BAB I
PENDAHULUAN Pada Bab I ini dibahas pendahuluan penelitian yang di dalamnya termasuk latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian baik secara teoretis maupun praktis. A. Latar Belakang Penelitian Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah lemahnya kemampuan para ilmuwan dalam menulis karya ilmiah, baik artikel jurnal maupun buku teks. Ini bisa jadi karena sewaktu kuliah di perguruan tinggi, para calon ilmuwan itu pada umumnya tidak dibekali keterampilan menulis akademik dan menulis kreatif pada khususnya. Padahal Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2012 tentang pendidikan tinggi Pasal 5, secara eksplisit menjelaskan bahwa perguruan tinggi (PT) mempunyai tujuan: 1. Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa; 2. Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; 3. Menghasilkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
melalui
penelitian
yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan 4. Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam Pasal 5 itu tercantum empat frase kunci yang sangat relevan dengan kajian disertasi ini, yaitu: (1) manusia kreatif, (2) meningkatkan daya saing bangsa, (3) menerapkan nilai humaniora, dan (4) mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa ini menginginkan lahirnya lulusan PT yang kreatif, berdaya saing, menghormati dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan, serta berperan aktif dalam pencerdasan bangsa.
Keinginan ini harus
diupayakan agar tercapai melalui proses pembelajaran yang pada hakikatnya adalah proses perubahan dalam kemampuan dan tingkah laku. Perubahan ini tidak semata-mata karena ada pertumbuhan, tetapi juga ada intervensi yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Kurikulum diberlakukan agar siswa memiliki kecintaan pada pengetahuan supaya mampu mengambil keputusan yang bijaksana. Dan seperti disebut dalam Undang-undang di atas, mereka adalah yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Pembelajaran sangat penting dalam mengimplentasikan kurikulum sebagai tindak lanjut dari kebijakan atau keputusan politik seperti undang-undang di atas. Sesungguhnya tanpa pembelajaran (instruction) kurikulum dan undang-undang itu hanyalah sekadar dokumen yang tidak memiliki nilai praktis bagi kehidupan. Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan belajar, dan lebih berfokus pada penumbuhan aktivitas anak didik. Sebagai aktivitas yang melibatkan sejumlah anak didik, maka pembelajaran mesti dianggap sebagai teaching system yang terdiri dari berbagai komponen yang terkait, yaitu: (1) persiapan (preparation), (2) penyampaian (presentation), (3) pelatihan (practice), dan (4) penampilan hasil (performance). Dalam tingkat pendidikan apa pun, dan pembelajaran apa pun pembelajaran yang baik akan mengikuti keempat urutan di atas.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Disertasi ini meneliti ihwal pembelajaran menulis kreatif (dalam bentuk cerita pendek) di tingkat PT. Teori-teori ihwal kurikukum dan pembelajaran relevan untuk dijadikan rujukan dalam pembahasannya. Sementara itu pada tingkat SMA selama ini, pembelajaran menulis mendapat porsi paling kecil dibandingkan dengan pembelajaran kemampuan bahasa lainnya seperti menyimak, membaca, dan bicara (Alwasilah: 2005). Hal ini dikarenakan pembelajaran menulis adalah pembelajaran yang paling sulit diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Guru lebih sering mengajarkan sejumlah teori menulis
daripada mengajarkan proses menulis. Pada umumnya, guru lebih percaya diri mengajarkan teori karena mereka pada umumnya tidak mempunyai kemampuan menulis. Sesungguhnya belajar menulis tidak bisa hanya dengan mempelajari teori, namun harus disertai sejumlah latihan. Sementara itu Ismail (1998:13) juga menganggap bahwa pengajaran sastra Indonesia mengalami kemunduran sejak 47 tahun silam dibandingkan dengan masa Hindia Belanda. Penyebabnya adalah (1) pengajaran sastra hanya ditumpangkan pada pelajaran tata bahasa; (2) sastra diajarkan sangat sedikit; (3) tidak ada buku sastra yang diwajibkan dibaca oleh siswa sampai tamat dan dibahas tuntas; dan (4) bimbingan mengarang sastra sangat terlantar. Di tingkat SMA memang secara spesifik tidak ada mata pelajaran menulis kreatif, yang ada adalah Pelajaran Bahasa Indonesia dan menulis merupakan bagian kecil dari pembelajaran ini. Sementara itu, menulis kreatif tercantum dalam kurikulum Program Studi Sastra Inggris UNPAS, seperti halnya pada prodi-prodi sejenis di PT lain di Indonesia. Mahasiswa prodi ini diharapkan menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan prodi, yaitu mampu menulis kreatif. Untuk mencapai standar ini, telah diupayakan berbagai strategi mengajar, namun, hasilnya belum memuaskan. Dibandingkan dengan menulis esai, menulis kreatif jauh lebih mudah.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menulis kreatif adalah menulis dengan menggunakan imajinasi. Menulis kreatif lahir dari kesenangan pribadi dalam menciptakan suatu karya tulis yang menggunakan keindahan perasaan untuk menyenangkan hati pembaca.
Ia adalah sebuah ekspresi jiwa yang
diterjemahkan dalam bentuk kata-kata yang dituangkan dalam tulisan.
Ekspresi yang lahir
adalah ungkapan perasaan, pengalaman pribadi, atau murni hasil rekaan daya imajinasi. Berbeda dengan penulisan esai, menulis kreatif dimulai dari ketertarikan pribadi pada penciptaan sebuah karya baik itu berupa puisi, fiksi, atau drama. Harapan para pembaca terhadap tulisan kreatif berbeda dari harapan mereka saat membaca buku teks atau teks lain, karena pada tulisan kreatif pembaca hanya mencari kesenangan semata. Tulisan kreatif menawarkan pengalaman batin yang indah, mengajak berimajinasi, dan melibatkan emosi pembaca untuk masuk ke dalam cerita. Menulis kreatif adalah bagian dari ungkapan pikiran, emosi, dan perasaan seseorang ketika terlibat dalam proses kegiatan menulis kreatif. Opini pribadi dari seorang dosen tentang menulis kreatif akan sangat mempengaruhi bagaimana cara dosen itu mengajarkannya dan bagaimana dia melibatkan siswa dalam kegiatan itu. Jadi sangatlah penting bagaimana persepsi dosen tentang menulis kreatif terhadap keberhasilan mahasiswa dalam mempelajarinya. Dosen yang dirinya sendiri sebagai penulis fiksi akan berbeda strategi mengajarnya dari dosen yang bukan seorang penulis fiksi. Walaupun pembaca tidak mencari informasi pada fiksi, penulis seyogianya mempunyai pengetahuan yang mumpuni untuk dicurahkan pada tulisannya. Pengetahuan itu bisa didapatkan dengan membaca berbagai sumber bacaan seperti buku, majalah, koran, atau berselancar di internet. Krashen (1984: 4) menyatakan bahwa ada keterkaitan yang sangat kuat antara menulis dan membaca. Menurutnya mahasiswa S-1 di A.S. yang baik tulisannya
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
itu memiliki banyak buku di rumahnya, gemar membaca sejak kecil, dan memiliki ketergantungan terhadap buku. Tak dapat dipungkiri, apa yang dikatakan Krashen adalah benar adanya, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses berpikir kreatif. Literacy environment atau lingkungan literasi dengan bacaan yang bervariasi memberikan wawasan dan sedikit banyak mengubah mindset, bahwa buku adalah jendela untuk membuka dunia. Seorang penulis kreatif tidak menerima hidup apa adanya, tapi memahami dan meresponnya.
Ia menggalinya sehingga menemukan sesuatu
menjadikannya sebagai sumber ilham.
yang berharga dan
Seorang penulis adalah seorang yang menjalani
hidupnya dengan kreatif. Menulis kreatif dimulai dari rasa. Tanpa rasa seorang tidak akan bisa menciptakan sebuah karya imajinasi yang bisa membuat pembaca mendengar, merasakan, dan melihat apa yang ditulisnya.
Gagasan penulisan fiksi dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti berjalan-jalan ke gunung, ke pasar, ke pantai; menemukan sesuatu yang baru dalam kehidupan sosial masyarakat dengan mengunjungi panti asuhan, penjara, mengobrol dengan pemulung, atau menjadi bagian dari sebuah kampanye; mereka ulang pengalaman masa lalu, membayangkan sesuatu yang menjadi harapan dan angan-angan, membayangkan pengalaman orang lain, atau betul-betul mencari gagasan lewat imajinasi murni. Pengembangan kreativitas menulis menempati tempat istimewa dalam pembelajaran bahasa, khususnya dengan pendekatan language arts di A.S. karena menulis membuat pola berpikir jadi sistematis dan menulis secara konsisten akan mengubah paradigma hidup, belajar memahami diri sendiri dan menghargai hidup secara lebih dewasa. Dengan kata lain, orang yang banyak menulis pola pikirnya akan sistematis, dan paradigma hidupnya akan berubah menjadi lebih berkualitas (Sebranek: 2001). Jadi pembelajaran menulis merupakan media pendidikan yang paling mendasar untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menulis kreatif tidak hanya melatih proses berpikir secara sistematis tetapi juga memberi pemahaman bahwa bahasa tulis itu—berbeda dari bahasa lisan--harus tertuang dengan jelas, yang pada hakikatnya memberi informasi yang bermanfaat kepada pembacanya. Seorang penulis kreatif akan memahami hidup secara lebih dewasa karena seorang penulis tidak hanya memaknai dan mengapresiasi bacaan berbentuk teks tapi juga
membaca
visualisasi kehidupan yang tampak di depan matanya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis kreatif harus dititikberatkan pada proses penulisannya--bukan kepada hasil akhir--di mana pada pembelajaran itu pembelajar melewati sejumlah tahapan, yakni free writing, prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing. Dalam proses pembelajaran menulis kreatif, guru atau dosen harus memahami betul bagaimana proses kreatif itu muncul sehingga melahirkan sebuah karya. Setiap individu akan memberikan respon yang berbeda pada satu strategi pembelajaran Seyogianya mereka dibiarkan mencurahkan respon sebebas-bebasnya tanpa mendapat gangguan dari pengajar. Ada saatnya mereka membaca ulang tulisan mereka, di situlah mereka beroleh masukan (feedback) lewat diskusi dengan guru atau sejawatnya. Lewat feedback mahasiswa akan mendapat pencerahan bagaimana kriteria tulisan yang baik yang berterima di masyarakat. Menurut Charlie (2006), tulisan yang bagus memenuhi kriteria standar sebagai berikut.
Gagasan Orisinal Tulisan yang bagus biasanya merupakan pendapat orisinal penulisnya. Tulisan yang tidak berisi ide baru tak dapat dikatakan bagus, walaupun penyajiannya memikat.
Isi Menggugah Isi tulisan yang bagus menggugah pembacanya untuk berbuat hal positif, memperbaiki karakter dan moral masyarakat, atau memberi inspirasi yang
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mencerahkan. Agar tulisannya menggugah, penulis harus mampu mengidentifikasi persoalan yang ditulisnya dengan menggunakan katakata yang tepat menggambarkan persoalan itu.
Tema Istimewa Tema yang tidak biasa dapat menyulap sebuah tulisan menjadi bernilai tinggi dan bagus. Ketika orang ramai menulis tentang pentingnya menghentikan pengeluaran izin baru bagi penebangan hutan, misalnya, seseorang dapat menulis soal kelangkaan bahan baku kayu yang mungkin dialami pabrik kayu lapis dan industri mebel kayu. Hasil karya ini bisa dianggap tulisan bagus karena temanya berbeda dengan pandangan umum.
Mengandung Kejutan Novel-novel detektif, "suspense" atau "thriller" mengandalkan ketegangan dan kejutan untuk menjadi karya terpopuler dan terbaik. Suatu peristiwa akan mengejutkan pembaca tatkala kejadian itu terjadi di luar dugaan pembaca. Artinya, penulis fiksi harus memahami psikologi pembaca. Empat kriteria di atas (orisinal, menggugah, istimewa, dan mengejutkan) harus
diajarkan dan dilatihkan kepada para mahasiswa, antara lain dengan membaca karya sastra yang sudah diterbitkan (published work). Mereka bisa belajar melalui modeling dari karya tersebut. Dengan demikian, penyediaan karya sastra di perpustakaan merupakan prasyarat bagi terjadinya pembelajaran melalui modeling. Karena empat kriteria di atas itulah, maka mengapresiasi sebuah karya sastra berbeda dengan menilai karya ilmiah atau expository texts karena ada beberapa prinsip dalam penilaian sebuah karya sastra (Alwasilah, 2005: 64), antara lain:
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Karya sastra pada umumnya tidak berpura-pura untuk membuktikan sesuatu. Tema perwatakan, alur cerita, gaya bahasa bercampur menjadi satu kebulatan.
Karya sastra yang baik tidak menggurui. Dari mana alur cerita dimulai, terserah keperluan pengarangnya tanpa menyimak dulu kaidah-kaidah menulis.
Karya sastra bersifat imajinatif maka tidak bisa divalidasi maknanya secara objektif dengan hanya melihat detail-detail faktualnya saja.
Karya sastra itu pengalaman pribadi. Karena itu analisis sastra harus berangkat dari respon pengalaman sendiri.
Membaca karya sastra seyogyanya tidak sekadar memahami tapi mengapresiasi yaitu pemahaman isi dan makna serta pengalaman bathin yang memberi nilai sejujur-jujurnya kepada karya sastra.
Analisis karya sastra adalah mencermati tiga komponen terpenting yaitu makna, struktur, dan gaya penulisan. Sementara itu, dalam penulisan kreatif, kreativitas ditularkan dengan cara
mengajarkannya.
Dosen yang kreatif akan memberi pemahaman kepada mahasiswa
bagaimana menjadi manusia yang kreatif. Dengan kata lain, dosen yang kreatif mampu membuat hal biasa menjadi luar biasa, dan pengalaman rutin di kelas menjadi pengalaman luar biasa yang tak terlupakan oleh mahasiswa. Dia tentu saja harus terbuka dan tidak alergi terhadap kritik.
Dosen yang kreatif harus berupaya agar semua mahasiswa merasa
diperlakukan sama dan mendapat porsi perhatian yang sama. Dosen yang kreatif menggiring mahasiswa menciptakan karya secara kreatif, dan mengapresiasi hasil karyanya tersebut. Tanpa kreativitas, kelas tidak akan mempunyai ruh.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dosen yang tidak kreatif berdampak buruk bagi kreativitas mahasiswa. Kreativitas dibentuk oleh jiwa yang kreatif, yang selalu ingin menggali sesuatu yang baru untuk keberhasilan anak didiknya. Disertasi ini melaporkan sebuah penelitian ihwal pembelajaran menulis kreatif pada mahasiswa Program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan, Bandung. Sejak berdirinya pada 1999 sampai sekarang, dalam kurikulum program studi ini terdapat enam mata kuliah menulis yang tersebar dari semester 1 sampai 6. Keenam mata kuliah menulis itu bertajuk Reading-Writing Connections, Imaginative Writing, Esay writing, Investigative Writing, Writing for Publication, dan Popular Writing. Pada pembelajaran Imaginative Writing, mahasiswa mempelajari bagaimana menulis kreatif, mengasah afektif, menajamkan imajinasi, dan mencurahkan imajinasinya ke dalam sebuah karya fiksi. Dari pengamatan selama ini, tidak banyak yang mampu meningkatkan daya imajinasinya. Antusiasme mahasiswa yang kurang dalam mengikuti kuliah menulis kreatif terlihat dari absensi mereka. Berdasarkan catatan kehadiran perkuliahan imaginative writing pada periode 2010-2011 hanya tiga subjek penelitian yang mencapai kehadiran 100%, enam subjek penelitian mencapai 92% kehadiran, dua subjek penelitian mencapai 84% kehadiran, lima subjek penelitian hanya mencapai 76% kehadiran, empat subjek penelitian mencapai 69% kehadiran, lima subjek penelitian mencapai 61% kehadiran, dan sisanya tidak mencapai kehadiran sampai 50%. Dari hasil pengamatan ini, terditeksi bahwa pada pembelajaran menulis kreatif subjek penelitian tidak mampu meramu dan mengelola kosa kata, tidak memahami cara mendapatkan gagasan untuk menuliskan sebuah cerita, tidak mampu menampilkan sosok karakter imajiner dalam karyanya, sulit untuk mereka-reka adegan dan membuat alur yang mengalir, dan tidak mendalami bagaimana tempat dan waktu berkaitan dengan cerita secara keseluruhan. Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ketika tiba pada waktunya menyelesaikan tugas menulis, mahasiswa merasa tertekan dan memilih tidak masuk kuliah karena tidak mampu menyelesaikan tugas pada waktu yang sudah ditentukan. Masalah ini muncul akibat dari rendahnya kebiasaan membaca mereka, khususnya dalam membaca karya sastra. Kondisi seperti ini menyulitkan mereka untuk mengembangkan imajinasi. Berdasarkan pengamatan di atas, penelitian ini difokuskan pada penulisan cerita pendek oleh subjek penelitian selama kurun waktu satu semester. Pada penelitian ini, ada empat strategi pembelajaran menulis cerita pendek. Strategi pembelajaran pertama adalah pengayaan teknik-teknik menulis narasi, deskripsi, eksposisi, dan, argumentasi.
Strategi
pembelajaran kedua adalah memperkenalkan hubungan yang erat antara membaca dan menulis (reading-writing connections), di mana subjek penelitian diajari bagaimana cara mengapresiasi sebuah karya sastra yang sudah dipublikasikan. Strategi pembelajaran ketiga adalah mengajarkan menulis lewat audio visual. Subjek penelitian diajak untuk menonton dan mengapresiasi film sebelum menulis. Strategi pembelajaran keempat adalah menghadirkan suasana alam pada proses pembelajaran sebelum subjek penelitian menulis.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah Masalah
yang diteliti
dalam
disertasi
ini
adalah
sebagai
berikut:
Bagaimanakah keefektifan pengajaran menulis cerita pendek para mahasiswa semester 2 prodi Bahasa Inggris Unpas? Penelitian ini mengamati proses pembelajaran penulisan kreatif selama satu semester. Pembelajaran menulis cerita pendek yang diteliti dalam disertasi ini menggunakan model pembelajaran multi-strategi dengan rincian strategi sebagai berikut:
Strategi pembelajaran 1 adalah belajar menulis lewat pendalaman teori yakni pengayaan teknik-teknik menulis narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, serta penggunaan mekanik penulisan sebelum subjek penelitian menulis.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Strategi pembelajaran 2 adalah belajar menulis dengan mencontoh model cerita pendek yang sudah dipublikasikan (published work). Pada pembelajaran ini diajarkan bagaimana cara mengapresiasi sebuah karya sastra sebelum subjek penelitian menulis.
Strategi pembelajaran 3 adalah mengajarkan menulis dengan menonton dan mengapresiasi film The Last Exorcism sebelum menulis.
Strategi pembelajaran 4 adalah belajar menulis dengan menghadirkan suasana alam pada proses pembelajarannya (outdoor learning) sebelum subjek penelitian menulis.
Bukti-bukti kemajuan dari proses pembelajaran dengan empat strategi ini tampak dalam karya tulis mereka, yakni dalam tema, alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan, latar dan teknik penyampaian, serta gaya bahasa.
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, pertanyaan penelitian ini diajukan sebagai berikut: 1. Tema apa yang muncul di dalam karya cerita pendek mahasiswa? 2. Bagaimana mahasiswa mengelola unsur-unsur intrinsik berkaitan dengan tema dalam cerita pendek mereka? 3. Kemajuan apakah yang tampak pada cerita pendek mereka? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sesuai dengan pertanyaan penelitian yang sudah disebutkan di atas yaitu sebagai berikut: Mencari tahu tema yang muncul di dalam cerita pendek mahasiswa. Mencari tahu bagaimana mahasiswa mengelola unsur-unsur intrinsik berkaitan dengan tema dalam cerita pendek mereka.
Mencari tahu kemajuan yang tampak pada cerita pendek mereka.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini melahirkan konsep baru tentang pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan empat strategi pembelajaran yang berbeda. Strategi pembelajaran yang diberikan kepada subjek penelitian adalah strategi yang membangkitkan motivasi dan kreativitas mahasiswa dalam belajar menulis cerita pendek. Strategi pembelajaran yang diberikan itu bisa berdiri sendiri atau merupakan kesinambungan satu dengan yang lainnya. Konsep pembelajaran ini telah memperbaharui strategi yang selama ini dipergunakan di kelas perkuliahan menulis. Konsep baru ini bisa diterapkan pada pembelajaran menulis. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau sumber bacaan bagi peneliti lain yang berminat pada pembelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa bagaimana menulis secara inovatif, mengelola kosa kata dalam menulis cerita pendek, menggali gagasan baru untuk menulis, menciptakan karakter pada cerita, membuat alur, dan membuat koneksi antara masa kini dengan kejadian di masa lampau lewat keliaran imajinasi. Secara rinci manfaat praktis itu dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi potret kompetensi menulis para lulusan SMA selama ini, sehingga dapat diajukan saran perbaikan bagi pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SMA. 2. Mengidentifikasi berbagai kebiasaan mahasiswa dalam mempelajari teori menulis dan proses kreatif mereka. 3. Mengetahui
kelebihan
dan
kekurangan
serta
tingkat
kesulitan
dalam
mengimplementasikan empat strategi pembelajaran menulis cerita pendek yang dilakukan dalam penelitian ini. 4. Mengetahui respon para mahasiswa terhadap keempat strategi pembelajaran menulis cerita pendek yang dipakai dalam penelitian ini. Dengan demikian, dosen Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bisa mengantisipasi problem yang mungkin muncul dalam mengimplementasikan empat strategi pembelajaran tersebut. 5. Mengetahui strategi mana yang sesuai untuk mengajarkan menulis jenis teks mana dan bagi kelompok mahasiswa mana, sehingga dosen dapat mengetahui secara spesifik strategi mana yang cocok dalam penyusunan silabus perkuliahan. 6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum menulis di prodi Sastra Inggris FISS Unpas selama ini. Dengan demikian, akan diketahui sejumlah saran yang dapat diajukan kepada lembaga untuk memperbaiki kurikulum tersebut. F. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran: Model pembelajaran menurut Joyce (1992: 4) adalah “A plan or pattern that we can use to design face to face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional materials--including books, films, tapes, computer-mediated programs, and curricula (long terms courses of the study). Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Jelasnya lagi, menurut Joyce model pembelajaran adalah sebuah rancangan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pembelajaran yang interaktif di dalam ruang kelas atau lokasi tutorial, dan untuk membentuk bahan-bahan pembelajaran seperti buku, film, komputer, dan kurikulum.
Model pembelajaran memandu guru ketika mendesain
pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang beragam. Chauhan (1979: 20) memiliki pendapat yang sama dengan Joyce tentang model pembelajaran. Menurutnya, “Models of teaching can be defined as an instructional design which describes the process of specifying and producing particular environmental situations which cause the students to interact in such a way that a specific change occurs in their behavior.”
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Masih menurut Chauhan (1979: 20) model pembelajaran yang baik mempunyai sejumlah karakteristik sebagai berikut:
Mempunyai prosedur sistematik untuk memodifikasi tingkah laku siswa atas asumsi tertentu. Bisa menentukan hasil belajar yang akan dicapai dalam bentuk kinerja siswa yang dapat diamati setelah mereka menyelesaikan sebuah pembelajaran.
Bisa menentukan syarat-syarat lingkungan yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman;
Bisa menentukan kriteria kinerja siswa sesuai dengan apa yang diharapkan dan menentukan mekanisme yang memudahkan siswa memberikan reaksi dan bisa berinteraksi dengan lingkungan. Dalam penelitian ini, model pembelajaran merujuk pada pola pembelajaran menulis
cerita pendek secara interaktif di dalam dan di luar kelas yang melibatkan seorang dosen dan 38 orang mahasiswa jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. 2. Multi-strategi: Empat strategi yang digunakan pada pembelajaran menulis cerita pendek pada mata kuliah Imaginative Writing di Program studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan.
Empat strategi itu dirinci sebagai berikut: Strategi pembelajaran
pertama adalah pengayaan teknik-teknik menulis narasi, deskripsi, eksposisi, dan, argumentasi. Strategi pembelajaran kedua adalah memperkenalkan hubungan yang erat antara membaca dan menulis (reading-writing connections), di mana subjek penelitian diajari bagaimana cara mengapresiasi sebuah karya sastra yang sudah dipublikasikan. Strategi pembelajaran ketiga adalah mengajarkan menulis dengan menonton dan mengapresiasi film. Subjek penelitian diajak menonton dan mengapresiasi film sebelum menulis. Strategi pembelajaran keempat Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah menghadirkan suasana alam pada proses pembelajarannya (outdoor learning) sebelum subjek penelitian menulis. 3. Menulis kreatif: Menulis kreatif (creative writing) adalah istilah akademik untuk merujuk pada sebuah proses menulis yang melibatkan imajinasi dan penemuan baik dalam bentuk maupun isi, seperti dikatakan DeMaria (1985: 157) sebagai berikut. “Creative writing is a term that has taken hold in academic circles. It has become part of the jargon of education. In college catalogues we will find creative writing courses and degree programs in creative writing. It does not mean good writing as opposed to bad writing. It means writing that involves the imagination and invention in form and content. It means fiction, poetry, and drama.” Menulis kreatif adalah istilah baku pada kurikulum dan disepakati memiliki bentuk dan isi seperti pada fiksi, puisi, dan drama. Menulis kreatif adalah sebuah proses pembuatan sesuatu--yakni sebuah karya tulis fiksi--yang baru dan berbeda dari tulisan-tulisan lainnya. Sebranek (2001: 56) menyebutnya sebagai berikut: “a process of inventing, the process of making something new and different, something made-up. It also has solid roots in the real-world experiences and memories of the writer-fact and fiction, blending together.” Dalam pada itu Stegner (2002: 100) menjelaskan bahwa menulis kreatif berbeda dari menulis sebagai proses komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. Lebih jelas dikatakannya sebagai berikut: “Creative writing means imaginative writing, writing as an arts, what the French call belles lettres. It has nothing to do with information or the more routine forms of communication, though it uses many of the same skills.” Walaupun demikian, menulis kreatif juga memiliki persamaan, yakni relatif memerlukan keterampilan yang perlu diajarkan. Secara lebih khusus, Christensen, ed., et al. (1982: 8) menjelaskan aspek psikologis dari menulis kreatif sebagai berikut: “Creative writing is an art, the art of thinking and feeling and appreciating the magic words and ideas. Like the teaching of an art, the primary goal of teacher is to Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
nurture, challenge, and encourage development of the talent of each individual. It is through creative writing that children reveal and find their inner selves, their talents, ideas, hopes, and goal”. Dalam menggambarkan pentingnya menulis kreatif bagi anak-anak, Maybury seperti dikutip Percy (1981: 1) juga menyebutkan bahwa: “Creative writing is concerned with encouraging children to use fully what they have within themselves: ideas, impressions, feelings, hope, their imagination, and such language as they can command. It is an attempt to get at the nine-tenth of the iceberg of a child’s mind that does not often use (1981: 1).” Artinya bahwa pengajaran menulis kreatif itu sangat penting untuk melatih anakanak menggunakan gagasan, impresi, perasaan, harapan, dan imajinasinya sehingga pikiran mereka dapat berkembang. Dalam penelitian ini, menulis kreatif adalah menulis cerita pendek oleh mahasiswa yang dipandu oleh dosen setelah mengikuti pembelajaran dengan empat strategi yang berbeda.
Senny Suzanna Alwasilah, 2013 Implementasi Model Pembelajaran Multi-Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu