1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah Denpasar. Kota Denpasar sebagai pusat seluruh kegiatan ekonomi, pemerintahan, hingga pariwisata memiliki penduduk dengan budaya, agama, serta etnis yang beragam. Menurut penelitian Saleh (2013: 169) perihal Kerukunan Umat Beragama di Kota Denpasar, diungkapkan bahwa Bali pada khususnya kota Denpasar, dipandang mewakili hubungan antar umat beragama. Kota Denpasar sebagai daerah yang multikultur, memiliki keragaman budaya dan agama. Penganut agama di kota Denpasar cukup beragam, dan terdapat lima agama yang diakui di Indonesia, seperti Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan Katholik. Masyarakat Bali mayoritas beragama Hindu, tetapi yang menarik dari kota Denpasar yaitu jumlah penganut agama Islam sebagai agama terbanyak kedua setelah agama Hindu. Setiap tahunnya jumlah pemeluk agama Islam di kota Denpasar terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, pemeluk agama Hindu di kota Denpasar yaitu 569.113 jiwa, dan pemeluk agama Islam terbanyak kedua, yaitu berjumlah 206.201 jiwa. Pada tahun sebelumnya, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Denpasar tahun 2013, jumlah pemeluk agama Islam di kota Denpasar mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 jumlahnya 143.399 jiwa,
2
meningkat menjadi 156.805 jiwa. Pada tahun 2011 jumlahnya 195.045 jiwa, meningkat menjadi 206.201 jiwa pada tahun 2012. Fenomena ini berkaitan dengan sejarah umat Islam atau komunitas Islam, yang sudah ada sejak dulu berkembang dan berinteraksi dengan masyarakat Bali. Masyarakat tersebut bukan masyarakat pendatang, tetapi penduduk asli yang sudah turun-temurun hidup di Bali. Istilah muslim di Bali diidentikkan dengan pendatang, karena pendatang mulai mendatangi Bali pada era pariwisata tahun 1970-an (Mashad, 2014: 02). Masyarakat muslim di Bali pada umumnya dipandang sebagai kaum minoritas. Minoritas yang dimaksud adalah minoritas dalam hal etnis, agama serta budaya. Masyarakat yang beretnis Bali dan beragama Hindu dipandang sebagai masyarakat mayoritas. Muslim di kota Denpasar sebagai minoritas, identik dengan kaum urban pendatang dari berbagai daerah yang terdiri dari beragam etnis, agama dan budaya daerahnya masing-masing. Para pendatang urban tersebut ada yang menetap dan tinggal di Denpasar, yang pada akhirnya memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Denpasar. Muslim di kota Denpasar juga memiliki komunitas Islam yang sudah ada sejak dulu, berkembang dan berinteraksi dengan masyarakat Bali. Terdapat banyak umat Islam dan komunitas Islam di kota Denpasar, salah satunya di daerah kecamatan Denpasar utara yaitu kampung Jawa dusun Wanasari. Muslim kota Denpasar sebagai kaum minoritas memiliki keterbatasan akses dalam penentuan kebijakan yang selama ini masih didominasi oleh masyarakat Hindu Bali, akses layanan publik, serta akses mengemukakan upaya
3
solutif atas isu yang memojokan Islam. Pasca bom Bali, masyarakat Bali menjadi sentimen terhadap penganut agama Islam di Bali. Muncul isu-isu yang memojokkan Islam sebagai minoritas, seperti isu jilbab dilarang di sekolah negeri, bank syariah ditentang, toleransi saat umat muslim melakukan puasa, dan perayaan hari raya nyepi yang bertepatan dengan sholat jumat di Bali. Penulis mengidentifikasi isu tersebut sebagai isu yang memunculkan stigma minoritas bagi kaum muslim kota Denpasar. Masyarakat muslim pribumi Bali maupun pendatang memiliki hak politik yang sama dengan masyarakat Bali. Pada majalah Balipost No. 51 tanggal 18-24 Agustus 2014, tertulis bahwa kaum urban sebagai kaum pendatang, memiliki korelasi terhadap pergeseran peta politik suatu wilayah. Meningkatnya jumlah kaum urban, berpotensi terjadi pergesekan keagamaan dan kesukuan, serta penonjolan simbol-simbol primordial dalam menggapai kekuasaan politik tingkat lokal. Hal ini diperjelas Munauwarah (2011: 09), dalam tulisannya yang berjudul Politik
Etnis
Masyarakat
Pendatang
di
Kota
Palopo.
Munauwarah
mengemukakan bahwa kekuatan etnis asli atau pribumi masih mendominasi etnis pendatang. Kondisi tersebut mendorong sikap dari etnis pendatang dalam beradaptasi dengan karakteristik masyarakat setempat hingga berpartai politik. Partai politik merupakan alat atau wadah yang digunakan untuk mencapai kekuasaan yang sah, serta sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Di Indonesia, partai politik sangat beragam jenis dan ideologinya. Partai berideologi nasionalis dan partai yang menggunakan agama sebagai identitas/ideologi telah lama
4
berpartisipasi dalam politik di Indonesia. Partai politik lahir dan masuk ke berbagai daerah di Indonesia, sebagai alat atau kendaraan untuk menggapai kekuasaan secara sah. Di Kota Denpasar, terdapat partai-partai yang beragam jenisnya. Partai yang mendominasi di Bali adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), pada pemilu 2009 mendapatkan 17 kursi, dan pemilu 2014 mendapatkan 18 kursi. Hal yang menarik untuk diteliti, yaitu munculnya partaipartai Islam pada setiap pemilu yang mendapat dukungan masyarakat. Di kota Denpasar terdapat beberapa partai agama yang berideologi Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan partai lainnya, yang dipandang masyarakat umum sebagai partai minoritas dari segi jumlah suara dan perolehan kursi dalam setiap pemilihan umum. Hal yang menarik dalam pemilu 2009 dan 2014, perolehan suara dan perolehan kursi salah satu partai Islam, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) cukup meningkat. Berdasarkan penelitian Sandhi (2014) yang berjudul Politik Identitas Partai Islam, menyebutkan PKS yang mulanya bernama Partai Keadilan (PK), merupakan salah satu partai yang menggunakan identitasnya sebagai partai Islam. Calon legislatif, pengurus, hingga anggota PKS di Kota Denpasar, didominasi oleh masyarakat muslim dan urban pendatang dengan etnis yang beragam. Sebagian besar calon legislatif dari PKS yang mengikuti pemilu di Bali khususnya kota Denpasar pada tahun 2009 dan 2014 berasal dari kaum urban muslim. Berdasarkan data calon legislatif pemilu 2009 dan 2014, kaum etnis Bali
5
pribumi atau yang beragama Hindu sangat sedikit, serta dapat dihitung dengan jari yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif PKS. Dibandingkan partaipartai Islam lain di kota Denpasar, PKS berhasil meningkatkan jumlah kursi dan jumlah pemilih di kota Denpasar. Kaum urban muslim pendatang yang pada akhirnya mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP), serta komunitas Islam di kampung Jawa pada khususnya, menjadi target pemilih PKS kota Denpasar. Kampung Jawa di kecamatan Denpasar utara berhasil mengantarkan satu wakil mereka melalui PKS. Pada pemilu 2014, dua TPS (Tempat Pemungutan Suara) di dusun Wanasari (kampung Jawa) kecamatan Denpasar utara, yang kebanyakan penduduknya adalah masyarakat muslim, jumlah suara pemilih PKS menang telak mengalahkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Fenomena politik di kampung Jawa yang berhasil mengantarkan satu wakil mereka menjadi anggota dewan, berkaitan dengan identitas sebagai warga muslim di kampung Jawa. Penulis tertarik meneliti masyarakat muslim kampung Jawa, dalam fenomena politiknya berafiliasi dengan partai politik sebagai wadah perjuangan politik. Penulis meneliti politik identitas, terkait kelompok etnis dan agama yang memperkuat PKS sebagai partai berbasis identitas, serta meneliti afiliasi dari muslim kampung Jawa hingga menjadi salah satu kekuatan basis massa PKS.
6
1.2 Rumusan Masalah Penulis merumuskan permasalahan yang menjadi pertanyaan penelitian ini, yaitu: Bagaimana politik identitas muslim kampung Jawa terhadap Partai Keadilan Sejahtera di kota Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang berjudul Politik Identitas Muslim Kampung Jawa terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Denpasar, adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan politik identitas muslim kampung Jawa terhadap Partai Keadilan Sejahtera di kota Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini selain untuk mengetahui dan medeskripsikan politik identitas muslim kampung Jawa terhadap Partai Keadilan Sejahtera di kota Denpasar, memiliki dua manfaat yaitu manfaat teoritis, dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini, yaitu: a. Menjawab fenomena sosial politik yang ada khususnya politik identitas. b. Menunjukkan secara ilmiah mengenai politik identitas muslim kampung Jawa terhadap Partai Keadilan Sejahtera di kota Denpasar. c. Memperkaya kajian ilmu politik untuk perkembangan keilmuan, khususnya kontemporer.
7
1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu: a. Memberikan bahan rujukan kepada masyarakat dalam memahami politik secara realitas dalam politik identitas. b. Memberi informasi kepada praktisi politik dalam memahami realitas politik identitas. c. Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam beberapa Bab, yaitu: BAB I Pendahuluan Bab ini termuat latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian yang berjudul Politik Identitas Muslim Kampung Jawa Terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Denpasar. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini mendeskripsikan perihal tinjauan pustaka yang digunakan, kerangka konsep muslim kampung Jawa dan Partai Keadilan Sejahtera kota Denpasar, serta landasan teori penelitian yaitu politik identitas. Bab ini memuat kerangka pemikiran penelitian politik identitas muslim kampung Jawa terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Denpasar.
8
BAB III Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, unit analisis, teknik penentuan informan dan pengumpulan data, teknik analisis data, serta teknik penyajian data. BAB IV Pembahasan Bab hasil penelitian ini membahas gambaran umum penduduk kampung Jawa. Bab ini mendeskripsikan hasil temuan penelitian serta analisisnya berdasarkan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian. BAB V Penutup Bab penutup merupakan bab terakhir dari penelitian, yang didalamnya terdapat kesimpulan dari penelitian ini dan saran bagi muslim kampung Jawa, serta saran bagi Partai Keadilan Sejahtera di kota Denpasar.