1
BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Penelitian
Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini dihadapi oleh kota-kota di Indonesia karena dampaknya mengancam eksistensi kota dan penduduknya. Bencana alam berupa gempa bumi, banjir, tsunami, badai, dan jenis bencana lainnya sering terjadi di Indonesia yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang sangat besar. Dampak dari bencana alam juga dapat merubah keseimbangan lingkungan dan kehidupan masyarakat yang menjadi korban (Korlena, dkk 2011). Cutter dan Douglas dalam Sudibyakto, dkk (2012:9) menyatakan bahwa : “Bencana tidak hanya disebabkan oleh perilaku manusia, tetapi juga merupakan faktor lingkungan alam dan buatan. Dampaknya menyebabkan setiap satuan unit ruang memiliki tingkat resiko bencana yang beragam karena terdiri dari elemen-elemen pendukung yang beragam. Setiap unit ruang atau wilayah memiliki keunikan yang berbeda, maka ketahanan masyarakat terhadap bencana pun beragam sesuai dengan tingkat kerentananya”.
Konstelasi permukiman sebagai unit terkecil dari ruang yang digunakan oleh manusia untuk menjalankan aktivitas dan mempertahankan kehidupannya tidak terlepas dari ancaman bencana alam. Terutama permukiman yang terletak pada kawasan rawan bencana, seperti bantaran sungai, pesisir pantai, lereng perbukitan.
2
Ancaman dari bencana alam terhadap eksistensi permukiman akan mempengaruhi segala aktivitas dan perikehidupan dari manusia yang mendiami permukiman tersebut. Perkembangan permukiman pun akan terhambat dan interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami gangguan. Dari konteks tersebut, maka masalah yang dihadapi oleh permukiman pada kawasan rawan bencana banjir bandang adalah seperti apa bentuk permukiman yang mitigatif dan adaptif untuk mendukung eksistensi kehidupan masyarakat. Perwujudan suatu permukiman yang mitigatif dan adaptif membutuhkan adanya intervensi kebijakan yang menyeluruh. Dalam konstitusi di Indonesia permasalahan yang berkaitan dengan ruang telah diatur dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Intervensi tentang masalah kebencanaan
diakomodir
pengendalian
ruang.
dalam
Perspektif
tahap
perencanaan,
tersebut
menunjukkan
pemanfaatan bahwa
dan
masalah
kebencanaan memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang terarah dan terpadu (PERKA BNPB No.4 Tahun 2008). Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Banjir Bandang Wasior Kabupaten Teluk Wondama.
Menetapkan
bahwa Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat sebagai kawasan yang memiliki kerentanan bencana banjir bandang yang sangat tinggi. Nilai skoring kawasan berada pada kuadran 5(lima) yaitu 80%-90% atau sangat rentan terhadap bencana alam. Ditetapkan beberapa kawasan permukiman yang tidak layak bagi pengembangan perkotaan. Pada kawasan tersebut perlu dilakukan intervensi
3
melalui pendekatan pengembangan secara terbatas karena memiliki kondisi wilayah geografis yang sangat rentan terhadap banjir bandang. Dari rekomendasi yang dilakukan menyebutkan bahwa permukiman di Kampung Rado termasuk salah satu kawasan permukiman yang masuk kategori pengembangan terbatas. Rekomendasi ini dilatar belakangi oleh bencana banjir bandang pada bulan Oktober tahun 2010 yang menimbulkan korban jiwa dan menghancurkan semua fasilitas pelayanan umum. Tingginya resiko akibat banjir bandang, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Wondama secara lisan melarang adanya pembangunan perumahan penduduk di kawasan banjir bandang. Pola yang digunakan dalam aksi rehabilitasi dan rekonstruksi melalui pendekatan membangun permukiman pada beberapa lokasi yang dianggap bebas banjir bandang. Ada permasalahan lain yang dihadapi adalah ketersediaan lahan bebas banjir bandang yang terbatas. Apabila mengukur kapasitas lahan yang tersedia dalam menampung perkembangan penduduk, maka hanya 42 Ha lahan yang digunakan untuk permukiman dari luas
77 Ha lahan bebas banjir bandang.
Kawasan yang rawan banjir adalah sebesar 100 Ha. Kondisi ini semakin menjadi masalah, karena permukiman di Kampung Rado memiliki letak yang strategis yaitu berdekatan dengan pusat kota. Kedudukan yang strategis akan menjadi lokasi orientasi bermukim masyarakat yang datangnya dari luar. Selain itu, juga mengalami perkembangan dari adanya pembangunan kota di masa mendatang. Berdasarkan
latar
belakang
masalah
dan
konsep-konsep
yang
dikemukakan di atas, maka pentingnya penelitian ini dilakukan sebagai upaya
4
mewujudkan suatu permukiman yang mitigasi, adaptif. Tujuannya adalah menciptakan kehidupan masyarakat kawasan rawan bencana banjir bandang yang tangguh serta eksisten dalam menghadapi ancaman bencana banjir. Upaya mitigasi dilakukan untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan kawasan rawan bencana banjir bandang sehingga ketika terjadi bencana kerusakan, kerugian, dan korban dapat diperkecil (Korlena, dkk., 2011).
Gambar 01: Penggunaan Lahan di Kampung Rado Sumber : Hasil Survey Peneliti, 2014
5
1.2. Perumusan Masalah Permukiman di Kampung Rado memiliki tingkat kerentanan wilayah yang sangat tinggi, sehingga menjadikan Kampung Rado rawan terhadap terjadinya banjir bandang. Permasalahan yang dihadapi adalah sebagian besar daerah dataran rendah merupakan kawasan yang rawan terhadap banjir bandang. Di sisi lain, Kampung Rado memiliki letak yang strategis karena dekat dengan Pusat Ibukota Kabupaten Teluk Wondama. Kondisi ini akan menjadi peluang bagi peningkatan penduduk dan pembangunan di masa mendatang. Apabila tidak ada pengaturan dan pengendalian permukiman berbasis bencana banjir bandang, maka akan menjadi permasalahan yang dihadapi di masa mendatang. Kondisi ini berpeluang untuk menciptakan tingkat keterpaparan yang tinggi ketika suatu saat terjadi banjir bandang. Persoalan ini akan berpengaruh terhadap ruang dan kehidupan dari manusia yang ada di dalamnya. Perubahan fisik, sosial, dan ekonomi dapat terjadi, dan akan mempengaruhi tata nilai dan prinsip dari masyarakat dalam mempertahankan kehidupannya. Dari masalah tersebut, maka dirumuskan rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pola permukiman berbasis bencana banjir bandang di Kampung Rado.
1.3.
Fokus Penelitian
Untuk mempertajam penelitian, maka menurut Sugiyono (2013) bahwa penelitian kualitatif perlu menetapkan fokus penelitian. Selanjutnya Sugiyono
6
menjelaskan bahwa fokus penelitian merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Penelitian dengan judul Permukiman Berbasis Bencana Banjir Bandang di Kampung Rado Kecamatan Wasior Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat difokuskan pada substansi penelitian sebagai berikut : a.
Pola ruang permukiman
b.
Penduduk dan aktivitasnya dalam permukiman
c.
Fenomena permukiman yang terbentuk setelah terjadinya banjir bandang tahun 2010
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksi fenomena pola permukiman secara deskripsi, atau menggambaran secara sistematik, faktual dan akurat mengenai pola permukiman berbasis bencana banjir bandang yang terjadi di Kampung Rado Kecamatan Wasior Kabupaten Teluk Wondama.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian dengan judul Permukiman Berbasis Bencana Banjir Bandang di Kampung Rado Kecamatan Wasior Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat adalah : 1.5.1. Manfaat Akademis
7
Menghasilkan teori-teori lokal dalam memperkaya konsep-konsep perencanaan kebencanaan, mitigasi resiko bencana dan pengelolaan permukiman pada kawasan bencana banjir bandang.
1.5.2. Manfaat Secara Praktisi Memberikan input bagi para praktisi yang terkait dalam penyelenggaran kegiatan penataan ruang untuk merekonstruksi dan rehabilitasi permukiman yang berada pada kawasan rawan bencana banjir bandang.
1.6. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian dalam penelitian ilmiah merupakan suatu syarat mutlak yang bertujuan untuk membedakan suatu penelitian dengan penelitian lainnya antara lokus penelitian, fokus penelitian serta metoda penelitian. Berdasarkan
pengetahuan peneliti bahwa sejauh ini penelitian baik
tentang fokus dan lokus yaitu Permukiman Berbasis Banjir Bandang di Kampung Rado Kecamatan Wasior Teluk Wondama belum pernah dilakukan sebelumnya. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan substansi kebencanaan yaitu :
8
Tabel 01. Keaslian Penelitian No
Peneliti
Tahun
Judul
1
Hesti Widayani
2014
Adaptasi Pengungsi Erupsi Merapi 2010 Terhadap Permukiman Baru
2
Rahimah Khairini
2009
3
Wahyuningsih
2008
Respon masyarakat terhadap ancaman bahaya tsunami di Kota Banda Aceh.Kasus Ulee Lheue Kec.Meuraxa Kota Banda Aceh Adaptasi pengungsi terhadap permukiman baru studi kasus permukiman kembali pasca kerusuhan Madura-Dayak
4
Azmansyah
2004
Konsepsi masyarakat terhadap relokasi permukiman sebagai kebijakan penataan permukiman studi kasus di di permukiman Liau Sumber : Eksplorasi Peneliti, 2014
Tujuan Eksplorasi untuk membangun konsep tentang adaptasi yang dilakukan korban Erupsi Merapi terhadap permukiman baru di Hunian Tetap Batur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya Mengetahui respon masyarakat terhadap ancaman bahaya tsunami dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Mengetahui adaptasi pengungsi terhadap permukiman baru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Menjelaskan pemahaman masyarakat (dari sisi emik) terhadap relokasi sebagai suatu kebijakan penataan permukiman