BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Inflammatory
Bowel
Disease
atau
IBD
adalah
inflamasi kronik yang dimediasi oleh imun pada traktus gastrointestinal. Dua tipe utamanya adalah Ulcerative colitis
(UC)
dan
Crohn’s
Disease
(CD).
Insidensi
tertinggi IBD ditemukan di Eropa, Inggris, dan Amerika Utara (Friedman & Blumberg, 2006). Di Amerika utara rasio insidensinya berkisar pada 2,2 sampai 14,3 kasus per 100.000 populasi/tahun untuk UC dan 3,1 sampai 14,6 kasus per 100.000 populasi/tahun untuk CD. Di Eropa, insidensi kasus ini berkisar dari 1,5 sampai 20,3 kasus per 100.000 populasi/tahun untuk UC dan 0,7 sampai 9,8 kasus
untuk
CD.
IBD
jarang
ditemukan
di
area
lain
kecuali Israel, Australia dan Afrika selatan (Loftus, 2004). Pada suatu penelitian yang diadakan dalam rangka menghitung
insidensi
IBD
pada
negara-negara
Asia-
Pasifik, termasuk Indonesia, ditemukan bahwa insidensi IBD
di
Asia
mengalami
peningkatan
meskipun
masih
dibawah insidensi yang terjadi di daerah barat. Akan
1
2
tetapi, keadaan IBD yang terjadi di Asia dapat lebih buruk daripada yang terjadi di daerah barat. Perbedaan antara kedua tipe dari IBD ini adalah letak dari lesi yang muncul. Pada CD lesi dapat muncul di
seluruh
bagian
dari
traktus
gastrointestinal,
meskipun lebih sering ditemukan pada ileum terminal dan proksimal
dari
berada
lapisan
di
kolon. Lesi yang muncul juga dapat mana
saja,
baik
tunika
mukosa,
submukosa bahkan tunika serosa. Berbeda dengan CD, pada UC lesi hanya ditemukan pada kolon dan lapisan mukosa (Friedman & Blumberg, 2005). Kedua tipe ini sama-sama ditandai dengan adanya diare
yang persisten
yang
diikuti
dengan
kehilangan
nafsu makan dan berujung pada turunnya berat badan. Kasus malnutrisi umum ditemui pada pasien IBD, sehingga nutrisi pasien
sendiri dapat IBD
untuk
menjadi
meningkatkan
terapi
komplemen
kualitas
hidup
bagi dari
pasien tersebut (Eiden, 2013). Pengukuran
status
nutrisi
yang
umum
dilakukan
adalah pengukuran lingkar lengan atas dan beberapa uji laboratorium seperti kadar albumin, total leukosit dan kadar ferritin (Susetyowati et al., 2012). Dalam hubungan
penelitian
antara hasil
ini
yang
akan
laboratorium
diamati
dari
angka
adalah total
3
limfosit dengan penilaian status nutrisi pada pasien IBD dengan menggunakan kuisioner Nutritional Screening Tool- Universitas Gadjah Mada (NST-UGM), dimana yang menjadi
perhatian
utama
dari
penelitian
ini
adalah
hubungan status nutrisi dari pasien IBD terhadap sistem imun pasien. Sejauh ini penelitian mengenai aplikasi dari NSTUGM dalam menilai status nutrisi pasien baru dilakuk an pada
pasien
Yogyakarta
rawat
dan
belum
inap
di
RSUP
dilakukan
Dr.
secara
Sardjito spesifik
di pada
pasien IBD (Susetyowati et al., 2012).
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana hubungan antara status nutrisi menurut penilaian NST-UGM dengan sistem imun pasien berdasarkan angka
total
limfosit
pada
pasien
Inflammatory
Bowel
Disease?
C. Tujuan Penelitian 1)Tujuan Umum Penelitian adanya korelasi
ini
bertujuan
negatif
untuk
mengetahui
antara penilaian status
4
nutrisi
berdasarkan
NST-UGM
dengan
hasil
angka
total limfosit pada pasien IBD. 2)Tujuan Khusus Dengan
mengetahui
adanya
korelasi
negatif
antara penilaian status nutrisi berdasarkan NSTUGM dengan hasil angka total limfosit pada pasien IBD,
diharapkan
dipertimbangkan
kuesioner untuk
ini
menjadi
dapat
pemeriksaan
subjektif terhadap status nutrisi dan kondisi imun dari pasien IBD.
D. Keaslian penelitian Penelitian tentang aplikasi dari kuisioner NST-UGM ini baru dilakukan pada pasien rawat inap dewasa di RSUP Dr. Sardjito dan belum pernah dilakukan secara spesifik pada pasien IBD (Susetyowati et al., 2012).
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
hasil penilaian dari status nutrisi pada pasien
IBD menggunakan NST-UGM dan hasil angka total limfosit dari
pasien
hubungan
yang
antara
bersangkutan. kedua
variabel
Dengan
mengetahui
tersebut,
dapat
dipertimbangkan kelayakan dari kuisioner NST-UGM dalam
5
menilai
status
subjektif,
nutrisi
sehingga
dari
pasien
penilaian
status
IBD
secara
nutrisi
dan
kondisi imun pada pasien IBD dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat dan non-invasif.