BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Karya sastra, baik novel, drama dan puisi di zaman modern ini sarat dengan
unsur-unsur psikologis sebagai manifestasi; kejiwaan pengarang, para tokoh fiksional dalam kisahan dan pembaca (Minderop, 2010:53). Sastra dalam peradaban tradisional didominasi sastra lisan. Dalam peradaban pertengahan didominasi oleh sastra tulis dan dalam peradaban modern didominasi oleh sastra elektronik, termasuk didalamnya karya sastra yang diproduksi, dimodifikasi, dan dikemas dengan menggunakan peralatan elektronik dapat dinamakan sastra elektronik.1 Film pada hakekatnya memperkuat kesadaran, bahwa kita hidup dalam dunia di mana terjadi lebih banyak hal-hal dibandingkan dengan pengalaman sehari-hari di lingkungan terbatas kita. Memperkuat perhatian kita pada orang lain dan pada kehidupan bersama. Serta memperkuat perasaan kita menjadi seakan akan tersangkut dengan kejadian-kejadian penting yang berlangsung di tempat lain melalui film yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Para penikmat film seringkali mengalami sensasi imajinatif saat menonton film. Mereka seakan melihat dan merasakan ketegangan-ketegangan antar tokoh dan merasakan sensasi emosional dan imajinatif pada saat menonton film. Ini berarti penonton mendapat pengalaman pada saat menonton film dan mampu membangun kepercayaan akan realitas yang ada di film.
1
(http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html) diakses tanggal 14 februari pukul 22.23 WIB
1
2
Korea merupakan salah satu negara maju di dunia yang berhasil memperkenalkan beragam budaya yang dimiliki sehingga banyak negara lain yang tertarik untuk mempelajarinya. Budaya Korea juga masuk ke Indonesia melalui musik, drama dan film. Film adalah satu bentuk budaya modern yang banyak diminati masyarakat Indonesia2. Industri perfilman Korea mengalami kebangkitan sejak tahun 1980-an dan terus berkembang pesat sampai sekarang. Salah satu film yang menarik untuk ditonton dari negeri ginseng adalah film yang diangkat dari kisah nyata seorang prajurit Korea yang bernama asli Yang Kyoung-jong berjudul My Way. Film ini merupakan mahakarya sutradara dari film – film top Korea seperti Taegukgi dan Swiri. Film ini dibintangi oleh tiga orang aktor dan aktris dari tiga negara yang berbeda, yaitu Jang Dong-gun, aktor dari Korea yang banyak bermain dalam film-film besar Korea seperti The promise, Taegukgi hwinalrimyeo dan The Warrior's way. Dalam film ini Jang Dong-gun berperan sebagai karakter protagonis Kim Jun-shik. Lalu ada aktor Jepang Jo Odagiri sebagai sosok antagonis yang memerankan karakter Tatsuo dan berhasil mendapat banyak apresiasi dari penonton. Nama terakhir adalah aktris dari negeri Cina, Fan Bingbing. Bingbing dikenal sebagai aktris yang sudah banyak membintangi film dengan aktoraktris terkenal didalamnya, salah satunya film Shaolin dan Battle of the warriors bersama Andy Lau. Film drama dengan sentuhan action ini menghabiskan biaya yang besar sehingga menjadikan My Way sebagai salah satu film Korea Selatan yang berbiaya terbesar sepanjang sejarah. 2
(http://www.academia.edu/2097286/Hallyu_Hallyu_Hallyu....._dan_Indonesia_dan....dunia....dan...) diakses pada tanggal 11 maret pukul 20.10 WIB
3
Film ini berawal dari kisah sederhana, pada masa pemerintahan kolonial Jepang atas Korea, dua orang anak laki-laki tumbuh dengan ambisi menjadi pelari marathon olimpiade. Tatsuo Hasegawa ( Joe Odagiri ) adalah cucu seorang Jendral Jepang, sementara Kim Jun-Shik ( Jang Dong-Gun ) adalah anak pekerja penjaga peternakan sang Jendral. Sebuah insiden kemudian meninggalkan konflik diantara keduanya, hingga keduanya bertemu kembali di sebuah Tokyo Olympics. Jun-Shik yang merupakan peserta “kuda hitam” karena kesehariannya menjadi penarik becak berhasil memenangkan pertandingan dan mencoreng malu di wajah Jepang dengan Tatsuo yang berstatus bangsawan dan calon dokter sehingga memperuncing konflik diantara keduanya. Hasilnya kemenangan Jun-Shik tak diakui dan rekan-rekannya yang ikut memberontak dijatuhi hukuman untuk mendaftar paksa sebagai prajurit Jepang. Disana, Jun-Shik yang mendapat tekanan dari prajurit Jepang malah tergerak untuk menyelamatkan seorang sniper Cina, Shirai (Fan Bing Bing) yang merupakan tentara musuh. Tekanan itu makin bertambah kala Tatsuo yang sudah berpangkat Kolonel di masa-masa Perang Dunia II menemukan jalannya untuk memimpin pasukan Jun-Shik. Tujuannya hanya satu yaitu menyiksa pelan-pelan rivalnya, namun perang yang berkembang membuat mereka bersama menjadi tawanan Soviet di kamp konsentrasi, berperang untuk Jerman sampai akhirnya semua memuncak di tengah serangan Amerika ke Normandia. Film My Way menarik untuk dianalisis dari segi psikologis karena cerita dalam film ini sarat dengan konflik psikologis yang tidak hanya dialami oleh tokoh protagonis saja, tetapi juga banyak dialami oleh tokoh antagonis. Tokoh Tatsuo
4
dalam film My Way menarik untuk diteliti karena digambarkan sebagai tokoh antagonis berkebangsaan Jepang yang sangat kejam terhadap tokoh utama yaitu Kim Jun-shik dan teman-teman Koreanya. Namun pada akhirnya setelah mengalami berbagai peristiwa dan konflik di medan perang, justru sikap Tatsuo berubah drastis menjadi empati serta baik hati terhadap tokoh utama Kim Jun-shik. Bahkan mereka berdua yang sebelumnya selalu bertentangan pada akhirnya menjadi sahabat yang sangat dekat. Konflik – konflik yang dialami oleh Tatsuo ini menjadi ketertarikan tersendiri dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mempunyai hipotesis awal bahwa peristiwa dan konflik psikologis yang dialami Tatsuo dapat mengubah sikap serta dinamika kepribadiannya. Selain itu, tokoh Tatsuo juga memiliki kepribadian yang menarik untuk diteliti dengan teori psikologi, terutama teori psikologi kepribadian yang disampaikan oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis Sigmund Freud menjelaskan tentang kepribadian seseorang dilihat dari tiga komponen yang saling berkaitan erat. Ketiga komponen tersebut berupa id, ego, dan superego. Id, ego, dan superego adalah tiga unsur dalam kepribadian manusia yang selalu ada dan saling bekerja sama. Namun ketika seseorang menghadapi sebuah persoalan atau pilihan maka salah satu dari ketiga unsur tersebut akan ada yang mendominasi kepribadian dalam memutuskan atau menyelesaikan persoalan itu. Oleh karena itu, konflik yang dialami tokoh antagonis Tatsuo akan dianalisis dengan melihat dinamika id, ego, dan superego yang terdapat dalam kepribadiannya.
5
Sebelum menganalisis kepribadian tokoh Tatsuo melalui psikoanalisis Sigmund Freud, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis melalui teori strukturalisme sebagai teori bantu untuk mendeskripsikan tokoh-tokoh dan karakter masing-masing tokoh dalam film My Way sehingga, dapat diketahui keterkaitan antara kepribadian dan konflik yang dialami oleh tokoh utama antagonis yaitu Tatsuo. Skripsi ini meneliti tentang kepribadian tokoh utama, karakter dan hal yang terkait dengan tokoh utama dalam karya sastra yaitu film. Oleh karena itu penelitian ini tergolong dalam penelitian sastra.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah kepribadian tokoh antagonis Tatsuo yang terdapat dalam film My Way ?
2. Peristiwa apa saja dan bagaimana dampak dari peristiwa tersebut terhadap dinamika perubahan kepribadian tokoh Tatsuo dalam film MyWay?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kepribadian tokoh antagonis Tatsuo dalam film My Way. 2. Mengetahui peristiwa apa saja dan dampak dari peristiwa tersebut terhadap dinamika perubahan kepribadian tokoh Tatsuo dalam film My Way.
6
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian tentang analisis tokoh utama antagonis dalam film ini membawa manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kondisi psikologi, khususnya kepribadian seseorang melalui teori psikologi sastra dengan melihat id, ego, dan superego. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk memperkenalkan film Korea yang bertema sejarah. Selain itu manfaat praktis penelitian ini adalah menambah referensi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui dan mengembangkan lebih lanjut penelitian kepribadian tokoh dalam suatu karya sastra film melalui analisis psikologi sastra.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada unsur-unsur struktural mengenai
tokoh dan penokohan; aspek kepribadian tokoh (id, ego, superego, dan dinamika antara id, ego, superego); peristiwa-peristiwa yang memicu dinamika kepribadian tokoh Tatsuo dalam film My Way. Penelitian ini menganalisis unsur struktural intrinsik dari segi tokoh dan penokohan dimaksudkan untuk membantu proses analisis yang akan dilakukan menggunakan teori psikoanalisis. Hal ini karena pada penelitian ini hanya akan dilakukan pada tokoh utama antagonis yaitu Tatsuo melalui dialog, ekspresi, serta adegan yang berhubungan dengan kondisi psikologis Tatsuo.
7
1.6
Tinjauan Pustaka Penelitian sejenis yang menggunakan teknik analisis psikologi sastra telah
banyak dilakukan sebelumnya, namun penelitian yang memakai tokoh utama antagonis sebagai objek penelitian masih jarang dilakukan. Akan tetapi, ada penelitian-penelitian lain yang terkait dengan topik yang akan dibahas dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan, diantaranya skripsi berjudul “Kepribadian Tokoh Soo Ah dalam film 열세살, 수아 (Girl Thirteen) : Kajian Psikoanalisis Freud” oleh Vina Muliawati Putri. Dalam penelitiannya, Vina melakukan analisis kepribadian tokoh Soo Ah dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud yakni berupa unsur id, ego, superego serta dinamika antar ketiganya dalam kepribadian Soo Ah. Selain itu analisis terhadap kepribadian Soo Ah juga dilakukan dengan melihat mimpi Soo Ah serta konflik yang dialami Soo Ah dengan ibu, teman, dan dirinya sendiri. Skripsi lain yang juga dijadikan acuan bagi penulis adalah skripsi dari Nurfitri Sajidah yang berjudul “Analisis Kepribadian Tokoh Bok Nam dalam film 김복남 살인사건의 전말 (Bedevilled): Kajian Psikoanalisis Freud”. Penelitian ini membahas tentang dinamika tokoh utamanya serta berbagai konflik sosial yang dapat merubah kepribadian seseorang. Penelitian lain yang juga menjadi acuan adalah “Konflik Batin Tokoh Chan-I dalam film “Ma-eumi..” (Heart is…) : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud” karya Afaf dari Jurusan Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya. Penelitian ini membahas
8
konflik batin yang dialami tokoh Chan-I dilihat melalui perspektif dinamika kepribadian milik Sigmund Freud. Perbedaan penelitian ini dari penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada objek penelitian yaitu tokoh utama antagonis. Penelitian ini menganalisis kepribadian tokoh utama antagonis ditengah medan perang yang dipengaruhi berbagai peristiwa dan konflik, sehingga terjadi perubahan kepribadian yang sangat menarik untuk diteliti secara psikologis tentang penyebab perubahan kepribadiannya. Selain itu film ini merupakan film yang diangkat dari kisah nyata tentang perjuangan tentara di medan perang antara Jepang dan Korea.
1.7
Landasan Teori
1.7.1
Teori Strukturalisme Strukturalisme adalah ilmu yang melihat karya sastra sebagai suatu struktur
yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Sangidu 2005:16). Unsur-unsur tersebut dapat berupa tokoh dan penokohan, tema, latar, alur, amanat, dan sudut pandang. Menunjukkan keterkaitan hubungan antar unsur dan sumbangsih yang diberikan unsur-unsur tersebut terhadap makna keseluruhan karya sastra merupakan hal yang diutamakan dalam teori strukturalisme (Nurgiyantoro 2002:37). Salah satu proses dalam penelitian mengenai psikologis tokoh dalam sebuah karya adalah dengan analisis terhadap unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik karya tersebut, dengan menekankan pada unsur intrinsik berupa penokohan dan perwatakan
9
(Endraswara 2004:104). Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang mendukung penelitian ini adalah tokoh dan penokohan. a. Tokoh dan Penokohan Penggunaan istilah seperti tokoh, watak, dan karakter sudah sangat familiar dalam suatu karya fiksi. Meski sekilas tampak sama, namun apabila pengertiannya dilihat secara mendalam akan terdapat perbedaan antara watak, karakter, dan tokoh. Istilah “watak” dan “karakter” bermakna kepribadian yang menunjuk pada sikap atau perilaku seseorang. Sedangkan “tokoh” lebih kepada pelaku cerita dan menunjuk pada seseorang. Istilah “karakter” (character) menurut Stanton (via Nurgiyantoro, 2005: 165) merujuk pada dua pengertian yang berbeda, yakni; 1) sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, serta 2) sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan tokoh cerita (character), menurut Ambrams (via Nurgiyantoro, 2005: 165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh-tokoh dalam karya fiksi, yang pada penelitian ini mengarah pada drama atau film dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan peranan tokoh terhadap jalan cerita ada tiga jenis, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut (Nurgiyantoro, 2005: 179). a) Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita. Sebuah cerita dapat memiliki lebih dari satu figur tokoh protagonis.
10
b) Tokoh antagonis adalah sang penentang cerita. Dalam sebuah cerita biasanya terdapat seorang tokoh utama yang menentang cerita. 2. Berdasarkan peranan tokoh dalam lakon serta fungsi (Nurgiyantoro, 2005:181). a) Tokoh sentral merupakan tokoh yang paling menentukan gerak lakon, yang termasuk dalam tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis. b) Tokoh utama merupakan tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral, yang termasuk dalam tokoh utama adalah tokoh tritagonis. Tokoh utama dapat juga berperan sebagai perantara tokoh sentral. c) Tokoh pembantu merupakan tokoh yang berperan sebagai pelengkap atau tambahan dalam jalannya cerita. Tokoh dalam sebuah karya fiksi tidak bisa lepas dari watak atau karakter. Watak inilah yang nantinya membedakan tokoh dalam cerita, perwatakan yang baik menjadikan tokoh tersebut protagonis sedangkan perwatakan yang buruk akan menjadikan tokoh tersebut antagonis. Watak para tokoh dapat digambarkan dalam bentuk tiga dimensi atau watak dimensional. Watak dimensional itu digambarkan berdasarkan keadaan fisik, jiwa, dan sosial. Waluyo (2001: 19-20) menjelaskan penggambaran watak pelaku cerita dalam karya prosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Deskripsi fisik yaitu cara penggambaran watak pelaku cerita melalui deskripsi fisik (bentuk lahir) atau tempramen pelaku.
11
2. Melalui jalan pikiran atau pikiran yang terlintas yaitu cara penggambaran watak pelaku melalui jalan pikir atau sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. 3. Reaksi adalah cara penggambaran watak pelaku melalui reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu. 4. Penjelasan langsung yaitu cara penggambaran watak oleh pengarang dengan melukiskan watak pelaku secara langsung. 5. Penggambaran lingkungan adalah cara menggambarkan watak melalui keadaan lingkungan di sekitar pelaku. 6. Reaksi dari tokoh lain yaitu cara penggambaran watak pelaku melalui reaksi atau pandangan-pandangan pelaku lain (tokoh bawahan) tentang pelaku tersebut dalam cerita yang diangkat. 7. Percakapan dengan tokoh lainnya adalah cara penggambaran watak pelaku utama melalui percakapan atau dialog yang terjadi antara pelaku utama dengan pelaku lainnya.
1.7.2
Psikoanalisis Sigmund Freud Saat psikologi masuk sebagai ilmu pengetahuan pada pertengahan abad
XIX di Jerman, yang dijadikan obyek adalah kesadaran seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh Descartes yang menetapkan bahwa obyek psikologi hanyalah kesadaran (Hall Calvin. S, 1960:25). Psikologi hanya bertugas mencari unsur dasar dari kesadaran itu dan menentukan bagaimana tergabungnya unsur-unsur tersebut.
12
Pendapat seperti itu ditentang oleh banyak pihak. Sigmund Freud adalah salah satu orang yang menentang pendapat tersebut. Freud menganggap bahwa kesadaran hanya sebagian kecil saja dari seluruh kehidupan psikis. Freud mengumpamakan psikologis ibarat sebuah gunung es di tengah laut, yang ada di atas permukaan itu menggambarkan kesadaran, sedangkan yang dibawah permukaan laut yang terbesar menggambarkan ketidaksadaran. Dalam ketidaksadaran terdapat kekuatan dasar yang mendorong pribadi seseorang. Oleh karena itu untuk memahami kepribadian manusia secara utuh harus menjelajah lebih dalam ke daerah ketidaksadaran. Menurut Suryabrata Sumadi (1982:121) ada tiga aspek kepribadian yang dibagi oleh Freud yaitu, Das es atau id (aspek biologis), Das Ich atau ego (aspek psikologis), dan Das uber ich atau superego (aspek sosiologis). Ketiganya memiliki fungsi, sifat, komponen prinsip kerja, dan dinamika masing-masing, tetapi ketiganya tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan erat. Freud mengibaratkan id sebagai raja yang berlaku seperti penguasa absolut, harus dihormati, manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri sendiri. Ego sebagai perdana menteri yang diibaratkan memiliki tugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang terkait dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Sementara superego ibaratnya sebagai pendeta yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai baik dan buruk untuk mengingatkan id yang serakah akan pentingnya perilaku yang arif dan bijak. Tingkah laku manusia selalu merupakan hasil dari ketiga aspek ini. a.
Das Es atau Id Aspek ini adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli didalam
kepribadian. Das es atau id berisikan unsur-unsur yang dibawa sejak lahir, termasuk
13
insting. Pedoman dalam fungsi id adalah menghindarkan diri dari hal yang tidak nyaman dan hanya mengejar kenikmatan. Das es atau id merupakan energi psikis sebagai penggerak ego dan super ego. Energi psikis di dalam id dapat meningkat karena adanya rangsangan dari luar maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat dapat menyebabkan ketegangan yang menimbulkan ketidaknyamanan. Menurut Sumardi Suryabrata (1983:126) untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan, id bekerja dengan dua cara (alat proses), yaitu: (a) Refleks (reaksi otomatis) dan proses primer. Refleksi atau reaksi otomatis contohnya seperti berkedip dan bersin. (b) Proses primer dapat dicontohkan dengan orang yang sangat lapar membayangkan makanan yang enak. Tetapi jelas bahwa orang yang lapar tidak akan merasa kenyang bila hanya dengan membayangkan makanan. Maka dari itu perlu ada sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif, yang dinamakan das ich atau ego.
b.
Das Ich atau Ego Das ich atau ego merupakan id yang mengacu pada prinsip kenyataan. Ego
terletak di antara alam sadar dan tak sadar. Tujuan utama dari prinsip kenyataan ini adalah untuk menunda pemuasan nafsu diri atau dengan kata lain prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan kenyataan yang ada. Ego bekerja dibawah energi id. Ego menjalankan prinsipnya ketika id yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Ego terperangkap di antara dua energi yang bertentangan, yakni id dan
14
superego. Ego berusaha patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas (Minderop, 2010:21). Sebagai contoh, bila seorang anak diberi uang untuk membeli buku di toko buku oleh ayahnya. Setelah membeli buku ternyata uang tadi tersisa banyak. Id dalam dirinya selalu mendorong untuk memuaskan kesenangan dengan memakai uang sisa tadi untuk jajan. Namun ia dihalangi oleh realitas bahwa sang ayah akan marah bila ia memakai dan menghabiskan uangnya tanpa meminta dahulu, inilah yang disebut ego.
c.
Das Uber Ich atau Superego Das uber ich atau superego merupakan aspek kepribadian yang mengacu
pada konsep abstrak mengenai baik dan buruk atau prinsip idealistik. Tujuan superego adalah untuk menjauhkan diri dari prinsip kenyataan atau kepuasan dan menuju ke arah kesempurnaan. Sebagian superego terletak di alam sadar dan sebagian lainnya berada di alam tak sadar. Superego mengabaikan kenyataan namun fungsinya bertentangan dengan id. Jika id berprinsip pada kepuasan diri maka superego berprinsip pada kesempurnaan diri. Superego menghambat impuls dari id sehingga superego tidak hadir dalam bentuk tingkah laku melainkan moral. Moral yang mengatur dan mengawasi ego, tentang baik dan buruk dalam bertingkah laku. Ego yang berada diantara alam sadar dan tidak sadar bertugas memberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran,penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan dalam sebuah pilihan (Minderop, 2010:22). Kehendak id dan superego sebenarnya diketahui
15
oleh ego. Ego menjadi media pengatur besarnya energi yang keluar dari id dan superego individu.
1.8
Metode Penelitian Penelitian menggunakan data kualitatif deskriptif karena bertujuan untuk
memberi gambaran tentang keadaan psikologis tokoh utama. Data yang digunakan merupakan data verbal dan visual yang berupa teks dan gambar. Sedangkan berdasarkan tujuannya, penelitian ini bersifat deskiptif karena penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi psikologis tokoh antagonis, yaitu Tatsuo. Selain itu, data dalam penelitian ini merupakan data verbal dan visual yang berupa teks dan gambar.
1.8.1 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, langkah-langkah metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1)
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah film berjudulMy way. Film berbahasa Korea berdurasi 143 menit yang dirilis pada tahun 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menonton film tersebut dengan cermat lalu menentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah dan teori yang digunakan.
2)
Studi pustaka dengan mengumpulkan informasi sesuai dengan masalah penelitian
sebanyak-banyaknya
dari
perpustakaan.
Sumber-sumber
16
kepustakaan diperoleh dari buku dan beberapa hasil penelitian sebelumnya (skripsi). Tujuan penelitian kepustakaan adalah untuk membantu mencari jawaban atas masalah penelitian dengan mengambil informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian dari berbagai sumber untuk mendapatkan informasi yang terbaik dan dapat melengkapi informasi dari sumber lain, serta dapat membantu menentukan batasan-batasan dalam mengerjakan penelitian ini. 3) Penelusuran internet guna mencari data sekunder untuk melengkapi data utama.
1.8.2 Metode Analisis Data 1) Mengamati dan menentukan bagian film My way yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian dengan berpedoman pada teori psikoanalisis Sigmund Freud. 2) Menganalisis tokoh dan penokohan menggunakan teori stukturalisme, baik tokoh utama maupun tokoh bawahan. 3) Menganalisis kepribadian tokoh antagonis Tatsuo sebelum terjadi perubahan kepribadian hingga terjadi perubahan kepribadian, konflik-konflik yang terjadi dengan Kim jun-shik, dan faktor yang menyebabkan perubahan sikap Tatsuo kepada Kim jun-shik akibat berbagai konflik yang dialami. 4) Menyusun laporan penelitian.
17
1.9
Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I
merupakan pendahuluan yang tediri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan analisis struktural mengenai tokoh dan penokohan yang dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh bawahan sebagai tokoh yang membantu menganalisis penokohan tokoh utama antagonis melalui konflik dan interaksi yang tercipta dalam film My way. Bab III merupakan analisis tokoh dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Analisis ini akan membahas tentang kepribadian tokoh Tatsuo yang meliputi id, ego, dan superego serta dinamika antara id, ego, dan superego. Selain itu, analisis juga dilakukan untuk mengetahui konflik-konflik yang dialami tokoh Tatsuo dengan Kim jun-shik, dan konflik dalam dirinya sendiri. Bab IV merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.