BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan suatu komponen kehidupan yang sangat urgen. Aktifitas ini telah berlanjut dari masa ke masa, sejak manusia pertama yaitu Adam sampai sekarang. Dengan perkembangan zaman yang sangat pesat, pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat juga, baik dari segi strategi, metode, maupun hasil yang dicapai. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.1 Selain itu pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.2 Sejalan dengan pengertian dan tujuan pendidikan di atas, maka untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sebuah strategi pembelajaran yang lebih inovatif, sehingga proses belajar mengajar lebih terarah. Karena dengan pendidikan yang bermutu akan menghasilkan out put yang lebih berkwalitas, 1 2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 2. W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2004), 42.
1
2
yang siap menghadapi masa depan. Oleh karena itu seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotifasi siswa dalam belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal.3 Untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif, terdapat berbagai komponen yang sangat terkait, di antaranya penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar mengajar. Untuk menciptakan strategi pembelajaran yang efektif tergantung pada kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara faktual, di antaranya: kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi, sumber belajar, media pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai.4 Oleh karena itu strategi pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan di dalam proses belajar mengajar. Bahwasanya strategi-strategi dalam mengajar banyak sekali. Namun tidak ada satu strategi belajar mengajar yang sama untuk satu mata pelajaran yang sama di semua sekolah, bahkan untuk mata pelajaran yang sama di sekolah yang sama dan di kelas yang sama pada semester yang berbeda.5 Untuk itu kreatifitas guru dalam mengajar sangat dibutuhkan. Dan guru memerlukan wawasan yang mantab tentang kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.6
3
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan) (Semarang: Rasail Media Group, 2008), 25. 4 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, 83. 5 Ibid., 10-11. 6 Abu Ahmadi, JokoTri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 12.
3
Perlu difahami bahwa penguasaan strategi pembelajaran dalam pelajaran matematika pada prinsipnya kehati-hatian. Karena matematika merupakan ilmu yang mempunyai sifat khas, kalau dibandingkan disiplin ilmu yang lain.7 Karena itu kegiatan belajar mengajar matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika harus diatur sedemikian rupa. Berdasarkan penjajakan awal di lapangan, bahwasanya lembaga Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, menerapkan strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam proses belajar mengajar di kelas V yang diterapkan pada mata pelajaran matematika.8 Seperti halnya pelajaran matematika yang memiliki ciri khas tersendiri dibanding mata pelajaran lainnya dan membutuhkan strategi yang menarik pula. Di samping itu pula penggunaan strategi PAKEM di sini agar peserta didik tidak mengalami kebosanan dalam proses belajar mengajar. Selain itu juga proses pengelolaan pengondisian kelas sangat diperhatikan, terlebih kelas V yang memiliki tingkat kemampuan berbedabeda. Hal ini yang menjadi sebab MI Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo menerapkan sistem pembelajaran dengan menggunakan strategi PAKEM.
7
Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), 1. 8 Observasi di MI Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, pada tanggal 30 Januari 2008.
4
Dengan latar belakang pembelajaran matematika yang mempunyai sifat khas dan membutuhkan kehati-hatian, penggunaan strategi PAKEM dalam mata pelajaran matematika akan sangat membantu pada siswa kelas V. Para siswa akan lebih nyaman dengan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar, karena secara umum tujuan penerapan PAKEM adalah agar proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik serta dilaksanakan secara efektif dan menyenangkan. Selain memberikan bantuan kepada peserta didik, strategi ini juga bermanfaat bagi para guru, karena di sini guru hanya mengatur jalannya pembelajaran atau guru hanya bertindak sebagai fasilitator, bukan sebagai pusat belajar. Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).9 Dengan adanya strategi PAKEM sangatlah cocok dan menarik untuk diterapkan
dalam
pembelajaran
matematika,
dan
diharapkan
dapat
memperlancar proses belajar mengajar di kelas V pada mata pelajaran matematika, serta mampu mengembangkan kreativitas siswa, sehingga selaras dengan tujuan yang diharapkan.
9
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/11/05/pembelajaran-pakem-ii
5
Berpijak pada latar belakang di atas penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika, sehubungan dengan hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2008-2009”.
B. Fokus Penelitian Untuk membatasi wilayah yang saya teliti agar tidak terlalu melebar, dan berdasarkan atas fenomena yang terjadi di MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo, maka penulis memfokuskan penelitian ini hanya pada persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM, pelaksanaan strategi PAKEM, dan faktor pendukung serta faktor penghambat pelaksanaan strategi PAKEM dalam pembelajaran matematika.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo? 2. Bagaimana pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo?
6
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk
mendiskripsikan
dan
menjelaskan
persiapan
guru
dalam
pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan strategi PAKEM pada mata pelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo. 3. Untuk
mendiskripsikan
penghambat
pelaksanaan
dan
menjelaskan
strategi
PAKEM
faktor pada
pendukung mata
dan
pelajaran
matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang matematika, khususnya tentang penerapan strategi PAKEM dalam pembelajaran matematika di MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo.
7
2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan kepada pihak sekolah yang diteliti, semoga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berharga dalam menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang lebih inovatif. b. Sebagai masukan bagi guru matematika agar terus meningkatkan pengajaran agar setiap anak didik menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10 Penelitian kualitatif memiliki karakteristik alami sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi, atau masyarakat.11 Dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. 10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), 3. 1998), 314.
8
2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti merupakan instrumen penting dalam penelitian kualitatif. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya.12 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo yang beralamatkan di Jln. Godang No. 24 Patihan Kidul Siman
Ponorogo
dengan
alasan
bahwa
sekolah
tersebut
menggunakan strategi PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar, serta belum ada yang meneliti tentang strategi PAKEM.
4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain.13 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manusia, yang meliputi kepala sekolah, guru matematika, guru dan siswa-siswi MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo serta semua pihak yang terkait dengan penelitian ini.
12 13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112. Ibid., 112.
9
b. Non manusia, meliputi dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Misalnya
foto,
catatan
tertulis
dan
bahan-bahan
lain
yang
berhubungan dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode yang relevan, yaitu: a. Teknik wawancara atau interview Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan
ide
melalui
tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.14 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada: kepala sekolah, guru-guru, guru matematika, guna mendapatkan informasi tentang persiapan guru sebelum
mengajar
dengan
menggunakan
strategi
PAKEM,
pelaksanaan PAKEM, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi PAKEM, serta kepada siswa kelas V guna mendapat informasi tentang tanggapan setelah belajar dengan menggunakan strategi PAKEM. b. Teknik Observasi Observasi
adalah
metode
pengumpulan
data
yang
menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.15 Dalam
14 15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 317. Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 1996), 77.
10
spenelitian ini observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran matematika di sekolah. c. Teknik Dokumentasi Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencatat data-data atau dokumen-dokumen yang ada, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan metode ini penulis ingin memperoleh data tentang sejarah berdirinya madrasah, letak geografis, visi, misi dan motto madrasah, keadaan guru dan siswa madrasah, serta kurikulum madrasah.
6. Analisa Data Analisa data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperlukan dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.16 Analisa dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membantu kesimpulan yang akan dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik diskriptif kualitatif dengan alur analisis model Miles dan Hubermen yang meliputi:17
16 17
Sugiyono, Metodologi Penelitian, 334. Miles, A. Huberman, Analisa Data Kualitatif (Jakarta: UI-Press, 1992), 20.
11
a. Reduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Display data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan (conclusion drawing).
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) serta derajat kepercayaan dan keabsahan data (kredibilitas data).18 Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.19
18 19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171. Ibid., 177.
12
Sedangkan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.20
8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a. Tahap pra lapangan, yang meliputi penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa-peristiwa yang diamati kemudian menganalisa data lapangan secara intensif yang dilakukan setelah pelaksanaan penelitian selesai. c. Tahap analisis data, tahap ini dilakukan oleh penulis beriringan dengan tahap pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini penulis menyusun hasil pengamatan, wawancara, serta data tertulis untuk selanjutnya penulis segera melakukan analisa data dengan cara distributif, dan selanjutnya dipaparkan dalam bentuk naratif. 20
Ibid., 178.
13
d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran pola pemikiran penulis yang tertuang dalam karya ilmiah ini maka penulis susun sistematika pembahasan yang dibagi dalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan erat dan merupakan kesatuan yang utuh, yaitu: Bab I pendahuluan. Dalam pendahuluan ini dikemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II kajian teoritis, tentang strategi PAKEM dan pembelajaran matematika. Pada bab ini merupakan landasan teori yang pertama sejarah strategi PAKEM, pengertian strategi PAKEM, karakteristik strategi PAKEM, tujuan strategi PAKEM dan kriteria anak didik sekolah dasar. Pembahasan kedua tentang pembelajaran matematika, meliputi pengertian pembelajaran matematika, tujuan pembelajaran matematika, karakteristik pembelajaran matematika, serta pembelajaran matematika dengan strategi PAKEM. Bab III berisi tentang penyajian data yang meliputi paparan data umum yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian yang terdiri visi, misi, dan tujuan MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, sejarah singkat berdirinya MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana dan paparan data khusus yang terdiri dari data tentang pelaksanaan strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
14
(PAKEM) dalam pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo. Bab IV berisi tentang analisis data tentang persiapan strategi PAKEM, analisis data tentang pelaksanaan strategi PAKEM, dan analisis data tentang faktor pendukung dan penghambat dilaksanakannya strategi PAKEM. Bab V penutup. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca yang mengambil intisari dari skripsi, yang berisi dari kesimpulan dan saran.
15
BAB II LANDASAN TEORI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
H. Strategi PAKEM Sejarah PAKEM Awal mula kata-kata PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull and Efective Learning), dan untuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1999 dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif, dan Menyenangkan), namun dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).21 Landasan-landasan teori yang digunakan di dalam PAKEM pada hakekatnya adalah mengambil teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif. Pendekatan belajar siswa aktif sebenarnya sudah sejak lama dikembangkan.22 Seperti penjelasan di atas PAKEM masuk ke Indonesia pada tahun 2002. Sebagaimana PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai 21
Sunarto, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, wordpress.com/2008/12/25. 22 Ibid.
16
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.23 Hal tersebut merupakan dasar bahwa Indonesia perlu menyelenggarakan PAKEM. Definisi Strategi PAKEM Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti jendral atau panglima, sehingga strategi diartikan “ilmu kejendralan” atau “ilmu kepanglimaan”. Pengertian strategi tersebut kemudian ditetapkan dalam dunia pendidikan.24 Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan segala daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkaran yang memungkinkan terjadinya proses mengajar.25 Menurut Nana Sudjana dalam bukunya “Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar”, bahwa strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya: usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.26 Strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara
23
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) (Semarang: Rasail Media Group, 2008), 49. 24 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2004), 1. 25 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 11. 26 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), 2.
17
tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien.27 Dengan kata lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut W. Gulo dalam bukunya “Strategi Belajar Mengajar”, bahwa strategi diartikan “a plan of operation actieving someting” rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu.28 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan strategi belajar mengajar adalah pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, telah dikenal beberapa pendekatan atau strategi pembelajaran seperti SAS (Sintesis, Analisis, sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contextual Teaching and Learning), life skills, education, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan paling dikenal terakhir adalah PAIKEM
(Pembelajaran
Aktif,
Inovatif,
Kreatif,
Efektif
dan
Menyenangkan).29 Menurut Drs. Anwar Fuady mengatakan bahwa strategi yang sangat cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).30
27
Ibid., 2. W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2004), 3. 29 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam…, 45. 30 Anwar Fuady, Pembelajaran PAKEM. Wordpress.com/2008/11/05/makalahku makalahmu . 28
18
PAKEM adalah akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.
Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan (PAKEM) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang diinginkan dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di dalam kelas.31 PAKEM dapat dijabarkan sebagai berikut: a. P : Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun melalui unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.32 Menurut Dimyati dan Mudjiana pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.33 UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.34 Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa yang dibangun sedemikian rupa oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran. 31
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Projeck (MEDP) Direktorat Pendidikan Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2008), 155. 32 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 57. 33 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2008), 62. 34 Ibid., 62.
19
b. A : Aktif Dalam pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri.35 Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya.36 Pembelajaran aktif memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, dan siswalah yang lebih banyak melakukan aktifitas belajar maupun mencari informasi, ketrampilan dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. c. K : Kreatif Menurut Rogers (1962) kreatif adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi berkembang,
diri, dan
mewujudkan menjadi
potensi,
matang,
dorongan
untuk
kecenderungan
untuk
mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.37 Sedangkan menurut Clark Moustakis (1967) kreatif adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas
35
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam, 46. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 155. 37 Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 18. 36
20
individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.38 Kreatif juga dapat diartikan sebuah proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan suatu yang baru, berbeda dan orisini.39 d. E : Efektif Efektif artinya pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin
bahwa
tujuan
pembelajaran
akan
tercapai
secara
maksimal.40 Pembelajaran dapat dikatakan efektif karena peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan.41 Menurut Sunarto efektif adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.42 Efektif tercapainya
di tujuan
sini
bahwa
pembelajaran
pembelajaran
secara
harus maksimal
menjamin dengan
diperolehnya pengalaman baru oleh peserta didik. e. M : Menyenangkan Menyenangkan maksudnya bahwa proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan.43 Menyenangkan dapat diartikan pembelajaran yang di dalamnya 38
Ibid., 18. Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1999), 3. 40 Ismail SM, Strategi…, 47. 41 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, 156-157. 42 Sunarto, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Wordpress.com/2008/12/25. 43 Ismail SM, Strategi…, 47. 39
21
terdapat interaksi yang kuat antara pendidik dan peserta didik dengan tanpa ada perasaan tekanan.44 Dengan kata lain pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.45 Dari
pengertian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
menyenangkan berarti tidak membelenggu, penataan situasi dan kondisi belajar yang mendorong peserta didik untuk belajar secara optimal serta nyaman dan tanpa ada paksaan atau tekanan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PAKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan
yang
beragam
untuk
mengembangkan
ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bermain, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.46
Karakteristik Strategi PAKEM Dalam buku materi workshop PAKEM IA (guru kelas awal), ciriciri atau karakteristik PAKEM dapat diidentifikasi dari beberapa segi, di antaranya: Aktifitas siswa, Pengelolaan kelas, Proses pembelajaran dan Sumber belajar.47 Berikut ini penjelasan dari masing-masing karakteristik:
44
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)…, 166. Ibid., 166. 46 edu.pakem.articles.com. 47 Materi Workshop PAKEM IA (Guru Kelas Awal) (Surabaya: Lapis Learning Assistance Program For Islamic Schools, 2008), 1. 45
22
Aktifitas Siswa Aktifitas siswa dalam pembelajaran PAKEM tidak terlepas dari aktifitas guru dan aktifitas siswa itu sendiri. Berikut ini ciri-ciri aktif pada guru dan siswa: 1) Segi Aktif a) Aktif pada siswa (1) Siswa aktif membaca, menulis, bekerja. (2) Siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan. (3) Siswa aktif berbagi pengetahuan dengan siswa lain. (4) Siswa aktif menemukan dan memecahkan masalah.48 Menurut Nana Sudjana dalam bukunya cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar mengatakan indikator siswa aktif antara lain:49 (1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan, dan permasalahannya. (2) Keinginan
dan
keberanian
serta
kesempatan
untuk
berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar. (3) Penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya.
48
Ibid., 1. Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989), 21. 49
23
(4) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). b) Aktif pada guru (1) Guru aktif membantu kegiatan belajar siswa. (2) Guru aktif memberi umpan balik. (3) Guru aktif mengajukan pertanyaan yang menantang. (4) Guru aktif mempertanyakan gagasan siswa. (5) Guru bersahabat dan bersifat terbuka. (6) Guru merespon dan menghargai semua pendapat siswa.50
2) Segi Kreatif a) Kreatif pada siswa (1) Siswa kreatif merancang sesuatu. (2) Siswa kreatif menyusun sesuatu. (3) Siswa kreatif menulis sesuatu. (4) Siswa kreatif mengarang sesuatu.51 b) Kreatif pada guru (1) Guru kreatif mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam. (2) Guru kreatif membuat alat bantu belajar. (3) Guru kreatif memanfaatkan lingkungan. 50 51
Materi Workshop PAKEM IA…, 1. Materi Workshop PAKEM IA…, 1.
24
(4) Guru kreatif mengelola kelas dan sumber belajar. (5) Guru memberi kesempatan siswa untuk menghasilkan karya atau menuangkan kreatifitas.52
3) Segi Efektif a) Efektif pada siswa -
Siswa menguasai kompetensi yang diharapkan.53
b) Efektif pada guru (1) Guru menyusun rencana pembelajaran dengan baik. (2) Guru menyiapkan media, bahan, dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran. (3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. (4) Guru berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. (5) Guru memperhatikan efisiensi waktu. (6) Guru memberikan tugas-tugas dengan panduan yang jelas. (7) Guru
memanfaatkan
sumber
belajar
dan
media
pembelajaran dengan tepat. (8) Guru mengelola kelas dengan baik. (9) Kelas memiliki “aturan main” dan kesepakatan.54 Perbedaan antara Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAKEM dengan non PAKEM, pada RPP pakem setiap 52
Ibid., 2. Ibid., 2. 54 Ibid., 2. 53
25
intrumen pembelajaran dicantumkan alokasi waktu, disertakan kegiatan tindak lanjut pada akhir pembelajaran, serta penyusunanya harus menggunakan tabel. Sedangkan RPP non pakem penyusunanya tidak harus menggunakan tabel, pengalokasian waktu hanya terdapat pada pokok kegiatan, serta tidak ada kegiatan tindak lanjut. Namun pada dasarnya, yang paling pokok, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) harus memuat identitas mata pelajaran, kompetensi dasar, indikotor, materi pokok, metode serta media yang digunakan.
4) Segi Menyenangkan a) Menyenangkan pada siswa (1) Siswa berani mencoba atau berbuat. (2) Siswa berani bertanya. (3) Siswa berani mengemukakan pendapat atau gagasan. (4) Siswa berani mempertanyakan gagasan orang lain.55 b) Menyenangkan pada guru (1) Guru merancang kegiatan menarik, menantang dan meningkatkan motivasi siswa. (2) Guru merancang kegiatan pembelajaran yang membuat siswa mendapat pengalaman secara langsung.
55
Ibid., 2.
26
(3) Guru merancang kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan pemecahan masalah. (4) Guru tidak membuat anak takut. (5) Guru tampil dengan semangat, antusias dan gembira. (6) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. (7) Pembelajaran menyertakan humor dan dalam santai.56 Selain itu ciri-ciri menyenangkan menurut Rose dan Nocholl (2003) secara umum adalah:57 (1) Menciptakan lingkungan tanpa stres (relaks), lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tetap tinggi. (2) Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. (3) Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu istirahat dan jeda teratur serta dukungan antusias. (4) Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan. (5) Menantang peserta didik untuk dapat berfikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari 56
Ibid., 2. Wahyufirmansyah, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. http://blogspot.com/2008/05. 57
27
dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar. Dari beberapa karakteristik yang dijelaskan di atas, bahwa dalam penerapan strategi PAKEM tidak lepas dari karakteristik guru dan siswa, keduanya harus saling berperan sesuai karakternya agar pembelajaran berjalan sesuai yang diharapkan.
Pengelolaan Kelas Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip dari bukunya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.58 Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan komponen pengelolaan kelas, di antaranya: 1) Kehangatan dan keantusiasan. 2) Menggunakan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar siswa. 3) Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar dan pola interaksi. 4) Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi pengajaran untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul.
58
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 1998-1999.
28
5) Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal negatif. 6) Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.59 Terkait pengelolaan kelas, dalam PAKEM ada 2 kategori pengelolaan kelas, 1. Pengelolaan kelas fisik, dan 2. Pengelolaan kelas non fisik.60 1) Pengelolaan kelas fisik Ada beberapa kategori pengelolaan kelas secara fisik, di antaranya: a) Pengelolaan tempat duduk (bangku). b) Pengelolaan pajangan kelas. c) Pengelolaan alat peraga. d) Pengelolaan sudut baca atau perpustakaan kelas. e) Pengelolaan alat bantu belajar.61 Kategori di atas dapat dijelaskan di bawah ini: a) Pengelolaan tempat duduk Ada beberapa macam bentuk penataan bangku di antaranya:62
(1) Bentuk U 59
J.J. Hasibun, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya.,
1995), 83. 60
Materi Workshop PAKEM IA…, 3. Ibid., 3. 62 Ibid., 1-3. 61
29
Penataan bangku dengan model U ini memudahkan siswa untuk berpasangan terutama jika terdapat 2 kursi setiap bangku atau meja. Selain itu memudahkan guru untuk membagikan lembar kerja siswa atau materi dengan cepat, karena guru dapat bergerak ke setiap murid dengan mudah. Berikut keterangan dalam bentuk gambar.
Gambar 1 : Bentuk U Ideal
Gambar 2 : Gambar U mirip setengah lingkaran
(2) Bentuk kelompok atau tim Bentuk ini memudahkan interaksi antara anggota dalam kelompok dan antar kelompok, namun kelemahan bentuk
ini
adalah
terdapat
beberapa
murid
yang
membelakangi papan tulis, sehingga mereka harus
30
memutar kursi agar dapat melihat papan tulis. Berikut keterangan dalam bentuk gambar.
Gambar 3. Penataan bangku dalam bentuk kelompok (3) Bentuk konferensi Bentuk ini mudah disusun jika bangku berbentuk 4 persegi. Penataan ini meminimkan peran guru dan memaksimalkan peran kelas. Berikut keterangan dalam bentuk gambar:
Gambar 4. Bentuk konferensi dengan guru duduk di ujung meja
31
Gambar 5. Bentuk konferensi dengan guru duduk di tengah-tengah sisi panjang.
Gambar 6. Bentuk konferensi dengan susunan meja sehingga di tengah kosong. (4) Bentuk lingkaran Pengaturan tempat duduk siswa tanpa bangku atau meja memungkinkan paling banyak tatap muka secara langsung antara murid dan antara guru dan murid, bentuk ini cocok untuk diskusi. Selain itu jika menginginkan murid-murid dapat menulis maka meja atau bangku dapat diletakkan di belakang kursi, sehingga mereka tinggal memutar kursi. Berikut keterangan dalam bentuk gambar.
Gambar 7. Bentuk lingkaran tanpa bangku atau meja
32
Gambar 8. Bentuk lingkaran dengan meja atau bangku di belakang. Dari beberapa bentuk penataan bangku di atas, diharapkan guru lebih kreatif lagi dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif, agar siswa nyaman dan senang belajar. b) Pengelolaan pajangan kelas Ruang kelas hendaknya merangsang secara visual, tanpa mengganggu perhatian. Ruang kelas penuh dengan berbagai produk hasil karya siswa yang beragam, seperti lukisan, foto, karangan dan karya-karya lain. Siswa boleh memilih karyanya yang mana akan dipamerkan, dan boleh diganti sesuai keinginannya.63 Produk hasil karya siswa dapat dipajang atau ditempel di dinding, di gantung pada langit-langit ruangan atau diatur pada meja pamer.64
63 64
Utama Munandar, Pengembangan Kreatifitas…, 112. Materi Workshop PAKEM 1…., 7.
33
Dengan adanya pajangan di kelas diharapkan siswa akan lebih kreatif dalam mewujudkan ide-ide baru atau kreasikreasi yang bagus. c) Pengelolaan alat peraga Alat peraga tidak harus dibeli tetapi dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana, guru dan siswa dapat bekerjasama dalam membuatnya. Beberapa hal yang terkait dengan pengelolaan alat peraga: (1) Berusaha untuk membuat alat peraga sebanyak mungkin terutama untuk hal-hal yang abstrak, alat peraga dapat dibuat dari bahan bekas atau sederhana. (2) Alat peraga diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau siswa tetapi tetap aman. (3) Alat peraga diupayakan sering digunakan, di samping untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
juga
meningkatkan apresiasi siswa terhadap alat peraga. (4) Aturan penggunaan alat peraga perlu dibuat dan ditaati.65 Dari beberapa hal terkait alat peraga di atas, bertujuan untuk memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa.
65
Ibid., 7.
34
d) Pengelolaan sudut baca atau perpustakaan kelas Kelas perlu menyediakan banyak sumber belajar, seperti buku, majalah, koran, baik baru maupun bekas (lama). Guru dan siswa dapat mengumpulkan sumber belajar itu dengan membawa dari rumah atau dari bantuan masyarakat. Dan yang penting, perlunya aturan dalam penggunaannya.66 Kegiatan ini bertujuan agar siswa gemar membaca, siswa bisa membaca sumber belajar ini ketika istirahat. e) Pengelolaan alat bantu belajar Kelas perlu menyediakan banyak alat belajar lain, seperti jenis-jenis biji tanaman, berbagai jenis batuan, yang dapat menunjang kegiatan PAKEM ini.67 Dari beberapa pemaparan tentang pengelolaan kelas secara fisik bertujuan agar pembelajaran tidak menjenuhkan dan tujuan pembelajaran dapat terwujud.
2) Pengelolaan kelas non fisik Pengelolaan kelas yang bersifat non fisik di antaranya: a) Menjalin hubungan baik dengan siswa. b) Menyeimbangkan pujian dan kritik maupun hadiah. c) Membangun energi kelas. d) Menciptakan disiplin kelas.68 66
Ibid., 7. Ibid., 8. 68 Ibid., 8. 67
35
Perlu diingat dalam memberikan hadiah yang terbaik adalah yang tidak berupa materi (intangible), namun bisa seperti senyuman atau anggukan.69 Dengan pemberian hadiah diharapkan siswa akan lebih senang serta nyaman berlama-lama dalam pembelajaran.
Proses Pembelajaran Proses pembelajaran adalah suatu proses berlangsungnya belajar mengajar di sekolah yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan.70 Adapun tahapan-tahapan yang harus ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah:71 1) Tahapan pra intruksional, yaitu tahapan pada saat memulai proses pembelajaran. 2) Tahapan intruksional, yaitu tahapan pemberian bahan pelajaran. 3) Tahapan evaluasi, yaitu tahapan untuk mengetahui keberhasilan tahapan intruksional. Menurut Syaiful Sagala dalam bukunya konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar, mengatakan secara umum ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar yaitu:
69
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas…, 114. Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar…, 120. 71 Ibid., 120-121. 70
36
1) tahap permulaan (pra intruksional), 2) tahap pengajaran (intruksional), dan 3) tahap penilaian dan tindak lanjut.72 Tahapan pra intruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar, tahapan intruksional adalah tahapan pengajaran atau tahapan inti yakni tahapan di mana guru memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Tahapan evaluasi dan tindak lanjut tahapan ini tahapan untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
dari
tahapan
kedua
(intruksional).73 Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat pelaksanaan pengajaran, jika satu tahapan ditinggalkan maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pengajaran. Dalam penerapan strategi PAKEM seorang guru harus menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran lainnya di sekolah.74 Faktor menumbuhkan pembelajaran efektif salah satunya adalah motivasi dari seorang guru, tanpa motivasi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif.75 Ada
72
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, 225-226. Ibid., 226-228. 74 Ibid., 158-159. 75 Ibid., 153. 73
37
beberapa perencanaan pengajaran yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa, di antaranya: 1) Mempersiapkan untuk menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. 2) Merencanakan dan memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. 3) Memberikan sasaran akhir belajar, adalah lulus ujian atau naik kelas. 4) Memberi kesempatan untuk sukses. 5) Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan, suasana belajar yang hangat berisi rasa persahabatan. Ada rasa humor, mengaku akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan makian, dapat membangkitkan motivsi. 6) Adakan persaingan sehat, persaingan atau kompetisi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar.76 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus bisa merangsang suasana proses pembelajaran yang seefisien mungkin dengan memberikan beberapa motifasi pada proses pembelajaran.
Sumber Belajar Guru yang kreatif seharusnya memanfaatkan sumber belajar sehingga guru selalu memiliki ketrampilan dalam pemanfaatan sumber 76
Ibid., 153.
38
belajar yang beraneka ragam. Ada 2 sumber belajar yaitu sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan.77 1) Sumber belajar yang dirancang, contohnya buku teks, buku paket, foto-slide pembelajaran, vidio pendidikan, alat peraga educatif, dan lain-lain. 2) Sumber belajar yang dimanfaatkan, contohnya pasar, toko, museum, kantor pos, tempat ibadah, taman, dan lain-lain78 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar terdiri banyak sekali, di sekitar lingkungan bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Selain itu menurut Wahyu Firmansyah ciri-ciri PAKEM atau karakteristik PAKEM antara lain: 1) Peserta
didik
terlibat
dalam
berbagai
kegiatan
yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui perbuatan. 2) Peserta didik dapat menggunakan peralatan dan lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik dan menyenangkan. 3) Peserta didik merasa aman dan nyaman berlama-lama di sekolah. 4) Peserta didik kooperatif dalam pembelajaran. 5) Peserta didik termotivasi memecahkan masalah dan kreatif mengungkapkan gagasan.79
77
Materi Workshop PAKEM IA…, 4. Ibid., 4. 79 Wahyu Firmansyah, Pembelajaran http.blogspot.com/2008/05. 78
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
39
Dari uraian beberapa karakteristik di atas, secara umum karakteristik PAKEM adalah pembelajarannya mengaktifkan peserta didik, mendorong kreativitas peserta dan guru, pembelajarannya efektif, dan menyenangkan utamanya bagi peserta didik.
Tujuan Strategi PAKEM Secara umum tujuan penerapan PAKEM adalah agar proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan.80 Tujuan PAKEM tidak terlepas pada proses pembelajaran yang berlangsung, proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.81 Adapun tujuan dari masing-masing kegiatan adalah: Kegiatan awal, bertujuan: 1) Mengaitkan kompetensi yang akan dicapai dengan latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. 2) Menarik dan memotivasi siswa terhadap pelajaran. 3) Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. 4) Mengantarkan siswa agar siap menerima pelajaran baru
80 81
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)…, 155. Ibid., 9-11.
40
Kegiatan inti, bertujuan: 1) Siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) Siswa membangun konsep dalam pelajaran secara mandiri. 3) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan penutup bertujuan untuk menguatkan kompetensi dasar yang baru diperoleh.82 Dari uraian di atas dapat disimpulkan tujuan PAKEM adalah pembelajaran yang efisien dalam suasana yang menyenangkan yang dapat merangsang kreativitas siswa.
Kriteria Anak Didik Sekolah Dasar Menurut Nasution yang dikutip dari bukunya Syaiful Bahri Djamarah yang berjudul psikologi belajar mengatakan masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai kira-kira sebelas atau dua belas tahun, usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar.83 Disebut masa sekolah, karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya.84 Kegiatan belajar pada fase ini berfungsi dalam mengembangkan kemampuan sebagai berikut:85
82
Ibid., 9-11. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 89. 84 Ibid., 69. 85 Endang Poerwanti, Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), 44-45. 83
41
a. Belajar ketrampilan phisik yang diperlukan untuk bermain seperti kiri, lompat dan sebagainya. b. Membina sikap positif untuk dirinya sendiri. c. Bergaul dengan teman sebayanya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakat. d. Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin. e. Mengembangkan dasar-dasar ketrampilan membaca, menulis dan matematika. f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. g. Mengembangkan kata hari, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan masyarakat. h. Mengembangkan sikap obyektif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan. i. Belajar
mencapai
kemerdekaan
dan
kebebasan
pribadi
dan
bertanggung jawab. Anak usia 6-12 tahun adalah fase di mana mulai sekolah dan juga masa bermain. Untuk itu di saat anak usia 6-12 tahun sekolah, hendaknya sekolah tersebut bisa juga dijadikan lahan bermain bagi anak, jadi sekolah sambil bermain. Ada beberapa kecakapan-kecakapan yang dapat diberikan oleh SD kepada anak-anak ialah semua kecakapan yang diorganisasi di dalam
42
program pelajaran SD, sesuai dengan kurikulum yang berlaku, antara lain:86 a. Berbahasa. b. Bernyanyi. c. Matematika. d. Menggambar. e. Beragama. f. Berbuat susila. g. Berketrampilan. h. Olah raga. i. Berpengetahuan tentang IPA. j. Berpengetahuan tentang IPS. Pada tahun-tahun sekolah dasar ini merupakan tahun-tahun di mana masa ketika watak anak dibentuk dan dimantapkan, atau tidak dibentuk dan tidak dimantapkan. Ini merupakan tahun-tahun di mana sebuah dunia baru, yang berisi pengetahuan dan kemugkinan, berdatangan dalam bentuk buku, musik, kesenian, atletik. Tentu saja para guru dan pelatih yang menawarkan semuanya ini serta sesama murid yang saling berbagi pengalaman dengan mereka, masuk dalam kehidupan mereka.87 Inilah sebabnya mengapa pelajaran-pelajaran di SD harus disajikan
86
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta, 1988), 91-92. Robert Coles, Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak, Terj. T. Hermaya (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), 119. 87
43
kepada anak-anak dengan bentuk permainan dan aktivitas anak tersebut, disebut dengan belajar sambil bermain.88 Masa ini (6-12 tahun) disebut juga masa bermain, dengan ciri-ciri memiliki dorongan untuk keluar rumah dan memasuki kelompok sebaya. Keadaan phisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permainan dan memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan sebagainya.89
Pembelajaran Matematika Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa.90 Untuk menentukan konsep, maka dalam pembelajaran matematika dibutuhkan pendekatan, ada empat pendekatan yang berpengaruh dalam pengajaran matematika: a. urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning sequences), b. belajar tuntas (matery learning), c. strategi belajar (learning strategres), d. pemecahan masalah (problem solving).91 Pendekatan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar, dan pengajaran ketrampilan matematika. 88
Agus Sujanto, Psikologi…, 91. Endang Poerwanti, Nur Widodo, Perkembangan…, 44. 90 TIM MKPBM Jurusan Matematika, Cammon Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), 2001), 7. 91 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 225. 89
44
Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika melalui pembelajaran langsung dan terstruktur. Pendekatan strategi belajar memusatkan pada pengajaran bagaimana belajar matematika. Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang cara memecahkan masalah dan pemprosesan informasi matematika.92 Pada hakekatnya pembelajaran matematika tidak bisa terlepas dari ke empat pendekatan di atas. Konsep, ketrampilan, dan pemecahan masalah matematika adalah keseluruhan elemen esensial dari belajar matematika, dan karena itu harus tergabung dalam kurikulum.93 Dewan nasional untuk pengajaran di Amerika Serikat seperti dikutip oleh Lerner (1988: 436) mengusulkan agar kurikulum mencakup 10 ketrampilan dasar sebagai berikut:
a. Pemecahan masalah. b. Penerapan matematika dalam situasi kehidupan sehari-hari. c. Ketajaman perhatian terhadap kelayakan hasil. d. Perkiraan. e. Ketrampilan perhitungan yang sesuai. f. Geometri. g. Pengukuran. h. Membaca, menginterprestasikan. i. Menggunakan matematika untuk meramalkan.
92 93
Ibid., 255-257. Ibid., 255.
45
j. Melek komputer (computer literacy).94 Kegiatan (pembelajaran) matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: a. Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan. b. Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai. c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas. d. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara. e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan. f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.95 Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa lebih mampu memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam
kurikulum
sebagai
kebutuhan
peserta
didik.
Karena
itu
pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum yang menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi matematika yang terkandung dalam kurikulum sehingga hasil terwujud dalam diri peserta didik.
Tujuan Pembelajaran Matematika
94 95
Ibid., 225. Ibid., 253.
46
Tujuan
pembelajaran
matematika
mengacu
kepada
tujuan
pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam tujuan pembelajaran matematika ada 2, tujuan secara umum dan khusus.96 Tujuan umum Tujuan umum meliputi: 1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. 2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.97 Tujuan khusus 1) Siswa memiliki kemampuan yang dapat diahligunakan melalui kegiatan matematika. 2) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah. 3) Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
96 97
Tim MKPBM Jurusan Matematika…, 56. Ibid., 57.
47
4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.98 Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila siswanya telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang dipelajarinya.
Karakteristik Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika tidak bisa terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa yang diajar. Oleh karena itu perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika.99 Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap) Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu: dimulai dari hal yang kongkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks, atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar.
98 99
Ibid., 57. Ibid., 65.
48
Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari dan sekaligus untuk mengingatnya kembali. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun
secara
deduktif aksiomatik.100 Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.101 Secara garis besar pola pikir deduktif adalah memberikan contoh yang sesuai dengan objek yang diajarkan. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatiknya, kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran atau konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya.102 Dari penjelasan di atas diharapkan dalam setiap penyampaian materi matematika perlu memperhatikan karakter matematika agar matematika dapat tersampaikan secara terstruktur. 100
Ibid., 65. R. Soedaji, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konsentrasi Keadaan Masa Kini Menuju Tahapan Masa Depan (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000), 16. 102 Tim MKPBM Jurusan Matematika…, 65-66. 101
49
Pembelajaran Matematika dengan Strategi PAKEM Banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk anakanak yang masih duduk di bangku SD-MI, mereka menganggap bahwa matematika
sulit
dipelajari,
serta
gurunya
kebanyakan
tidak
menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker, kriller. Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika. Sikap ini tentu saja mengakibatkan prestasi belajar matematika menjadi rendah. Pada hakekatnya semua pelajaran tidak membosankan jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, untuk itu di dalam belajar, anak diberi kesempatan merencanakan dan menggunakan cara belajar yang mereka senangi. Pendapat ini juga berlaku bagi anak SD-MI yang belajar matematika. Belajar matematika akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan, agar dapat memenuhi kebutuhan untuk dapat belajar matematika dalam suasana yang menyenangkan, maka guru harus mengupayakan adanya situasi dan kondisi yang menyenangkan, strategi belajar
yang
menyenangkan,
maupun
materi
matematika
yang
menyenangkan (tidak terlalu sulit bagi anak didik tetapi menantang).103 Untuk itu guru harus memahami tentang perkembangan anak didik dalam belajar matematika, memahami teori pembelajaran matematika, memahami materi matematika yang menyenangkan untuk dipelajari,
103
Pitadjeng, Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2006), 1.
50
maupun trik-trik yang menjadikan anak didik senang dan tidak bosan belajar matematika.104 Ada beberapa macam cara yang dapat dilakukan oleh guru agar anak menganggap matematika tidak sulit dan pembelajaran menjadi menyenangkan, antara lain:105 Memusatkan kesiapan anak untuk belajar matematika James Dreven (dalam Slameto, 2003: 59) berpendapat bahwa kesiapan (readiness) adalah preparedness to respond or react (persiapan
untuk menanggapi atau bereaksi).
Kesiapan harus
diperhatikan dalam belajar, karena tanpa kesiapan yang sungguhsungguh anak didik tidak akan dapat belajar dengan maksimal dan tentu saja hasil belajarnya tidak optimal. Pemakaian media belajar yang mempermudah pemahaman anak Pemilihan media belajar, teristimewa alat peraga matematika, dapat memudahkan anak untuk belajar jika tepat. Tetapi jika kurang tepat dapat membingungkan anak atau mungkin dapat menimbulkan salah konsep pada anak.
Permasalahan yang diberikan merupakan permasalahan dalam kehidupan anak sehari-hari
104 105
Ibid., 1. Ibid., 49-57.
51
Permasalahan yang diangkat dari kehidupan anak lebih mudah dipahami oleh anak, karena nyata, terjangkau oleh imajinasinya dan dapat dibayangkan. Sehingga lebih mudah baginya untuk mencari kemungkinan selesaian dengan memungkinkan kemampuan matematis yang telah dimiliki. Tingkat kesulitan masalah sesuai dengan kemampuan anak Masalah yang diberikan pada anak sedapat mungkin sesuai dengan tingkat kemampuan anak, atau lebih sedikit di atas tingkat kemampuan anak bagi anak yang senang menghadapi tantangan. Peningkatan kesulitan masalah sedikit demi sedikit Untuk menumbuhkan keberanian anak belajar matematika, masalah yang diberikan sebaiknya dimulai dari yang mudah, kemudian meningkatkan kesulitannya sedikit demi sedikit. Jika anak merasa mampu menyelesaikan masalah pertama yang dihadapi, dia akan bersemangat dan berani mencoba menyelesaikan masalah kedua. Memberi kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan masalah menurut caranya, atau sesuai dengan kemampuannya Pengalaman dan kemampuan matematis setiap anak untuk menyelesaikan masalah berbeda-beda. Oleh karena itu cara mereka mencari penyelesaian dari suatu masalah juga berbeda-beda pula sesuai dengan pengalaman dan kemampuannya. Menghilangkan rasa takut anak untuk belajar matematika
52
Anak yang tidak takut belajar matematika berani bertanya pada guru tentang topik matematika yang belum difahami, berani memaparkan gagasannya, berani menanyakan gagasan guru atau teman, berani mencoba memecahkan masalah atau melakukan kegiatan untuk menemukan (kreatif), dan berani mempertahankan gagasannya. Dengan anak merasa mudah belajar matematika dan merasa mampu menyelesaikan masalah matematika, anak mendapat kesan matematika tidak sulit, dan anak akan merasa senang belajar matematika.
53
BAB III PAPARAN DATA IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF PATIHAN KIDUL SIMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008-2009
I. Data Umum Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Patihan Kidul106 Pada mulanya MI Ma’arif Patihan Kidul ini adalah diniyah sore yang sebelum tahun 1949 yang dikelola oleh yayasan, kemudian diniyah ini berkembang dan dijadikan madrasah yang masuknya pagi. Adapun ketua yayasan tersebut adalah Bapak Mohammad Qosim. Djawatan Pendidikan Agama menyatakan MI Ma’arif Patihan Kidul berdiri pada tanggal 1 Desember 1949 yang dikepalai oleh Bapak Mohammad Qosim sendiri. Sedangkan pengurus lembaga pendidikan ma’arif cabang Ponorogo mengesahkan berdirinya MI Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo disahkan oleh Djawatan Pendidikan Agama pada tanggal 1 April 1949. MI Ma’arif Patihan Kidul ini berstatus swasta dengan nomor identitas sekolah 110060, bernomor statistik madrasah 112350209028 dan terakreditasi B.
106
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/01-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
54
Adapun susunan kepala MI Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, dan tahun berdiri sampai sekarang adalah sebagai berikut: a. Mohammad Qosim tahun 1969-1963. b. Muhsin tahun 1963-1967. c. Suyud tahun 1967-1998. d. Mohammad Kurdi tahun 1998-2001. e. Kontianah tahun 2001-sampai sekarang.
Letak Geografis MI Ma’arif Patihan Kidul107 MI Ma’arif Patihan Kidul merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada di Kecamatan Siman, tepatnya berlokasi di Jln. Godang No. 24 Patihan Kidul, Siman, Ponorogo, Jawa Timur. Luas tanah MI Ma’arif Patihan Kidul adalah sekitar 574 m2. Batas wilayah sekitar MI Ma’arif Patihan Kidul adalah sebagai berikut: Sebelah barat berbatasan dengan Desa Siman. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tajuk. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ronowijayan. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Manuk.
107
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/02-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
55
Visi, Misi. Dan Motto MI Ma’arif Patihan Kidul Ponorogo108 Visi, misi, dan motto MI Ma’arif Patihan Kidul Ponorogo adalah: Visi MI Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo membentuk anak yang berakhlakul karimah, berkwalitas dalam IMTAQ (iman dan takwa) dan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan berwawasan ahlussunah wal jama’ah. Misi Mengefektifkan
pembelajaran
dan
mengoptimalkan
kegiatan
ekstrakurikuler serta meningkatkan pendidikan ketrampilan dan olah raga sejak dini. Menghubungkan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk meningkatkan kualitas, profesionalisme guru karyawan. Melaksanakan 6 K untuk menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif dan berwawasan ASWAJA. Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana. Memberdayakan potensi dan peran serta masyarakat. Motto MI
Ma’arif
Patihan
Kidul
mempunyai
motto
dalam
penyelenggaraan pendidikan yaitu: “Madrasah adalah rumah dan jiwaku”.
108
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/03-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
56
Struktur Organisasi MI Ma’arif Patihan Kidul109 Struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat penting keberadaannya karena dengan melihat dan membaca struktur organisasi, memudahkan kita untuk mengetahui sejauhmana personel yang menduduki jabatan tertentu di dalam lembaga tersebut berjalan dengan baik. Adapun untuk sruktur organisasi MI Ma’arif Patihan Kidul (lihat transkrip dokumentasi nomor 04/D/03-IV/2009).
Keadaan Guru dan Siswa MI Ma’arif Patihan Kidul Ponorogo110 Keadaan Guru Secara keseluruhan guru MI Ma’arif Patihan Kidul berjumlah 10 orang dengan perincian: Pegawai Negeri Sipil diperbantukan berjumlah 1 orang, Guru Tetap Yayasan (GTY) berjumlah 9 orang. Guru
MI
Ma’arif
Patihan
Kidul
mempunyai
jenjang
pendidikan SI dan DII. Untuk data guru MI Ma’arif Patihan Kidul (lihat transkrip dokumentasi nomor 05/D/04-IV/2009). Keadaan Siswa Karena MI Ma’arif Patihan Kidul adalah sekolah swasta yang letaknya di desa, maka siswa-siswinya berasal dari Desa Patihan Kidul dan sekitar. Dengan jumlah keseluruhan 132 siswa yang terdiri dari 67
109 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/03-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 110 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/04-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
57
laki-laki dan 65 perempuan (lihat transkrip dokumentasi nomor 05/D/04-IV/2009).
Sarana dan Prasarana Yang dimaksud kondisi sarana prasarana di sini adalah: kondisi secara fisik yang ada di MI Ma’arif Patihan Kidul ketika penulis mengadakan penelitian. Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki MI Ma’arif Patihan Kidul Ponorogo meliputi: perlengkapan sekolah dan keadaan ruang.111 Keadaan Ruangan MI Ma’arif Patihan Kidul memilki 5 ruang kelas, 1 ruang tamu, 1 ruang kepala sekolah dan guru, 1 masjid, 2 ruang kamar mandi, 1 ruang computer, 1 ruang UKS, dan 1 ruang koperasi (lihat transkrip dokumentasi nomor 06/D/04-IV/2009). Keadaan Perlengkapan MI Ma’arif Patihan Kidul memiliki 4 buah komputer, 6 buah almari, 3 buah rak buku, 10 meja guru, 10 kursi guru, 50 meja siswa, dan 50 kursi siswa (lihat transkrip dokumentasi nomor 06/D/04IV/2009). s Kurikulum MI Ma’arif Patihan Kidul112
111 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/04-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 112 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 07/D/06-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
58
MI Ma’arif Patihan Kidul menggunakan kurikulum dari Depag yang berupa kurikulum KTSP dan KBK. Untuk kelas 1 dan 4 menggunakan kurikulum KTSP sedangkan kelas 2, 3, 5 dan 6 menggunakan kurikulum KBK. Kurikulum MI Ma’arif Patihan Kidul terdiri atas 3 komponen, yaitu: Mata Pelajaran Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, meliputi: AlQur'an hadist, aqidah akhlak, fiqih, dan SKI. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, meliputi: PPKn dan Bahasa Indonesia. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi: matematika, IPA dan IPS. Kelompok mata pelajaran estetika meliputi: pendidikan seni dan budaya serta ketrampilan. Kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, meliputi: olah raga dan kesehatan. Muatan Lokal Kelompok muatan lokal, meliputi bahasa jawa, bahasa Inggris, bahasa Arab dan pendidikan komputer. Mengembangkan Diri Kelompok pengembangan diri meliputi: kepramukaan, drum band dan kegiatan shalat dzuhur berjama’ah.
59
Data Khusus Data Tentang Persiapan Guru dalam Pelaksanaan Strategi PAKEM pada Pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma’arif Patihan Kidul Ponorogo Seperti telah dijelaskan di dalam latar belakang di atas bahwasanya lokasi penelitian adalah di MI Ma’arif Patihan Kidul Ponorogo, di mana MI ini menggunakan strategi PAKEM dalam setiap pembelajaran, termasuk matematika. Karena matematika adalah ilmu yang mempunyai sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Selain itu, matematika adalah pelajaran yang sangat menjenuhkan dan membosankan bagi siswa. Agar siswa senang dan tidak bosan dalam belajar matematika, PAKEM digunakan dalam pembelajaran matematika. Karena tujuan PAKEM sendiri adalah menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan menarik. Berdasarkan pemaparan penjelasan di atas penulis akan mencoba menguraikan
pelaksanaan
strategi
PAKEM
dalam
pembelajaran
matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo. Dalam hal ini akan dijelaskan persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, sebagaimana hasil wawancara berikut: Menurut Bapak Yusron Khoiri, S.Pd selaku guru bidang studi matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo menjelaskan bahwa “persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM
60
pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo, yaitu: Seperti biasanya, saya membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) selain itu saya membuat alat peraga agar siswa bisa langsung faham pada materi, serta siswa lebih perhatian pada pelajaran. Sebelum ada strategi PAKEM, pembelajaran hanya bersifat monoton. Siswa seperti males untuk belajar, tapi setelah saya menggunakan strategi ini, dan setiap materi saya buatkan alat peraga mereka lebih aktif, apalagi saya membuatnya dengan berwarna-warni.113
Ibu Kontianah juga menjelaskan: Guru-guru diharuskan membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dulu, agar pembelajaran dapat terarah. PAKEM kan mengharuskan guru maupun siswa dapat aktif dan kreatif, makanya guru harus sistematis dalam menyusun RPP. Selain itu PAKEM kan harus menyenangkan. Jadi agar tujuan pembelajaran tercapai dan menyenangkan seorang guru harus menggunakan alat peraga agar siswa tidak bosan.114
Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo adalah guru harus membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), guru membuat alat peraga, agar suasana saat pembelajaran benar-benar menyenangkan dan siswa tidak mengalami kebosanan.
Data Tentang Pelaksanaan Strategi PAKEM dalam Pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo Strategi adalah suatu pola yang terencana dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan.
113 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/XIII-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 114 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-1/XIII-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
61
Maka adapun pelaksanaan strategi PAKEM dalam pembelajaran matematika dapat dijelaskan di bawah ini. Dari hasil wawancara dengan Bapak Yusron Khoiri, S.Pd selaku guru matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo yaitu: Pelaksanaan sudah berjalan secara bagus, selain itu matematika kan pelajaran yang membosankan, dengan adanya PAKEM saya lebih banyak menggunakan metode-metode pembelajaran. Dari sinilah saya dituntut untuk benar-benar kreatif dalam memilah dan memilih metode dan membuat alat peraga. Kalau aktif, siswa juga bertambah aktif, karena pada saat pembelajaran kadang saya buat kelompok, dan apa yang tidak mereka fahami mereka tanyakan. Dari situ siswa akan aktif untuk bertanya, walaupun sekedar bertanya itu sudah suatu yang membanggakan. Selain itu mereka juga kreatif, kadang alat peraga saya suruh membuat dari rumah sendiri-sendiri, terus mereka juga memajang hasil karya mereka di dinding. Tapi saya menggunakan strategi ini siswa juga bermacam-macam komentarnya. Katanya saya mengajar terlalu keenakan, kalau saya suruh buat kelompok, komentarnya kok tidak dijelaskan pak, pokoknya dalam saya mengajar dengan PAKEM ada senangnya ada susahnya.115
Selain itu ada beberapa hasil wawancara dengan murid kelas V setelah mengikuti pelajaran matematika, yaitu: a. Hasil wawancara dengan Khusnudan Hamdani, adalah: Saya senang belajar matematika dan saya juga bertanya tentang pelajaran yang belum faham.116
b. Hasil wawancara dengan Sukma Avira Zahra, adalah: Saya senang belajar matematika dan saya juga bertanya dan faham, saya senang duduknya berhadap-hadapan karena bisa diskusi sama temanteman.117
c. Hasil wawancara dengan Hudan Fahrul Azmi Saya senang belajar matematika karena berkelompok dan bisa ngobrol dengan teman yang di depan saya. Saya faham pelajaran matematika, tadi saya juga bertanya tentang pelajaran yang belum faham.118 115
Lihat transkrip hasil penelitian ini. 116 Lihat transkrip hasil penelitian ini. 117 Lihat transkrip hasil penelitian ini. 118 Lihat transkrip hasil penelitian ini.
wawancara nomor: 03/3-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan wawancara nomor: 04/4-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan wawancara nomor: 05/5-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan wawancara nomor: 06/6-W/F-2/XIV-IV/2009 dalam lampiran laporan
62
Dari pemaparan data hasil wawancara tersebut, penulis akan memperkuat kembali data yang ada berdasarkan observasi yang telah penulis amati pada kegiatan belajar matematika yaitu: Sebelum guru menjelaskan guru menanyakan tentang perbandingan kepada siswa, siswapun menjawab satu persatu dan jawaban siswa ditulis di papan tulis oleh guru. Setelah itu guru menjelaskan apa yang dimaksud perbandingan, dengan menggunakan alat peraga berupa denah yang dibuat oleh guru dari rumah, disela-sela menjelaskan guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Kemudian siswa dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok membuat perbandingan dari skala yang telah mereka bawa dari rumah. Dari saat mengerjakan guru tetap memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka temui disela-sela mengerjakan. Setelah 25 menit salah satu kelompok diminta untuk mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis dan diminta untuk menjelaskan, kegiatan itu berlangsung terus menerus sampai kelompok keempat. Setelah semua kelompok menjelaskan hasil diskusinya, guru memberikan penguat atau menjelaskan kembali hasil pekerjaan siswa, dan siswa diberi kesempatan bertanya serta mengungkapkan pendapatnya masing-masing, kemudian ada siswa yang bertanya dan mengemukakan pendapatnya, gurupun menjawab dan menampung pendapat siswa.119
Dari beberapa wawancara dan observasi yang dilakukan terlihat bahwa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi PAKEM siswa lebih antusias dan terlihat aktif untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
mereka,
serta
pembelajaranpun
lebih
menyenangkan.
Data Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Strategi PAKEM pada Pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo Dalam setiap kegiatan apapun pasti ada faktor pendukung dan faktor penghambat, tidak semua pekerjaan atau kegiatan berjalan lancar. Dalam pembelajaranpun juga ada faktor pendukung dan penghambat. 119
Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/F-2/07-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
63
Dalam
pelaksanaan
strategi
PAKEM
pada
pembelajaran
matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat, di antaranya dapat dijelaskan melalui wawancara berikut ini: Menurut Bapak Yusron Khoiri, S.Pd selaku guru bidang studi matematika kelas V mengatakan: Untuk faktor pendukung, dari pihak sekolah dan komite mendukung dalam bentuk pengusahaan kelengkapan materi PAKEM, baik sarana maupun prasarana. Untuk faktor penghambat yang pertama adalah menciptakan suasana yang menyenangkan, karena kita tahu matematika adalah pelajaran yang dari dulu menjadi momok bagi siswa, di sini saya berusaha bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dan matematika bisa disukai para siswa. Yang kedua adalah waktu PAKEM itu kan menuntut siswa untuk aktif, untuk itu saya membuat dan merancang pembelajaran dengan konsep PAKEM, alokasi waktu yang seharusnya saya buat 3 x jam pelajaran, kadang bisa molor, tidak sesuai dengan rencana pembelajaran awal. Yang ketiga adalah masalah biaya, dalam setiap pembelajaran guru sebisa mungkin membuat alat peraga, dan alat peraga sendiri membutuhkan biaya untuk membuatnya. Karena dari sekolahan, alat peraga belum tersedia. Jadi guru harus membuatnya sendiri dengan biaya guru sendiri. Dan yang terakhir adalah orang tua murid atau wali murid. Strategi dengan bermodel apapun yang diterapkan oleh sekolah, jika orang tua atau peran orang tua tidak mendukung, pembelajaran akan percuma, seperti halnya PAKEM. MI Patihan Kidul kan rata-rata siswanya anak orang sederhana, bisa dibilang menengah ke bawah, dengan pekerjaan orang tua, sebagai petani atau srabutan. Untuk memperhatikan sekolah anaknya, mereka sampai-sampai tidak ada waktu. Orang tua tahunya, anaknya sekolah. Semua tentang pendidikan sudah diserahkan di sekolah. Padahal anak usia MI-SD masih membutuhkan perhatian ekstra baik dari sekolah maupun orang tua.120
Ibu Kontianah juga menjelaskan: Semuanya mendukung, dari pihak sekolah sendiri mengusahakan kelengkapan sarana prasarana, karena PAKEM memberikan terobosan yang baru dalam dunia pendidikan. Dengan tujuan PAKEM yang meningkatkan keaktifan siswa dan kekreatifitas siswa dan agar prestasi siswa lebih meningkat. Untuk faktor penghambat adalah masalah biaya, karena sekolah belum menyediakan alat peraga, maka guru harus membuatnya dengan biaya sendiri. Selain itu adalah waktu, guru yang semula merencanakan alokasi waktu sekian, kadang-kadang molor, apa yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan. PAKEM sendirikan membutuhkan waktu yang lama.121
120 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-3/XVI-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 121 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/8-W/F-3/XVII-IV/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
64
Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo adalah: a) Faktor pendukung adalah semua pihak sekolah dan komite sekolah dalam bentuk mengusahakan kelengkapan materi strategi PAKEM maupun sarana prasarana. b) Faktor
penghambat
adalah
guru
sulit
menciptakan
suasana
pembelajaran yang menyenangkan, waktu pembelajaran kurang efisien (molor), biaya untuk membuat alat peraga, karena sekolah belum menyiapkan alat peraga, maka guru harus membuat alat peraga dengan biaya guru sendiri, dan yang terakhir adalah kurang adanya dukungan dari pihak wali murid, dengan ditandai oleh sikap acuh tak acuhnya pada pendidikan anak.
65
BAB IV ANALISA DATA IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF PATIHAN KIDUL SIMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008-2009
A. Analisis Tentang Persiapan Guru dalam Pelaksanaan Strategi PAKEM Pada Pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2008-2009 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis dapat menganalisis bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009, bahwasanya persiapan guru adalah menyusun Rencana Pelaksananan Pembelajaran (RPP), agar pembelajaran bisa tersusun secara rapi. Selain itu guru membuat alat peraga, yang fungsinya agar pembelajaran benar-benar menyenangkan dan siswa tidak mengalami kebosanan dalam belajar. Dalam bab II dijelaskan bahwa strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru, atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Efektif sendiri adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan dapat tercapai secara maksimal, dan pembelajaran dapat maksimal harus didasarkan pada keefektifan guru. Adapun kriteria keefektifan guru adalah menyusun rencana pembelajaran dengan baik, menyiapkan media, bahan, sumber belajar yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, guru berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan, guru memperhatikan keefisien waktu, guru memberikan tugas-tugas dengan panduan yang jelas, guru memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran dengan tepat, guru mengelola kelas dengan baik, serta kelas memiliki “aturan main” dalam kesepakatan. Selain itu guru harus kreatif dalam membuat alat peraga. Dari diskripsi data pada bab III dapat diketahui bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009 adalah
66
guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar pembelajaran bisa tersusun secara rapi dan terarah. Selain itu guru membuat alat peraga yang fungsinya agar pembelajaran benar-benar menyenangkan dan siswa tidak mengalami kebosanan dalam belajar. Dari diskripsi di atas menunjukkan bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V di MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo sesuai dan selaras dengan kriteria keefektifan dan kekreatifan guru. Di antara kriteria kekreatifan guru dalam membuat alat peraga, yang merupakan alat bantu belajar yang memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa. Dalam pembuatan alat peraga, bukan hanya guru yang membuat, siswapun bisa membuatnya dengan bahan-bahan yang terjangkau. Selain alat peraga, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan diharapkan. Adapun tahapan-tahapan yang harus ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah:122 1. Tahapan pra intruksional, yaitu tahapan pada saat melalui proses pembelajaran. 2. Tahapan intruksional, yaitu tahapan pemberian bahan pelajaran. 3. Tahapan evaluasi, yaitu tahapan untuk mengetahui keberhasilan tahapan intruksional. Tahapan-tahapan di atas harus tersusun dalam RPP agar semua tahapan tercapai, sehingga apa yang disampaikan guru kepada siswa tersampaikan dengan baik dan melekat pada siswa. Dengan menggunakan strategi PAKEM pada kelas V diharapkan pembelajaran akan menyenangkan, dan akan menumbuhkan guru-guru serta siswa-siswa yang kreatif, menyenangkan dengan situasi yang nyaman dan kondisi belajar yang mendorong peserta didik untuk belajar secara maksimal dengan tanpa paksaan. Dari sini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo sudah sesuai dan selaras dengan apa yang menjadi kriteria keefektifan serta kekreatifan guru dalam pembelajaran.
122
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), 120-121.
67
B. Analisis Tentang Pelaksanaan Strategi PAKEM dalam Pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2008-2009 Dalam bab II dijelaskan bahwa dasar sejarah dilaksanakan strategi PAKEM adalah PP No. 19 Tahun 2005 bab IV Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik secara psikologis peserta didik”. Selain itu dalam strategi PAKEM ada beberapa kriteria aktif pada peserta didik, di antaranya siswa aktif membaca, menulis, belajar, siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan, aktif berbagi pengetahuan dengan siswa lain serta aktif menemukan dan memecahkan masalah. Selain kriteria keaktifan siswa, strategi PAKEM juga memiliki keaktifan pada guru, di antaranya guru aktif membantu kegiatan belajar siswa, guru aktif memberi umpan balik, guru aktif mempertanyakan gagasan siswa, guru bersahabat dan bersifat terbuka, dan guru merespon dan menghargai semua pendapat siswa. Dari beberapa kriteria keaktifan pada guru dan peserta didik, masih terasa kurang tanpa adanya pengelolaan kelas secara fisik yang kondusif, di mana pengelolaan kelas yang kondusif ini akan membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan nyaman. Dalam pengelolaan kelas secara fisik ada beberapa kategori yang harus ada, di antaranya pengelolaan tempat duduk (bangku), pengelolaan pajangan kelas, pengelolaan alat peraga, pengelolaan sudut baca atau perpustakaan kelas serta pengelolaan alat bantu belajar. Dalam pengelolaan tempat duduk (bangku), ada beberapa macam penataan bangku di antaranya: bentuk U, bentuk kelompok atau tim, bentuk konferensi, bentuk lingkaran.123 Selain bentuk-bentuk di atas masih banyak bentuk penataan bangku yang dapat menunjang kelancaran pembelajaran. Selain itu ada pajangan kelas (produk hasil karya siswa) yang dapat dipajang di dinding, digantung di langit-langit ruangan serta diatur pada meja pamer. Yang lain ada alat peraga yang tidak harus dibeli namun bisa dibuat oleh guru maupun siswa, pengelolaan sudut baca (perpustakaan kelas) yang terdiri dari beberapa buku ataupun majalah yang bisa dibaca oleh siswa di dalam kelas, serta pengelolaan alat bantu yang dapat menunjang pembelajaran dengan strategi PAKEM. Dari diskripsi data pada bab III dapat diketahui bahwa pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul adalah siswa lebih antusias dan terlihat aktif untuk bertanya dan 123
Materi Workshop PAKEM IA (Guru Kelas Awal) (Surabaya: LAPIS (Learning Assistance Program for Islamic Schools, 2008), 1.
68
mengemukakan pendapat mereka, guru aktif mempertanyakan gagasan siswa, guru kreatif dalam mengelola kelas yaitu dalam penataan bangku, bangku yang dibentuk kelompok atau tim. Untuk pengelolaan kelas secara fisik yang terdiri dari pengelolaan tempat duduk (bangku), pengelolaan pajangan kelas, serta pengelolaan sudut baca dapat dilihat di transkrip dokumen yang berupa foto pada lampiran hasil penelitian ini. Pada tahap pelaksanaan ini untuk menunjang pemahaman siswa guru memberikan evaluasi dalam bentuk evaluasi harian (pilihan ganda, esai) yang dikerjakan pada saat pembelajaran maupun yang dikerjakan di rumah. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwasanya pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009 sudah sesuai dan selaras dengan dasar sejarah dilaksanakan strategi PAKEM, keaktifan guru dan siswa, serta kategori pengelolaan kelas secara fisik, dan strategi PAKEM ini sudah terlaksana sesuai dengan landasan teori, walaupun masih perlu adanya kelengkapan. Walaupun demikian, beberapa kategori dalam pengelolaan kelas sudah mampu diadakan oleh keluarga kelas V, di antaranya penataan bangku yang berbentuk tim (kelompok). Selain itu hasil karya siswa dipajang di dinding dengan rapi. Kelas V juga memiliki sudut baca yang diletakkan di depan, berdekatan dengan meja guru. Penataan suasana kelas yang sedemikian itu bertujuan agar suasana pembelajaran menyenangkan. Karena anak usia 6-12 tahun atau usia MI-SD adalah fase di mana mulai sekolah dan bermain, hendaknya guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, di mana peserta didik tidak kehilangan masa bermainnya. C. Analisis Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Strategi PAKEM Pada Pembelajaran Matematika Kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo Penggunaan suatu strategi di dalam proses pembelajaran pasti ada faktor pendukung dan ada faktor penghambat, mengingat bahwa sebuah strategi di dalam pendidikan tidak ada yang sempurna pasti ada faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaannya. Dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo tentu tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi PAKEM menimbulkan respon yang positif, baik dari pihak MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo maupun pihak komite sekolah. Dukungan ini berupa mengusahakan kelengkapan materi strategi PAKEM maupun sarana prasarana. Adanya faktor pendukung ini memperlancar adanya pelaksanaan strategi PAKEM ini.
69
Di samping ada faktor pendukung, pastinya ada juga faktor penghambat yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran. Faktor penghambat pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo di antaranya guru sulit menciptakan suasana yang menyenangkan, waktu pembelajaran yang kurang efisien (molor), biaya untuk membuat alat peraga (karena dari sekolah belum menyediakan beberapa alat peraga yang dibutuhkan, sehingga guru harus membuatnya dengan biaya guru sendiri), serta kurang adanya dukungan dari pihak wali murid, dengan ditandai dengan sikap acuh tak acuh pada pendidikan anak. Padahal anak usia SD-MI membutuhkan perhatian ekstra baik dari sekolah maupun keluarga. Pada permasalahan ini karena wali murid MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo kebanyakan berekonomi menengah ke bawah, dan bekerja sebagai petani. Setelah seharian sibuk di lapangan kerja, malam hari sudah terasa capek. Sehingga tidak adanya bimbingan dari pihak keluarga. Selain itu faktor yang lain pendidikan orang tua juga sangat minim, yang mereka tahu hanyalah menyekolahkan anak, semua tentang pendidikan diserahkan sepenuhnya pada sekolahan, orang tua tidak mau tahu. Faktor ini yang sangat harus diperhatikan bagi kelancaran setiap pendidikan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Ponorogo memiliki banyak faktor pendukung dan juga faktor penghambat. Dengan menggunakan strategi ini proses pembelajaran akan lebih menyenangkan, adanya faktor pendukung diharapkan lebih meningkatkan kwalitas pembelajaran, dan dengan adanya faktor penghambat akan lebih meminimalisir, sehingga pembelajaran benar-benar menguntungkan semua pihak, baik guru maupun siswa.
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo Tahun Pelajaran 2008-2009 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Persiapan guru dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009 adalah guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta guru membuat alat peraga contoh denah lokasi yang fungsinya untuk mempermudah guru dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa. Pelaksanaan strategi PAKEM dalam pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009 sudah berjalan sesuai dengan teori walaupun masih perlu adanya kelengkapan. Strategi ini berjalan ditandai dengan keantusiasan siswa dalam memperhatikan pelajaran, siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta pemahaman mereka pada mata pelajaran, selain itu guru kreatif dalam penataan bangku dan membuat alat peraga.
71
Di dalam pelaksanaan strategi PAKEM pada pembelajaran matematika kelas V MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009 tidak terlepas dengan adanya faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukungnya adalah berupa dukungan penuh dari komite sekolah dan juga pihak MI Ma'arif Patihan Kidul ini dalam bentuk mengusahakan kelengkapan materi strategi PAKEM dan sarana prasarana. Sedangkan untuk faktor penghambat di antaranya guru kurang bisa menciptakan suasana yang menyenangkan, masalah biaya, pengalokasian waktu yang kurang efisien, dan yang terakhir adalah sikap kurang adanya dukungan dari wali murid terhadap pendidikan anak.
J. Saran Kepada Pihak Sekolah MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo Memberikan pembinaan kepada guru, serta dapat memberikan pelayanan, memperhatikan dan mengupayakan beberapa sarana prasarana untuk menunjang kelancaran pembelajaran. Kepada Kepala Sekolah MI Ma'arif Patihan Kidul Siman Ponorogo Mengirim guur-guru untuk mengikuti diklat strategi PAKEM agar guru lebih kompeten dalam mengajar, mengelola kelas, sarana pembelajaran, dan sumber belajar. Kepada Guru Matematika dan Guru-guru yang Lain Mengikuti beberapa diklat strategi PAKEM agar dapat mengembangkan kompetensi guru dalam mengajar dan dapat memperdalam materi dengan tujuan dapat menunjang kesuksesan pembelajaran.
72
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Coles, Robert. Menumbuhkan Kecerdasan Moral Anak, Terj. T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000. Edu, PAKEM-1, http//articles.com. diakses 5 April 2009. Endang Poerwanti, Nur Widodo. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002. Fuady,
Anwar. Pembelajaran PAKEM. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/11/05, diakses 5 April 1998.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Hubermen, Miles A. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press, 1992. Hudojo, Herman. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998. Hurlock B, Elizabeth. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1999. Ismail
SM. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Rasail, 2008.
JJ Hasibun, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Projeck (MEDP). Direktorat Pendidikan Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2008. Materi Workshop PAKEM IA (Guru Kelas Awal). Surabaya: LAPIS (Learning Assistance for Islamic School), 2008.
73
Miler, Mattew B, Huberman A. Micheal. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press, 1992. Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Munandar, Utami. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Pitadjeng. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2006. Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 1996. R. Soedaji. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konsentrasi Keadaan Masa Kini Menuju Masa Depan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2008. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching. 2005. Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Sunarto. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. wordpress.com/2008/12/25. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), 2001. Wahyufirmansyah. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. http//blogspot.com/2008/05.html. Diakses 5 April 2009 W. Gulo. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2004.