1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas dalam bentuk rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan alur penelitian serta menjelskan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis.
1.1
Latar Belakang Perkembangan
ilmu
pengetahuan
yang
sudah
semakin
beragam
menyebabkan munculnya ilmu-ilmu baru yang memberikan warna baru bagi dunia pendidikan. Perguruan tinggi sebagai wadah pengembangan ilmu pendidikan tentunya harus pula mengikuti segala perubahan yang terjadi di era ilmu pengetahuan untuk menjunjung Tri Dharma Pendidikan. Hal ini dirasakan perlu karena masyarakat membutuhkan ilmu pengetahuan untuk eksistensinya dalam menyongsong masa depan. Atas dasar inilah, perguruan tinggi berlombalomba untuk mengikuti perkembangan ilmu pendidikan. Salah satu perguruan tinggi yang mengikuti perkembangan tersebut adalah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumatera Utara). UIN Sumatera Utara adalah lembaga perguruan tinggi negeri yang baru saja bertransformasi dari Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN-SU). Perubahan status ini
2
diresmikan pada tanggal 8 Desember 2014 yang dilatarbekalangi bahwa perpaduan ilmu umum dan ilmu islam mampu menjawab tantangan masyarakat agar mampu bersaing untuk kehidupan yang lebih baik. UIN Sumatera Utara berencana akan membuka program studi ilmu umum dengan tidak mengurangi ilmu-ilmu keislaman yang terlebih dahulu menjadi unggul. Hal ini diharapkan agar perubahan ini menjadi pilihan dan alternatif baru bagi perkembangan dunia pendidikan. Pembangunan dan perkembangan yang terjadi di lingkungan UIN Sumatera Utara juga secara lebih langsung akan memberi pengaruh terhadap organisasi perpustakaan. Sebab perpustakaan merupakan unit pelaksana teknis proses
pendidikan,
penelitian,
dan
pengabdian
pada
masyarakat
yang
dikembangkan di UIN Sumatera Utara. Pembukaan program-program studi baru pada beberapa fakultas, akan menjadi tantangan bagi perpustakaan untuk siap memberikan sumber-sumber informasi dan bahan pustaka yang memenuhi kebutuhan program studi tersebut. Lebih dari itu, peningkatan jumlah mahasiswa yang akan dilayani juga meningkat seiring dengan bertambahnya program studi. Oleh karena itu, kualitas pelayanan perpustakaan perlu ditingkatkan dan kualitas SDM penyedia jasa layanan perlu menjadi perhatian yang serius. Perpustakaan UIN Sumatera Utara merupakan unit pelayanan teknis sebagai penyedia informasi di lingkungan civitas akademika. Perpustakaan dalam menjalankan tugasnya masih menggunakan cara-cara konvensional karena perpustakaan ini belum memanfaatkan teknologi informasi. Oleh karena itu,
3
perpustakaan membutuhkan kerjasama yang baik di antara sesama pegawai agar dapat melayani pemustaka dengan maksimal. Kerjasama di antara sesama pegawai
tidak terlepas dari kegiatan
komunikasi di dalam organisasi. Komunikasi merupakan jembatan interaksi di antara pegawai maupun dengan pimpinan. Komunikasi yang baik di dalam organisasi akan menciptakan suasana yang membuat pegawai termotivasi untuk melakukan perkejaan dengan optimal. Proses komunikasi di dalam suatu organisasi meliputi atasan dan bawahan dengan penyampaian yang semata-mata berorientasi berdasarkan organisasi. Proses komunikasi yang lancar di perpustakaan akan menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di perpustakaan. Iklim komunikasi di perpustakaan dapat dilihat dari adanya suasana yang kondusif yang terlihat dari adanya interaksi dan komunikasi yang terjalin baik antara kepala perpustakaan dengan pegawai, ataupun dengan sesama pegawai lainnya di perpustakaan. Suasana yang kondusif ini mampu mendorong pegawai berpartisipasi, terbuka memiliki perasaan bebas dalam berkomunikasi sehingga diharapkan dapat menimbulkan dan memacu motivasi kerja pegawai, serta dapat mempengaruhi perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas pegawai di sebuah perpustakaan. Iklim komunikasi organisasi dianggap penting karena dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai di dalam organisasi termasuk perpustakaan itu sendiri. Ada beberapa faktor yang turut menentukan iklim komunikasi organisasi,
4
diantaranya adalah tingkah laku pimpinan, tingkah laku teman sekerja, dan tingkah laku dari organisasi. Pada umumnya iklim komunikasi di perpustakaan banyak ditentukan oleh faktor tingkah laku komunikasi pimpinan kepada lingkungan organisasinya. Peran kepala perpustakaan sebagai pemimpin di perpustakaan sebagai faktor kunci yang dapat menciptakan iklim komunikasi yang kondusif. Gaya komunikasi yang diciptakan oleh pemimpin tentunya akan mempengaruhi suatu iklim komunikasi di dalam organisasi. Berdasarkan perpustakaan
pengamatan
termasuk
peneliti,
kategori
lancar
komunikasi dimana
yang terjadi pemimpin
di
dapat
mengkomunikasikan langsung kepada bawahan baik berupa perintah pekerjaan ataupun menyampaikan kebijakan-kebijakan yang harus dilaksanakan oleh bawahan. Begitu pula dengan bawahan dapat berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan. Komunikasi yang terjadi ini biasanya bawahan dapat menyampaikan kendala-kendala dalam pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan komunikasi yang terjadi antara sesama rekan dalam tingkatan yang sama mampu membuat suasana yang terjadi di antara sesama bawahan seperti suasana hangat layaknya suasana kekeluargaan. Proses komunikasi ini menunjukkan arus komunikasi yang lancar, tetapi hal ini tidak mencermikan produktivitas pegawai dari aktivitas pegawai di perpustakaan. Pegawai menunjukkan semangat kerja yang rendah. Pegawai banyak yang tidak melakukan pekerjaan dengan optimal pada saat jam kerja. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pegawai yang sering mengobrol dengan pegawai
5
lainnya di perpustakaan. Selain itu, peneliti juga mengamati bahwa pegawai juga sering pergi keluar meninggalkan pekerjaan pada saat jam kerja. Beberapa kegiatan yang dilakukan pegawai di perpustakaan tersebut menunjukkan bahwa pegawai tidak memiliki tanggung jawab terhadap perkerjaannya. Hal ini pula tidak mencerminkan produktivitas ataupun kinerja pegawai yang baik. Berdasarkan pemaparan dan permasalahan di atas, peneliti ingin menganalisis bagaimana jenis gaya kepemimpinan dan dinamika iklim komunikasi di perpustakaan UIN Sumatera Utara.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: “Bagaimana jenis gaya kepemimpinan dan dinamika iklim komunikasi di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara?”
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis jenis gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala Perpustakaan UIN Sumatera Utara 2. Untuk menganalisis dinamika iklim komunikasi organisasi yang terjadi di Perpustakaan UIN Sumatera Utara
6
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk Lembaga/Institusi Penelitian ini dapat digunakan untuk bahan masukan dan kebijakan dalam
meningkatkan
kinerja
pegawai
di
perpustakaan
yang
berhubungan dengan gaya kepemimpinan dengan iklim komunikasi organisasi yang terbentuk di perpustakaan. 2. Untuk Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai gaya kepemimpinan dan dinamika iklim komunikasi organisasi di perpustakaan. 3. Pihak lain Penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk membahas dan melakukan penelitian lanjutan dengan topik gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi di perpustakaan.
1.5
Kerangka Pemikiran Penelitian dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa kepemimpinan
merupakan faktor penentu keberhasilan suatu organisasi. Perpustakaan sebagai lembaga informasi dalam proses manajemennya terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penganggaran, kepemimpinan dan pengawasan. Pelaksanaan semua kegiatan tersebut memerlukan interaksi pemimpin dan yang dipimpin.
7
Lasa (2008) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah masalah hubungan antara yang dipimpin dan pemimpin. Hal ini membutuhkan interaksi yang mempengaruhi kinerja pegawai di perpustakaan. Kinerja pegawai di perpustakaan masih banyak bergantung pada pengarahan dan perintah atasan. Mereka masih menunggu perintah dari atasan, kurang berinisiatif dan cenderung melaksanakan tugas-tugas rutin. Untuk itu pemimpin perpustakaan perlu memahami dan melaksanakan manajemen yang efektif dam mampu memotivasi bawahan. Setiap pemimpin yang dianggap berhasil memiliki gaya, metode maupun pengetahuan yang berbeda dan setiap orang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin di dalam suatu organisasi akan mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasi dimana gaya inilah yang akan membentuk iklim komunikasi yang akan mempengaruhi produktivitas atau kinerja pegawai. Berdasarkan hal ini, alur pemikiran mengenai konsep penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: 1.5.1
Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik
khusus dari suatu bentuk kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi ukuran utama bagi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan organisasi dipengaruhi pula oleh bagaimana gaya kepemimpinan yang ditampilkan seorang pemimpin. Gaya ini diwujudkan dalam bentuk komunikasi melalui apa yang dikatakannya (bahasa) dan apa yang
8
diperbuatnya. Melalui gaya ini, seorang pemimpin membantu anggota organisasi untuk memperoleh hasil yang dinginkan. Danim (2012) menyebutkan bahwa ada tiga jenis gaya kepemimpinan yang dikenal diantaranya sebagai berikut: -
Gaya kepemimpinan otokratis Gaya
kepemimpinan
otokratis
adalah
gaya
kepemimpinan
yang
menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan -
Gaya kepemimpinan demokratis Gaya kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai.
-
Gaya kepemimpinan kendali bebas (laisses faiure) Gaya kepemimpinan kendali bebas adalah kepemimpinan yang tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh dimana pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahan sehingga bawahan tidak mempunyai pegangan atau pedoman yang jelas Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang dijelaskan di atas, dapat
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif.
9
Perpustakaan UIN Sumatera Utara sebagai organisasi yang bergerak dinamis, harus mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi di lingkungan UIN Sumatera Utara. Perpustakaan harus mampu menjawab tantangan untuk siap memberikan sumber-sumber informasi dan bahan pustaka sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Maka untuk menjalankan fungsi tersebut, dibutuhkan suatu kerjasama yang baik antar sesama pegawai di perpustakaan. Untuk menciptakan kerjasama yng baik dibutuhkan pula komunikasi yang lancar di antara pemimpin dengan bawahan. Pemimpin melalui gaya kepempimpinan yang digunakannya menjadi faktor penentu menciptakan komunikasi yang lancar di dalam organisasi karena pemimpin mampu mengarahkan bawahan sesuai dengan
tujuan
organisasi
melalui
kemampuannya
berinteraksi
dengan
bawahannya. Hal ini pulalah yang akan membentuk suasana yang positif di dalam perpustakaan. 1.5.2
Iklim Komunikasi Organisasi Perpustakaan adalah sistem. Perpustakaan dikatakan sebagai sistem karena
terdiri dari beberapa sub-unit bagian yaitu bagian pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, pengolahan, dan layanan yang saling terhubung satu sama lain secara fungsional. Artinya, setiap sub-sistem menjalankan fungsi tertentu untuk menunjang visi, misi dan tujuan dari perpustakaan. Fungsi tersebut adalah fungsi untuk menyediakan kebutuhan informasi untuk pemustaka di lingkungan civitas akademika.
10
Sistem berada dalam lingkungan yang dinamis maka harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan agar dapat bertahan. Berdasarkan teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Parson (Ritzer, 2008), ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem agar tetap bertahan (survive) yaitu adaptation (A), goal attainment (G), integration (I), dan latency (L), yang saling tergantung satu sama lain. Adanya saling ketergantungan di dalam sebuah organisasi tentunya membutuhkan komunikasi yang lancar yang terjadi antara pimpinan dan bawahan. Proses komunikasi di suatu organisasi lebih mengarah atau ditentukan oleh struktur organisasi itu sendiri. Struktur organisasi merupakan mekanisme formal untuk pengelolaan diri dengan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Oleh karena itu, struktur organisasi yang baik akan mencakup unsur-unsur spesialisasi kerja, strukturisasi, sentralisasi dan koordinasi dimana di dalamnya terdapat pola adaptasi dan tujuan masing-masing sesuai dengan target pekerjaan tersebut. Hal ini juga membutuhkan pengintegrasian agar sistem organisasi berjalan sesuai fungsinya. Struktur organisasi terdiri dari komponen pimpinan dan bawahan yang saling berhubungan dan saling bekerjasama agar sistem organisasi berjalan dengan lancar. Di dalam bagian-bagian dari struktur organisasi, pimpinan menjadi orang yang berpengaruh besar terjalinnya kerjasama yang baik karena kemampuannya dalam berkomunikasi dengan bawahan akan menciptakan iklim komunikasi yang baik di dalam sebuah organiasasi.
11
Iklim komunikasi terbentuk dari komunikasi dan pola hubungan interpersonal yang terjadi di dalam organisasi sehingga iklim komunikasi dianggap penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. Hal ini dapat dikatakan bahwa iklim komunikasi dipandang sebagai variabel penting yang mempengaruhi komunikasi yang selanjutnya juga mempengaruhi produktivitas dan kepuasan karyawan. Iklim komunikasi dapat dilihat melalui lima dimensi yaitu
dimensi
dukungan, dimensi partisipasi membuat keputusan, dimensi kepercayaan, dimensi keterbukaan dan keterusterangan dan dimensi tujuan kinerja yang tinggi. Berdasarkan dimensi yang disampaikan Redding (Muhammad, 2014), iklim komunikasi dapat dinilai melalui persepsi dan keterlibatan pegawai di dalam organisasi. Pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab dalam organisasi seperti perpustakaan memberikan kontribusi dalam mempengaruhi proses komunikasi di dalam perpustakaan. Melalui gaya kepemimpinan yang mampu membangun hubungan yang baik dengan bawahan, memotivasi bawahan dengan mengubah konsep diri bawahan sesuai dengan tujuan organisasi maka mempengaruhi cara berkomunikasi yang terjadi di dalam organisasi sehingga apakah membentuk iklim komunikasi yang baik dalam organisasinya.
12
Dibawah ini adalah kerangka pemikiran di dalam penelitian sebagai berikut:
Gaya Kepemimpinan
Iklim Komunikasi Organisasi
Gambar 1.1: Alur Pemikiran Penelitian
1.6
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan pendekatan yang lebih cocok untuk permasalahan mengenai persoalan seperti perbedaan gender, ras, status ekonomi dan perbedaan individu. Pemilihan metode kualitatif didasarkan pada pertimbangan tentang kekhasan individu dalam kepemimpinan dimana setiap pemimpin memiliki karakteristik yang berbeda dengan pemimpin yang lainnya. Menyamaratakan semua individu dengan menggunakan alat statistik cenderung mengabaikan keunikan dari individu dalam studi penelitian.
1.6.1
Jenis Penelitian Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif analistik yaitu
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah ada dan menganalisanya untuk mendapatkan gambaran umum. Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif diolah dan harus tetap objektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penggunaan metode penelitian didasarkan pertimbangan bahwasanya dari interaksi antara peneliti dan informan akan terjalin suatu kedekatan. Hal ini berpengaruh pada kualitas informasi yang diperoleh. Adapun
13
data yang diperoleh kemudian diolah menjadi suatu sajian data berikut penjelasan atas kaitannya dengan gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi yang dijabarkan secara rinci sesuai metode yang digunakan yakni deskriptif analistis.
1.6.2
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Perpustakaan UIN Sumatera Utara. Dilihat
dari segi manajemen, perpustakaan masih belum menunjukkan kualitas kinerja yang tinggi yang dapat dilihat dari semangat kerja dan tanggunga jawab atas pekerjaan pegawai yang rendah. Selain itu, perpustakaan yang baru saja berubah nama menjadi Perpustakaan UIN Sumatera Utara yang harus terus berbenah memperbaiki kualitas perpustakaan sebagai penyedia informasi bagi civitas akademika di UIN Sumatera Utara. Untuk itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pengembangan kualitas di Perpustakaan UIN Sumatera Utara.
1.6.3
Pemilihan informan Pemilihan informan dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Informan
dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Perpustakaan UIN Sumatera Utara. Pelaksanaan tugas keperpustakaan dibagi ke dalam beberapa divisi yang meliputi bidang pengadaan, pengolahan, pemeliharaan, sirkulasi, dan referensi. Nama informan dalam penelitian ini bukan nama sebenarnya. Berikut nama informan dalam penelitian di Perpustakaan UIN Sumatera Utara sebagai berikut:
14
Tabel 1.1 Tabel Informan Penelitian Nama Informan K1 Informan K2 Informan K3 Informan K4 Informan K5 Informan K6 Informan K7 Informan K8 Informan K9 Informan K10 Informan K11 Informan K12
1.6.4
Jenis Kelamin P P L P L L P L P P P P
Pekerjaan Kepala Perpustakaan Staf Pengembangan Pengolahan Pengolahan Referensi Referensi Pengadaan Sirkulasi Sirkulasi Komputerisasi Sirkulasi Tata Usaha
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Menurut Nasution dalam Sugiyono (2014), observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Marshall dalam Nawawi juga menambahkan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku. 2.
Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
15
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2014). Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara mendalam, yaitu berupa dialog secara individu menggunakan pertanyaan agar informan mengutarakan
pandangan,
pengetahuan,
perasaan
serta
sikap
dan
perilakunya berupa pengalaman pribadi sebagai bagian dari pelaku organisasi di perpustakaan. 3. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca buku dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Hasil dari studi kepustakaan tersebut digunakan sebagai landasan teori dalam mendukung konsep penelitian yang dilakukan.
1.6.5
Instrumen Penelitian Instrumen pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti sendiri digunakan sebagai kunci atau alat dalam pengumpulan data pada penelitian ini 2. Handphone sebagai perekam data wawancara yang berdurasi 45-60 menit yang berdasarkan persetujuan informan terlebih dahulu 3. Dokumen dari instansi penelitian berupa visi, misi dan tujuan perpustakaan, struktur organisasi, dan daftar nama pegawai di perpustakaan serta hal-hal teknis tentang Perpustakaan UIN Sumatera Utara.
16
1.6.6
Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian bersifat deskriptif analitis. Deskriptif karena
hasil dari penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran secara sistematis, rinci dan menyeluruh tentang gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi serta hubungan diantara gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi yang terbentuk di Perpustakaan. Semua data baik berupa jawaban dari informan atas pertanyaan yang diajukan melalui wawancara, ataupun yang diperoleh dari observasi dihimpun menjadi satu. Setelah terkumpul lengkap, data diolah dan dianalisis secara kualitatif yakni memperhatikan fakta yang betul-betul terjadi di lapangan berdasarkan variabel yang sudah ditentukan, kemudian dimasukkan dalam tahap-tahap analisis. Selanjutnya diambil kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif yakni berdasarkan teori yang bersifat umum untuk menjelaskan hubungan data dengan data lainnya.
1.6.7
Teknik Pemeriksaan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini menggunakan
triangulasi dengan cara menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008).