BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah kuna melainkan lebih dari itu. Karya-karya sastra yang bernilai luhur itu tetap hidup dan berkembang sampai sekarang, seperti karya-karya sastra Jawa Kuna dan Tengahan yang dulunya diciptakan oleh pujangga pada zaman keemasan kerajaan Hindu di Jawa. Pada saat ini sebagian besar karya sastra dilestarikan dalam bentuk naskah salinan dan menjadi koleksi dari beberapa perpustakaan umum dan perpustakaan lontar di Bali. Tutur sebagai salah satu kesusastraan Bali tradisional memiliki arti yang sangat luas. Dalam kamus bahasa Bali-Indonesia karya I Wayan Warna dan kawankawan, kata tutur dibedakan atas dua pengertian: pertama, tutur berarti tatwa (filsafat atau cerita), kedua, tutur berarti nasihat atau peringatan. Dari pengertian yang kedua, lalu timbul istilah pitutur, tuturina yang berarti dinasehati (1978: 614). Karya sastra jenis tutur banyak mengandung nila-nilai luhur yang sangat erat kaitannya dengan adat istiadat, hukum adat, acara keagamaan dan kehidupan sosial lainnya. Naskah-naskah jenis tutur ini, isinya ternyata tidak berkaitan dengan ajaran filsafat tentang agama termasuk uraian tentang kosmos, tetapi juga memuat tentang penjelasan-penjelasan pengetahuan tertentu, seperti pengetahuan pengobatan atau penyembuhan. Naskahnaskah ini kebanyakan memakai bahasa Jawa Kuna dan ada juga yang memakai bahasa
1
Bali. Berdasarkan klasifikasi naskah-naskah lontar yang terdapat di Gedong Kirtya, tutur tergolong ke dalam jenis wariga (Agastia,1994: 6). Karena naskah-naskah ditulis di atas daun lontar yang tidak dapat bertahan lama, maka naskah-naskah itu dirawat dengan baik. Rusaknya sebuah naskah berarti kehilangan salah satu sumber pengetahuan. Untuk melestarikan warisan ini, masyarakat melakukan kegiatan salin-menyalin naskah. Kegiatan ini telah menjadi tradisi yang masih hidup dan berkembang sampai sekarang. Naskah-naskah jenis tutur dan tatwa sangat banyak ditemukan. Naskah tutur yang berupa lontar sampai sekarang masih tersimpan pada tempat-tempat penyimpanan naskah seperdi di Gedong Kirtya, Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali, UPT Perpustakaan Lontar Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana dan banyak juga menjadi koleksi pribadi yang disimpan di rumah masyarakat. Naskah dalam lontar tersebut banyak yang sudah dialih aksarakan dan di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga memudahkan kita dalam membaca dan memahami isi dari naskah tutur tersebut. Sampai saat ini teks yang tergolong tutur cukup banyak dijumpai di masyarakat seperti teks-teks yang sudah banyak dikenal misalnya: Tutur Tungked Langit, Tutur Jatiswara, Tutur Aji Saraswati, Tutur Candrabherawa, Tutur Prabhu Santanu dan lain-lain. Dari sejumlah teks tutur yang ada dalam masyarakat Bali saat ini, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang teks Tutur Candrabherawa. Berdasarkan uraian di atas tutur ini menarik untuk diangkat sebagai objek penelitian karena didalam teks tutur Candraherawa ini mengandung makna dan ajaran-ajaran agama. Isi yang terkandung dalam
tutur ini yaitu mengenai kepercayaan yang dianut oleh Raja 2
Yudhistira dan Raja Candrabherawa. Tutur ini menuliskan bahwa Raja Yudhistira menganut ajaran Siwaisme atau disebut juga ajaran Karma Sanyasa berpusat pada bangunan tempat suci, persembahan sesaji yang dikenal dengan Panca Yadnya. Sedangkan ajaran Yoga Sanyasa yang dianut oleh Raja Candrabherawa adalah sebaliknya, tidak ada tempat suci, tidak ada persembahan, tidak ada menyembah kepada Dewa. Yang dipuja adalah Sang Hyang Adhi Buddha dengan mempelajari Bajradhara.Teks Tutur Candrabherawa menggunakan bahasa Kawi yang disusun dalam bentuk prosa. Teks Tutur Candrabherawa ini dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan beragama karena, tidak ada perbedaan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya. Semua agama akan dapat mengantarkan seseorang untuk mencapai kesempurnaan tertinggi. Bertitik tolak pada kenyataan tersebut pada kesempatan ini diangkat sebuah tutur sebagai materi kajian, yaitu teks Tutur Candrabherawa yang berisikan tentang kisah Sri Candrabherawa dan Raja Yudhistira menganut ajaran yang berbeda. Sri Candrabherawa menganut ajaran Yoga Sanyasa sedangkan Raja Yudhistira menganut ajaran Karma Sanyasa. Menyebabkan terjadinya perangan yang sangat hebat antara Sri Candrabherawa dengan Raja Yudhistira. Perang ini berawal dari penolakan Sri Candrabherawa untuk membangun Sanggar Kabuyutan dan Sad Kahyangan. Setelah itu raja Yudhistira dan raja Kresna beserta catur Pandawa menyerbu kerajaan Dewantara. Dalam peperangan ini satu persatu para ksatria Pandawa berhasil ditaklukkan oleh Sri Candrabherawa dengan tidak melawannya. Termasuk juga Sri Kresna kalah dalam saling tebak kesaktian. Pada akhirnya Raja Yudhistira turun tangan
3
dan memenangkan peperangan ini. Raja Yudhistira juga memenangkan anak dari Sri Candrabherawa yang dijadikan taruhan dalam perang ini. Pada kesempatan ini peneliti akan mengkaji mengenai struktur dan fungsi dari teks Tututr Candrabherawa. Apablila dibaca dengan baik dan dilihat dari segi kandungan isi yang terdapat di dalamnya, banyak terkandung fungsi-fungsi yang bermanfaat. Selain di dalam tutur ini juga terdapat struktur yang membangun teks Tutur Candrabherawa yaitu struktur naratif antara lain terdapat tema,tokoh dan penokohan, alur, latar, tema dan amanat yang membangun tutur ini. Salah satu fungsi yang terkandung dalam tutur ini yaitu fungsi pendidikan yang banyak terdapat pelajaran-pelajaran berharga untuk dapat difungsikan di kehidupan bermasyarakat. Sepengetahuan
penulis,
karya
sastra
yang
berbentuk
teks
Tutur
Candrabherawa belum pernah diteliti dalam bentuk skripsi, ataupun laporan penelitian, oleh sebab itu penulis ingin mengangkat karya ini dan mengkaji dari segi struktur dan fungsi dengan harapan agar dapat diketahui oleh masyarakat.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut : 1) Struktur apa sajakah yang membangun teks Tutur Candrabherawa ? 2) Fungsi apa sajakah yang terdapat di dalam teks Tutur Candrabherawa ?
4
1.3 Tujuan Tujuan merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan dua tujuan yang akan dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan ini akan diuraikan secara terpisah yaitu: 1.3.1
Tujuan umum Secara umum penelitian terhadap teks Tutur Candrabherawa bertujuan untuk
memberikan pemahaman dan informasi kepada masyarakat tentang pengembangan dan pelestarian khazanah budaya dalam bentuk sastra klasik yang berjenis tutur. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mempunyai suatu ketertarikan untuk lebih memahami karya ini sehingga keberadaannya tidak hanya sebagai benda mati yang tidak bermakna. Selain itu analisis ini juga berusaha melihat sejauh mana sebuah karya khususnya yang berjenis tutur mempunyai fungsi bagi masyarakat sehingga masyarakat senantiasa menjadikan karya sastra tersebut sebagai pedoman dalam menjalankan aktivitas baik dalm lingkungan pribadi maupun dalam lingkungan masyarakat. 1.3.2
Tujuan Khusus Adapun Tujuan khusus dari penelitian terhadap teks Tutur Candrabherawa
antara lain : 1) Mendeskripsikan struktur dari teks Tutur Candrabherawa 2) Mendeskripsikan fungsi yang terkandung dalam teks Tutur Candrabherawa
5
1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian tentunya diharapkan akan bermanfaat pada masa mendatang. Ada dua manfaat ang diharapkan dari penelitian ini, aitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitianpenelitian berikutnya khusunya di bidang sastra terutama yang berkaitan dengan sastra Bali klasik berjenis tutur. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi yang dijadikan media pengenalan bagi masyarakat Bali yang ingin mempelajari tentang sastra tradisional. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran berupa urain tentang struktur dan fungsi dari teks Tutur Candrabherawa, sehingga dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap karya-karya sastra Bali klasik berjenis tutur, sehingga kelestarian dari karya sastra ini dapat terjaga. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap karya sastra dan kebudayaan serta ikut serta dalam melestarikan karya sastra tradisional.
6