BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Isu lingkungan di sekitar daerah operasional pabrik kerap kali menjadi salah satu masalah yang diangkat oleh masyarakat sekitar kawasan pabrik untuk menyerang sebuah perusahaan. Hal inilah yang terjadi di kawasan pabrik PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek Bandung. Adapun beberapa isu yang diangkat oleh masyarakat sekitar mengenai PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek Bandung diantaranya eksplorasi artesis oleh pihak pabrik, terbatasnya ketersediaan air bersih yang disebabkan oleh aktifitas pabrik, penyebaran pemberian air bersih yang tidak merata, serta pengolahan limbah yang buruk dan merugikan masyarakat di sekitar pabrik. Jika dikaitkan dengan reputasi perusahaan, maka isu-isu tersebut tentunya dapat menjadi hambatan sebuah perusahaan dalam membangun citra positif perusahaan di mata publik, karena isu tersebut telah menciptakan citra negatif perusahaan yang berpengaruh pada reputasi. Sebagai perusahaan yang baik, PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) menggalakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka mengatasi isu lingkungan yang diangkat oleh masyarakat sekitar pabrik. Salah satu strategi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia dalam menanggapi isu tersebut yaitu melalui pemanfaatan Coke Farm di area pabrik. Coke Farm merupakan salah satu
1
2
lahan perealisasian program CSR yang digalakkan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI), tepatnya di area operasional rancaekek. Berupa perkebunan organik yang terletak di belakang pabrik Coca Cola Rancaekek. Dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) melalui pemanfaatan Coke Farm, terdapat beberapa spesifikasi kegiatan, diantaranya pengelolalaan fishpond, pembuatan biopori, planting of tree, tea leaves composting, dan solid waste-recycling. Pengelolaan fishpond dilakukan di area Coke Farm, tepatnya di belakang pabrik pembotolan Coca Cola di kawasan Rancaekek, Bandung. Tujuan fishpond ini adalah untuk mengairi perkebunan organik Coca Cola (Coke Farm) dan sebagai tempat konservasi lingkungan di pabrik. Terdapat banyak jenis ikan yang dibudidayakan di sini, diantaranya ikan nila, ikan mas, ikan bawal, ikan patin, ikan lele, dan lain-lain. Fishpond dikelola oleh masyarakat sekitar pabrik yang bersedia membudidayakannya, dimana hasil panen budidaya tersebut dapat dinikmati oleh pengelola. Selain itu, tim Corporate Affair Coca Cola melakukan pendekatan ke berbagai rumah makan di sekitar kawasan pabrik pembotolan coca cola untuk mendistribusikan hasil panen bibit ikan, dimana seluruh keuntungan yang diperoleh diberikan kepada masyarakat yang mengelola. Kebijakan tersebut merupakan salah satu bukti nyata komitmen PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) dalam menyejahterakan masyarakat di sekitar kawasan operasional. Pembuatan biopori digalakkan untuk menciptakan pabrik yang ramah lingkungan melalui pembuatan lubang resapan air yang juga dapat menghasilkan
3
pupuk kompos alami. Sudah lebih dari lima puluh lubang biopori dibuat di seluruh kawasan pabrik pembotola Coca Cola di Rancaekek Bandung. Selain itu, PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) telah bekerjasama dengan beberapa LSM yang bergerak di bidang lingkungan dalam menyelenggarakan kegiatan sosial lingkungan dan mensosialisasikan pembuatan lubang biopori kepada pelajar serta masyarakat luas. Planting of Trees atau penanaman pohon memiliki dampak positif yang luar biasa besar bagi masyarakat, komunitas, dan juga lingkungan hidup. Penanaman pohon dapat membantu memelihara dan mengaktifkan kembali lingkungan hidup. Untuk menciptakan lingkungan pabrik yang hijau dan sehat, serta dalam rangka mendukung kampanye lingkungan hidup, dilakukan program penanaman pohon. Selain itu, di area Coke Farm juga terdapat lahan pembibitan dan budidaya pohon keras, seperti mahoni dan trembesi, salah satu jenis pohon yang memproduksi oksigen terbesar. Dimana, hasil pembibitan pohon keras ini, dapat disumbangkan untuk gerakan penghijauan, terutama di sekitar kawasan pabrik. Organic- Green House merupakan salah satu bagian di area Coke Farm, berupa lahan perkebunan organik yang menggunakan metode perkebunan tanpa bahan kimia, seperti pestisida, fertilizer, antibiotic, hormone penumbuh tanaman yang tidak memenuhi standar organik. Perkebunan organik dikelola oleh masyarakat di sekitar kawasan pabrik, dengan harapan para petani yang menggarap perkebunan organik tersebut dapat menjadi lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya pada jumlah energi yang digunakan dalam dunia
4
agrikultur. Adapun tanaman yang dibudidayakan di perkebunan ini, diantaranya tanaman cabe, tomat, bawang daun, dan lain-lain. Sama halnya dengan fishpond, hasil panen dari kebun organik ini sepenuhnya diberikan dan dikelola oleh warga sekitar. Khusus untuk setiap produksi produk frestea, PT.Coca Cola Amatil Indonesia menghasilkan limbah berupa ampas daun teh basah yang tidak terpakai. Sebagai penggalakan gerakan peduli lingkungan dan upaya pengolaan limbah, ampas tersebut dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos, pemanfaatan ini disebut dengan tea leaves- composting. Ada dua metode yang dipakai dalam pembuatan pupuk kompos di Coke Farm ini, yaitu open windrow dan sistem kascing. Pada metode open windrow, ampas teh basah dikeringkan lalu disiram dengan EM4 secara berkala sampai akhirnya bakteri penghasil pupuk kompos berkembang biak dan siap dipanen. Sedangkan pada sistem kascing, ampas teh yang dihasilkan dari produksi frestea dimakan oleh cacing dan kotoran-nya menjadi pupuk. Pupuk kompos yang dihasilkan dari ampas teh tersebut dapat dipakai untuk membudidayakan tanaman organik di Coke Farm, disumbangkan dalam acara-acara atau kampanye lingkungan, serta di jual ke pasaran melalui kios Coke Farm. Solid waste recycling merupakan kegiatan mendaur ulang sampah, dimana sampah non-organik yang dihasilkan oleh produksi PT.Coca Cola Amatil di gunakan untuk membuat kerajinan tangan atau memproduksi alat-alat yang dapat digunakan sebagai pendukung pelestarian lingkungan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengedukasi masyarakat dan komunitas setempat mengenai pentingnya
5
melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Pemberian edukasi ini, dilakukan oleh. Ir.M.Satori, seorang pakar teknik industri manajemen lingkungan dari UNISBA. Berdasarkan beberapa kegiatan yang dilakukan di Coke Farm yang telah disebutkan di atas, penulis memfokuskan penelitian pada pengolahan limbah pabrik di Coke Farm sebagai objek penelitian. Dimana terdapat keistimewaan pada pengolahan limbah pabrik di Coke Farm PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek yang tidak dilakukan di pabrik industri lain yang sejenis (kompetitor), yakni pemanfaatan limbah pabrik bagi kepentingan lingkungan yang saling berkesinambungan. Diantaranya pembuatan pupuk yang berbahan dasar daun teh hasil ampas produksi frestea, limbah non-organik berupa kaleng-kaleng atau botol-botol konsentrat yang dimanfaatkan sebagai media tanam, limbah cair yang dinetralisir sedemikian rupa sehingga menjadi air bersih yang dimanfaatkan untuk pengembangan Coke Farm baik untuk penyiraman tanaman organik maupun sumber air kolam budidaya ikan. Berbagai program Corporate Social Responsibility yang digalakkan melalui pemanfaatan Coke Farm ini, merupakan salah satu bentuk nyata PT. Coca Cola Amatil dalam mengimplementasikan program tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana program ini berkaitan dengan kepentingan beberapa stakeholders perusahaan. PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) sebagai produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia, bahkan menjadi salah satu perusahaan terbesar di wilayah Asia Pasifik tentunya memiliki banyak stakeholders yang
6
berperan penting dalam perkembangan perusahaan. Disinilah Public Relations berperan penting, yaitu untuk merangkul seluruh stakeholders demi terjalinnya hubungan baik yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perkembangan perusahaan. Adapun salah satu upaya yang dilakukan oleh Public Relations PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) dalam menjalankan perannya tersebut yaitu melalui program Corporate Social Responsibility
melalui
pemanfaatan Coke Farm. Strategi Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI), bertujuan untuk menciptakan mutual benefit antara semua pihak yang terkait. Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam suatu perusahaan tidak kalah memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan citra perusahaan. Citra perusahaan tidak hanya dapat dibentuk dengan strategi brand image building melalui iklan media massa, justru yang paling mendasar dari pembentukan citra sebuah produk dimulai dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan melalui aksi-aksi yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk pengabdian bagi lingkungan dan masyarakat, salah satunya berupa program Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, posisi Corporate Social Responsibility (CSR) di perusahaan diperkuat oleh diberlakukannya Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan setiap industri atau koperasi wajib melaksanakan program CSR. PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) memiliki kepercayaan penuh bahwa sebagian kesuksesan perusahaan merupakan hasil dari integrasi
7
pertimbangan sosial dan lingkungan ke dalam kegiatan bisnis perusahaan. Untuk itulah perusahaan terus berkomitmen untuk menerapkan program-program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud nyata kepedulian terhadap masyarakat. Adapun 4 pilar kunci yang digalakkan oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) sebagai parameter dalam menjalankan program-program Corporate Social Responsibility yang harmonis dan berkelanjutan, diantaranya : (1) menjaga dan melestarikan lingkungan, (2) mengembangkan kesempatan ekonomi (marketplace), (3) menerapkan budaya kerja yang baik dan nilai-nilai positif
di
kalangan
karyawan
(workplace),
(4)
berkontribusi
terhadap
pembangunan sosial dan ekonomi seluruh masyarakat di sekitar perusahaan (community). Berdasarkan empat pilar kunci tersebut, diharapkan perusahaan mendapatkan tempat di hati masyarakat sekitar daerah operasi dan pemerintah setempat. Selain
strategi
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
melalui
pemanfaatan Coke Farm yang telah dijabarkan di atas, Public Relation Officer PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) memiliki beberapa aspek kegiatan kehumasan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, diantaranya Media Relations, Community Relations, Government Relations, Bussiness Relations,. Dimana kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi suatu strategi atau alat Public Relations Officer yang saling berkesinambungan dalam menciptakan serta memelihara hubungan yang selaras (mutual understanding) dengan seluruh pihak yang terkait demi keuntungan bersama (mutual benefit). Hal ini diharapkan
8
perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari segala aspek, baik dari kebijakan publik, maupun peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan berdasarkan reputasi yang telah berhasil dibangun oleh perusahaan dengan bantuan pemberitaan di media.
1.2. Fokus Kajian Adapun yang menjadi fokus kajian penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini, yaitu kegiatan pengolahan limbah pabrik di Coke Farm, yang menjadi salah satu bagian dari strategi Corporate Social Responsibility yang digalakkan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) melalui pemanfaatan Coke Farm. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pabrik yang ramah lingkungan serta pemberdayaan masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian konteks penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka permasalahan yang menarik diteliti oleh penulis adalah mengenai : “Bagaimana implementasi kegiatan pengolahan limbah pabrik di Coke Farm menjadi strategi Corporate Social Responsibility PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek yang bersifat sustainable bagi perusahaan maupun warga sekitar ?”
9
1.3.Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, adalah untuk mengetahui : 1.
Mengapa dibutuhkan Strategi Corporate Social Responsibility melalui Coke Farm untuk menciptakan reputasi positif perusahaan di mata masyarakat.
2.
Bagaimana strategi Public Relations dalam mengemas program Corporate Social Responsibility (CSR) melalui pemanfaatan Coke Farm sebagai salah satu alat (tools) dalam meredakan isu lingkungan dan menciptakan reputasi perusahaan yang baik.
3.
Bagaimana implementasi program Corporate Social Responsibility melalui Coke Farm, terutama pengolahan limbah pabrik dari sudut pandang warga yang terlibat langsung dengan program (petani Coke Farm)
4.
Berbagai
hambatan
dari
implementasi
program
Corporate
Social
Responsibility melalui pemanfaatan Coke Farm yang dirasakan oleh seluruh stakeholders yang terlibat langsung dengan program, baik dari sudut pandang perusahaan sebagai penanggung jawab program, tokoh lingkungan sebagai pendukung program, dan para petani Coke Farm sebagai pelaksana program. 5.
Bagaimana problem solving yang dilakukan oleh berbagai stakeholders yang terlibat dalam program Corporate Social Responsibility melalui pemanfaatan Coke Farm dalam rangka menyelesaikan berbagai hambatan yang dihadapi.
6.
Bagaimana efektifitas program Corporate Social Responsibility PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek melalui pemanfaatan Coke Farm,
10
terutama dalam pengolahan limbah pabrik berdasarkan hasil dan manfaat yang dirasakan oleh semua stakeholders yang terlibat dengan program.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di bawah Departemen Corporate Affair PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Regional Jawa Barat dengan memfokuskan pada program Coke Farm, salah satu kegiatan Corporate Social (CSR) yang digalakkan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI). Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan observasi secara mendalam mengenai kegiatan pengolahan limbah pabrik PT. Coca Cola sebagai salah satu program Coke Farm dalam meningkatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Pengolahan limbah pabrik di PT. Coca Cola Rancaekek dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengolahan limbah organik dan pengolahan limbah non-organik. Pengolahan limbah organik yang dilakukan oleh pabrik PT. Coca Cola Amatil meliputi dua pengolahan limbah organik yang dihasilkan oleh pabrik, yaiitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berupa cairan ampas hasil dari sisa-sisa proses produksi pabrik. Sebagai perusahaan yang baik, industri pada khususnya pabrik dapat secara bijak mengolah limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan dan masyarakat di sekitar pabrik dengan membuang limbah tersebut ke sungai. Maka dari itu, PT. Coca cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek mengolah limbah cair tersebut sedemikian rupa melalui beberapa proses penetralaran air, sehingga air yang semula berupa limbah berubah menjadi
11
air bersih yang dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai indikator penetralan air, limbah yang telah dinetralisir akan dialirkan ke fishpond (kolam ikan), sehingga dapat dipastikan bahwa air limbah telah lulus iji coba sebagai air bersih bebas racun saat ikan-ikan di fishpond tetap hidup. Limbah yang telah berubah menjadi air bersih dimanfaatkan secara maksimal untuk mengairi perkebunan organik (Organic Green House), penyiraman tanaman di area Coke Farm, dan supply air bersih kepada warga di sekitar area pabrik. Selain limbah organik berupa cairan, pabrik PT. Coca Cola Amatil Indonesia juga menghasilkan limbah padat. Salah satu limbah padat organik yang dihasilkan oleh pabrik PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek yaitu ampas daun teh basah dari hasil produksi minuman frestea. Sebagai penggalakan gerakan peduli lingkungan dan upaya pengolaan limbah, ampas tersebut dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos (tea-leaves-composting). Pembuatan pupuk kompos dari daun teh ini dikelola sepenuhnya oleh masyarakat sekitar dibawah bimbingan Ir. M. Satori, seorang pakar teknik indutri manajemen lingkungan dari UNISBA. Pupuk kompos yang dihasilkan dari ampas teh tersebut dapat dipakai untuk membudidayakan tanaman organik di Coke Farm, disumbangkan dalam acara-acara atau kampanye lingkungan, serta di jual ke pasaran sebagai bentuk apresiasi terhadap pengembangan petani Coke Farm. Seluruh hasil dari penjualan produk-produk Coke Farm diberikan kepada petani Coke Farm. Seperti yang telah disebutkan, bahwa selain pengolahan limbah organik ada pula pengolahan limbah non-organik. Adapun limbah non-organik yang
12
dihasilkan oleh pabrik PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek diantaranya adalah botol-botol, kaleng-kaleng baik dari produk reject maupun bekas konsentrat minuman. Di area Coke Farm ini, limbah non-organik tersebut diolah melalui proses solid waste recycling, yaitu kegiatan mendaur ulang, dimana sampah non-organik yang dihasilkan oleh produksi PT.Coca Cola Amatil di gunakan untuk membuat kerajinan tangan atau memproduksi alat-alat yang dapat digunakan sebagai pendukung pelestarian lingkungan, seperti media tanam. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengedukasi masyarakat dan komunikats setempat mengenai pentingnya melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam upaya peningkatan kepedulian terhadap kualitas lingkungan yang lebih baik.
1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1.
Perspektif Teoritis Berdasarkan penelitian mengenai Strategi Corporate Social Responsibility
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Melalui Pemanfaatan Coke Farm yang dilakukan oleh penulis, terdapat empat teori yang berkaitan yaitu teori reputasi, teori etis, teori konstruksi sosial, dan teori pemangku kepentingan.
1.5.1.1.Teori Reputasi Dalam penelitian ini, penulis mengangkat teori reputasi sebagai salah satu landasan teori. Definisi reputasi menurut The Institute of Public Relations (Beard,
13
2001, p.8) : “Reputasi yakni hasil dari apa yang Anda kerjakan, apa yang Anda ucapkan dan apa yang orang lain katakan tentang diri Anda”. Sedangkan reputasi perusahan menurut Charles J. Fombrun :“Corporate reputation as the overall estimation in which company is held by it’s constituents. A corporate reputation’s represent the net affective or emotional reaction-good or bad, weak or strong-of costumers, investors, employees, and the general public to the company’s name.” Reputasi perusahaan diartikan sebagai keseluruhan penilaian dimana perusahaan
berpegang
pada
unsur-unsurnya.
Suatu
reputasi
perusahaan
menghadirkan jaringan kecenderungan reaksi emosional yang bai maupun yang tidak baik, yang lemah maupun yang kuat, dari pelanggan, investor, karyawan, dan khalayak ramai kepada nama baik perusahaan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reputasi menurut Priyanto (2008, p3), diantaranya : 1.
Kegagalan dalam memenuhi peraturan maupun kewajiban hukum
2.
Kegagalan dalam memberikan barang dan jasa dengan kualitas baik kepada pelanggan
3.
Timbulnya praktek yang tidak sesuai dengan etika
4.
Manajemen krisis yang buruk
5.
Kegagalan dalam mencapai target
6.
Security breaches (pelanggaran keamanan)
7.
Environmental breach (pelanggaran lingkungan)
14
1.5.1.2.Teori Etis Dalam teori ini menyatakan bahwa pemahaman hubungan antara bisnis dan masyarakat adalah penanaman nilai -nilai etis. Hal tersebut
mengarahkan
visi
Corporate
Social
Responsibility
perusahaan dari suatu perspektif etis dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menerima tanggung jawab sosial sebagai sebuah kewajiban etis di atas pertimbangan lainnya. Pemahan ini disebut dengan ethical theories. Dalam etika bisnis menekankan bahwa manajer dan perusahaan mereka bertanggung jawab untuk menerapkan prinsip etika dalam organisasi mereka dan menggunakan alasan moral dalam pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan dan strategi, dan arah secara umum dari perusahaan mereka.(Bucholz (1998)). Dalam konteks Corporate Social Responsibility, manajer bertindak sebagai aktor moral dan bertanggungjawab untuk melakukan tanggungjawab (discretion) manajemen yang ada pada mereka dalam segala segi tanggungjawab sosial untuk menghasilkan hasil yang bertanggungjawab secara sosial(Wood (1991), Kolk (2000)).
1.5.1.3.Teori Konstruksi Sosial Teori konstruksi sosial (social construction) dikembangkan oleh Berger dan Lukmann merupakan teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini terkandung pemahaman bahwa kenyataan
15
dibangun secara sosial, serta kenyataan dan pengetahuan merupakan dua istilah kunci untuk memahaminya. Kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui memiliki keberadaan (being)-nya sendiri sehingga tidak tergantung kepada kehendak manusia; sedangkan pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomen-fenomen itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik (Berger, 1990:1). Oleh karena konstruksi sosial merupakan
sosiologi
pengetahuan
maka
implikasinya
harus
menekuni
pengetahuan yang ada dalam masyarakat dan sekaligus proses-proses yang membuat setiap perangkat pengetahuan yang ditetapkan sebagai kenyataan. Sosiologi pengetahuan harus menekuni apa saja yang dianggap sebagai pengetahuan dalam masyarakat.
Sosiologi pengetahuan, yang dikembangkan Berger dan Luckmann, mendasarkan pengetahuannya dalam dunia kehidupan sehari-hari masyarakat sebagai kenyataan. Bagi mereka (1990:31-32), kenyataan kehidupan sehari-hari dianggap menampilkan diri sebagai kenyataan par excellence sehingga disebutnya sebagai kenyataan utama (paramount). Berger dan Luckmann (1990:28) menyatakan dunia kehidupan sehari-hari menampilkan diri sebagai kenyataan yang ditafsirkan oleh manusia. Maka itu, apa yang menurut manusia nyata ditemukan dalam dunia kehidupan sehari-hari merupakan suatu kenyataan seperti yang dialaminya. Dunia kehidupan sehari-hari yang dialami tidak hanya nyata tetapi juga bermakna. Kebermaknaannya adalah subjektif, artinya dianggap benar atau begitulah adanya sebagaimana yang dipersepsi manusia.
16
Dalam kaitannya dengan Corporate Social Responsibility perusahaan, maka apa yang menjadi kondisi nyata yang dialami oleh warga sekitar perusahaan sebagai kehidupan sehari-hari merupakan suatu tanggung jawab sosial yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Hal ini berhubungan dengan tuntutan kebutuhan yang dihubungkan dengan perusahaan.
1.5.1.4.Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory) Teori ini terkait erat dengan teori legitimasi. Suatu perusahaan melalui berbagai kebijakan dan kegiatan operasi yang dilakukannnya memberikan dampak kepada berbagai kelompok pemangku kepentingan, sehingga dengan demikian perusahaan mungkin menemui tuntutan – tuntutan dari kelompok – kelompok ini untuk memenuhi tanggung jawabnya (Bucholz (1998), McWilliams dan Siegel(2001)). Teori ini menekankan pentingnya untuk mempertimbangkan kepentingan, kebutuhan dan pengaruh dari pihak – pihak yang terkait dengan kebijakan dan kegiatan operasi perusahaan, terutama dalam hal pengambilan keputusan perusahaan. Dengan demikian diharapkan perusahaan mampu memuaskan stakeholder-nya dalam suatu tingkatan tertentu, paling tidak sebagian besar dari mereka. Dengan demikian titik pusat dari Corporate Social Responsibility adalah manajemen stakeholder. Menurut Clarkson 1995 dan Freeman 1984. Menyatakan bahwa Corporate Social Resonsibility
didorong oleh hubun gan
dengan aktor-aktor eksternal khusus . Dimana dalam teori ini
17
menekankan hubungan
reaksi
dengan
perusahaan stakeholder
(perseorangan) ekternal.
dalam
Perspektif
ini
konteks dapat
menjelaskan respon strategis yang berbeda dari perusahaan terhadap tekanan-tekanan s osial walaupun dalam industri sejenis atau Negara yang sama, berdasarkan pada sifat hubungan eksternal.
1.5.2. Perspektif Konseptual 1.5.2.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep dimana organisasi, khususnya perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. World Business Council on Sustainable Development mendefiniskan Corporate Social Responsibiliy (CSR) sebagai komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokasl dan masyarakat luas. Definisi lain Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyusaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi (Warta Pertamina, 2004)
18
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)berhubungan
erat
dengan
„pembangunan berkelanjutan‟, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan atau keuntungan , melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu konsep yang masih terus berkembang. Salah satu konsep yang banyak dijadikan acuan oleh para pebisnis yaitu konsep yang diungkapkan oleh Kotler dan Lee (2005), dimana Corporate Social Responsibility (CSR) diartikan sebagai komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui pilihan praktek bisnis dan sumbangan dari sumber daya perusahaan. Kotler dan Lee (2005) mengajukan enam pilihan dalam melaksanakan inisiatif sosial perusahaan atau inisiatif dalam menjalankan Corporate Social Responsibility yang semuanya terkait dan terfokus pada perusahaan bukan masyarakat, diantaranya : (1) alasan promosi; (2) alasan yang berhubungan dengan pemasaran; (3) Corporate Social Marketing; (4) filantropi atau sumbangan langsung; (5) menyediakan waktu karyawan untuk kerja sosial; (5) praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan menurut Sacconi (2006), Corporate Social Responsibility dilihat sebagai perluasan corporate governance dari sebuah perusahaan. Melalui CSR ini, mereka yang memimpin perusahaan (wirausahawan, direktur, dan manajer) memiliki tanggung jawab yang mencakup mulai dari pemenuhan
19
„fiduciary duties’ terhadap pemilik perusahaan hingga pemenuhan ‘fiduciary duties’serupa terhadap semua „stakeholders’ perusahaan. Fiduciary Duties adalah kewajiban akibat relasi kepercayaan dan pemberian hak antara dua pihak. Atau dengan kata lain kewajiban atau tanggung jawab melaksanakan otoritas demi kebaikan mereka yang telah memberikan hak otoritas tersebut. Sedangkan yang disebut stakeholders oleh Sacconi dilihat dalam dua jenis. Pertama, stakeholders dalam cakupan yang sempit, yaitu mereka yang memiliki ketertarikan kepada perusahaan karena telah berinvestasi sehingga meningkatkan nilai keseluruhan yang dihasilkan oleh perusahaan. Kedua, yaitu stakeholders dalam makna yang lebih luas, yaitu para individu atau kelompok yang tertarik untuk terlibat dalam perusahaan karena telah mengalami efek eksternal yang positif maupun negatif dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Secara konseptual, Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat dari dua sudut pemikiran medasar yaitu dari sudut etika dan manajemen strategi bisnis. Berdasarkan sudut etika terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya : 1.
CSR dapat dilihat sebagai murni berdasarkan etis, yaitu perusahaan tidak mengharapkan suatu keuntungan khusus dari program CSR-nya.
2.
Perusahaan akan mendapatkan balik dari program CSR-nya, baik tangible maupun intangible.
3.
Program CSR sangat terkait dengan investasi yang baik. Dimana ketika perusahaan bertanggung jawan, pasar (modal) akan bereaksi positif.
20
4.
Program CSR perusahaan bertujuan untuk menghindari pengaruh politik eksternal atau dengan kata lain perusahaan menjalankan tanggung jawab sosialnya untuk menghindari tuduhan pemerintah (Wan-Jan. 2006). Sedangkan berdasarkan sudut manajemen atau strategi bisnis, sesuai
dengan pemikiran Sacconi (2006), pengelola perusahaan (manajer) adalah agen dari stakeholders, sehingga manajer harus dapat memberikan pelayanan dengan memaksimalkan keuntungan finansial. Berdasarkan uraian kedua sudut pandang di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa unsur penting dari CSR, dimana perusahaan memiliki tanggung jawab agar bisnisnya tidak merugi sekaligus bertanggung jawab untuk tidak merusak lingkunga serta memiliki tanggung jawab sosial sebagai bagian dari masyarakat.
1.5.2.2. Konsep 3P dalam CSR Dalam konteks global, Corporate Social Responsibility mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks : The Tripple Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington. Dalam buku tersebut dikembangkan tiga komponen penting yang berkaitan dengan sustainable CSR, yaitu :economic growth, environmental protection, dan social equity.
21
World Commission on Environtment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR dalam tiga fokus : 3P yang merupakan singkatan dari Profit, Planet, dan People. Ketiga fokus ini mewakili sebuah konsep CSR yang menyatakan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Masing-masing elemen ini harus saling berkesinambungan sehingga terbetuk suatu keseimbangan bagi eksistensi perusahaan.
P (Profit)
P (Planet)
P (People)
Gambar 1. Konsep 3P dalam CSR
1.6.
Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani „methodos’ yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode yaitu sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk
22
mendekati problem dan mencari jawaban (Mulyana. 2003:145). Metode penelitian sebagai suatu metode ilmiah tidak harus menggunakan analisis statistik terhadap data yang ditemukan. Metode ilmiah adalah metode yang digunakan secara ilmiah dan penelitian tersebut dapat berbentuk deskriptif, eksperimental, kualitatif, kuantitatif, kritis, analitis, historis, fenomenologis, dan lain-lain. Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan metodelogi kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif. Pada dasarnya penelitian ini meletakkan penekanan pada subjektiftas untuk melakukan interpretasi terhadap suatu persoalan yang dikajinya. Bogdan dan Taylor (1975 : 5 dalam Moleong. 2007 : 4) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metodelogi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan (Moleong. 2007:3).
Sejalan dengan definisi di atas, penelitian kualitatif dapat pula diartikan sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya dalam bahasa dan peristilahannya.
23
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menguji hipotesis data merinci serta menelaah variabel-variabel, melainkan untuk menganalisa sebuah penelitian sosial yang terjadi di masyarakat yang diungkapkan secara komprehensif dan holistik, dengan menggunakan berbagai sumber. Penelitian ini tidak berdasarkan pada bukti logika matematis, prinsip angka atau analisis data statistik (Mulyana. 2003:35).
1.6.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan merupakan interaksi melalui proses komunikasi dengan menyampaikan pesan dari sumber kepada sasaran dengan tujuan untuk mengubah perilaku. Dalam menganalisis suatu permasalahan yang terdapat pada sasaran, penulis melakukan penelaahan, perumusan, dan penyusunan yang sistematik berdasarkan data, informasi, landasan tujuan, sasaran, serta unsur pelaksanaan penelitian. Efektifitas pendekatan akan tercapai dengan mempertimbangkan dan mendayagunakan parameter yang ada pada setiap individu atau berbagai sumber yang terlibat dengan objek penelitian.
1.6.1.1. Studi Kasus Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis yaitu dengan pendekatan studi kasus. Dimana penulis akan melakukan pemeriksaan
24
longitudional yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut kasus dengan cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasil. Diharapkan dengan menggunakan metode ini, penulis akan memperolah pemahaman yang mendalam terhadap objek penelitian, yaitu kegiatan pengolahan limbah pabrik di Coke Farm sebagai salah satu strategi Corporate Social Responsibility PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau peristiwa tertentu. Surachrnad (1882) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Berdasarkan batasan tersebut, dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: 1. sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen 2. sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan tujuan untuk memahami berbagai kaitan yang ada. Lebih lanjut Creswell mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus yaitu : (1) mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi; (2) Kasus tersebut merupakan sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan tempat; (3) Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya
25
untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons dari suatu peristiwa dan (4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan waktu” dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus. Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah objek studi (Stake, 1995) maupun mempertimbangkannya menjadi sebuah metodologi (Merriam, 1988). Berdasarkan paparan di atas, dapat diungkapkan bahwa studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana penelitimenggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi: observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Konteks kasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam setting-nya yang terdiri dari setting fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus
26
didalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif. Menurut Creswell, pendekatan studi kasus lebih disukai untuk penelitian kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman dan detail suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus. Oleh karena itu penelitian studi kasus membutuhkan waktu lama yang berbeda dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya. Adapun analisis studi kasus yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menggunakan studi kasus kemayarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (komunitas) perusahaan.
1.6.3. Penentuan Wilayah Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah lokasi operasional PT.Coca Cola Amatil Indonesia cabang Bandung, tepatnya di Jalan Raya Bandung – Garut KM 26, Rancaekek Sumedang. Dimana yang menjadi objek penelitian yang potensial yaitu para petani Coke Farm sebagai wakil dari masyarakat di sekitar pabrik Coca Cola, di kecamatan Cihanjuang, Rancaekek.
27
1.6.4. Penentuan Data dan Narasumber Penentuan sumber data yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling yang dinamakan criterian based selection (Rubin, 1995;71) dan Goetz Le Comte (dalam Sutopo, 2002 ; 54). Secara bahasa purposive berarti sengaja. Sehingga purposive sampling secara sederhana diartikan sebagai teknik pengambilan sampel secara sengaja. Dimana peneliti
menentukan
pertimbangan
sendiri
sampel
yang
diambil
karena
berdasarkan
atau kriteria tertentu. Dengan purposive sampling diharapkan
kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, ada beberapa kriteria untuk menjadi narasumber penelitian, diantaranya : (1) terlibat langsung dalam program Corporate Social Responsibility, yaitu Coke Farm, (2) merupakan bagian dari masyarakat sekitar pabrik yang mengangkat isu lingkungan di sekitar pabrik PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek Bandung, (3) merupakan bagian dari pihak yang memiliki kepentingan untuk meredakan isu lingkungan yang bersifat negatif bagi PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Rancaekek. Berdasarkan kriteria di atas, peneliti menentukan beberapa narasumber yang sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu : (1) Public Relations PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) daerah operasional Rancaekek selaku penanggung jawab program, (2) Tokoh lingkungan selaku pendukung pelaksanaan program, (3) para petani Coke Farm sebagai perwakilan dari masyarakat di sekitar area
28
pabrik Coca Cola Rancaekek yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program. Penentuan narasumber berdasarkan kriteria penelitian dilakukan dengan tujuan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk mencari sumber data yang lengkap. Selain berdasarkan informasi dari berbagai narasumber yang terkait, peneliti juga menentukan sumber data yang diperoleh dalam bentuk dokumen, berupa berbagai arsip dan data pendukung. Salah satunya yaitu data dan arsip milik perusahaan PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) yang berhubungan dengan objek penelitian.
1.6.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian, diantaranya : 1. Observasi Penulis melakukan pengamatan langsung di PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) untuk melihat, mencatat kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan program Social Responsibility & Sustainability (CSR&S) PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI), khususnya kegiatan Coke Farm. 2. Wawancara Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah dengan memberikan pertanyaan
kepada
narasumber
seputar
program
Corporate
Social
Responsibiliy & Sustainability (CSR&S) PT. Coca Cola Amatil Indonesia
29
(CCAI), khususnya kegiatan Coke Farm. Kegiatan wawancara ini dilakukan secara formal maupun informal kepada para narasumber yang terlibat dalam program tersebut sesuai dengan fungsi, peran, dan tugas pokok masing-masing. Deddy Mulyana mengungkapkan arti wawancara sebagai bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (2003:108). 3. Studi Kepustakaan Sumber data diperoleh dengan menelusuri literatur yang behubungan dengan masalah-masalah komunikasi organisasi dan menelaahnya. Sumbernya berasal dari buku-buku ilmu komunikasi yang berhubungan dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, sumber data juga diperoleh dari berbagai arsip data yang terdapat di perusahaan PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI).
1.6.6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, sejak awal penulis melakukan analisis data. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengkalisifikasi, mereduksi, dan selanjutnya dilakukan aktivitas penyajian data sampai penyimpulan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan model analisis interaktif. Dimana pada penelitian ini, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan.
30
Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, penulis berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, dari proses pencarian pola tema sampai dengan dituangkan dalam bentuk kesimpulan.
1.6.7. Validitas dan Keabsahan Data Keabsahan data penelitian dapat dilihat dari kemampuan menilai data dari aspek validitas dan realibilitas data penelitian.Untuk menguji validitas penelitian, dapat dilakukan dengan metode triangulasi, dimana peneliti menemukan kesepahaman dengan subjek penelitian. Sedangkan reliabilitas dapat dilakukan dengan melakukan atau menerapkan prosedur yang akan ditetapkan (Kirk dan Miller, 1986 ; 41-42). Uji keabsahan data dalam penelitian kualitiatif meliputi uji credibility (validitas
internal),
transferability
(validitas
eksternal),
dependability
(reliabilitas), dan confirmability (objektivitas). Salah satu teknik pengujian kredibilitas data yaitu dengan menggunakan triangulasi. Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Dengan demikian, triangulasi terdiri atas triangulasi sumber, teknik pengumpulan data dan waktu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi sumber yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber. Data
31
yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan, dan akhirnya diminta kesepakatan (member check) untuk mendapatkan kesimpulan.
1.6.8. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu
: Juni – November
Lokasi Penelitian
: PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI). Jalan Raya Bandung- Garut KM.26 – Rancaekek Sumedang
Adapun rincian susunan jadwal pelaksanaan penelitian yang direncanakan oleh peneliti adalah dimulai dari bulan Juni-November dengan rincian waktu sebagai berikut :
No.
Kegiatan
Bulan Ke: 1
1.
Perizinan dan observasi awal
2.
Penentuan informan
3.
Pengumpulan data (studi literatur dan lapangan)
4.
Analisis data
5.
Pembuatan draft laporan
6.
Pengumpulan data
7.
Analisis data
8
Penyusunan Laporan Tabel 1. Jadwal Penelitian
1.6.9. Pedoman Wawancara
2
3
4
5
32
Adapun beberapa pedoman wawancara menurut Bimo Walgito (2005) yang dijadikan acuan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya : (1). Melakukan Persiapan * menentukan tujuan * menetapkan bentuk pertanyaan (pertanyaan bebas atau terpimpin) * menetapkan responden potensial sebagai narasumber * menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara * mengadakan hubungan dengan responden (2). Pelaksanaan * memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dandibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi * mengadakan wawancara (3). Penutup * menyusun laporan wawancara secara sistematis * mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara * mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting