BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami kenaikan,
Semua sektor mengalami pertumbuhan khususnya di sektor perdagangan. Pertumbuhan
dan
perkembangan
perekonomian
Indonesia
menciptakan
pertumbuhan dalam dunia usaha. Usaha – usaha yang banyak bermunculan mengakibatkan timbulnya persaingan yang lebih ketat lagi. Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi dunia usaha, khususnya usaha pakaian karena jumlah penduduknya yang terus bertambah. Permintaan untuk memenuhi kebutuhan akan produk pakaian setiap tahun meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,49 % (www.gatra.com). Hal tersebut dikarenakan pakaian merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia. Besarnya kebutuhan akan produk pakaian menjadi peluang bagi perusahaan untuk memproduksi pakaian bagi konsumen di Indonesia. Melihat besarnya peluang pasar yang ada, industri pakaian di Indonesia semakin berkembang dan beragam dalam memenuhi kebutuhan akan pakaian. Kota Bandung yang dikenal sebagai kota mode di Indonesia dan memiliki masyarakat yang kreatif, pada saat ini melahirkan inovasi baru dengan membuat toko – toko baju yang di kenal dengan distro (distribution store atau clothing). Di kota Bandung banyak distro - distro yang bermunculan dan dikenal oleh masyarakat Bandung dan masyarakat luar Bandung. Pada tahun 2009 terdapat 300 distro dan pada tahun 2010 distro di Kota Bandung meningkat yaitu berkisar kurang lebih 500 distro. Tahun 2011 jumlah distro di kota Bandung meningkat 1
BAB I PENDAHULUAN
2
menjadi 1200 distro. (http : //adinfopuri.blogspot.com/2010/11peluang-bisnisclothing-distro.html). Perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Distro di Kota Bandung Tahun 2009 sampai 2011
Tahun
Jumlah Distro
2009
300 distro
2010
500 distro
2011
1200 distro
Sumber :http://adinfopuri.blogspot.com/2010/11peluang-bisnis-clothing-distro.html
Pada awalnya pemikiran untuk memproduksi pakaian dengan merek lokal muncul dari suatu komunitas tertentu agar berbeda dengan yang lain. Pakaian tersebut diproduksi terbatas dan digunakan untuk sendiri. Menyadari akan adanya peluang bisnis, mulailah produk ini dipasarkan ke konsumen lain. Dengan semakin banyaknya distro yang bermunculan menjadikan semakin ketatnya tingkat persaingan sehingga perusahaan harus membuat strategi dalam memasarkan produknya agar mampu memenangkan persaingan. Salah satu strategi pemasaran yang diterapkan adalah strategi penciptaan atau pemberian merek yang tepat pada produk yang diciptakan oleh perusahaan serta menjaga kualitas produk perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan perusahaan untuk memperoleh image atau citra positif dari konsumen. Menurut Kotler (2009 : 332) brand atau merek adalah :
BAB I PENDAHULUAN
3
”Merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama”. Dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh perusahaan, maka konsumen akan dapat melihat merek mana yang dapat memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini kebutuhan konsumen tidak terbatas pada fungsi utama yang diberikan oleh suatu produk (primary demand) tetapi sudah berkembang menjadi keinginan akan suatu merek tertentu (secondary demand). Dalam usaha memenangkan persaingan, perusahaan harus dapat melaksanakan strategi pemasaran dengan baik. Pelaksanaan pemasaran yang terpenting yaitu perusahaan dihadapkan pada keputusan pemberian merek atau brand. Merek suatu produk merupakan daya tarik untuk konsumen. Selain itu merek juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan daya saing. Fungsi merek yang telah berkembang menjadi salah satu alat promosi menyebabkan merek memiliki peran yang penting dalam menarik minat konsumen akan produk yang ditawarkan perusahaan tersebut sehingga akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Image atau citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Image yang melekat pada perusahaan terbentuk dari bagaimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Alma (2009:37) persepsi yang positif dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek akan menciptakan brand image yang baik. Brand image menjadi prioritas utama yang dijadikan acuan bagi konsumen sebelum melakukan pembelian. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menciptakan suatu merek yang menarik dan menggambarkan manfaat produk yang sesuai dengan keinginan konsumen sehingga konsumen memiliki persepsi yang positif terhadap merek tersebut. Salah satu merek distro yang ada di Kota Bandung adalah DLOOPS. DLOOPS tidak terlepas dari persaingan yang ketat karena banyaknya
BAB I PENDAHULUAN
4
bermunculan distro - distro di Bandung yang memproduksi produk sejenis. Untuk memasarkan produknya Distro DLOOPS memiliki kendala yang besar dari para pesaingnya. Untuk itu Distro DLOOPS harus membuat strategi untuk memenangkan persaingan. Strategi pemasaran yang digunakan oleh Distro DLOOPS adalah strategi pencitraan merek. Melihat pentingnya suatu citra merek bagi perusahaan, maka perusahaan harus dapat menanamkan citra positif kepada produknya. Dengan begitu konsumen akan tertarik dalam melakukan pembelian terhadap produk Distro DLOOPS. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Brand Image Terhadap Niat Beli Konsumen Pada Distro DLOOPS di Bandung”.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas penulis mengidentifikasikan masalah sebagai
berikut : 1. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap brand image Distro DLOOPS? 2. Bagaimana niat beli konsumen terhadap produk Distro DLOOPS? 3. Seberapa besar pengaruh brand image terhadap niat beli konsumen di Distro DLOOPS?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai salah satu dari
prasyarat akademik untuk menyelesaikan pendidikan kesarjanaan di Fakultas Bisnis dan Manajemen Program Studi Manajemen Universitas Widyatama. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah : 1. Mengetahui tanggapan konsumen terhadap brand Image produk Distro DLOOPS.
BAB I PENDAHULUAN
5
2. Mengetahui niat beli konsumen terhadap produk Distro DLOOPS. 3. Mengetahui besarnya pengaruh brand image terhadap niat beli konsumen di Distro DLOOPS.
1.4
Kegunaan Penelitian Dengan melakukan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan
manfaat : 1. Bagi usaha / bisnis Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan dasar sumbangan pemikiran bagi perusahaan mengenai pengaruh brand image terhadap niat beli konsumen pada produk DLOOPS. 2. Bagi penulis Sebagai tambahan pengalaman untuk mengembangkan wawasan serta pemahaman dan perbandingan antara teori – teori yang diperoleh dalam perkuliahan dan praktek yang sebenarnya, khususnya dalam ilmu pemasaran mengenai pengaruh brand image terhadap niat beli pada Distro DLOOPS. 3. Bagi pihak lain yang berkepentingan Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk mengadakan penelitian selanjutnya
serta
untuk
menambah
pengetahuan,
wawasan
serta
pemahaman terbatas mengenai judul yang diteliti.
1.5
Kerangka Pemikiran Saat hendak melakukan pembelian suatu produk, konsumen dihadapkan
kepada berbagai macam pilihan produk yang beraneka ragam. Oleh karena itu perusahaan perlu membuat strategi agar konsumen membeli produknya. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menarik minat konsumen dalam melakukan pembelian adalah dengan penciptaan merek pada produk yang
BAB I PENDAHULUAN
6
dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dengan adanya merek tersebut akan memudahkan konsumen untuk mengenali produk yang akan dibeli. Merek merupakan suatu atribut yang penting dari sebuah produk yang dapat mempengaruhi kegiatan pemasaran perusahaan. Merek juga dapat memberikan nilai tambah bagi suatu produk. Berdasarkan pengalaman konsumen dalam menggunakan suatu produk, maka konsumen akan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap berbagai merek. Hal tersebut akan menciptakan brand image atau citra merek di benak konsumen. Menurut Philip Kotler (2009:332) pengertian merek adalah : ”Merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama”. Merek merupakan hal yang sangat penting bagi suatu produk karena saat ini konsumen memilih produk dengan melihat brand / merek sebelum melakukan pembelian. Merek merupakan identitas untuk membedakan produk yang dihasilkan perusahaan dengan produk pesaing. Produk yang memiliki identitas khusus akan mudah dikenali oleh konsumen sehingga konsumen akan mudah pula dalam melakukan pembelian produk. Pada saat konsumen akan memutuskan produk mana yang akan dipilih, konsumen akan terbawa secara sadar atau tidak sadar pada persepsinya pada suatu citra (image). Citra tersebut dapat berupa citra terhadap merek atau produk tertentu. Menurut Kotler (2009 : 206) brand image adalah : “Kepercayaan tentang suatu merek yang membangun gambaran merek itu”. Ada 3 dimensi dalam citra merek. Pertama, karakteristik fisik produk suatu merek yang dikenali konsumen. Kedua, kekuatan merek yang mampu
BAB I PENDAHULUAN
7
menimbulkan manfaat yang disukai atau tidak disukai berdasarkan skala penilaian konsumen. Ketiga, kekuatan konsumen mengenai keyakinannya menentukan secara akurat kualitas suatu merek (Engel dan Blackwell, 1994:373). Citra dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih merek produk yang akan dibelinya. Citra tersebut dapat berupa citra positif atau negatif. Citra positif suatu produk dapat mempengaruhi niat beli konsumen. Menurut Schifman dan Kanuk (2008 : 228) niat pembelian adalah : “Suatu model sikap seseorang terhadap objek barang yang sangat cocok dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa, atau merek tertentu”. Sedangkan pengertian niat beli menurut Howard (1994 : 41) adalah : “Niat beli merupakan suatu sikap konsumen yang berminat atau berencana untuk membeli”. Menurut Ajzen dalam Theory of Reasoned Action ini menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Terdapat dua faktor yang berada diantara niat beli dan keputusan pembelian, yaitu terdiri atas : 1. Sikap orang lain Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternative
yang disukai
seseorang yang tergantung pada dua hal yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
BAB I PENDAHULUAN
8
2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi Faktor – faktor situasi yang tidak terduga seperti faktor harga, pendapatan keluarga dan keuntungan yang diharapkan dari produk tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen tidak mudah. Konsumen bisa mengubah pemikirannya pada detik-detik terakhir. Tentu saja pemasar mengharapkan konsumen bersikap positif yaitu bersedia membeli barang yang ditawarkan. Untuk menarik atau menumbuhkan minat beli konsumen terlebih dahulu pemasar harus memahami bagaimana konsumen berkeputusan. Minat beli konsumen dapat didefinisikan sebagai berikut: Menurut Kotler (2009:568) “Minat beli adalah tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum merencanakan untuk membeli suatu produk.” Menurut Mc. Carthy yang dikutip oleh Bearman dan Evans dalam buku Retail Management: A Strategic Approach (2002:298): “Minat beli merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.” Secara lebih rinci, minat beli konsumen adalah dorongan pada seseorang atau perusahaan untuk melakukan pembelian pada barang atau jasa sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Bearman dan Evans dalam buku Retail Management: A Strategic Approach (2002:300), terdapat tiga tahapan dalam menumbuhkan minat beli konsumen, yaitu: 1. Rangsangan, terjadi saat suatu keinginan mencapai daerah syaraf penerimaan indera seseorang. Misalnya: ketika seseorang melihat atau mendengar kegiatan yang inovatif dilakukan oleh suatu perusahaan mobil. 2. Kesadaran, untuk dapat menjadi perhatian atas kesadaran seseorang maka rangsangan tersebut harus dapat menggetarkan syaraf indera dan
BAB I PENDAHULUAN
9
menimbulkan respon langsung atau sensasi-sensasi pada otak. Misalnya ketika seseorang merasa tertarik untuk lebih mengetahui lebih jauh mengenai kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut. 3. Pencarian informasi, dibagi menjadi: a) Informasi intern, bersumber dari ingatan konsumen untuk memilih barang atau jasa yang memuaskannya. b) Informasi ekstern, informasi yang berasal dari iklan, melalui kawan, ataupun dari massmedia. c) Memastikan sifat yang khas dari setiap pilihan yang ada, pada tahap ini konsumen mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan ciri dari setiap pilihan, setelah itu baru konsumen memutuskan barang / jasa yang akan dibelinya. d) Pemilihan alternatif, setelah informasi yang berkaitan dengan produk yang diinginkan telah diperoleh, maka konsumen melakukan penelitian akan alternatif-alternatif yang ada. Beberapa konsep dasar yang membantu konsumen dalam melakukan penelitian atas alternatifalternatif yang ada, yaitu: (1) Sifat produk (warna, ukuran, kemasan) misalnya jika seseorang konsumen akan membeli baju, maka ia akan memperhatikan bahan, model, warna serta haraganya. (2) Bobot tingkat kepentingan dari produk, hal ini bergantung pada ciri-ciri produk yang berkesan dan masuk ke dalam benak konsumen. (3) Kepercayaan atas merek, merupakan alat yang dipakai konsumen untuk membedakan tiap merek dengan ciri masing-masing. Kepercayaan ini adalah hasil dari pengalaman dan persepsi konsumen. (4) Fungsi kemanfaatan produk, merupakan gambaran konsumen yang mengharapkan kepuasan atas produk yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN
10
(5) Proses penilaian produk dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur penilaian tertentu untuk membuat satu pilihan dari sekian banyak alternatif yang ada. e) Tempat pembelian, merupakan salah satu pertimbangan di toko mana konsumen akan membeli produk atau jasa. Sebuah toko yang memiliki citra yang baik akan merangsang konsumen untuk selalu berbelanja di tempat yang sama. f) Pembelian, merupakan tahap terakhir dimana konsumen telah menentukan pilihan dan siap untuk menukarkan uangnya dengan barang/jasa tersebut. Ada dua faktor yang turut menentukan keputusan pembelian konsumen yaitu sikap orang lain dan faktor situsional yang tidak terduga. Dengan mempelajari niat beli konsumen, perusahaan dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka diambil sebuah penelitian : Pengaruh Brand Image Terhadap Niat Beli Konsumen Pada Distro DLOOPS Di Bandung.
1.6
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka penulis
membuat suatu hipotesis terhadap masalah penelitian bahwa terdapat hubungan antara brand image dengan niat beli.
1.7
Metodologi Penelitian Penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode
penelitian explanatory. Penelitian explanatory menurut Zulganef (2008 : 11) adalah penelitian yang bertujuan menelaah kausalitas antar variabel yang
BAB I PENDAHULUAN
11
menjelaskan suatu fenomena tertentu. Dimana bertujuan untuk menjelaskan atau membuktikan hubungan atau pengaruh antar variabel. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Data primer Data primer merupakan data yang didapatkan sendiri, yaitu dengan melakukan wawancara, penelitian langsung dan observasi di lapangan. 2. Data sekunder Data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu seperti data dari referensi, instansi atau lembaga lain. Adapun dalam pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder dilakukan dengan cara : 1. Studi pustaka (Library Research) Studi pustaka yaitu penelitian kepustakaan dengan tujuan untuk memperoleh berbagai referensi tambahan dan pengetahuan teoritis dengan cara membaca dan mempelajari literature, catatan – catatan dan buku – buku yang behubungan dengan objek yang penulis teliti untuk memperoleh data sekunder. 2. Studi lapangan (Field Research) Studi lapangan yaitu penelitian secara langsung ke tempat penelitian dengan maksud memperoleh data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah : a. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati dan meninjau langsung ke perusahaan yang di teliti.
BAB I PENDAHULUAN
12
b. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pihak yang berwenang dan berhubungan dengan objek yang diteliti. c. Kuesioner, yaitu suatu lembar isian yang didalamnya berisi pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Data – data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan.
1.8
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini,
penulis melakukan penelitian di Distro DLOOPS yang berlokasi di Jalan Sultan agung nomor 1 Bandung.