BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia dan sangat berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Namun, kegiatan industri tersebut dalam proses kegiatannya tidak lepas dari faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Kondisi ini tentunya mengharuskan kesiapan tenaga kerja sebagai pelaku industri dalam berbagai aspek baik dari segi pengetahuan, keterampilan, kesehatan, keselamatan maupun perlindungan secara menyeluruh terhadap dampak negatif yang ditimbulkan dari faktor pekerjaan dan lingkungan kerjanya (Harrianto, 2010). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus upaya dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini sangat jelas tertuang dalam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimana tenaga kerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja juga perlu terjamin keselamatannya. Untuk mencapai keselamatan dan kesehatan kerja tentu tidak lepas dari peran ergonomi, dimana ergonomi berkaitan dengan para pekerja dalam rangka efektifitas dan efisiensi kerja. Ergonomi merupakan suatu ilmu dimana penerapannya berusaha menyerasikan antara faktor manusia. Penerapan ergonomi dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan dapat menghasilkan rasa nyaman saat bekerja, terhindar dari kelelahan, serta dapat menghindari gerakan yang tidak perlu saat bekerja serta upaya dalam melaksanakan pekerjaaan menjadi sekecil-kecilnya dengan hasil yang sebesarbesarnya (Surya, 2008). Salah satu penyakit akibat kerja adalah keluhan muskuloskeletal yang sering juga disebut dengan istilah musculoskeletal disorder (MSDs). Menurut Grandjen & Lemaster (1993), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit, apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon (Tarwaka, 2010). Lahan pekerjaan sebagai sumber ekonomi masyarakat saat ini, terutama di kota-kota besar dipenuhi berbagai sektor industri baik sektor formal maupun sektor informal dimana pertumbuhan industri sektor informal ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dibandingkan dengan industri sektor formal sehingga menjadi salah satu penopang perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data, jumlah keseluruhan tenaga kerja Indonesia sebesar 116 juta orang pada tahun 2010, tercatat lebih dari 73 juta orang terserap dalam industri sektor informal (BPS, 2010). Keberadaan industri sektor informal ini tentu sangat membantu mengurangi beban negara dalam upaya mengurangi pertumbuhan pengangguran di Indonesia. Namun, di samping itu semua industri sektor informal ini memiliki standar kesejahteraan pekerja yang masih jauh dari memuaskan. Pada umumnya pekerja di industi sektor informal memiliki beban dan waktu kerja yang berlebihan. Pengusaha
Universitas Sumatera Utara
sektor informal pada umumnya kurang memperhatikan kaidah keamanan dan kesejahtraan kerja. Situasi ini tentunya menunjukkan buruknya status kesehatan pekerja di industri sektor informal (ICOHIS, 2009). ICOHIS (2006), menyatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan ada berbagai gangguan kesehatan akibat kerja yang ditemukan pada industri sektor informal. Salah satunya adalah gangguan otot dan sendi dimana gangguan otot dan sendi ini banyak dijumpai pada perajin batu bata sebanyak 74,7%, nelayan sebanyak 41,6%, dan perajin kulit sebanyak 21,0% ( Depkes RI, 2008). Usaha pembuatan tas di Jalan Bajak V Kecamatan Medan Amplas ini merupakan salah satu industri di sektor informal. Pembuatan tas ini menghasilkan berbagai macam tas yang akan dipasarkan ke pedagang-pedagang tas atau memenuhi pesanan-pesanan untuk seminar, hotel, sekolah, dan lain-lain. Berdasarkan survei pendahuluan diketahui bahwa usaha pembuatan tas yang terletak di jalan Bajak V Kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu industri sektor informal yang sudah ada sejak tahun 1980an. Usaha pembuatan tas ini menghasilkan berbagai jenis tas, mulai dari hand bag, travel bag, tas laptop, tas gunung, tas ransel, bahkan tas untuk acara-acara seminar. Proses pembuatan tas-tas tersebut dilakukan secara sederhana dengan alat-alat yang cukup sederhana pula. Adapun
proses
pembuatan
pemotongan/pengguntingan,
tas
tersebut
penjipklakan,
adalah
pembuatan
pengeleman/pelipatan,
pola,
penjahitan,
pemasangan aksesoris, selanjutnya tahap akhir finishing. Pekerjaan pembuatan tas ini termasuk pekerjaan yang monoton. Setiap proses dilakukan pekerja dengan sikap kerja yang tidak alamiah, dimana semua pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
mengerjakan proses kerja pembuatan pola, pemotongan/pengguntingan, penjipklakan, pengeleman/pelipatan, pemasangan aksesoris, dan finishing duduk di lantai sambil membungkuk dan posisi kepala sering menunduk dan ini dilakukan dalam waktu yang lama. Sementara itu, pekerja yang mengerjakan proses penjahitan bekerja dengan posisi duduk di kursi dimana kursi yang digunakan pada saat menjahit tidak mempunyai sandaran dan pekerja sering membungkuk. Sikap kerja yang tidak alamiah ini jika terjadi dalam kurun waktu lama maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot (Suma’mur, 1996). Pekerja mulai bekerja dari pukul 08.00-17.00 WIB dengan waktu istirahat yang tidak tentu demi mengejar target pesanan tas dari pelanggan. Jika jumlah pesanan tas sedikit, maka pekerja dapat bekerja lebih santai dan memiliki waktu untuk istirahat. Namun, jika pesanan tas sangat banyak biasanya pekerja tidak akan sempat istirahat, hanya sempat untuk makan siang saja. Pekerja pembuat tas bekerja setiap hari dikarenakan jumlah pesanan yang relatif stabil sehingga mereka harus bekerja setiap hari untuk memenuhi pesanan. Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan diketahui bahwa pekerja sering mengalami keluhan muskuloskletal seperti di daerah leher, pinggang, punggung, dan bagian tubuh lainnya. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana gambaran keluhan muskuloskletal pada pekerja pembuat tas di Jalan Bajak V Kecamatan Medan Amplas pada tahun 2013”.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran keluhan muskuloskeletal pada pekerja pembuat tas di Jalan Bajak V Kecamatan Medan Amplas pada tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik pekerja pembuat tas di Jalan Bajak V Kecamatan Medan Amplas pada tahun 2013. 2. Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal pada pekerja pembuat tas di Jalan Bajak V Kecamatan Medan Amplas pada tahun 2013. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi para pekerja tentang keluhan muskuloskletal sehingga mendorong untuk melakukan pencegahan dan pengendaliannya. 2. Sebagai masukan bagi pimpinan home industri pembuatan tas di Jalan Bajak V Kecamatan Medan Amplas tentang keluhan muskuloskletal dan upaya pencegahan dan pengendaliannya. 3. Dapat menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat dan peneliti. 4. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan bagi peneliti tentang gangguan muskuloskletal pada pekerja pembuat tas.
Universitas Sumatera Utara