BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaan perusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau bahkan ribuan pemegang saham dan tidak mungkin jika semuanya harus terlibat dalam manajemen perusahaan atau struktur organisasi perusahaan, sehingga perlu otoritas untuk mendelegasikan usahanya kepada manajemen. Salah satu keuntungan dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan manajemen ini antara lain adalah apabila ada perubahan kepemilikan saham maka tidak akan mengganggu operasi perusahaan yang sudah berjalan. Perusahaan akan merekrut dan membayar manajer profesional untuk menjalankan usahanya. Tetapi ada kemungkinan timbul masalah apabila terdapat perbedaan tujuan antara manajer dengan pemegang saham. Konflik antara tujuan pemegang saham dengan tujuan manajer ini menciptakan masalah principal–agent. Pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen dari pemegang saham. Pemegang saham ingin manajemen meningkatkan nilai perusahaan tetapi manajer memiliki keinginan sendiri. Agency costs ini dapat terjadi ketika manajer tidak berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan pemegang saham mengeluarkan cost untuk mengawasi manajer dan mempengaruhi tindakannya (Brealey and Myers, 2003). Biaya ini tidak akan
terjadi apabila pemegang saham bertindak sekaligus sebagai manajer seperti halnya perusahaan perorangan. Pemisahan antara pemilik dan pengelola perusahan akan menghasilkan tugas, wewenang, tanggung jawab, serta konsekuensi yang berbeda pula antara pemilik (investor) dan pengelola perusahaan. Tugas dan wewenang dari pengelola perusahan
adalah
menjalankan,
mengelola
dan
memastikan
perusahaan
berjalan/beroperasi dengan baik sehingga mampu menghasilkan keuntungan (profit) bagi perusahaan dan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai dari shareholders/para pemegang saham dan konsekuensi yang didapat atas keberhasilan pengelola perusahaan tersebut adalah bayaran atau upah serta bonus yang dapat mereka (management) peroleh atas hasil kerja mereka. Pada sisi lain tugas dan wewenang dari pemilik perusahaan adalah mendanai atau memberikan modal yang cukup untuk menjalankan operasional perusahaan serta mengawasi jalannya organisasi/perusahaan untuk memastikan bahwa pengelola menjalankan perusahaan dengan baik sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai dari para pemegang saham atau yang biasa kita kenal dengan istilah improve shareholders value, sedangkan konsekuensi logis yang dapat diperoleh oleh para pemegang saham dari keuntungan yang didapat perusahaan untuk mengkompensasi modal yang telah disuntikan oleh mereka (investor) adalah para pemegang saham akan mendapatkan pembagian keuntungan dalam bentuk dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan atau dalam bentuk peningkatan nilai perusahaan sehingga investor bisa mendapatkan capital gain dari peningkatan harga saham perusahaan.
2
Kebijakan dividen sangat penting hal ini dikarenakan kebijakan dividen mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan kata lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai kinerja (performance) perusahaan yang biasanya sering diindikasikan dalam kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya, maka saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Mahdi Salehi (2012) bahwa isu tentang dividen sangat penting dengan berbagai alasan antara lain: Pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan. Oleh karena itu manajer harus memiliki perhatian khusus untuk menentukan arah kebijakan pembayaran dividen perusahaan kepada investor. Dalam menetapkan kebijakan dividen, seorang manager keuangan menganalisis sampai seberapa jauh pembelanjaan dari dalam perusahaan sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
3
mengingat bahwa hasil operasi yang ditanamkan kembali dalam perusahaan sesungguhnya adalah dana pemilik perusahaan yang tidak dibagikan sebagai dividen. Oleh sebab itu, atas dasar pertimbangan antara risiko dan hasil, perlu diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan saja sebagai dividen ataukah ditanamkan kembali dalam bentuk laba ditahan, yang merupakan sumber dana permanen yang perlu dipertimbangkan pemanfaatannya di dalam perluasan dan pengembangan usaha perusahaan (Brigham et al, 2011). Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu dengan internal equity dahulu. Apabila internal equity dianggap tidak mencukupi, maka perusahaan akan menggunakan modal dari luar. Penggunaan external finance bagi perusahaan adalah dengan melakukan hutang kepada pihak lain melalui instrumen penerbitan surat utang/obligasi atau dengan berhutang kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Internal equity yang diperoleh dari laba ditahan merupakan sumber pendanaan yang lebih baik dibanding utang karena tidak mempunyai risiko. Utang merupakan sumber dana yang lebih baik dibandingkan penerbitan saham baru, meskipun keduanya mempunyai risiko, tetapi risiko utang lebih kecil dibandingkan dengan penerbitan ekuitas baru. Kebijakan pembagian dividen kepada para investor sebagai imbal hasil dari sejumlah modal yang ditanamkan oleh para investor kepada perusahaan bukan tanpa konsekuensi atau pengaruhnya bagi kehidupan keuangan perusahaan pada periode berikutnya. Menurut signaling theory Pemberian dividen sering digunakan oleh perusahaan selain untuk memberikan hasil investasi kepada para
4
investor tetapi juga digunakan untuk menarik investor lain agar mau menanamkan modalnya kepada perusahaan sehingga perusahaan bisa mendapatkan tambahan modal yang baru, akan tetapi tidak semua investor memerlukan pembayaran dividen atau tidak semua perusahaan harus membayarkan seluruh dividen yang dapat dibagikan kepada investor dari laba yang telah diperoleh perusahaan, semua itu bergantung dari kondisi perusahaan. Oleh karena itu selain dividen, perusahaan juga dapat menahan laba yang telah ada untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga perusahaan bisa mencapai peningkatan return atau yang biasa dikenal dalam dunia keuangan sebagai earnings growth. Secara luas, krisis keuangan yang melanda dunia pada tahun 2008 atau yang dikenal dengan Global Crisis yang berawal dari kegagalan Amerika dalam mengendalikan transaksi derivatif mereka dalam bentuk subprime morgage sehingga memunculkan gejolak perekonomian dunia yang cenderung turun dan melemah, sehingga hampir secara langsung berdampak kepada kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan yang memberikan perubahan yang signifikan di dalam kondisi pasar. Sebagai contoh beberapa perusahaan yang tercata pada bursa AEX mereka merubah kebijakan pembagian dividennya. Contohnya, Royal Dutch Shell “froze” dividen pada kuartal pertama 2010 seperti yang dituliskan oleh Het Financieele Dagblad pada tanggal 4 Februari 2010. Istilah “froze” yang dimaksud disini adalah Ryal Dutch Shell tidak mengalami peningkatan nilai DPS yang menjadi indikator pembayaran dividen yitu sebesar $0,42 per share, hal tersebut
5
menandakan bahwa krisis keuangan global telah berdampak kepada kebijakan dividen yang akan diambil oleh suatu perusahaan (Peerden, 2011). Pada penelitian ini penulis bermaksud ingin melakukan kajian serta penelitian mengenai hubungan antara kebijakan dividen dengan earnings growth yang diharapkan oleh investor
terhadap perusahaan. Secara teori dan telah
dibuktikan dalam penelitian-penelitian sebelumnya oleh Hosein Parsian (2013), Bogdan Stacescu (2006), Ping Zhou and William Ruland (2006), dan Arnott & Asness (2003) yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kebijakan pembagian dividen dengan Earnings Growth (EG), penjelasan mengenai hubungan positif tersebut adalah dengan kebijakan pembagian dividen (signaling theory) maka akan banyak investor baru yang menanamkan modalnya sehingga perusahaan bisa mendapatkan modal baru dan jalannya roda perusahaan menjadi lebih effisien lagi karena adanya modal baru dari inetern Perusahaan dan tidak perlu menambah utang. Sedangkan pada sisi lain Mahdi Salehi (2012), Khaled Hussainey (2008) menyatakan melalui hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan negatif antara kebijakan pembagian dividen dengan Earnings Growth (EG) yang akan didapat oleh perusahaan. Penjelasan sederhana yang dapat mendukung hasil penelitian Mahdi Salehi (2012) yang menyatakan bahwa pembayaran dividen memilki hubungan negatif signifikan terhadap tingkat pertumbuhan earnings adalah karena adanya faktor inflasi dan tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi, serta struktur pasar uang yang tidak efisien di Iran maka perusahaan – perusahaan yang menjadi sample penelitian mengalami kesulitan untuk melakukan pinjaman kepada bank
6
(loan) sehingga jalan yang terbaik dan efisien yang dapat ditempuh untuk mendanai investasi perusahaan adalah melalui dana internal yang di dapat dari Retained Earnings yang dimiliki oleh perusahaan. Melalui ilustrasi tersebut maka ditarik kesimpulan bahwa dengan tingkat pembayaran dividen yang rendah maka perusahaan dapat memiliki peningkatan earnings growth dan hal tersebutlah yang dapat menjelaskan mengapa hasil penilitan yang dilakukan oleh Mahdi Salehi (2012) memiliki hasil yang negatif signifikan antara pembayaran dividen dengan tingkat pertumbuhan earnings. Mengacu kepada hasil penelitian sebelumnya di berbagai negara seperti Iran, United Kingdom (Inggris), Switzerland, dan United Stated (Amerika) yang telah penulis jabarkan diatas, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian serupa yang di terapkan di negara Indonesia pada sektor industri yang berbeda dan rentang waktu yang berbeda pula guna menguji mekanisme hubungan antara kebijakan dividen dengan earnings growth. Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan diatas, maka peneliti mengangkat penelitian terkait hubungan antara kebijakan dividen perusahaan dengan tingkat pertumbuhan pendapatan yang bisa dihasilkan oleh perusahaan – perusahaan industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia dalam bentuk tesis dengan judul “Hubungan Antara Kebijakan Dividen dengan Tingkat Pertumbuhan Earnings (EG) Selama Periode Krisis Ekonomi Global (Study Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009)”.
7
1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kebijakan dividen dan tingkat pertumbuhan earnings memiliki hubungan yang signifikan baik positif maupun negatif pada perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2009.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah kebijakan dividen dan tingkat pertumbuhan earnings memiliki hubungan yang signifikan pada perusahaan – perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia?
1.4 Pembatasan Masalah Peneliti memberikan batasan penelitian pada variabel – variabel yang digunakan berupa DPR (Dividend Payout Ratio) sebagai variabel independen utama, dan Size (Total Aset) dan DER (Debt to Equity Ratio) sebagai variabel independen pengendali, serta Tingkat Pertumbuhan Earnings (Earnings Growth) sebagai variabel dipenden. Penelitian ini juga dibatasi hanya dengan mengambil sample dari 120 perusahaan yang tergabung di dalam industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 – 2009.
8
1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai hubungan antara kebijakan dividen dan tingkat pertumbuhan earnings pada perusahaan – perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 - 2009.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan untuk mengevaluasi kembali kebijakan dividen yang telah mereka ambil untuk menjaga tingkat pertumbuhan pendapatan/earnings (earnings growth) sehingga kebijakan dividen yang akan diambil pada periode mendatang tidak merugikan perusahaan secara financial.
2. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya ketika mengkaji topik – topik yang berkaitan dengan masalah kebijakan dividen dan tingkat pertumbuhan earnings perusahaan.
9
3. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai keuangan perusahaan, terutama mengenai kebijakan dividen dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR) berkaitan dengan Tingkat Pertumbuhan Earnings (EG).
1.7 Sistematika Penulisan Pembahasan hasil penelitian dalam tesis ini dibagi ke dalam lima bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi tentang teori – teori yang berhubungan dengan peneltian dan hasil – hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang menjadi bahan perbandingan dan pertimbangan bagi penelitian ini serta kerangka pemikiran dan hipotesis dari penelitian ini.
Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini terdiri dari objek penelitian, data yang digunakan, sumber serta metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
10
Bab IV : Analisis Hasil Bab ini menguraikan tentang analisis data, temuan empiris yang diperoleh dalam penelitian, serta hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan kesimpulan serta saran bagi perusahaan khususnya perusahan yang telah go public/listed di Bursa Efek Indonesia yang akan mengambil suatu kebijakan terkait pembagian dividen dan untuk penelitian selanjutnya.
11