BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Karawang sebagai Kota Yang Berkembang dan Sarana Prasarana Informal Masyarakatnya Karawang dikenal sebagai lokasi berdirinya bangunan-bangunan industri manufaktur skala nasional dan juga internasional yang berada di Indonesia (Finance- Detik) 1, kota yang memiliki visi dibangunnya bandara dan pelabuhan bertaraf internasional baru 2, juga sebagai kota yang selalu dilewati oleh masyarakat apabila melakukan perjalanan antar kota dalam Pulau Jawa yang disatukan dengan Jalur Pantura. Karawang merupakan kota yang sedang berkembang dalam segi kependudukan, penunjang pariwisata, perekonomian dan industri, serta tidak lupa, penataan kota terutama dalam sarana penunjang hobi dan prestasi bagi masyarakat Karawang. Gambar 1. 1 Perkembangan Pembangunan Kota Karawang (Mulai dari kiri atas searah jarum jam): Perencanaan Bandara Karawang, 3D Perencanaan Pelabuhan Cilamaya, Perumahan Grand Taruma, Foodcourt Resinda, Mall Galuh Mas Karawang
Sumber: (Mulai dari kiri atas searah jarum jam) itoday.co.id, bacatransportasi.com, 1.bp.blogspot.com, panoramio.com, maricari.com
1
“Jadi Lokasi Rencana Proyek Besar, Karawang Dilirik Pengembang ‘Kakap’” http://finance.detik.com/read/2012/08/29/175141/2002471/1016/jadi-lokasi-rencana-proyek-besar-karawang-dilirikpengembang-kakap -- 16 April 2014, 11:18 WIB 2
“ Karawang Jadi Lokasi Potensial Pembangunan Bandara Soekarno-Hatta” http://aeronusantara.blogspot.com/2014/03/karawang-jadi-lokasi-potensial.html -- 16 April 2014, 11:09 WIB
1
Banyak ditemukan pengerjaan konstruksi bangunan bertingkat banyak dan lansekap, terkait dengan kondisi ekonomi dan perdagangan yang sedang berkembang pesat terutama bisnis industri di Karawang. Hal tersebut mempengaruhi tumbuhnya industri kecil yang menunjang perkembangan kota Karawang, seperti retail-retail teknologi bahan bangunan, restoran trendy, minimarket dan swalayan modern, dan masih banyak lagi. Tentunya dengan semakin banyak pembangunan, semakin tinggi juga tuntutan untuk menata wilayah dalam menjaga keseimbangan kota oleh pemerintah 3. Menurut Bupati Karawang Ade Swara, sejak tahun 1983 Karawang menjadi kota industri dan pembangunan semakin pesat, penataan lingkungan yang baik belum mengimbangi dengan baik. Sesuai dengan tuntutan pembangunan yang memakan lahan Karawang, hal yang serupa juga terjadi pada ruang terbuka publik. Termasuk dalam peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang No.2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang Tahun 2011-2013, suatu kawasan perkotaan membutuhkan ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas kota. Namun bukan hanya lahan hijau yang menjadi kebutuhan kota, pemerintah juga memfokuskan pada sarana penunjang masyarakat sehingga lahan tersebut juga dapat digunakan dalam beraktivitas. Hal ini diutarakan dalam agenda prioritas penyediaan sarana dan ruang publik Kabupaten Karawang, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 1. 1 Agenda Prioritas 3.4 : Penyediaan Prasarana Bangunan Pemerintahan dan Ruang Publik
No. 1
Program Penyediaan Bangunan Pemerintahan dan Ruang Publik
Fokus 1. Penataan Gedung Kantor Pemerintah 2. Pembangunan Public Space (Prototype Karangpawitan) di Pusat Kegiatan Lokal (PKL) 3. Penataan Taman Kota
Sumber: Booklet Gambaran Umum Kabupaten Karawang Tahun 2012
3
(Tata Kota Karawang buruk)-- 24 Mei 2014, 15:11
2
Dalam peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang No.2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang Tahun 2011-2013 pasal 24 No. 6; pengembahan RTH di kawasan perkotaan meliputi: perlindungan dan pemeliharaan kawasan perlindungan setempat, penyediaan taman kota secara hirarkis hingga ke tingkat desa, dan penyediaan lapangan olah raga. Misi mewujudkan rencana tata ruang aktivitas bagi Karawang diwujudkan dengan pembangunan sarana olahraga masyarakat yang juga berperan sebagai ruang terbuka publik. Terlampir pada tabel dibawah: Tabel 1. 2 Daftar Sarana Olahraga di Kabupaten Karawang dengan Standar Kabupaten dan Nasional Tahun 2013 No. 1
2 3
Tempat/Alamat Lapangan Karang Pawitan Stadion Singaperbangsa Cipule
4
Sport Hall (Jl. Dr. Taruno)
5
GSG Panatayuda (Jl. A. Yani)
6 7 8
Interchange Karawang Barat PT Pupuk Kujang Sinema (Jl. Galuh Mas)
Sarana Sepatu Roda (OD) Lapangan Tenis (OD) Lapangan Voli (OD) Lapangan Basket (OD)
Standar/Kelas Nasional Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Lapangan Bola (OD)
Nasional
Sarana Dayung (OD) Arena Bola Voli (ID) Arena Bola Basket (ID) Lapangan Tenis (OD) Lapangan Voli Pantai (OD) Lapangan Bulutangkis (ID) Lapangan Tenis (OD) Lapangan Voli (OD) Lapangan Basket (OD) Panjat Tebing (OD)
Nasional Kabupaten Nasional Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Sirkuit BMX (OD) Kolam Renang (OD) Lapangan Bulutangkis (ID)
Kabupaten Nasional Kabupaten
OD : Outdoor ID: Indoor Sumber: Disdikpora dan Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Karawang Tahun 2013
3
Gambar 1. 2 Peta Peletakkan dan Diagram Kunjungan Masyarakat pada Sarana Olahraga Publik Di Karawang
Sumber: Karawang Dalam Angka Tahun 2013, Google Earth, dan Analisa Penulis 2014
Diantara beberapa lokasi sarana olahraga pada tabel 1.2 dan gambar 1.1, GSG Panatayuda memiliki sarana olahraga terbanyak dan paling sering dikunjungi. Berkat dukungan ragam sarana olahraga dan letak berhubungan langsung dengan Jalan A. Yani yang termasuk sebagai jalan utama pada Kabupaten Karawang, area ini menjadi pusat aktivitas masyarakat Karawang terlepas dari jenis kegiatan olahraga saja. Gambar 1. 3 Situasi Jalan A. Yani pada Timur GSG Panatayuda
Sumber: Survey Penulis 2014
4
Gambar 1. 4 Data Pengetahuan Masyarakat Terhadap Sarana Olahraga Karawang
Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis 2014
Berdasarkan gambar 1.4, fasilitas GSG Panatayuda termasuk yang paling dikenal oleh masyarakat dibanding fasilitas olahraga publik lainnya. Hal ini dikarenakan lokasi yang berada di tengah fungsi-fungsi inti kota Karawang dan memiliki akses bebas keluar-masuk yang mudah dijangkau. Namun ketenaran namanya berbanding terbalik dengan fakta keadaan GSG Panatayuda dan area sekitar yang lambat laun semakin tidak terawat terutama setelah terjadinya alih kuasa pengelola yang memberikan banyak kerugian bagi fasilitas maupun pengguna. Gambar 1. 5 Kondisi Area Sekitar GSG Panatayuda (mulai kiri atas searah jarum jam): Peletakkan PKL Secara Sembarangan, Sisa Aktivitas Pasar Malam, Panorama ‘Agresi’ Ruang oleh PKL dan Sisa Pasar Malam Terhadap Fasilitas Olahraga di Area GSG Panatayuda
Sumber: Survey Penulis 2014
5
1.1.2 GSG Panatayuda: Ragam Kegiatan dalam Ruang yang Sama Gedung Serba Guna (GSG) Panatayuda merupakan bangunan yang berada di area olahraga publik di tengah kota Karawang. Masyarakat menggunakan sebutan ‘GOR’ sebagai penyebutan dari GSG Panatayuda yang termasuk dengan sarana olahraga yang berada di satu area Pada area GSG Panatayuda terdapat fasilitas: gedung serba guna (GSG) dengan sarana olahraga anggar, lapangan olahraga (voli, basket, dan tenis), papan panjat tebing dan area parkir. Terbilang area ini menyediakan sarana untuk berolahraga, namun pada aplikasinya tidak selalu seputar kegiatan berolahraga. Setelah melakukan survey dengan cara pengamatan dan diskusi dengan pengguna, terdaftar macam kegiatan pokok yang rutin dilakukan pada lokasi: Gambar 1. 6 Daftar Kegiatan dan Pemakaian Sarana di Area GSG Panatayuda
Sumber: Survey 2014, Analisa Penulis 2014, dan Data Pengelola GSG Panatayuda
Gambar 1.6 menjelaskan jenis kegiatan yang terjadi di lokasi. Warna hijau menjelaskan kegiatan yang telah memiliki sarana pada area GSG Panatayuda. Sedangkan warna biru, coklat, dan ungu merepresentasikan kegiatan independen yang tidak memiliki sarana khusus pada kawasan. Setelah melakukan survey kuesioner dengan 32 responden, didapat hasil mengenai jenis kegiatan dan waktu kunjungan oleh masyarakat. Berikut beberapa diagram dari hasil kuesioner:
6
Gambar 1. 7 Hasil Kuesioner Mengenai Jenis Kegiatan di Area GSG Panatayuda
Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis 2014
Gambar 1. 8 Hasil kuesioner Mengenai Waktu Kunjungan di Area GSGS Panatayuda
Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis 2014
Walaupun fasilitas yang disediakan oleh GSG Panatayuda adalah fasilitas olahraga, isi kegiatan yang berlangsung melingkupi kegiatan kesenian, sosial, dan kuliner. Sesuai dengan Gambar 1.7, kegiatan sosial merupakan pilihan terbanyak, diikuti dengan kegiatan istirahat, kuliner, dan hiburan lain. Susunan jadwal penggunaan sarana tiap kegiatan terdata pada tabel dibawah. Selain menjelaskan mengenai jadwal rutin pemakaian sarana, juga menunjukkan terjadinya tumpang tindih pemakaian pada sarana yang sama. Tabel 1. 3 Tabel Jadwal Pemakaian Sarana (Normal) pada GSG Panatayuda
Sumber: Survey 2014, Analisa Penulis 2014, dan Data Pengelola GSG Panatayuda
7
Terlihat pada Tabel 1.3, jam puncak keaktifan lokasi terletak pada pukul 15.00 WIB – 18.00 WIB. Pada jam tersebut adalah waktu dimana bekerja atau kegiatan formal lainnya selesai berlangsung, terutama area GSG Panatayuda dikelilingi oleh perkantoran dan fungsi komersil. Terkait lokasi dikelilingi oleh fasilitas pendidikan, kegiatan yang berlangsung juga diisi oleh pelajar setelah jam waktu pulang sekolah. Tujuan kedatangan pengguna berupa kegiatan ekstrakulikuler, istirahat dan makan sepulang kerja, maupun datang sebagai salah satu anggota komunitas. Baiknya, lokasi sering terisi oleh kegiatan—buruknya, karena fasilitas yang tersedia dinilai kurang memadai, masyarakat hanya menggunakan fasilitas pada saat memerlukan melepas penat sehingga pada selain jam aktif kegiatan, area tidak memiliki aktivitas selain kegiatan jual beli pada PKL disekitarnya. Tabel 1. 4 Tabel Keterangan Pemakaian Fasilitas di GSG Panatayuda
Sumber: Survey 2014, Analisa Penulis 2014, dan Data Pengelola GSG Panatayuda
Dari tabel 1.4, sarana yang memiliki fungsi majemuk dalam waktu yang bersamaan adalah lapangan voli, panggung, dan sirkulasi. Karena bersamaan, harus ada aktivitas yang ‘mengalah’ dan menggunakan ruang lebih kecil dari seharusnya. Keterangan ‘v’ menerangkan kegiatan yang memang pada tempatnya, sementara keterangan ‘x’ menerangkan kegiatan yang menggunakan sarana darurat atau tidak pada tempatnya.
8
1.1.3 Kebutuhan Masyarakat Berbanding Terbalik dengan Kondisi Fasilitas Area GSG Panatayuda Keberadaan GSG Panatayuda melekat pada masyarakat. Sejak pertama kalinya dibangun, lokasi ini menjadi area informal yang mewadahi ragam aktivitas. Sebagai fasilitas daerah, selain menjadi area komunal, instansi pendidikan juga turut menggunakan lokasi sebagai sarana didik, sehingga banyak kepentingan pengguna berkunjung untuk memenuhi kurikulum atau kegiatan ekstrakulikuler. Semakin bertambahnya tahun, fasilitas semakin menurun kondisinya. Namun masyarakat mau-tidak mau tetap menggunakan nya karena kegiatan tidak bisa hilang begitu saja dan malah bertambah. Walaupun kegiatan tetap berlangsung, masyarakat mengeluhkan kurangnya fasilitas ‘nongkrong’ seperti tempat duduk, zona hiburan/pertunjukkan, dan peneduh cuaca. Penerangan dan zonasi lokasi ‘nongkrong’ termasuk dalam keluhan dikarenakan masyarakat lebih sering berkunjung pada waktu sore sampai malam. PKL di sekelilingnya dinilai tidak tertata dan memberikan kesan kumuh bagi lokasi walaupun pengguna tetap mengakui bahwa PKL merupakan salah satu alasan kuat bagi mereka untuk berkunjung ke GSG Panatayuda. Gambar 1. 9 Panorama Area: (atas) Area Terbuka dengan Peneduh Hanya Tenda PKL, (bawah) Area Sekitar GSG Panatayuda Minim Tempat ‘Nongkrong’ dan Hanya Terdiri dari Sirkulasi dan Arena Olahraga
Sumber: Survey Penulis 2014
Dari penjelasan pendapat negatif di paragraf sebelumnya, secara umum dapat ditunjukkan dengan Gambar 1.5 mengenai persetujuan pengguna terhadap kepuasan pada fasilitas dan kelayakan lokasi sebagai area belajar 9
formal. Dari dua poin tesebut jawaban yang paling banyak didapat adalah ‘tidak setuju’. Hubungan konflik dari ketidakpuasan dengan kebutuhan masyarakat terhadap GSG Panatayuda dan area sekitardidasari oleh permasalahan optimalisasi lahan, upgrade fasilitas, dan penataan kawasan. Sebagai ruang publik, GSG Panatayuda diharapkan mampu mewadahi aktivitas dan kebutuhan, berperan sebagai ruang pelepas penat dan penyalur hobi, dan menjadi area yang tidak pernah ‘mati’bagi masyarakat Karawang. Gambar 1. 10 Grafik Hasil Kuesioner Mengenai Fasilitas dan Keadaan GSG Panatayuda
Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis 2014
1.1.4 Pengembangan Elemen Arsitektur Pembatas Ruang Sebagai Media Optimalisasi Fasilitas pada GSG Panatayuda Sesuai dengan fakta yang didapat dari survey, pengamatan, dan data formal yang telah dijabarkan sebelumnya, permasalahan yang paling menonjol terletak pada penataan zona fungsi pada kawasan yang kurang baik terutama dengan terjadinya penumpukan ragam aktivitas dalam ruang dan waktu yang sama. Ragam kegiatan yang terjadi bukan hanya dalam lingkup olahraga, namun juga berupa kegiatan hiburan, sosial, dan komunitas. Variasi kegiatan yang telah disebutkan mendesak area GSG Panatayuda menjadi area yang bisa mewadahi kegiatan pokok—yaitu olahraga—dengan kegiatan tambahan dalam lingkup pelepas penat. Tidak lupa, sebuah fasilitas publik juga diharapkan mampu mewadahi aktivitas kapanpun dan pada saat apapun. 10
Tantangan penyelesaian masalah berupa optimalisasi fasilitas dan fungsi pokok lokasi agar kegiatan yang terjadi secara serentak tidak mengganggu kegiatan lain sekaligus menghidupkan area dengan tambahan fungsi penunjang. Tentunya apabila fungsi pokok telah terpenuhi dan berkesinambungan dengan fungsi penunjang, akan terjadinya hubungan saling melengkapi dan menciptakan area publik yang terus ‘hidup’. Tabel 1. 5 Tabel Keterangan Lokasi Sarana di GSG Panatayuda
Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014
Fakta menjelaskan bahwa eksisting sarana kegiatan pokok terletak di luar ruangan (terlihat pada Tabel 1.5), maka area menjadi sangat tergantung pada cuaca dan membuat masyarakat mengeluhkan absennya peneduh yang membuat kegiatan tidak berlangsung secara leluasa. Sarana olahraga membutuhkan pelingkup tahan cuaca namun juga tidak membatasi aktivitas dan tetap menjaga kenyamanan pengguna. Selain mengenai pertahanan terhadap cuaca, lahan yang terbatas menjadi isu bagi perencanaan pengembangan GSG Panatayuda, penataan sarana olahraga tidak hanya diselesaikan dengan perluasan dan penambahan fasilitas. Gambar 1.10 menjelaskan ilustrasi keadaan eksisting dimana setiap sarana memiliki batas-batas tertentu sehingga banyak ruang yang tidak digunakan secara optimal.
11
Gambar 1. 11 Diagram Ilustrasi Perbandingan Eksisting Sarana Olahraga Indoor dan Outdoor Serta Ilustrasi Pembatas pada Area Kegiatan di GSG Panatayuda
Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014
Diterangkan pada Gambar 1.11, batas-batas pada sarana eksisting menciptakan jeda titik keramaian. Terdapat area spesifik tertutup yang memakan lahan besar namun hanya digunakan oleh sedikit massa, sebaliknya, di area komunal (penunjang) yang memiliki jumlah massa lebih banyak hanya terdiri dari sisa ruang sarana pokok. Padahal kegiatan yang berlangsung merupakan percampuran dari kegiatan pokok dan penunjang. Gambar 1. 12 Diagram Ilustrasi Titik Keramaian Eksisting yang Tidak Merata di GSG Panatayuda
Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014
Dengan standar yang dimiliki tiap sarana, tata massa mampu diberlakukan dalam mencapai suasana yang lebih ‘hidup’ dan teratur pada penyebaran titik keramaian. Dapat dilihat ilustrasi pengembangan pada Gambar 1.12, apabila penanggulangan secara horizontal tidak mamp u di gunakan, maka aplikasi
12
pengembangan ruang vertikal mampu membuat ruang atraktif dan fungsional sekaligus. Gambar 1. 13 Diagram Ilustrasi Pengembangan Elemen Pembatas Ruang Sebagai Media Optimalisasi Fasilitas di GSG Panatayuda
Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014
Walaupun dibutuhkan pertimbangan penggunaan standar sarana yang tepat, diharapkan penggunaan elemen pembatas ruang mampu menciptakan suasana baru dan lebih baik bagi GSG Panatayuda dan area sekitarnya.
1.2 Rumusan Permasalahan 1.2.1 Permasalahan Umum 1. Menanggapi kebutuhan akan perancangan kembali ruang olahraga, hiburan, dan ekspresi komunitas bagi publik di Karawang sebagai pendukung ragam aktivitas masyarakat 2. Bagaimana GSG Panatayuda dengan lahan terbatas mampu menampung fungsi majemuk sesuai dengan standar secara opreasional dan arsitektural
1.2.2 Permasalahan Khusus 1. Bagaimana menciptakan integrasi antara fungsi pokok (olahraga dan ekspresi komunitas) dengan fungsi penunjang (rekreatif) di lahan yang terbatas
13
2. Bagaimana mengoptimalkan penggunaan lahan yang terbatas di GSG Panatayuda melalui pengolahan standar sarana fasilitas sesuai syarat, serta pengembangan ruang transisi maupun elemen pembatas ruang
1.3 Tujuan Pembahasan 1. Mendapatkan landasan konsepsual mengenai perencanaan fasilitas olahraga, hiburan, dan ekspresi komunitas bagi publik di Karawang yang optimal dan kreatif 2. Memperoleh metode penyelesaian penanggulanan desain pada lahan terbatas dengan pemanfaatan elemen pembatas ruang sebagai objek fungsional dan atraktif
1.4 Sasaran Pembahasan 1. Analisis potensi tapak serta observasi kegiatan pengguna secara individu maupun komunitas di GSG Panatayuda dalam menentukan jenis fungsi ruang 2. Studi literatur dan kasus mengenai integrasi fungsi olahraga dan komunitas yang rekreatif serta pemanfaatan ruang transisi dan elemen pembatas ruang menjadi objek fungsional dan atraktif
1.5 Lingkup pembahasan 1.5.1 Non-Arsitektural Meliputi pemahaman karakteristik dan respon subyektif penguna GSG Panatayuda terhadap fasilitas, pengkajian isu-isu yang terkait pada permasalahan GSG Panatayuda, serta pengamatan kegiatan ekonomi dan sosial yang terdapat pada area perancangan
1.5.2 Arsitektural Meliputi analisis permasalahan yang muncul pada tapak dan sekitar area perencanaan namun pada lingkup solusi pembahasan hanya pada tapak GSG Panatayuda, jenis perencanaan GSG Panatayuda sebagai ruang olahraga dan hiburan komunal, serta konsep pemanfaatan pembatas ruang sebagai fungsi baru.
14
1.6 Metode Pembahasan 1.6.1 Metode Pengumpulan Data Terbagi menjadi dua metode, yaitu: 1. Pengumpulan Data Primer Mencakup data keadaan lahan perancangan dan sekitarnya, kondisi bangunan eksisting, jenis dan alur kegiatan dan permasalahan yang berlangsung. Diperoleh dari observasi, survey kuesioner, pengamat langsung, dan diskusi penulis dengan pihak pengguna lahan dan instansi terkait. 2. Pengumpulan Data Sekunder Mencakup data standar dan syarat tipologi bangunan dan sarana terkait, studi kasus, teori penunjang, dan data seputar lahan perancangan. Diperoleh penulis dari studi literatur melalui media buku dan internet.
1.6.2 Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh akan melalui proses sebagai berikut:
1. Analisis Pemahaman kebutuhan dan fungsi ruang termasuk standar dan syarat khusus pembangunan yang dibantu oleh data studi literatur dan tipologi. 2. Sintesis Diterapkan dengan mengolah data dan menarik kesimpulan untuk menentukan rumusan konsep dan aspek arsitektural pada perencanaan dan perancangan. 3. Penyusunan Konsep Hasil dan sintesis dan analisis diolah menjadi dasar konsp perencanaan dan perancangan GSG Panatayuda.
1.7 Sistematika Penulisan Pembahasan dan penulisan terdiri dari beberapa bagian:
1. Bab I Pendahuluan
15
Latar belakang pemilihan dan permasalahan kasus, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, metode, dan sistematika penulisan yang digunakan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan umum tentang ruang komunal, sarana olahraga dan ekspresi, serta ruang hiburan beserta tinjauan fungsional mengenai jenis-jenis pembatas ruang arsitektural dan studi pemanfaatan “ruang mati”. 3. Bab III Tinjauan Lokasi Memuat tinjauan data-data fisik maupun non-fisik mengenai eksisting kawasan GSG Panatayuda dan lingkungan sekitar berdasarkan hasil observasi 4. Bab IV Analisis Mencakup analisis permasalahan pada eksisting didukung oleh penjabaran analisis kebutuhan ruang dan penekanan terhadap permasalahan “ruang mati” yang dimanfaatkan sebagai ruang baru dalam pengembangan desain 5. Bab V Konsep Perancangan Memuat konsep perancangan yang digunakan dalam penyelesaian desain dengan pertimbangannya.
1.8 Keaslian Penulisan Pada perpustakaan Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada, terdapat beberapa karya yang memiliki tema sama, yaitu, Sport and Entertainment Center. Diantara karya tersebut menjadi landasan dalam penulisan karya ini:
1. Sportainment and Recreation Center di Yogyakarta Oleh
: Rahardian Yudhoangkoso
No. Buku : 2788 S Tahun
: 2007
Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Yogyakarta. 2. Entertainment Center di Yogyakarta Oleh
: Suci Wulandari
No. Buku : 2811 S Tahun
: 2007 16
Karya tulis ini membahas tipologi Entertainment Center yang mendukung teori jenis bangungan pada Panatayuda Sport and Entertainment Center. Namun, karya tulis ini terkonsentrasi sisi Entertainment. 3. Pekanbaru Sportainment Center Oleh
: Suhandy Tri Yanto
No. Buku : 2955 S Tahun
: 2008
Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Pekanbaru. 4. Jogja Sportainment Center, Penekanan Pada Green Architecture Oleh
: Rizqi Ari Yudhanto
No. Buku : 3197 S Tahun
: 2010
Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Yogyakarta. Karya tulis ini memiliki penekanan pada Green Architecture. 5. Sport Centre di Yogyakarta, Sebagai Taman Rekreasi Olahraga Masyarakat Oleh
: Jamel Syahreza Pamungkas
No. Buku : 3294 S Tahun
: 2012
Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Yogyakarta. 6. Sportcenter di Wonosari Oleh
: Erri Dwi Setyawan
No. Buku : 3381 S Tahun
: 2013
Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sport Center bagi publik. Namun berbeda pada konteks, yaitu Wonosari. 17
1.9 Kerangka Pemikiran Berikut kerangka pemikiran dalam pengolahan latar belakang permasalahan untuk mencapai konsep perancangan Panatayuda Sport and Entertainment Center: Gambar 1. 14 Skema Kerangka Pemikiran Perancangan
Sumber: Analisa Penulis 2014
18