kendala-pengajaran-bahasaInggris-di-sekolah-dasar. http://robertsumardi.wordpress.com/2008/09/10/implikasi pendekatan andragogis dalam pembelajaran bahasa Inggris. http://www.scribel.com/doc/8142002/metode-pembelajaran-Bahasa Inggris. http://www.umdikstha.ac.id/marhaeni/index.php?md=artikel &act=view&MI=9. M. Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Makmun, AbinSansudin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Makmun, Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan Perangkat Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Sistem
Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
69
Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno. Psikologi Pendidikan, Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Mujib, Abdul. Perencanaan Pembelajara. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Priyatno dan Erman Anti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999. R. Ibrahim dan Nana S. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Somatri, T. Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama, 2006. Subroto, Suryo. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta, 1996. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Tim Penyusun. KTSP Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Ngrupit Jenangan Ponorogo. Ponorogo: Departemen Agama, 2007. Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo. Ponorogo: STAIN Po Pers, 2008. Wijaya, Cece. Pendidikan Remedial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.