BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu menunjukkan kekayaan Indonesia sebagai negara yang multikultural, tetapi dapat juga untuk menguatkan pandangan bahwa Indonesia memang layak menjadi destinasi wisata baik nasional maupun internasional. Budaya yang beraneka ragam (kesenian, tradisi, ritual) dan unik memiliki potensi sebagai daya tarik bagi wisatawan. Hal ini terbukti dengan hasil survey dari BPS pada tahun 2009 yang menunjukkan tingginya kunjungan wisata ke Bali yang kaya akan keunikan budaya dan menjadikan Bali sebagai tujuan utama kunjungan wisata di Indonesia (Damanik, 2013). Demikian pula DIY yang tidak lepas dari pesona budaya masyarakat yang kuat sebagai salah satu magnet bagi wisatawan. Kebijakan pariwisata nasional dengan jelas telah menetapkan keragaman budaya sebagai salah satu fokus pengembangan. Dalam UU Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 disebutkan bahwa budaya merupakan salah satu sumber daya pengembangan pariwisata nasional. Hal ini tentu saja menempatkan budaya nasional sebagai salah satu potensi wisata yang strategis untuk dikembangkan. McIntosh dan Murphy (via Pitana dan Gayatri, 2005) mengelompokkan motivasi wisatawan menjadi empat kelompok besar, salah satunya adalah cultural
1
2
motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah). Hal tersebut merupakan peluang bagi berkembangnya daya tarik wisata alternatif yang menawarkan aktivitas-aktivitas wisata yang spesifik, unik, original, serta kental nuansa sosial budaya. Salah satu daya tarik wisata yang dapat dikembangkan adalah budaya daerah yang dapat dikemas dalam sebuah desa wisata. Kabupaten Magelang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan kota pariwisata kedua di Indonesia sehingga wisatawan dapat mudah mengakses objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Magelang. Selain Candi Borobudur dan Ketep Pass yang menjadi andalan pariwisata Kabupaten Magelang, saat ini juga bermunculan desa wisata yang dikembangkan sebagai alternatif tujuan wisata bagi wisatawan. Sebagian besar desa wisata yang ada di Kabupaten Magelang terletak di sekitar Candi Borobudur dan terfokus menawarkan daya tarik alam. Di lereng Gunung Merapi terdapat sebuah padepokan seni yang sudah ada sejak tahun 1937 yaitu Padepokan Seni Tjipta Boedaja yang didirikan oleh Yoso Sudarmo atau yang dikenal dengan Romo Yoso1. Padepokan ini terletak di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Padepokan Seni Tjipta Boedaja memiliki sebuah pendopo yang khusus untuk pentas pertunjukan kesenian tradisional yang dilaksanakan secara rutin. Kearifan
1
http://tjiptaboedaja.blogspot.com/2011/08/profil-padepokan.html diakses pada Rabu, 18 Desember 2013 pukul 12.22 WIB.
3
lokal masyarakat Dusun Tutup Ngisor juga masih terjaga dengan suasana pedesaan yang sangat kental2. Potensi yang dimiliki Dusun Tutup Ngisor ini tidak kalah jika dibandingkan dengan desa wisata yang sudah ada di Kabupaten Magelang. Apalagi letaknya cukup strategis karena berada di antara objek wisata Candi Borodudur dan Ketep Pass. Hingga saat ini banyak wisatawan yang berdatangan ke Dusun Tutup Ngisor terutama saat pentas diselenggarakan. Namun sayangnya potensi wisata yang ada belum dikembangkan secara maksimal.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: a.
Apa potensi wisata yang ada di Dusun Tutup Ngisor?
b.
Apakah Dusun Tutup Ngisor layak dijadikan sebagai destinasi wisata budaya yang berkelanjutan?
1.3 Tujuan Penelitian a.
Mengetahui potensi wisata Dusun Tutup Ngisor
b.
Mengetahui kelayakan Dusun Tutup Ngisor sebagai destinasi wisata budaya yang berkelanjutan
2
www.magelangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1093%3Adepokanseni-tjipta-boedaja diakses pada Jum’at, 13 Desember 2013 pukul 14.41 WIB.
4
1.4 Kegunaan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Untuk akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis secara langsung terhadap studi pariwisata khususnya tentang analisis kelayakan destinasi wisata budaya yang berkelanjutan. b. Manfaat Praktis Dalam hal praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pemerintah
dalam
pengambilan
kebijakan
di
bidang
pengembangan
kepariwisataan yang berkelanjutan serta acuan bagi masyarakat Dusun Tutup Ngisor agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan pengelolaan Dusun Tutup Ngisor sebagai destinasi wisata budaya.
1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian-penelitian tentang studi kelayakan sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Pariwisata UGM yang berjudul “Studi Kelayakan Dempo Park” pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menggambarkan
kondisi
eksisting
kawasan
dalam
pengembangan
dan
perwujudannya sebagai sebuah objek wisata Dempo Park, melakukan analisis kelayakan
pengembangan
dan
memberikan
rekomendasi
pengembangan
berdasarkan analisis kelayakan. Aspek-aspek yang dianalisis dalam penelitian ini
5
meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek organisasi dan manajemen, aspek ekonomi dan keuangan serta aspek eksternal. Anandito, Sarono, dan Saputri (2011) dalam penelitian “Uji Kelayakan Daerah Gumuk Pasir Sebagai Destinasi Wisata Geologi di Kecamatan Kretek, Bantul, Yogyakarta” mencoba memaparkan potensi wisata yang ada di kawasan Gumuk Pasir. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dianalisis adalah dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial-budaya. Jika dilihat dari perspektif pariwisata, kawasan Gumuk Pasir yang merupakan fenomena geologi yang langka di negara tropis sehingga memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata. Namun dari segi keilmuan Gumuk Pasir di Bantul merupakan fenomena geologi yang harus dilestarikan. Dua pernyataan tersebut memiliki perspektif yang berbeda sehingga dalam penelitian ini peneliti mencoba memadukan agar kegiatan pariwisata dapat memberi kontribusi yang positif bagi kondisi lingkungan di Gumuk Pasir. Dari segi ekonomi kegiatan wisata yang terjadi di Gumuk Pasir memperlihatkan secara jelas dampak bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan perekonomian masyarakat setempat serta membuka kesempatan kerja baik sebagai pedagang maupun penyedia homestay atau penginapan. Penelitian yang berkaitan dengan Dusun Tutup Ngisor pernah dilakukan oleh Novarini Roh Hanard pada tahun 2011 dengan judul “Revitalisasi Seni Tradisional Wayang Bocah di Padepokan Tjipta Boedaja Dusun Tutup Ngisor, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan revitalisasi seni tradisional Wayang Bocah, mendeskripsikan hasil revitalisasi seni tradisional Wayang Bocah dan mendeskripsikan harapan
6
Padepokan Tjipta Boedaja dan masyarakat. Objek penelitian adalah seni tradisional Wayang Bocah dengan para informan yang terdiri dari pemimpin padepokan, pelatih, penari, pengrawit, tokoh masyarakat dan seniman setempat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Pengumpulan data ditempuh melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Data dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada fokus pembahasan dan lokasi penelitian. Pada penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, pembahasan terfokus pada analisis kelayakan yang dihubungkan dengan konsep pariwisata yang berkelanjutan. Sedangkan objek penelitian yaitu Dusun Tutup Ngisor pernah dijadikan sebagai objek penelitian dalam penelitian-penelitian sebelumnya tetapi dengan pembahasan yang berbeda.
1.6 Landasan Teori Menurut UU No. 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
7
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan berkembangnya minat wisatawan dalam menikmati dan memilih atraksi wisata yang diinginkan, maka secara sederhana atraksi dan daya tarik wisata diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata minat khusus. Sunaryo (2013) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang dikembangkan berdasarkan pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik berupa peninggalan budaya (situs/heritage) maupun berupa nilai budaya yang masih hidup (the living culture) dalam kehidupan di suatu masyarakat. Setiap produk budaya secara potensial dapat dikemas untuk kebutuhan pengembangan pariwisata budaya yang dapat berlanjut jika nilai ekonomi yang diperhitungkan cukup
signifikan
dan
nilai
konservasi
yang menjamin
keunikan
dan
orisinalitasnya tidak memudar (Damanik, 2013). Bagi wisatawan, keinginan untuk melakukan perjalanan pada dasarnya bertujuan untuk meninggikan derajat, mencari pengalaman, serta mempelajari kebudayaan asing yang telah dikemas menjadi atraksi wisata menarik. Wisata budaya merupakan sebuah sajian perayaan yang unik dan indah yang melambangkan warisan yang berharga yang telah lama ada (NWHO, 1999). Wisata budaya berpeluang untuk dikembangkan menjadi sebuah wisata yang berkelanjutan, tentunya dengan didukung aspek-aspek yang saling berkaitan. Pengembangan pariwisata berkelanjutan menurut Suwena dan Widyatmaja (2010)
8
adalah sebuah konsep alternatif yang ada pada kutub yang berlawanan dengan konsep
pembangunan
konvensional
karena
pembangunan
berkelanjutan
mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi mendatang dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat. Konsep pariwisata berkelanjutan telah berkembang sehingga muncul berbagai definisi yang berbeda. Definisi konsep pariwisata berkelanjutan yang cukup terkenal pernah dikemukakan oleh World Commission on Environment and Development pada tahun 1986 yang menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mempertemukan atau memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengancam kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka (NWHO, 1999). Konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan pada seluruh jenis destinasi pariwisata, baik mass tourism maupun berbagai segmen lainnya. Prinsip pariwisata berkelanjutan mengacu kepada tiga dimensi pariwisata berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, ekonomi dan sosial (Swarbrooke, 1999). Ketiga aspek tersebut harus mampu bersinergi secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pengembangan pariwisata. Oleh karena itu ketiga aspek tersebut harus: a.
Mengoptimalkan manfaat dari lingkungan yang merupakan elemen dasar dalam pembangunan pariwisata, mempertahankan proses ekologi dan membantu dalam menjaga alam dan keragaman hewan serta tumbuhan
9
b.
Bertanggung jawab terhadap keaslian budaya dari komunitas yang dikembangkan, menjaga cagar budaya dan nilai-nilai budaya, dan berkontribusi dalam pemahaman lintas budaya serta meningkatkan toleransi tanpa mengubah kebudayaan masyarakat yang sebenarnya
c.
Menjamin keberlangsungan ekonomi dengan memberikan keuntungan kepada seluruh pelaku wisata yang terlibat (WTO, 2004). Dalam konteks lain diperlukan adanya analisis kelayakan dalam
membangun sebuah wisata yang berkelanjutan. Studi kelayakan adalah analisis tentang masalah yang mungkin terjadi jika suatu proyek akan dijalankan dan kemungkinan untuk mengatasinya secara efektif (Warnell, 1986). Definisi lain dikemukakan oleh Pusat Studi Pariwisata UGM (2012) yang menjelaskan bahwa studi kelayakan adalah suatu rangkaian penelitian yang dilakukan dengan kriteria dan metode tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran penelitian atas usulan kegiatan. Studi kelayakan merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia. Dalam studi kelayakan dilakukan kajian dan analisis terhadap manfaat dan resiko yang diusulkan akan diperhitungkan dengan rinci dari berbagai aspek pelaksanaan kegiatan. Kajian dan analisis akan dilakukan dengan cara mengidentifikasi secara kuantitatif dan kualitatif manfaat dan resiko yang akan dan mungkin terjadi akibat pelaksanaan, termasuk langkah-langkah antisipasi mengatasi resiko tersebut.
10
Dalam penyusunan sebuah studi kelayakan harus meliputi sekurangkurangnya aspek-aspek sebagai berikut: 1.
Aspek teknis
2.
Aspek pasar dan pemasaran
3.
Aspek organisasi dan manajemen
4.
Aspek ekonomi
5.
Aspek eksternal
Analisis kelayakan akan menentukan destinasi ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Destinasi sangat layak dikembangkan 2. Destinasi layak dikembangkan 3. Destinasi cukup layak dikembangkan dengan syarat tertentu 4. Destinasi tidak layak dikembangkan Untuk menentukan kelayakan Dusun Tutup Ngisor sebagai destinasi wisata budaya dalam perspektif pariwisata berkelanjutan, aspek-aspek kelayakan harus disinkronkan dengan tiga parameter pariwisata berkelanjutan.
1.7 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan model penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif baik tertulis maupun lisan dari orangorang maupun prilaku yang dapat diamati. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi empat tahap, yaitu studi pustaka, observasi, wawancara dan survey.
11
a.
Studi Pustaka Pada tahap ini peneliti melakukan pencarian data yang berhubungan dengan
objek penelitian. Penggunaan studi pustaka dilakukan sebagai acuan dalam proses penelitian yang didapat dari perpustakaan, internet dan jurnal ilmiah. b.
Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan observasi lapangan yang menjadi objek
kajian penelitian yaitu Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati dan menganalisis lokasi penelitian baik dari segi morfologi, maupun kenampakan sosial yang ada. c.
Wawancara Pada tahap ini, peneliti terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan
wawancara secara langsung. Wawancara dilakukan dalam dua metode, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur (Herdiansyah, 2010). Wawancara terstruktur bertujuan menggali informasi dari masyarakat yang berdomisili di Dusun Tutup Ngisor dan juga wisatawan yang berkunjung ke Dusun Tutup Ngisor. Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan cara menggali informasi secara mendalam dari narasumber yang kompeten di bidang ilmu kepariwisataan. d.
Survey Survey merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data primer dengan
tujuan untuk mengetahui aspek-aspek yang diteliti dalam analisis kelayakan.
12
Survey dilakukan dengan kuesioner yang akan diberikan kepada wisatawan untuk menguji aspek pasar dan pandangan wisatawan terhadap Dusun Tutup Ngisor.
1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun menjadi empat bab dengan fokus pembahasan yang berbeda. Setiap bab diharapkan dapat menjadi satu kesatuan sehingga dapat menjelaskan secara menyeluruh mengenai penelitian yang dilakukan. Bab satu adalah pendahuluan, berisi deskripsi alasan pengambilan tema dan lokasi penelitian. Bab dua adalah gambaran umum Dusun Tutup Ngisor dalam Kabupaten Magelang yang mendeskripsikan kondisi lokasi serta tinjauan kepariwisataan di Kabupaten Magelang. Bab tiga adalah analisis kelayakan pengembangan dan pengaplikasiannya di Dusun Tutup Ngisor dalam perspektif pariwisata berkelanjutan. Bab empat merupakan simpulan dan saran dari keseluruhan penelitian sehingga diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Magelang khususnya di Dusun Tutup Ngisor.