1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu daerah yang mempunyai potensi alam dan budaya, Bali bertekad mengembangkan pariwisata sebagai sektor andalan sumber penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Upaya ini diwujudkan melalui pendayagunaan berbagai potensi sumber daya alam dan mengembangkan kebudayaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 mengisyaratkan tatanan perubahan
dalam
pemerintahan,
pemerintah
daerah
provinsi,
kota/kabupaten
memperoleh kewenangan untuk mengatur rumah tangganya masing-masing. Tentu setiap daerah akan berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan alamnya yang bersifat fundamental dan multidimensi tidak hanya sebatas pada bidang politik, ekonomi, tetapi juga dalam bidang pariwisata. Kesempatan ini memacu masing-masing daerah kabupaten untuk berlomba menggali potensi pariwisatanya guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat. Salah satu kabupaten yang terletak di wilayah tengah Provinsi Bali yang sedang gencar membangun industri pariwisata di wilayahnya adalah Kabupaten Bangli. Beragam kekayaan Kabupaten Bangli, mulai dari alam yang indah dan produk budaya yang unik serta beragam sebetulnya merupakan faktor-faktor pendukung dan peluang bisnis bagi tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata di Bangli. Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Tahun 2010 menyebutkan terdapat 37 buah daya tarik wisata di wilayah Kabupaten Bangli, baik potensi alam maupun budaya yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu daya tarik
2 wisata sudah berkembang sebanyak 5 buah, daya tarik wisata sedang berkembang sebanyak 9 buah, dan daya tarik wisata yang belum dikembangkan sebanyak 23 buah. Salah satu dari sembilan daya tarik wisata yang sedang berkembang dan tergolong baru di Kabupaten Bangli adalah daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur (Batur Volcano Museum) yang letaknya sangat strategis yaitu berlokasi di jalan raya Penelokan Kintamani yang sudah lebih dulu dikenal luas dan menjadi primadona tujuan wisata domestik maupun internasional. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satusatunya di Bali yang secara resmi mulai dibangun pada tanggal 26 Maret 2004 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Direktur Jendral Geologi Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI), Gubernur Bali, dan Bupati Bangli. Museum Gunuangapi Batur baru dapat diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Bapak Purnomo Yusgiantoro. Dalam pengelolaan, Bupati Bangli selanjutnya menerbitkan Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007 tertanggal 24 Mei 2007 tentang Pembentukan Organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, yang secara struktural bertanggung jawab langsung kepada Bupati Bangli. Data Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur (2010) menyebutkan bahwa Museum Gunungapi Batur memiliki fungsi reservasi, konservasi, koleksi, rekreasi, dan edukasi. Museum Gunungapi Batur dapat dijadikan sebagai pusat peningkatan pemahaman konstruktif tentang gunungapi, pusat pengembangan ilmu kegunungapian, dan menjadi pusat pengembangan potensi wisata yang berbasis edukatif dan rekreasi. Sejak dibuka pada bulan Mei tahun 2007, data jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Gunungapi Batur belum menunjukkan jumlah yang signifikan dibanding dengan data jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli secara umum. Sesuai
3 dengan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli (2010), jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli pada tahun 2007 tercatat 352.775 orang, tahun 2008 tercatat 437.207 orang, tahun 2009 tercatat 526.706 orang, dan tahun 2010 tercatat 418.143 orang. Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Gunungapi Batur pada tahun 2007 tercatat 1.423 orang (0,40 %), tahun 2008 tercatat 5.360 orang (1,22 %), tahun 2009 tercatat 5.168 orang (0,98 %), dan tahun 2010 tercatat 5.364 orang (1,28 %). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa minat wisatawan untuk mengunjungi Museum Gunungapi Batur masih sangat rendah, hal ini dapat dimaklumi karena daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur masih tergolong daya tarik wisata yang baru berkembang, oleh sebab itu diperlukan adanya strategi pengelolaan yang tepat dan terarah agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Strategi yang akan dirumuskan haruslah memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, di samping juga harus mempertimbangkan peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengelolaannya, sehingga dapat menjadikan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata utama bahkan “icon” pariwisata di Kabupaten Bangli. Museum
memiliki
potensi
tinggi
sebagai
daya
tarik
wisata,
namun
permasalahannya museum sering hanya ditempatkan dalam posisi yang tak berbeda dengan art shop atau gallery, indah tetapi kurang informatif. Kalaupun koleksinya cukup memadai, namun tampilan dan penyajiannya kurang terkonsep membuatnya tidak mampu membangun ikatan emosional dengan pengunjung. Pada awal perkembangannya, museum hanya diminati oleh kalangan terbatas dan berkelas tertentu. Namun di era modern saat ini, museum menjadi lebih terbuka untuk umum sebagai tempat edukasi dan rekreasi bagi wisatawan.
4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat upaya meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata? 3. Strategi apa yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang sejelasjelasnya tentang strategi untuk meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini. 2) Untuk mengungkap faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat upaya meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. 3) Untuk merumuskan strategi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal.
5 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Akademik Untuk menambah khasanah keilmuan khususnya mengenai ilmu pariwisata dan sebagai referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. 1.4.2 Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan masukan kepada pihak Pemda Kabupaten Bangli dan Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur tentang strategi pengelolaan yang tepat dilaksanakan supaya berfungsi optimal, serta dapat menjadi informasi tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur kepada masyarakat umum.
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penjelasan mengenai hasil-
hasil penelitian sebelumnya, baik berupa skripsi, tesis, jurnal, buku dan sebagainya yang dianggap relevan, terutama yang berhubungan dengan kajian pengelolaan museum. Hasilhasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta dipakai sumber untuk menemukan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur sebelumnya telah dilaksanakan oleh Aryawan (2009) dengan judul penelitiannya “Keberadaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli”, namun penelitian tersebut hanya terbatas untuk mengetahui keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dan untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap keberadaan Museum Gunungapi Batur. Sedangkan pada penelitian ini akan lebih dalam mengkaji tentang strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata agar dapat berfungsi optimal. Budhita (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Pengelolaan Objek Wisata Museum Le Mayeur Sanur” menyimpulkan bahwa dengan pendekatan análisis SWOT yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap keberadaan Museum Le Mayeur, dapat diketahui bahwa strategi pengelolaan yang dapat diterapkan adalah strategi diversifikasi yaitu menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang jangka panjang, dimana penjabaran program operasionalnya juga dijelaskan dalam penelitian tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian Budhita (2004) hampir sama
7 dengan penelitian ini, yaitu bagaimana merumuskan strategi pengelolaan sebuah museum, namun kondisi dan lokasi penelitian sangat berbeda, dimana Museum Le Mayeur merupakan museum yang sudah berkembang dan sudah dikenal luas oleh wisatawan ataupun masyarakat umum serta berlokasi di daerah kawasan wisata Sanur yang menjadi salah satu barometer perkembangan pariwisata Bali, sehingga strategi pengelolaan yang dirumuskan tentunya berbeda dengan Museum Gunungapi Batur yang tergolong sebagai daya tarik wisata baru dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli. Buda (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Pengembangan Museum Bali Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Denpasar” menyimpulkan bahwa Museum Bali memiliki potensi yang besar untuk menarik wisatawan, namun potensi besar tersebut belum mampu diwujudkan secara optimal, untuk itu diperlukan adanya pendekatan análisis SWOT untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya baik secara eksternal maupun internal. Faktor internal mencakup kekuatan dan kelemahan Museum Bali, sedangkan faktor eksternal mencakup peluang dan ancaman yang dihadapi. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa resultante faktor eksternal mengarah pada peluang dan resultante faktor internal mengarah pada kekuatan. Hal ini berarti Museum Bali dapat menerapkan strategi agresif, yaitu : memanfaatkan peluang yang ada, dimana penjabaran program operasionalnya dijelaskan dalam penelitian tersebut. Penelitian Buda (2003) juga memiliki kesamaan tujuan dengan penelitian ini yaitu untuk merumuskan strategi, namun lebih ke arah pengembangan sedangkan penelitian ini lebih spesifik merumuskan strategi pengelolaan museum. Penelitian tersebut juga menjadikan SWOT sebagai alat análisis data. Mardika (2001) dalam penelitiannya dengan judul “Manajemen Sumber Daya Budaya (Studi Kasus di Museum Arma) menyimpulkan bahwa mekanisme pengelolaan Museum Arma dilakukan dengan model subsidi silang yang mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal dengan kecenderungan budaya global. Dalam pengelolaan koleksi, dilakukan integrasi
8 aspek-aspek seni budaya, seperti unsur seni visual, seni pertunjukan, seni kehidupan dan lingkungannya dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh berciri khas Arma. Sistem pengelolaannya memadukan museum dengan unit usaha berorientasi profit (seperti hotel, restaurant, café, atau gallery) yang saling memberikan kontribusi di bidang sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan pemasarannya. Keberhasilannya sangat ditunjang oleh adanya jaringan kerjasama yang luas dan global, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kemitraan dijalin dengan museum-museum lain, media massa, pemerintah, komponen pariwisata dan masyarakat lokal. Penelitian terhadap Museum Arma juga telah dilakukan oleh Karina Lenon, seorang konsultan dari British Museum di Inggris. Penelitian tersebut dikutip dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Hari Untoro Drajat (1999) yang berjudul “Exploitative Management of The Achaeological Heritage Management in Indonesia” yang menganalisis kinerja Museum Arma (periode 1996-1998) dalam rangka menjajagi kemungkinan Museum Arma dapat mandiri (otonom secara finansial) serta mampu berkembang sebagai pusat seni visual dan pentas seni. Fokus penelitiannya lebih terpusat pada análisis kebijakan (aplikasi manajemen umum) terlepas dengan sarana-sarana penunjang lainnya. Proses studinya diawali dengan tinjauan terhadap kondisi Arma, kemudian dianalisis kebutuhan yang diperlukan, dan akhirnya diberikan sejumlah usul model manajemen yang hendak diaplikasikan. Sedangkan fokus dalam penelitian ini lebih kepada análisis situasi terhadap kekuatan, kelemahan, tantangan, dan hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sehingga dapat dirumuskan strategi yang dapat dilaksanakan sehingga dapat berfungsi secara optimal. Penelitian Purnamasari (2001) yang berjudul “Strategi Pengelolaan Objek Wisata Taman Budaya Provinsi Bali di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar”, menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke objek tersebut perlu dilakukan
9 strategi pengelolaan yang tepat dengan mempertimbangkan kekuatan internal disatu pihak serta peluang dan ancaman dipihak lain. Strategi yang tepat dilakukan dalam pengelolaan objek wisata Taman Budaya adalah dengan strategi agresif yaitu dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, baik atraksi, fasilitas, insfrastruktur maupun organisasi dengan selalu melakukan inovasi produk sesuai dengan perkembangan jaman, meningkatkan kuantitas dan kualitas kesenian/pertunjukan tradisional, meningkatkan kualitas fasilitas objek seperti dengan tanda petunjuk bangunan, tempat pelayanan informasi, cafetaria, tempat penukaran valuta asing serta toilet, meningkatkan promosi dan pemasaran, meningkatkan kualitas SDM, mengadakan evaluasi terhadap harga produk yang ditawarkan, meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait, mempertahankan hubungan baik dengan para seniman, pengrajin, travel agent maupun pelaku pariwisata lainnya. Penelitian Purnamasari juga menjadikan SWOT sebagai alat análisis data, dan samasama merumuskan strategi pengelolaan sebuah daya tarik wisata, namun objek penelitiaanya sangat berbeda yaitu pada sebuah taman budaya. Sumua hasil penelitian yang telah dipaparkan tersebut, sangat berkontribusi sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam penelitian ini, terkait dengan strategi pengelolaan sebuah daya tarik wisata. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini akan mengkaji lebih dalam tentang strategi pengelolaan museum yang baru berkembang dan belum dikenal luas oleh wisatawan dan masyarakat umum, padahal lokasinya sangat strategis dan berdekatan dengan daya tarik wisata Penelokan yang sudah terkenal sehingga penelitian ini sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempromosikan keberadaan Museum Gunungapi Batur.
10 2.2
Konsep Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beberapa pengertian dasar yang
secara langsung terkait dengan topik penelitian. Konsep yang perlu dijelaskan untuk mendapat gambaran ruang lingkup penelitian ini meliputi : (1) Strategi Pengelolaan, dan (2) Daya Tarik Wisata. 2.2.1 Strategi Pengelolaan Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, yang merupakan kata bentukan dari dua kata, stratos yang artinya militer dan ag yang artinya memimpin. Pada awalnya, istilah strategi digunakan dalam bidang militer yang diartikan sebagai kemampuan memimpin pasukan untuk memenangkan perang. Namun, konsep militer ini diadopsi oleh dunia bisnis sebagai pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas dan usaha suatu organisasi. Konsep strategi dapat didefinisikan menjadi dua perspektif berbeda, yaitu : 1) dari apa yang organisasi ingin lakukan, dan 2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan. Dari perspektif pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan dan mengimplementasikan program tersebut. Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungan sepanjang waktu (Tjiptono, 1997:3). Menurut Chandler dalam Rangkuti (2002:7) strategi adalah suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Stanton dalam Budhita (2004: 8) menyatakan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa
11 Indonesia (2001) menyebutkan strategi sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Mintzberg (1998, dalam Budhita, 2004:8) menyatakan bahwa strategi dapat didefinisikan dari lima segi, yaitu : 1. Strategi sebagai rencana (plan), yaitu sejumlah aksi yang ingin dilakukan, sejumlah panduan yang dibuat sebelum aksi, dan dibangun dengan sadar dan dengan tujuan tertentu. 2. Strategi sebagai cara (play), yaitu cara untuk mengalahkan rival dalam situasi kompetitif atau tawar-menawar. 3. Strategi sebagai pola (patttern), yaitu pola gelombang aksi. Dengan kata lain, strategi adalah konsistensi perilaku, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. 4. Strategi sebagai posisi (position), yaitu alat menempatkan organisasi pada suatu lingkungan. Dari definisi ini, strategi menjadi kekuatan dalam memediasi atau menyesuaikan antara organisasi dan lingkungan, antara konteks internal dan konteks eksternal. 5. Strategi sebagai perspektif (perspective), yaitu suatu tujuan ke dalam organisasi tentang bagaimana organisasi tersebut mempersepsikan lingkungannya. Hal ini berimplikasi bahwa semua strategi diasumsikan sebagai konsep atau abstraksi yang ada dalam pikiran pihak yang berkepentingan. Sedangkan, pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan, hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama.
12 Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni; menurut Wardoyo (1980:41), definisi pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Jadi strategi pengelolaan dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana yang komprehensif dan terpadu untuk mencapai keunggulan bersaing dalam mencapai tujuan yang diwujudkan dalam bentuk program-program pengelolaan. Dalam hal ini pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. 2.2.2 Daya Tarik Wisata Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut Yoeti (2006:167), secara garis besar terdapat empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu negara daerah tujuan wisata tertentu, yaitu : natural attraction, build attraction, cultural attraction, dan social attraction. a. Natural Attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah pemandangan alam, laut, pantai, danau, air terjun, kebun raya, agrowisata, gunung berapi, serta flora dan fauna. b. Build Attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah bangunan dengan arsitektur yang menarik, seperti rumah adat, bangunan kono dan bangunan modern seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
13 c. Cultural Attraction, dalam kelompok ini termasuk diantaranya peninggalan sejarah (historical building), cerita-cerita rakyat (folklore), kesenian tradisional, museum, upacara keagamaan, festival kesenian dan semacamnya. d. Social Attraction, yang termasuk kelompok ini adalah tata cara hidup suatu masyarakat (the way of life), ragam bahasa (languages), upacara perkawinan, upacara potong gigi, khitanan dan kegiatan sosial lainnya. Menurut Cooper (dalam
Yoeti, 2006:168),
unsur-unsur
yang
menentukan
keberhasilan sebagai daerah tujuan wisata adalah : (a) Atraksi wisata (attraction) yang meliputi atraksi alam dan buatan; (b) Kemudahan untuk mencapai akses (access) seperti ketersediaan transportasi lokal, baik darat, laut maupun udara, serta sarana dan prasarana pendukungnya; (c) Kenyamanan (amenities) seperti kualitas akomodasi, ketersediaan restoran, jasa keuangan, dan keamanan; (d) Jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta (anciliary service) termasuk di dalamnya peraturan dan perundang-undangan tentang kepariwisataan. Jadi, yang dimaksud dengan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah cultural attraction atau sebuah daya tarik wisata budaya yang berupa Museum Gunungapi Batur.
2.3 Landasan Teori Dalam upaya mempertajam analisis data dalam penelitian tentang strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, akan digunakan teori manajemen (pengelolaan), teori SWOT dan teori perencanaan. Pengertian masing-masing teori tersebut adalah sebagai berikut.
14 2.3.1 Teori Manajemen (Pengelolaan) Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper, 1990 (dalam Pitana, 2009:80), merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut meliputi : planning (perencanaan), directing (mengarahkan), organizing (termasuk coordinating), dan controlling (pengawasan). Sedangkan Drucker mengartikan manajemen sebagai berikut. “…the specific tool, the specific function, the specific instrument, to make institutions capable of producing results…the critical functions in tourism management are planning, coordination and control” (Richardson & Fluker, 2004 dalam Pitana, 2009:80). Follet, 1960 (dalam Pitana, 2009:80) menekankan bahwa koordinasi merupakan fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan sendiri. Fungsi koordinasi merujuk kepada fungsi seorang manajer untuk menerjemahkan sebuah informasi, seperti perencanaan dan pengawasan, dan mengaplikasikan informasi tersebut secara sistematis ke dalam semua fungsi manajerial yang diterjemahkan secara nyata dalam kegiatan pengarahan (directing), perencanaan (planning), dan pengawasan (controlling). Manajemen yang baik dan efektif memerlukan pengusahaan atas orang-orang yang akan dikelola. Di tingkat individual, orang akan mulai mengatur hidupnya begitu ia bisa mandiri. Di tingkat sosial, subjek manajemen adalah organisasi dan kumpulan organisasi yang merupakan : “…grouping of people eorking in a prescribed or structured fashion towards predetermined ends…management involves the conscious integration of organizational activity to achieve chosen ends” (Thompson and Thompson, 1989 dalam Pitana, 2009:81).
15 Seorang manajer dapat mengelola input, proses dan output dari sistem organisasinya namun tidak dapat mengelola dan mengontrol faktor-faktor yang berada di luar organisasi meski faktor-faktor tersebut ikut menentukan bagaimana organisasi tersebut berjalan. Jadi cakupan dan limit dari manajemen tergantung pada sistem organisasi dimana kekuasaan manajerial diaplikasikan. Pengelolaan sebuah organisasi direfleksikan dalam suatu struktur organisasi, dimana bagian-bagian dalam struktur organisasi tersebut memiliki tugas, fungsi dan wewenang masing-masing yang saling berkaitan dan saling membutuhkan sebagai satu kesatuan yang terintegritas. Teori manajemen (pengelolaan) dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini (rumusan masalah 1). 2.3.2 Teori SWOT Menurut Rangkuti (2001:19), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Menurut Robinson (1997:120), analisis SWOT merupakan cara sistematik untuk mengidentifikasi berbagai faktor dan menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan, dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
16 Tunggal (1993:78) menyatakan bahwa tujuan dibuatnya analisis SWOT ini adalah untuk dapat mengidentifikasi salah satu dari empat pola yang berbeda dalam perpaduan antara situasi internal dan eksternal dalam perusahaan. Dalam penelitian ini, teori SWOT digunakan untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata (rumusan masalah 2). 2.3.3 Teori Perencanaan Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya dalam tingkat yang lebih rumit dimana adanya pengaruh internal dan eksternal yang cenderung sulit untuk dikendalikan, perencanaan dapat berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat dikontrol (noncontrolable) yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut (Tarigan, 2005:3). Menurut Conyers & Hills dalam Tarigan (2005:3), perencanaan adalah : “suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuantujuan tertentu pada masa yang akan datang”. Berdasarkan definisi diatas, Conyers & Hills berpendapat bahwa terdapat empat elemen dasar perencanaan, yaitu (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan (4) perencanaan berorientasi ke masa depan. Menurut Yoeti (2007:50), ada beberapa alasan mengapa perencanaan diperlukan, antara lain :
17 a. Memberi pengarahan Dengan adanya prencanaan, para pelaksana dalam suatu organisasi atau tim mengetahui apa yang hendak dilakukannya dan ke arah mana yang akan dituju, apa yang akan dicapai. b. Membimbing kerjasama Perencanaan dapat membimbing para petugas untuk tidak bekerja menurut kemauannya sendiri. Dengaa adanya perencanaan, seseorang merasa sebagai bagian dari suatu tim. c. Menciptakan koordinasi Bila dalam suatu proyek, masing-masing keahlian berjalan secara terpisah, kemungkinan besar tidak akan tercapai suatu sinkronisasi dalam pelaksanaan. Karena itu, sangat diperlukan adanya koordinasi antara beberapa aktifitas yang dilakukan. d. Menjamin tercapainya kemajuan Suatu perencanaan pada umumnya telah menggariskan suatu program yang hendak dilakukan, meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggungjawab tiap individu atau tim dalam proyek. Bila ada penyimpangan antara yang telah direncanakan dengan apa yang telah dilaksanakan, akan segera dapat dihindarkan, sehingga sistem ini akan mempercepat penyelesaian suatu proyek. e. Memperkecil resiko Perencanaan mencakup pengumpulan data yang relevan dan secara hati-hati menelaah segala kemungkinan yang terjadi sebelum diambil suatu keputusan. Karena itu perencanaan lebih memperkecil resiko yang timbul berlebihan.
18 f. Mendorong dalam pelaksanaan Perencanaan dilakukan agar suatu organisasi dapat memperoleh kemajuan secara sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melalui inisiatif sendiri. Suatu perencanaan merupakan suatu mata rantai yang esensial anatar pemikiran (thought) dan pelaksanaan (action). Pengembangan pariwisata harus didahului dengan perencanaan sehingga adanya pedoman pelaksanaan dan tolak ukur pencapaian tujuan pembangunan. Menurut Inskeep (dalam Yoeti, 2008:58) ada beberapa pendekatan perencanaan pembangunan pariwisata, yakni sebagai berikut. 1. Pendekatan berkesinambungan, inkremental dan fleksibel (continous, incremental, and flexible approach). Pendekatan ini didasari kebijakan dan rencana pemerintah, baik tingkat nasional maupun regional. Perencanaan pariwisata dilihat sebagai suatu proses berkesinambungan
yang perlu dievaluasi berdasarkan pemantauan dan umpan balik
dalam kerangka pencapaian tujuan dan kebijakan pengembangan pariwisata. 2. Pendekatan sistem (system approach), pariwisata dipandang sebagai suatu sistem yang saling berhubungan (interrelated system), demikian halnya dengan perencanaan dan teknik analisisnya. Komponen pariwisata sangat kompleks, di mana setiap komponen merupakan suatu sistem. 3. Pendekatan menyeluruh (comprehensive approach), disebut juga pendekatan holistik. Seluruh aspek yang tekait dalam perencanaan pariwisata, yang mencakup institusi, lingkungan,
dan implikasi sosial ekonominya, dianalisis dan direncanakan secara
menyeluruh. 4. Pendekatan yang terintegrasi (integrated approach), suatu pendekatan yang dihubungkan dengan sistem dan pendekatan menyeluruh, pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam dirinya dan juga terintegrasi dalam
19 keseluruhan rencana dan total pola teladan pengembangan dalam suatu area. Pendekatan ini memandang kawasan sekitar kawasan wisata yang sedang direncanakan sebagai bagian integral dalam perencanaan. 5. Pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (enviromental and suistainable development approach), pariwisata direncanakan, dikembangkan dan dikelola dengan memperhatikan kelestarian lingkungan fisik dan sosial budaya. Analisa daya dukung adalah suatu teknik penting yang menggunakan pendekatan pengembangan berkelanjutan dan lingkungan 6. Pendekatan swadaya masyarakat (community approach), pendekatan ini melibatkan secara maksimum masyarakat lokal di dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, sampai pengelolaan pengembangan pariwisata. 7. Pendekatan implementasi (implementable approach), kebijakan rencana, rekomendasi, dan rumusan pengembangan pariwisata dibuat serealistis mungkin dan dapat diterapkan. 8. Penerapan proses perencanaan yang bersistem (aplication of a systematic planning process). Dalam penelitian ini, teori perencanaan digunakan dalam merumuskan stategi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Meseum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal (rumusan masalah 3).
2.4
Model Penelitian Dari ketiga rumusan masalah yang akan dikaji dengan berbagai indikatornya dan
mengacu pada konsep dan teori yang telah diajukan dalam penelitian, sehingga menghasilkan hasil penelitian (out put) yang digunakan sebagai acuan atau rekomendasi dalam menentukan kebijakan strategi yang tepat dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, maka model penelitian dapat digambarkan dalam Gambar 2.1.
20 Gambar 2.1 Model Penelitian
Budaya Global
Budaya Lokal
Museum Gunungapi Batur -
-
-
Minimnya pengetahuan masy ttg museum, shg kurang diminati. Museum hanya sebagai gallery (indah tapi kurang informatif) Hanya dikunjungi kalangan terbatas dan berkelas tertentu
-
Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
Teori Manajemen (Pengelolaan)
Cara Pengelolaan Dewasa Ini
Teori SWOT
Faktor Pendorong dan Penghambat Pengelolaan
-
Menjadi trend dan kebutuhan akan edukasi dan rekreasi Museum lebih inovatif dan informatif shg mampu membangun ikatan emosional dgn pengunjung Sangat terbuka utk umum
Teori Perencanaan
Strategi Pengelolaan Yang Tepat
Matriks IFAS-EFAS (grand strategy)
Matriks SWOT (alternative strategy) Rekomendasi
Keterangan Gambar : : Interaksi : Pengaruh : Harapan
21 Ilustrasi Model :
Perbedaan pandangan budaya lokal dengan budaya global yang lebih modern tentang pentingnya keberadaan sebuah museum menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji dalam upaya pengelolaan sebuah museum di Indonesia, salah satunya adalah pengelolaan Museum Gunungapi Batur di Kabupaten Bangli yang memiliki koleksi unik namun belum mampu secara optimal menarik minat wisatawan untuk berkunjung, sehingga diperlukan terlebih dahulu kajian terhadap cara pengelolaan yang dilakukan oleh pihak Badan Pengelola pada dewasa ini dengan pendekatan teori manajemen (pengelolaan), kemudian dianalisis faktor pendorong dan penghambat pengelolaan dengan teori SWOT, selanjutnya dengan pendekatan teori perencanaan dapat dirumuskan strategi pengelolaan yang tepat sehingga dapat berfungsi secara optimal, dengan teknik analisis matriks IFAS-EFAS akan menghasilkan strategi umum (grand strategy), selanjutnya dengan analisis matriks SWOT akan dihasilkan strategi alternatif (alternative strategy) dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata untuk direkomendasikan kepada pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur.
22 BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara mendalam (depth interview), penyebaran angket (questioner) dan studi kepustakaan. Penyajian analisis dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (naratif). Analisis SWOT dipergunakan untuk mengidentifikasi kondisi internal, berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakneses) yang dimiliki Museum Gunungapi Batur, serta situasi eksternal, berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap upaya merumuskan strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur ssebagai daya tarik wisata.
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Museum Gunungapi Batur yang berlokasi di jalan raya Penelokan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Berjarak sekitar 23 Km arah utara pusat kota Bangli dan sekitar 63 Km dari kota Denpasar. Terdapat beberapa pertimbangan mengenai dipilihnya Museum Gunungapi Batur sebagai lokasi penelitian, yaitu (1) Museum Gunungapi Batur tergolong daya tarik wisata yang baru berkembang sehingga diperlukan adanya strategi pengelolaan yang tepat dan terarah, (2) jumlah kunjungan wisatawan masih sangat rendah, (3) Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Indonesia, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri untuk diperkenalkan kepada masyarakat luas, dan (4) lokasinya sangat strategis, yaitu berada di sekitar kawasan Penelokan yang sudah dikenal luas oleh wisatawan domestik maupun internasional. Adapun peta lokasi penelitian, dapat dilihat dalam Gambar 3.1 berikut.
23 Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
LOKASI MUSEUM GUNUNGAPI BATUR
Sumber : Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, 2010
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Data kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur secara langsung dengan angka namun merupakan informasi atau ungkapan-ungkapan berupa kata-kata, misalnya tentang sejarah berdirinya Musuem Gunungapi Batur, pemaparan tentang daya tarik/koleksi museum, manajemen pengelolaan museum, serta análisis lingkungan internal dan eksternal yang
24 berupa analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. 2. Data kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang akan disusun serta diinterpretasikan, seperti data jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Gunungapi Batur dan data penilaian responden terhadap variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Data kuantitatif dalam penelitian ini hanya berfungsi sebagai data penunjang yang sangat membantu dalam penggalian informasi dan fakta di lapangan. 3.3.2 Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Penjelasan untuk masing-masing sumber data tersebut adalah sebagai berikut. 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, misalnya data hasil wawancara dengan para responden/informan dalam penelitian ini. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang menunjang penelitian ini yang bukan merupakan pihak pertama seperti buku-buku literatur, jurnal ilmiah, dan hasil penelitian terdahulu.
3.4
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah (1) peneliti sendiri, (2) angket (kuisioner), (3) alat perekam wawancara/tape recorder, dan (4) kamera digital, untuk mendapatkan data yang lengkap dari semua pihak yang terkait sehingga data yang diperoleh dapat menjawab semua permasalahan yang diteliti.
25 3.5
Teknik Penentuan Informan Penentuan informan atau responden dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
teknik purposive sampling. Menurut Marzuki (1977: 50), teknik purposive sampling adalah penentuan informan dilakukan dengan sengaja berdasarkan tujuan dan maksud tertentu agar keterangan yang diberikan dapat lebih dipertanggungjawabkan. Pemilihan informan didasari atas pertimbangan-pertimbangan tertentu yang memiliki kemampuan dan kemauan memberikan data terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Adapun responden dalam penelitian ini harus memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut. 1. Memiliki pengetahuan mendalam tentang pariwisata dan data kepariwisataan di Kabupaten Bangli. 2. Memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan umum lokasi penelitian (Museum Gunungapi Batur. 3. Memiliki pengetahuan mendalam tentang keterlibatan masyarakat setempat dalam industri pariwisata dan bertindak sebagai praktisi langsung di dalamnya. Jumlah responden yang diambil untuk memberikan pembobotan dan rating mengenai faktor-faktor internal dan eksternal sebanyak 15 orang responden yang benar-benar mengetahui keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Responden terdiri dari : I.
Unsur Pemerintah, meliputi. 1. Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur. 2. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli. 3. Kepala Bappeda Kabupaten Bangli. 4. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Bangli. 5. Kepala Bidang Bina Objek Disbudpar Kabupaten Bangli. 6. Kepala Bidang Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli.
26 7. Kepala Seksi Pengembangan ODTW Disbudpar Kabupaten Bangli. II.
Unsur Tokoh Masyarakat dan Praktisi, meliputi. 1. Bapak I Gede Winurjaya (tokoh masyarakat lokal dan praktisi pariwisata). 2. Bapak I Made Sanjaya (tokoh masyarakat lokal dan praktisi pariwisata). 3. Pemandu Wisata/Tour Guide Travel Agent yang berasal dari Bangli.
III.
Unsur Akademisi, meliputi 5 orang dosen pariwisata yang berasal dari Bangli.
Sedangkan untuk mengetahui pendapat wisatawan (pengunjung) tentang kondisi Museum Gunungapi Batur, dilakukan dengan teknik quota sampling sejumlah 25 orang yang dilakukan secara accidental (kebetulan), yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (Riduwan, 2006). Pendapat wisatawan ini diperlukan dalam penyususnan program strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur ke depan.
3.6
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode : 1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. 2. Wawancara mendalam, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mewawancarai informan secara langsung dengan pertanyaan terbuka. Wawancara dilakukan terhadap informan yang memiliki informasi dan pengetahuan yang luas dan mendalam berkaitan dengan penelitian (Marzuki, 1977:62). Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, Kepala Bappeda Kabupaten Bangli, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
27 Bangli, Kepala Bidang Bina Objek Disbudpar Kabupaten Bangli, Kepala Bidang Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli, dan tokoh masayarakat Desa Batur yang sekaligus sebagai praktisi pariwisata. 3. Angket yaitu pengumpulan data dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada pihak yang berkompeten yang mengetahui tentang pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, yaitu pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan praktisi pariwisata, pihak akademisi dan wisatawan yang berkunjung ke Museum Gunungapi Batur. 4. Studi Kepustakaan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang dijadikan landasan teoritis serta sebagai pedoman untuk melakukan penelitian (Marzuki, 1977:64). Studi kepustakaan ini dilakukan ke berbagai sumber data seperti : Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur mengenai sejarah pendirian Museum gunungapi Batur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli berupa data kepariwisataan di Kabupaten Bangli, serta pengumpulan data dari berbagai buku dan hasil penelitian terdahulu sebagai referensi dan landasan pelaksanaan studi kepustakaan.
3.7 Teknik Analisis Data Teknik análisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) Analisis deskriptif kualitatif; 2) Analisis Matriks IFAS dan EFAS yang akan menghasilkan startegi umum (grand strategy) pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata; 3) Analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT akan menghasilkan strategi alternatif. Adapun masing-masing metode análisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
28 3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif Análisis deskriptif kualitatif memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data dan informasi yang diperoleh, sehingga menjadi lebih bermakna daripada sekedar penyajian dalam bentuk angka-angka (numeric). Metode ini digunakan terhadap hasil análisis lingkungan internal-eksternal Museum Gunungapi Batur dan análisis matriks SWOT. 3.7.2 Analisis Matriks IFAS dan EFAS Análisis matriks IFAS dan EFAS, yaitu metode análisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang dianalisis terhadap kondisi Museum Gunungapi Batur yang harus dikelola secara perusahaan. 1) Analisis matriks IFAS Setelah faktor strategi internal diidentifikasi, maka perlu dilakukan evaluasi dengan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) yang tampak pada Tabel 3.1 dengan tahapan sebagai berikut. 1. Membuat daftar faktor-faktor internal, yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakneses). 2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan, sehingga total bobot sama dengan satu. 3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor kekuatan yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), 3 (cukup kuat), dan 4 (sangat kuat). Sedangkan untuk faktor kelemahan berlaku sebaliknya. Jadi rating mengacu pada kondisi objek, sedangkan bobot (weight) mengacu pada keberadaan objek. 4. Mengalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.
29 5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi yang dinilai. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal objek adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Tabel 3.1 Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) Faktor-Faktor Bobot Strategi Internal (1) (2) Kekuatan 1)…………. 2)…………. 3)…………. 4)…………. 5)……….dst Kelemahan 1)…………. 2)…………. 3)…………. 4)…………. 5)……….dst Total 1,0 Sumber : diadaptasi dari Rangkuti (2002:25).
Rating
Skor
(3)
(4)
2) Analisis matriks EFAS Jika faktor-faktor strategi eksternal diidentifikasi, maka dilanjutkan dengan evaluasi menggunakan matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) yang tampak pada Tabel 3.2 dengan tahapan sebagai berikut. 1. Membuat daftar faktor-faktor eksternal, yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats). 2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan, sehingga total bobot sama dengan satu. 3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (agak lemah), 3 (cukup kuat), dan 4 (sangat kuat).
30 Sedangkan untuk faktor ancaman berlaku sebaliknya. Jadi rating mengacu pada kondisi objek, sedangkan bobot (weight) mengacu pada keberadaan objek. 4. Mengalikan antara bobot dengan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya. 5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi yang dinilai. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara eksternal objek adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5 menunjukan posisi eksternal yang kuat. Tabel 3.2 Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) Faktor-Faktor Bobot Strategi Internal (1) (2) Peluang 1)…………. 2)…………. 3)…………. 4)…………. 5)……….dst Ancaman 1)…………. 2)…………. 3)…………. 4)…………. 5)……….dst Total 1,0 Sumber : diadaptasi dari Rangkuti (2002:24).
Rating
Skor
(3)
(4)
3.7.3 Analisis SWOT Análisis matriks SWOT adalah kelanjutan análisis situasi internal-eksternal, dimana faktor-faktor internal berupa faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dikombinasikan dengan faktor-faktor eksternal berupa faktor-faktor peluang dan ancaman, kombinasi ini akan menghasilkan beberapa strategi alternatif (alternative strategy) pengelolaan Museum Gunungapi Batur.
31 Menurut Rangkuti (2002:19) kinerja perusahaan ataupun organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam análisis SWOT. Análisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakneses). Kombinasi faktor internal dengan faktor eksternal ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT, seperti yang terlihat dalam Tabel 3.3. Tabel 3.3 Matriks Analisis SWOT IFAS
STRENGTHS (S)
EFAS OPPORTUNITIES (O)
WEAKNESSES (W)
Tentukan faktor-faktor kekuatan internal
STRATEGI SO
Tentukan faktor Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan peluang eksternal untuk memanfaatkan peluang
Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T)
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
Tentukan faktor ancaman eksternal
STRATEGI WT
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2002:31). Keterangan : a. Strategi SO (Strength – Opportunities), yaitu menggunakan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST (Strengths – Treaths), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities), strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
32 d. Strategi WT (Weaknesses – Treaths), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (dalam bentuk naratif). Penyajian hasil analisis data secara formal digunakan dalam analisis matriks IFAS dan EFAS serta analisis matriks SWOT sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca, namun secara keseluruhan penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara informal dalam bentuk narasi yang menjelaskan dan memberikan keterangan-keterangan yang lebih komprehensif. Analisis matriks IFAS dan EFAS akan menghasilkan strategi umum (grand strategy), sedangkan analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT akan menghasilkan strategi alternatif dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Museum Gunungapi Batur Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama yang dibangun oleh Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI. Konsep dari pembangunan Museum Gunungapi Batur ini mempunyai konsep desain Geo Science yang meliputi preservasi, konservasi, koleksi, sarana edukasi, rekreasi, dan sarana informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan gunung berapi. Keberadaan Museum Gunungapi Batur ini diharapkan akan menjadi pusat informasi kegunungapian di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya. 4.1.1 Sejarah Singkat Museum Gunungapi Batur Sejarah pembangunan Museum Gunungapi Batur dilatar belakangi oleh suatu kenyataan bahwa Indonesia memiliki 500 gunungapi, 129 diantaranya dikategorikan sebagai gunungapi aktif, yang terbentang luas dari pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Halmahera hingga Sulawesi bagian utara, membentuk suatu busur gunungapi Indonesia. Jumlah gunungapi tersebut menempatkan Indonesia sebagai 13% komposisi gunungapi aktif di dunia. Dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Perancis, dan Italia yang memiliki jumlah gunungapi lebih sedikit daripada Indonesia, negara-negara tersebut telah memiliki museum gunungapi. Bercermin dari realita tersebut, DPR melalui Komisi VII pada tanggal 11 Juni 2002 mengusulkan kepada pemerintah RI agar membangun museum gunungapi. Sebagai respon usulan tersebut, pada tanggal 9 Juli dan 14 Juli 2002 dilakukan pertemuan antara Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jendral Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Bupati Bangli, BAPPEDA
34 Kabupaten Bangli dan DPRD Kabupaten Bangli untuk membahas rencana pembangunan tersebut. Pada tanggal 19 Nopember 2002 dilangsungkan penandatanganan kerjasama antara Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan BAPPEDA Kabupaten Bangli. Salah satu agenda dalam nota kerjasama tersebut adalah studi kelayakan museum dan pembuatan proposal pembangunan Museum Gunungapi Batur. Kemudian pada tanggal 10 Februari 2004 di Jakarta diadakan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Direktur Jendral Geologi Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral RI, dengan Gubernur Bali dan Bupati Bangli. Peletakan batu pertama pembangunan gedung museum dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2004 oleh Direktur Jendral Geologi Gubernur Bali dan Bupati Bangli. Selain melakukan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Kementerian ESDM RI, dalam mewujudkan pembangunan tersebut juga melakukan kerjasama dengan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan RI, dalam pemanfaatan Taman Wisata Alam Penelokan sebagai lokasi pembangunan. Luas Taman Wisata Alam Penelokan yang dimanfaatkan untuk pembangunan Museum Gunungapi Batur adalah 1,09 Hektar. Museum Gunuang Api Batur baru dapat diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Bapak Purnomo Yusgiantoro. Rencana pembangunan gedung (master plan) Museum Gunungapi Batur dapat dilihat dalam Gambar 4.1.
35
Gambar 4.1 Master Plan Museum Gunungapi Batur 4.1.2 Alur Kunjungan di Museum Gunungapi Batur Bangunan utama Museum Gunungapi Batur dibangun empat lantai dimana pengunjung atau wisatawan dapat menikmati koleksi dan fasilitas yang disediakan dengan alur kunjungan sebagai berikut. 1) Front Office Museum Memasuki pintu utama gedung museum di lantai satu, pengunjung akan disambut oleh para petugas reception untuk dipersilakan melakukan registrasi pengunjung dan pembayaran tiket masuk (entrance ticket) sebesar Rp. 10.000 untuk wisatawan asing dan Rp. 5000 untuk wisatawan domestik. Selanjutnya pengunjung akan dipandu oleh para pemandu (guides) untuk menyaksikan dan menjelaskan tentang koleksi museum. Di areal loby juga terdapat lukisan grafis tentang mitologi Bedawang Nala yang menurut keyakinan masyarakat Hindu di Bali, mitologi ini menceritakan tentang Hyang Pasupati yang berstana di Gunung Semeru memerintahkan Sangnghyang Bedawang Nala, Sanghyang Naga Anantaboga, Sanghyang Naga Basukih dan Sanghyang Naga Taksaka memindahkan sebagaian Puncak Gunung Semeru ke Bali Dwipa agar keadaan Bali tidak goyah. Setelah tiba di Bali, bagian puncak Gunung Semeru yang dibawa dengan tangan kanan menjadi Gunung Agung sedangkan yang dibawa dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur. Kedua gunung inilah
36 menurut kepercayaan masyarakat Hindu di Bali dikenal sebagai Dewi Lingga Giri yang kemudian menjadi Parahyangan Purusa dan Pradana.
Gambar 4.2 Lukisan grafis mitologi Bedawang Nala di Front Office
2) Panel Pembentukan Gunungapi (Volcano Formation) Panel ini memberikan informasi tentang proses pembentukan gunungapi di dunia. Planet bumi mempunyai banyak cairan dan air dipermukaannya yang sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi. Gunungapi timbul akibat pergerakan antara kerak benua dan kerak samudra. Pergerakan antara kerak benua dan kerak samudra menimbulkan 4 busur gunungapi berbeda, yaitu gunungapi tengah samudra, gunungapi tepi benua, gunungapi tengah benua, dan gunungapi dasar samudra. Panel pembentukan gunungapi dapat dilihat seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Panel Pembentukan Gunungapi
37 3) Panel Fenomena Gunungapi (Volcanic Phenomena) Informasi yang bisa diperoleh dari panel ini adalah berupa informasi tentang material letusan yang dikeluarkan akibat letusan gunungapi. Material tersebut antara lain, aliran lava, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, lahar letusan, gas vulkanik beracun dan hujan lumpur. Panel fenomena gunungapi dapat dilihat dalam Gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.4 Fenomena Gunungapi
4) Slide Show Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung Setelah pengunjung melihat panel pembentukan gunungapi dan fenomena gunungapi, pengunjung langsung disuguhi dengan slide show Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung tempo dulu. Pada bagian ini pengunjung dapat mengetahui tentang keadaan Gunungapi Batur dari tahun 1915, 1926, 1956 sampai sekarang. Pengunjung juga dapat mengetahui dampak yang dihasilkan letusan Gunung Agung pada tahun 1963 yang memperlihatkan kerusakan dan korban jiwa. Slide show Gunungapi Batur dan Agung seperti terlihat dalam Gambar 4.5.
38
Gambar 4.5 Slide Show Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung
5) Peta Sebaran Gunungapi dan Jalur Gempa di Indonesia dan di Dunia Pada bagian ini, pengunjung disuguhkan dua layar peta sebaran gunungapi yaitu peta sebaran gunungapi dan jalur gempa di Indonesia dan di dunia. Kedua peta ini dilengkapi dengan tombol otomatis, dimana melalui tombol ini pengunjung dapat melihat sebaran gunungapi berikut jalur dan titik gempanya dengan cara menekan salah satu tombol yang ada di depan peta. Dengan menggunakan tombol ini pengunjung bisa mengetahui lokasi dan tipe gunung yang sedang dipilih melalui perbedaan warna yang menyala pada lampu. Di Indonesia terdapat 129 gunungapi yang dikategorikan aktif, dan 5 diantaranya termasuk gunungapi teraktif di dunia yaitu Gunungapi Batur, Tambora, Merapi, Krakatau, dan Semeru. Layar peta sebaran Gunungapi dan jalur gempa tersebut terlihat dalam Gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6 Peta Sebaran Gunungapi dan Jalur Gempa di Indonesia dan di dunia
39 6) Komputer Animasi Letusan Museum Gunungapi Batur memiliki 3 buah komputer animasi letusan. Dalam komputer animasi ini dijelaskan mengenai parameter yang mempengaruhi suatu letusan gunungapi secara menarik dan atraktif yaitu melalui sebuah game. Dalam game ini pengunjung dapat bermain sekaligus belajar tentang kegunungapian. Terdapat 3 paramater yang mempengaruhi letusan gunungapi yang dijelaskan dalam game tersebut, yaitu : jenis magma, tingkat tekanan gas, dan kedalaman dapur magma. Dengan game interaktif ini pengunjung dapat menentukan sendiri tipe letusan yang diinginkan, yang mana nantinya dari setiap perbedaan parameter yang dipilih akan menghasilkan tipe letusan yang berbeda. Adapun layar komputer animasi letusan, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Komputer Animasi Letusan
7) Panel Photo Grafis Gunungapi yang ada di Indonesia Panel ini dipajang tepat di atas game interaktif, pada panel ini pengunjung dapat melihat keindahan panorama gunungapi yang ada di Indonesia. Jumlah photo gunungapi sebanyak 60 buah dengan berbagai ciri khas panorama serta letusannya. Berikut dalam Gambar 4.8 ditampilkan wajah gunungapi di Indonesia.
40
Gambar 4.8 Panel Photo Grafis Gunungapi di Indonesia
8) Diorama Gunungapi Batur Diorama ini merupakan miniature dari Gunungapi Batur dan Danau Batur dengan bentuk persegi empat dengan ukuran 2,5 x 2 meter. Diorama ini dilengkapi 4 buah tombol yang nantinya pengunjung dapat menekan sendiri sesuai dengan tahun letusan yang diinginkan. Melalui keempat tombol ini (Prasejarah, 1888, 1921, dan 1926) pengunjung dapat menyaksikan letusan Gunungapi Batur berikut arah aliran lavanya sesuai dengan keadaan pada tahun yang dipilih. Diorama Gunungapi Batur terlihat dalam Gambar 4.9 berikut.
Gambar 4.9 Diorama Gunungapi Batur
41 9) Panel Photo Grafis Panorama Gunung dan Danau Batur Panel ini merupakan wajah Gunungapi Batur saat ini, selain pengunjung dapat menikmati keindahan panorama danau dan gunung Batur, pengunjung juga dapat memanfaatkannya sebagai background untuk pengambilan gambar/photo.
Gambar 4.10 Panel Photo Grafis Panorama Gunung dan Danau Batur
10) Panel Photo Gunungapi Batur Tempo Dulu dan Photo Dampak Letusan Gunung Agung Pada panel ini menyajikan gambaran Gunungapi Batur pada tahun 1848, 1905, 1919, dampak letusan Gunungapi Batur tahun 1926 dan dampak letusan Gunungapi Agung tahun 1963. Dampak letusan tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4.11 berikut.
Gambar 4.11 Panel Photo Gunung Batur Tempo Dulu
42 11) Panel Evolusi Kaldera Batur dan Komputer Game Evolusi Kaldera Batur Pada panel ini dijelskan bagaimana sejarah evolusi Batur purba menjadi kaldera Batur yang sekarang. Gunungapi Batur purba tingginya mencapai 3000 meter di atas permukaan laut. Sejarah mengatakan bahwa Penelokan yang sekarang dahulunya merupakan kaki Gunungapi Batur, mengalami berbagai evolusi yang dimulai dari letusan pertama Gunungapi Batur purba yang membentuk parasit Gunung Abang di sebelah timur lereng Gunungapi Batur purba. Pada 29.300 tahun yang lalu terjadi letusan yang sangat dahsyat yang menghancurkan sebagian dari puncak Gunungapi Batur purba. Hancurnya sebagian puncak Gunungapi Batur purba membentuk kaldera I dengan diameter 13 km x 8 km dan hasil letusannya mengendap menjadi Ignimbrit Ubud. Vulkanisme Gunungapi Batur masih terus berlangsung, pada 20.150 tahun yang lalu terjadi letusan yang membentuk kaldera II dengan diameter 7 km. fenomena alam Gunungapi Batur purba berhenti setelah letusan besar pada 5.500 tahun yang lalu, dimana vulkanisme ini membentuk tiga kerucut Gunungapi Batur yang sekarang. Letusan Gunungapi Batur ini menghasilkan hujan yang lama, dan karena adanya cekungan di kaldera, air hujan ini tertampung dan terbentuklah Danau Batur. Demikian evolusi Gunungapi Batur purba hingga menjadi Gunungapi Batur yang sekarang. Panel Evolusi Kaldera Batur tersebut seperti terlihat dalam Gambar 4.12 berikut.
Gambar 4.12 Panel Evolusi Kaldera Batur
43 12) Panel Sejarah Letusan Gunungapi Batur Pada panel ini pengunjung dapat mengetahui informasi letusan gunungapi Batur. Gunungapi Batur tercatat mengalami 26 kali letusan yaitu dimulai dari tahun 1804 sampai yang terakhir tahun 2000. Berikut dalam Gambar 4.13 ditampilkan gambar animasi proses letusan Gunungapi Batur.
Gambar 4.13 Panel Letusan Gunungapi Batur
13) Peta Geologi Kaldera Batur, Peta Kawasan Rawan Bencana dan Maket Geologi Kaldera Batur. Pada bagian selanjutnya pengunjung akan disuguhkan dengan peta dan maket geologi kaldera Batur. Dalam peta dan maket ini disajikan informasi mengenai daerah aliran lava sesuai dengan tahun letusannya. Pada bagian ini juga tersaji peta kawasan rawan bencana yang menampilkan informasi daerah mana saja di kawasan Gunungapi Batur yang terhadap bahaya jika Gunungapi Batur mengalami proses-proses vulkanisme. Dalam Gambar 4.14 menampilkan Peta Geologi Kaldera Batur.
44
Gambar 4.14 Peta Geologi Kaldera Batur
14) Material Hasil Letusan Yang Telah Tertimbun Jutaan Tahun Memasuki ruangan selanjutnya pengunjung akan menyaksikan koleksi berbagai material yang dihasilkan dari letusan Gunungapi di Indonesia yang sebagian besar berupa jenis batu kristal dan sejenisnya yang telah berusia jutaan tahun, seperti : amethyst, quartz crystal, crystal geode, pyrite, quartz crystal, dan volcanic obsidian, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.15 berikut.
Gambar 4.15 Material Hasil Letrusan Gunungapi yang Berumur Jutaan Tahun
15) Panel Sayatan Batuan Di Museum Gunungapi Batur juga ditampilkan panel sayatan batuan. Terdapat 2 panel yang menjelaskan jenis-jenis sayatan batuan. Bila sebuah batu kita sayat atau asah dengan metode tertentu dan kita teliti dengan mikroskop, maka aka nada bentuk-bentuk
45 berbeda yang akan kita lihat pada batuan yang berbeda pula. Bentuk-bentuk batuan ini juga memiliki nama yang berbeda. Terdapat beberapa nama sayatan batuan seperti : basalt, andesite, decite, gabbro, diorite, rhyolite, granite, leucitite, nosean leucite phonolite, tuff, dan lain-lain. Panel sayatan batuan seperti terlihat dalam Gambar 4.16 berikut.
Gambar 4.16 Panel Sayatan Batuan
16) Panel Volcano Monitoring Museum Gunungapi Batur juga dilengkapi dengan alat pemantau. Beberapa panel tentang sistem dan peralatan pengamatan gunungapi serta panel peringatan dini dapat pengunjung temukan disini. Melalui panel ini pengunjung akan mengetahui bagaimana cara dan alat apa saja yang dipergunakan untuk memantau aktifitas gunungapi. Selain itu, pengunjung juga akan mendapat pengetahuan tambahan tentang gejala awal atau tanda-tanda akan terjadinya letusan gunungapi secara tradisional, salah satunya yaitu ditandai dengan turunnya binatang yang menghuni puncak dan lereng gunung karena suhu semakin meningkat. Museum Gunungapi Batur juga dilengkapi dengan peralatan pemantau gunungapi yang disebut seismograph gigital, alat ini dipasang di 5 tempat yaitu di Gunung Batur, Danau Batur, Desa Songan, Desa Yeh Mampeh dan Gunung Agung. Melalui seismograph ini petugas dapat memantau keadaan di lokasi tersebut setiap saat. Dalam ruangan ini juga dilengkapi dengan real time camera, melalui media CCTV pengunjung dapat memantau atau melihat langsung segala kejadian yang terjadi saat itu pula di sekitar kawah dan Danau Batur.
46
Gambar 4.17 Panel Volcano Monitoring
17) Panel Pemanfaatan Material Letusan Gunungapi Dalam panel ini pengunjung akan disuguhkan dengan gambar-gambar visual tentang pemanfaatan berbagai material hasil letusan gunungapi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, contohnya lava hasil letusan gunungapi dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan bangunan maupun patung dan arca, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Panel Pemanfaatan Material Letusan Gunungapi
18) Ruang Audio Visual/Bioskop Memasuki lantai 2 bangunan utama Museum Gunungapi Batur, pengunjung akan dipandu menuju ruang audio visual/bioskop yang bertaraf internasional, hal ini dapat dilihat
47 dari fasilitas yang digunakan di gedung ini. Kapasitas tempat duduk mencapai 160 orang. Pengunjung akan disuguhkan dengan film dokumenter sejarah keberadaan Gunungapi Batur sejak jaman purba sampai dengan saat ini yang juga menampilkan letusan disertai dampak dari hasil letusan tersebut yang berdurasi 20 menit.
Gambar 4.19 Ruang Bioskop
19) Ruang Rapat/Converence Room Di sebelah ruang bioskop terdapat sebuah ruang rapat (converence room) yang didesain khusus untuk disewakan sebagai tempat kegiatan rapat atau pertemuan dengan kapasitas 43 orang, setiap meja dilengkapi dengan mikrofon, ruangan juga dilengkapi dengan LCD dan layar otomatis serta peralatan sound system yang lengkap.
Gambar 4.20 Converence Room
48 20) Ruang Pemantauan Aktivitas Gunungapi Batur Di bagian akhir dari alur kunjungan, pengunjung dapat naik ke lantai 3, dimana dalam ruangan ini merupakan tempat yang digunakan petugas vulkanologi untuk memantau aktivitas Gunungapi Batur. Dalam ruangan ini tersedia teropong pengamatan untuk pengunjung, dimana pengunjung dapat mengamati langsung aktivitas Gunungapi Batur dengan menggunakan teropong jarak jauh.
Gambar 4.21 Ruang Pemantauan Aktivitas Gunungapi Batur
4.1.3 Persepsi Wisatawan Terhadap Keberadaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata. Persepsi atau tanggapan wisatawan terhadap keberadaan Museum Gunungapi Batur dipandang perlu untuk diketahui dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Bangli, sebab wisatawan adalah pemakai (user) dari produk wisata yang ditawarkan. Keberhasilan penawaran (supply) sebuah produk wisata akan diukur dari tingkat permintaan (demand) terhadap produk yang ditawarkan tersebut. Untuk mengetahui persepsi wisatawan mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur, diajukan angket sebanyak 10 butir pertanyaan kepada 25 responden wisatawan domestik maupun asing yang ditemui di lokasi penelitian. Adapun tabulasi persepsi wisatawan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut.
49 Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Persepsi Wisatawan Terhadap Keberadaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata No.
Deskripsi Objek
1
Arsitektur Bangunan
Penilaian Responden Sangat Baik Tidak Sangat Baik Baik Tidak Baik 17 8 -
Jumlah
2
Koleksi Museum
19
6
-
-
25
3
Tata Letak Penyajian Koleksi (Lay Out)
9
16
-
-
25
4
Fasilitas pendukung wisata yang
12
13
-
-
25
25
tersedia 5
Informasi Kegunungapian
21
4
-
-
25
6
Pelayanan Petugas
5
18
2
-
25
7
Aksesibilitas (jalan raya, transportasi)
3
22
-
-
25
8
Kebersihan dan keindahan lingkungan
-
23
2
-
25
9
Panorama Alam Sekitar
22
3
-
-
25
10
Keamanan dan keramahan masyarakat
2
20
3
-
25
local Sumber : Diolah Berdasarkan Hasil Penelitian, 2011 Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, maka dapat diketahui bahwa persepsi wisatawan secara umum terhadap kondisi Museum Gunungapi Batur sangat baik, dimana dari 25 orang responden wisatawan sebagian besar penilaiannya pada posisi baik dan sangat baik, sebagian besar responden berpendapat bahwa keunggulan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur adalah adanya sentuhan teknologi dalam penyajian koleksinya sehingga lebih atraktif dan informatif, serta tampilan dan penyajiannya sangat terkonsep membuatnya mampu membangun ikatan emosional dengan pengunjung. Hanya terdapat
2 responden (0,8%)
menyatakan penilaian tidak baik terhadap pelayanan petugas khususnya mengenai
50 kemampuan komunikasi bahasa asing para pemandu wisatawan, dan 2 orang responden (0,8%) yang menyatakan tidak baik terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan, hal ini disebabkan karena di areal parkir masih terlihat kurang bersih dan kurang rapih dengan keberadaan warung-warung tenda pedagang kaki lima, kondisi ini disebabkan karena pada pagi harinya areal parkir museum dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai lahan pasar tradisional. Hal lain yang perlu segera mendapat perhatian dari pihak pengelola museum dan Pemkab Bangli adalah adanya keluhan wisatawan terkait keramahan masyarakat lokal khususnya para pedagang acung yang terkadang sangat mengganggu kenyamanan wisatawan. Dari 25 responden, sebanyak 3 orang (12%) menyatakan keluhan terhadap keramahan masyarakat lokal, seperti yang dikemukakan oleh Mr. Jhon Simone, salah seorang wisatawan asal Inggris yang merasa terganggu dengan keberadaan para pedagang acung yang terkesan memaksa para wisatawan untuk membeli barang dagangannya; “I felt uncomfortable with the souvenirs merchants which sometimes forced me to buy his wares……” (Wawancara tanggal 25 Juli 2011). Keadaan tersebut harus segera ditangani oleh pihak-pihak terkait untuk memelihara citra positif pariwisata Bali di mata masyarakat internasional. Diperlukan adanya kegiatankegiatan penyuluhan kepada masyarakat lokal khususnya para pedagang acung tentang pentingnya keramah-tamahan dan sikap pelayanan yang baik kepada para wisatawan.
4.2 Cara Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Pada Dewasa Ini Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini adalah langkah-langkah atau program kerja
51 yang telah dilaksanakan oleh pihak pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini dalam operasionalnya mewujudkan salah satu fungsi museum sebagai daya tarik wisata. Museum Gunungapi Batur merupakan museum yang dibangun oleh pemerintah, yaitu kerjasama antara Direktorat Jendral Geologi Sumber Daya Mineral RI dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Bangli. Dalam hal operasional pengelolaan, sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Bangli. Oleh karena itu, Bupati Bangli telah menerbitkan Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007 tertanggal 24 Mei 2007 tentang Pembentukan Organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, yang secara struktural bertanggung jawab langsung kepada Bupati Bangli sebagai Pembina. Dalam operasional pengelolaanya, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai program kerja sesuai dengan fungsi dan wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007. Adapun fungsi Badan Pengelola Museum Gungapi Batur adalah sebagai berikut. a. Penyiapan rencana dan program penelitian, pengembangan, konservasi, materi peraga, publikasi dan dokumentasi koleksi kegunungapian. b. Pelaksanaan pengelolaan dokumentasi, publikasi, dan materi peraga. c. Pelaksanaan pengelolaan konservasi. d. Pelaksanaan pengelolaan pengembangan dan penelitian kegunungapian. e. Pelaksanaan pengelolaan tinjauan lapangan. f. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan kerjasama serta pelayanan umum jasa permuseuman. g. Pelaksanaan ketatausahaan umum dan keuangan. h. Pelaksanaan pengawasan rencana dan program penelitian, pengembangan, konservasi, materi peraga, publikasi dan dokumentasi koleksi kegunungapian.
52 Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tersebut, Badan Pengelola Museum Gungapi Batur mempunyai wewenang : a. Penetapan kebijakan pengelolaan teknis dan non teknis. b. Penetapan kebijakan pelatihan personalia pelaksana operasional lapangan. c. Penetapan kebijakan pengaturan anggaran pendapatan dan pembiayaan pengelolaan museum. d. Penetapan kebijakan tata kerja organisasi. e. Penetapan kebijakan penentuan tarif parkir kendaraan dan tarif masuk gedung Museum. Demikian berbagai program kerja yang telah dirumuskan dan dilaksanakan oleh pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini sesuai dengan fungsi dan wewenangnya dalam operasional pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai tempat reservasi, konservasi, koleksi dan edukasi tentang kegunungapian, serta sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Bangli. Dalam hal pengorganisasian, Pemerintah Kabupaten Bangli telah menetapkan struktur organisasi Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pengelola yang ditunjuk langsung oleh Bupati Bangli selaku Pembina. Adapun struktur organisasi Badan Pengelola Museum Gungapi Batur dapat dilihat dalam Gambar 4.22 berikut.
53 Gambar 4.22 Struktur Organisasi Museum Gunungapi Batur Kabupaten Bangli
Pembina
Badan Pengawas
Kepala Badan Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Umum
Bidang Informasi
Keterangan :
Bidang Dokumentasi & Publikasi
Sub Bagian Keuangan
Bidang Penelitian & Pengembangan
= garis komando
Sumber : Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, 2010
Penjelasan Gambar 4.22 : Yang dimaksud dengan Pembina dalam Gambar 4.22 di atas adalah Bupati Bangli dan Badan Pengawas adalah orang yang ditugaskan memonitor dan mengawasi kegiatan pengelolaan museum dan bertanggungjawab kepada Pembina. Kepala Badan Pengelola merupakan pemimpin dan penanggung jawab pengelolaan museum, yang bertanggung jawab
54 langsung kepada Pembina. Bagian Tata Usaha merupakan pelaksana ketatausahaan, dipimpin oleh Kepala Bagian Tata Usaha yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan terdiri dari : Sub Bagian Umum dan Sub Bagian Keuangan.masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian. Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Gambar 4.22 di atas, merupakan pelaksana teknis museum yang terdiri dari : Bidang Informasi, Bidang Dokumentasi dan Publikasi, serta Bidang Penelitian dan Pengembangan. Masing-masing Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan. Jumlah pegawai yang bertugas di Museum Gunungapi Batur sebanyak 22 orang dengan perincian 8 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan 9 orang tenaga honorer (4 petugas kebersihan, 3 satpam, 2 petugas parkir). Sejumlah PNS dan PTT tersebut adalah pegawai kantor Bappeda dan Disbudpar Kabupaten Bangli yang ditugaskan untuk pengelolaan Museum Gunungapi Batur. Selain menjalankan fungsi dan wewenangnya sesuai tersebut di atas, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur juga telah menyusun dan melaksanakan berbagai program kerja untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, diantaranya yaitu sebagai berikut. 1. Mengadakan rapat rutin internal setiap akhir bulan untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan museum dan mensosialisasikan program-program kerja bulan berikutnya kepada seluruh karyawan. 2. Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar museum dengan melaksanakan kerja bakti rutin bersama seluruh karyawan Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur secara berkala. 3. Meningkatkan pengetahuan kepariwisataan karyawan dengan mengirim beberapa staf untuk mengikuti seminar-seminar dan workshop tentang kepariwisataan.
55 4. Menerbitkan buku panduan Volcano Talks Museum Gunungapi Batur sebagai buku panduan pengunjung museum dan media promosi kepada wisatawan. 5. Dalam usaha promosi, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan menerbitkan website promosi keberadaan Museum Gunungapi Batur pada situs www.baturmuseum.info.
4.3 Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya Meningkatkan Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur dalam penelitian ini adalah berbagai kekuatan dan peluang (strengths & opportunities) yang dimiliki dalam pengelolaan daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, sedangkan faktor penghambat upaya pengelolaan dalam penelitian ini adalah berbagai kelemahan dan ancaman (weaknesses & threats) yang dihadapi dalam pengelolaan daya tarik wisata Museum Gunungapi Batur. 4.3.1 Faktor Pendorong Upaya Meningkatkan Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan para responden, kekuatan (strengths) yang menjadi pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata meliputi : 1. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, sehingga tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali. 2. Museum Gunungapi Batur menyimpan dan memamerkan benda-benda bernilai sejarah tinggi berupa material letusan gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan rekreasi.
56 3. Adanya penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi Museum Gunungapi Batur sehingga sangat atraktif dan informatif. 4. Letaknya sangat strategis, berada di sekitar Penelokan Kintamani yang sudah terkenal dan pengunjung dapat melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas Gunungapi Batur. 5. Bangunan dan fasilitas Museum Gunungapi Batur sangat lengkap dan bertaraf internasional. Sedangkan peluang (opportunities) yang menjadi faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur, meliputi : 1. Adanya kecenderungan pariwisata global ke arah pariwisata alternatif, salah satunya wisata museum yang berbasis edukatif dan rekreasi. 2. Adanya dukungan pemerintah pusat (Kementerian Pariwisata dan Budaya RI) untuk menumbuhkan gerakan cinta museum melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu sebagai tahun kunjungan museum. 3. Telah dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization (DMO) Kintamani pada bulan April 2011 untuk mewujudkan kawasan kaldera Gunungapi Batur sebagai kawasan Geo Park. 4. Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat. 5. Adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses internet yang memudahkan wisatawan untuk mengakses informasi tentang keberadaan sebuah destinasi dan daya tarik wisata. 4.3.2 Faktor Penghambat Upaya Meningkatkan Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
57 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap para responden, maka dapat dirumuskan berbagai kelemahan (weaknesses) yang menjadi faktor penghambat upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata adalah : 1. Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan. 2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan formal pariwisata. 3. Kurangnya promosi mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, khususnya promosi ke pihak pengelola usaha pariwisata (travel agent, hotel, restaurant) dan pihak lembaga pendidikan (sekolah-sekolah). 4. Belum rampungnya pembangunan semua unit gedung Museum Gunungapi Batur sehingga terdapat fasilitas penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop belum terwujud. 5. Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu fullday tour. Terkait ancaman (threats) yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, meliputi : 1. Keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan wisatawan. 2. Pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum. 3. Rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum.
58 4. Maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & restoran) di kawasan Penelokan yang sangat mengganggu pemandangan/view ke arah kaldera Gunungapi Batur dan mengancam kelestarian kawasan konservasi. 5. Banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih atraktif dan inovatif di Bali yang juga menjanjikan insentif lebih besar untuk para tour guides.
4.4 Strategi Untuk Meningkatkan Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Supaya Berfungsi Optimal Dalam merumuskan strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, diuraikan faktor-faktor internal dan eksternal yang kemudian masing-masing diturunkan dalam bentuk matriks. Lingkungan internal dalam matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan lingkungan eksternal dalam matriks EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary). Matriks IFAS dan EFAS digabungkan akan menghasilkan strategi umum (grand strategy) yang kemudian dipadukan dalam bentuk matriks SWOT (Rangkuti, 2002). Matriks
SWOT
menghasilkan
empat
sel
kemungkinan
alternatif
strategis
pengembangan sesuai dengan potensi serta lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Dari setiap strategi dapat dijabarkan atau diturunkan berbagai macam program pengelolaan yang mendukung upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata.
59 4.4.1 Analisis Lingkungan Internal Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Lingkungan internal Museum Gunungapi Batur meliputi berbagai faktor kekuatan (strengths) dan faktor-faktor kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Rangkaian analisis lingkungan internal terlebih dahulu dilakukan pembobotan terhadap indikator-indikator variabel internal oleh para responden. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden, ternyata bobot yang diberikan oleh masing-masing responden terhadap tiap-tiap indikator lingkungan internal berbeda-beda. Untuk mendapatkan bobot yang sama pada masing-masing indikator, maka dicari rata-rata (mean) masing-masing bobot yang diberikan oleh responden. Adapun pembobotan dan pemeringkatan dari masingmasing faktor lingkungan internal yang berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
Faktor-faktor Strategi Internal (1)
Bobot (2)
Rating Skor* (3) (4)
1. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, sehingga tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali.
0,115
3,933
0,452
2. Museum Gunungapi Batur menyimpan dan memamerkan benda-benda bernilai sejarah tinggi berupa material letusan gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan rekreasi.
0,12
3,933
0,471
3. Penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi museum sehingga sangat atraktif dan informatif.
0,073
3,266
0,238
Kekuatan :
60 4. Letaknya sangat strategis, berada di sekitar Penelokan 0,145 Kintamani yang sudah terkenal dan pengunjung dapat melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas Gunungapi Batur.
3,733
0,541
5. Bangunan dan fasilitas museum yang lengkap dan bertaraf internasional.
0,047
3,2
0,150
1. Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan.
0,122
1,533
0,187
2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan formal pariwisata.
0,137
1,333
0,182
3. Kurangnya promosi mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, khususnya promosi ke pihak pengelola usaha pariwisata (travel agent, hotel, restaurant) dan pihak lembaga pendidikan (sekolah-sekolah).
0,153
1,066
0,163
4. Belum rampungnya pembangunan semua unit gedung Museum Gunungapi Batur sehingga terdapat fasilitas penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop belum terwujud.
0,032
2,133
0,068
5. Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu fullday tour.
0,056
2,2
0,123
Kelemahan :
Total
1,00
-
2,575
Sumber : Hasil analisis data pada Lampiran 6 dan 7 Keterangan : * Hasil Perkalian antara Bobot dengan Rating.
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, menunjukan bahwa skor tertinggi kekuatan lingkungan internal Museum Gunungapi Batur dengan nilai 0,541 adalah letaknya yang sangat strategis, yaitu berada di sekitar kawasan Penelokan Kintamani yang sudah terkenal luas oleh wisatawan domestik maupun mancanegara sebagai highlight tujuan wisata di pulau Bali.
61 Lokasi museum yang berada di dataran tinggi Penelokan juga sangat memungkinkan pengunjung dapat melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas Gunungapi Batur sebagai salah satu gunungapi teraktif di dunia, dan menikmati keindahan panorama kaldera Gunung dan Danau Batur. Skor tertinggi kedua yaitu dengan nilai 0,471 adalah Museum Gunungapi Batur menyimpan dan memamerkan benda-benda bernilai sejarah tinggi berupa material letusan gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan rekreasi. Meskipun Museum Gunungapi Batur memiliki dan menampilkan koleksi alam berupa material hasil erupsi gunungapi, namun Museum Gunungapi Batur digolongkan sebagai daya tarik wisata budaya sebab sejatinya yang “dijual” kepada pengunjung adalah nilai sejarah dan pengetahuan terhadap kegunungapian. Dengan berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, wisatawan dapat menyaksikan melalui audio visual mengenai sejarah letusan Gunungapi Batur dan dampak letusan Gunungapi Batur zaman dulu. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, sehingga tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali menempati urutan tertinggi ketiga dengan skor 0,452. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi yang pertama dibangun di Indonesia, dan satu-satunya di Bali. Hal ini merupakan kekuatan yang sangat penting dalam mempromosikan dan memasarkannya kepada wisatawan, khususnya kepada wisatawan minat khusus (alternative tourist). Wisatawan yang tertarik dengan pengetahuan tentang kegunungapian sambil berekreasi tentunya akan memilih Museum Gunungapi Batur sebagai objek tujuan wisata. Urutan keempat adalah variabel penggunaan teknologi modern dalam lay out koleksi museum sehingga sangat atraktif dan informatif, dengan skor 0,238. Adanya sentuhan teknologi modern dalam penyajian koleksi museum ditunjukan dengan tersedianya komputer
62 animasi letusan gunungapi, diorama Gunungapi Batur yang dilengkapi dengan tombol otomatis bagi pengunjung untuk dapat melihat langsung bentuk letusan sesuai dengan tahun yang diinginkan, tayangan audio visual sejarah letusan Gunungapi Batur, serta berbagai peralatan canggih lainnya sehingga sangat atraktif dan informatif bagi pengunjung. Posisi terendah dengan skor 0,150 ditempati oleh variabel bangunan dan fasilitas museum yang lengkap dan bertaraf internasional. Pengunjung akan terkagum dengan aksitektur bangunan khas tradisional Bali yang dipadukan dengan gaya modern serta didukung oleh fasilitas yang bertaraf internasional, seperti ruang rapat/converence room yang dilengkapi dengan microfon, LCD dan sound system yang lengakap, ruang bioskop yang berstandar internasional dengan kapasitas 160 tempat duduk, ruang pengamatan aktifitas Gunungapi Batur yang dilengkapi dengan teropong pengamatan yang sangat canggih, serta fasilitas toilet yang berstandar internasional. Pembobotan dan pemeringkatan faktor-faktor strategi internal khususnya faktor kelemahan memperoleh bobot yang berbeda-beda. Faktor kelemahan yang menempati urutan pertama dengan skor 0,187 adalah Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan. Sesuai dengan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Tahun 2011, Museum Gunungapi Batur tergolong daya tarik wisata yang sedang dikembangkan, Museum Gunungapi Batur baru diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2007, sehingga keberadaannya belum banyak dikenal oleh wisatawan luas. Peringkat kedua ditempati oleh variabel pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan formal pariwisata dengan skor 0,182. Berdasarkan data Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur Tahun 2011, jumlah pegawai yang bertugas di Museum Gunungapi Batur sebanyak 22 orang dengan perincian 8 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan 9
63 orang tenaga honorer (4 petugas kebersihan, 3 satpam, 2 petugas parkir). Dari jumlah tersebut, hanya 4 orang pegawai yang memiliki kualifikasi pendidikan formal pariwisata (1 orang berpendidikan Diploma 4 Pariwisata, 1 orang berpendidikan Diploma 1 Pramuwisata, dan 2 orang berpendidikan SMK Pariwisata), sedangkan selebihnya memiliki kualifikasi pendidikan formal non-pariwisata. Kondisi ini secara formal tentunya merupakan faktor kelemahan yang dimiliki pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur yang harus segera mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli kedepannya. Urutan ketiga pembobotan kelemahan Museum Gunungapi Batur yang dilakukan oleh para responden dengan skor 0,163 ditempati oleh kurangnya promosi mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, khususnya promosi ke pihak pengelola usaha pariwisata (travel agent, hotel, restaurant) dan pihak lembaga pendidikan (sekolahsekolah). Menurut informasi dari Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur dan Kepala Bidang Pemasaran Wisata Disbudpar Kabupaten Bangli, bahwa promosi mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur selama ini hanya dilakukan melalui website (www.baturmuseum.info), sedangkan usaha promosi melalui kerjasama dengan pihak Biro Perjalanan Wisata, hotel dan restoran belum pernah dilaksanakan, apalagi usaha promosi ke sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lain untuk menjaring wisatawan domestik. Hal ini menurut pihak pengelola dikarenakan karena anggaran promosi yang dialokasikan oleh Pemda Bangli melalui Disbudpar Kabupaten Bangli sangat minim dan tidak adanya alokasi dana promosi khusus untuk Museum Gunungapi Batur, dana promosi yang dialokasikan masih merupakan satu kesatuan dengan atraksi atau daya tarik wisata lain yang terdapat di Kabupaten Bangli. Kurangnya promosi dan kerjasama dengan pihak Biro Perjalanan Wisata juga diakui oleh I Made Sanjaya (Operation Manager PT. Devata Tour Bali). Made Sanjaya menyatakan sebagai berikut.
64 “Pada umumnya daya tarik wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah di Bali belum pernah melakukan promosi secara khusus kepada pihak Biro Perjalanan Wisata, pihak Pemda hanya terkesan menunggu bola, tidak pernah melakukan upaya penjemputan bola seperti yang gencar dilakukan oleh pihak-pihak swasta, hal ini mungkin karena terkendala anggaran dan rumitnya birokrasi” (Wawancara 6 Juni 2011). Jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu fullday tour menempati urutan keempat dengan skor 0,123. Berdasarkan penuturan dari para wisatawan yang berkunjung ke museum Gunungapi Batur, menyatakan bahwa salah satu faktor yang mengurangi minat mereka untuk berkunjung adalah karena jarak tempuh menuju lokasi museum yang agak jauh dari kawasan wisata di Bali dimana banyak wisatawan menginap sehingga untuk melakukan perjalanan menuju lokasi museum membutuhkan waktu fullday tour. Alasan ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan wisatawan memilih lokasi lain yang cukup ditempuh dalam waktu halfday tour. Apalagi sampai saat ini beberapa Biro Perjalanan Wisata terkenal di Bali belum memasukan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu objek wisata dalam paket fullday tour yang ditawarkan. Hal ini sesuai juga diakui oleh Jro Lanang Rai sebagai salah satu tokoh masyarakat Batur yang berprofesi sebagai freeland tour guide Vayatour Bali, dengan pernyataannya sebagai berikut. “Kami selaku tour guide terkadang enggan untuk menawarkan paket fullday tour yang jaraknya jauh dengan lokasi hotel tempat wisatawan menginap, karena membutuhkan waktu yang agak lama, terkadang tamu merasa kelelahan berkendara, apalagi tempat yang dituju kurang menjanjikan pendapatan (uang komisi) tambahan untuk kami, lebih baik menawarkan tempat-tempat wisata yang lebih dekat seperti Ubud, Uluwatu, dan Tanah Lot, karena disamping operational cost-nya lebih kecil, atraksi wisatanya lebih menarik” (Wawancara tanggal 8 Juni 2011). Urutan terendah dengan skor 0,068 ditempati oleh variabel belum rampungnya pembangunan semua unit gedung Museum Gunungapi Batur sehingga terdapat fasilitas penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop belum terwujud. Keadaan ini merupakan salah satu kelemahan yang dimiliki oleh Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata internasional, dimana kelengkapan fasilitas yang tersedia merupakan faktor
65 penting dalam meningkatkan kepuasan dan kenyamanan bagi wisatawan sehingga mereka tertarik untuk berkunjung kembali dan menginformasikannya kepada teman/kolega mereka. Namun kelemahan ini hanya bersifat sementara, karena secara bertahap pembangunan semua fasilitas penunjang sesuai dengan site plan akan segera diwujudkan oleh Pemda Kabupaten Bangli bersama pihak terkait. Berdasarkan analisis lingkungan internal di atas, posisi lingkungan internal Museum Gunungapi Batur berada pada posisi sedang dengan nilai 2,575. Posisi ini berarti Museum Gunungapi Batur harus mengantisipasi faktor-faktor kelemahan (weaknesses) untuk dijadikan kekuatan dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Bangli. 4.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Lingkungan eksternal Museum Gunungapi Batur meliputi berbagai faktor peluang (opportunities) dan faktor-faktor ancaman (threats) yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Tahapan analisis lingkungan eksternal, dilakukan dengan pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktor-faktor eksternal oleh para responden. Berdasarkan kuisioner yang diberikan kepada responden, ternyata bobot yang diberikan masing-masing responden terhadap tiap-tiap faktor lingkungan eksternal berbeda-beda. Untuk mendapatkan bobot yang sama pada masing-masing faktor, maka dicari rata-rata (mean) masing-masing bobot yang diberikan oleh para responden. Adapun pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktorfaktor eksternal tersebut tampak pada Tabel 4.3 berikut.
66 Tabel 4.3 Matriks EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Faktor-faktor Strategi Eksternal (1)
Bobot (2)
Rating Skor* (3) (4)
1. Adanya kecenderungan pariwisata global ke arah pariwisata alternatif, salah satunya wisata museum yang berbasis edukatif dan rekreasi.
0,117
3,667
0,429
2. Adanya dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Budaya untuk menumbuhkan gerakan cinta museum melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu sebagai tahun kunjungan museum.
0,102
3,4
0,346
3. Telah dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization (DMO) Kintamani oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI pada bulan April 2011.
0,119
3,6
0,428
4. Citra pariwisata Bali yang terus membaik menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat.
0,13
3,866
0,502
5. Adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses 0,033 internet yang memudahkan calon wisatawan untuk mengakses informasi tentang keberadaan sebuah destinasi dan daya tarik wisata.
2,53
0,083
0,14
1,066
0,149
2. Pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional 0,128 di pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum.
1,133
0,145
2,0
0,136
Peluang :
dan
Ancaman : 1. Keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan wisatawan.
3. Rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum.
0,068
4. Maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & 0,125 restoran) di kawasan Penelokan yang sangat mengganggu pemandangan (view) ke arah kaldera Gunungapi Batur dan mengancam kelestarian kawasan konservasi.
1,2
0,15
67
5. Banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih 0,038 atraktif dan inovatif di Bali. Total
1,00
2,33
0,088
-
2,455
Sumber : Hasil analisis data pada Lampiran 8 dan 9 Keterangan : * Hasil Perkalian antara Bobot dengan Rating.
Dari Tabel 4.3 tampak bahwa faktor-faktor strategi eksternal yang terdiri dari faktorfaktor peluang dan ancaman memperoleh bobot dan rating yang berbeda-beda. Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat merupakan faktor peluang yang menempati urutan tertinggi dengan skor 0,502. Kondisi ini ditandai dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dalam beberapa tahun belakangan ini. Membaiknya citra pariwisata Bali, disebabkan karena mulai kondusifnya situasi keamanan pasca tragedi bom Bali, disamping juga karena Bali memiliki keunikan budaya dan keindahan alam yang dikemas sedemikian rupa sehingga wisatawan dapat memilih alternatif wisata yang diinginkan. Memasuki abad 21 perkembangan industri pariwisata global terus mengalami kemajuan, namun berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata konvensional selama ini melahirkan terobosan-terobosan baru untuk mengembangkan industri pariwisata alternatif yang lebih ramah lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya, salah satunya adalah wisata museum yang berbasis edukatif dan rekreasi. Kondisi ini tentunya merupakan suatu peluang yang sangat menguntungkan dalam pengembangan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Bangli. Berdasarkan penilaian responden, peluang tersebut menduduki peringkat tertinggi kedua dengan skor 0,429. Seiring dengan kemajuan industria pariwisata Bali, Kintamani sebagai salah satu primadona daerah tujuan wisata Bali mulai diperhatikan dan ditata oleh pemerintah. Salah
68 satu langkah konkret pemerintah daerah bekerjasama dengan pemerintah pusat
adalah
dengan telah dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization (DMO) Kintamani oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI pada bulan April 2011. Pembentukan DMO Kintamani ini diwali dengan penyususnan rencana pengembangan (master plan) kawasan kintamani khususnya kawasan kaldera Gunungapi Batur sebagai kawasan Geopark yang bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan konservasi alam, pemberdayaan masyarakat lokal, dan pengembangan pariwisata. Adanya usaha pembentukan DMO Kintamani tentunya sangat berpengaruh terhadap pengembangan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu daya tarik wisata yang terdapat di kawasan kaldera Gunungapi Batur. Penilaian responden terhadap faktor peluang tersebut menduduki peringkat ketiga dengan skor 0,428. Salah satu faktor peluang yang juga sangat menguntungkan pengembangan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata adalah adanya dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Budaya untuk menumbuhkan gerakan cinta museum melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu sebagai tahun kunjungan museum (visit museum year). Menurut Jro Wacik, 2010 (dalam sambutan pencanangan Tahun Kunjungan Museum) menyatakan bahwa Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima tahun (2010-2014). Salah satu kegiatan dalam Program GNCM tersebut adalah kegiatan revitalisasi museum yang bertujuan untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdayaguna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan adanya program GNCM tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penilaian para responden, mereka berpendapat bahwa adanya gerakan cinta museum setidaknya telah mulai memperkenalkan pentingnya fungsi museum kepada masyarakat luas,
69 khususnya para pelajar dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap sumberdaya alam dan budaya. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke museum, khususnya wisatawan domestik. Faktor peluang ini menduduki peringkat keempat penilaian responden dengan skor 0,346. Faktor kemajuan teknologi informasi seperti akses internet menempati urutan kelima dalam pembobotan yang dilakukan responden dengan skor 0,083. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi dibidang informasi seperti internet bukan merupakan barang mahal lagi menyebabkan fasilitas ini banyak dimanfaatkan untuk melakukan promosi baik melalui website, blog, maupun iklan di internet. Selain lebih murah dan mudah, juga dapat diakses oleh jutaan orang di seluruh dunia, apalagi dewasa ini hampir setiap orang yang akan berwisata mencari informasi terlebih dahulu mengenai destinasi wisata yang dipilih melalui internet. Melihat peluang tersebut, pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah menerbitkan website promosi yang dapat diakses pada www.baturmuseum.info. Pembobotan faktor-faktor eksternal khususnya ancaman Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata memperoleh bobot yang berbeda-beda. Peringkat pertama ditempati oleh keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan wisatawan dengan skor 0,149. Kondisi ini sesuai dengan hasil tabulasi persepsi wisatawan terhadap keberadaan Museum Gunungapi Batur. Dari 25 responden (wisatawan), sebanyak 3 orang (12%) menyatakan keluhan terhadap keramahan masyarakat lokal, khususnya para pedagang acung yang terkesan memaksa para wisatawan untuk membeli barang dagangannya. Peringkat kedua pembobotan faktor ancaman Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata adalah adanya pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum, dengan skor 0,145. Kondisi ini harus segera mendapatkan perhatian dari pihak pengelola,
70 pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat lokal dengan merelokasi pasar tradisional masyarakat ke tempat yang layak dan tidak mengganggu keindahan dan kebersihan areal objek wisata. Peringkat ketiga adalah rendahnya pemahaman dan minat masyarakat atau wisatawan untuk berkunjung ke museum dengan skor 0,136. Kondisi ini sangat beralasan, karena pada umumnya paradigma masyarakat dalam berwisata selalu lebih memilih tempat-tempat atau daya tarik wisata konvensional seperti menikmati keindahan panorama alam dan atraksi budaya seperti tari-tarian dan ritual upacara keagamaan seperti di Bali. Pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata kunjungan wisatawan ke museum yang jauh lebih rendah dari tingkat kunjungan ke objek atau daya tarik wisata lainnya (Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, 2011). Salah satu faktor penyebabnya karena selama ini museum hanya dipandang tak lebih dari sebuah art shop atau gallery yang pasif dan kurang menarik untuk dikunjungi, padahal dilihat dari perspektif edukasi museum memiliki nilai sejarah yang tinggi dalam peradaban kebudayaan dunia. Maraknya pembangunan hotel dan restoran di kawasan Penelokan yang sangat mengganggu pemandangan (view) ke arah kaldera Gunungapi Batur yang tentunya juga mengancam kelestarian kawasan konservasi, menempati urutan keempat dengan skor penilaian responden sebesar 0,15. Hal ini sangat berpengaruh karena view kawasan kaldera Gunungapi Batur merupakan keunggulan daya tarik Museum Gunungapi Batur dibandingkan dengan museum-museum lainnya di Bali, dimana selain menampilkan koleksi benda-benda hasil erupsi gunungapi dan proses pembentukannya, di bagian akhir kunjungan wisatawan akan disajikan dengan ruang pengamatan kondisi kaldera Gunungapi Batur melalui teropong pengamatan, disamping juga pengunjungakan dapat menikmati langsung keindahan panorama alam kawasan Gunungapi Batur sehingga ilmu pengetahuan (teori dengan
71 kenyataan di lapangan) dapat disaksikan secara bersamaan. Jika pembangunan fisik di sekitar kawasan kaldera Gunungapi Batur yang tak terkendali dan tanpa perencanaan tata ruang yang jelas maka dikhawatirkan akan menjadi ancaman yang serius terhadap kelestarian kawasan konservasi alam. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang wisatawan domestik (Bapak Soebondo asal Jakarta) yang ditemui di lokasi penelitian, sebagai berikut. “Museum Gunungapi Batur sungguh luar biasa, saya kagum dengan penyajiannya, sangat atraktif. Fasilitasnya lengkap, namun sayang pengamatan terhadap keindahan panorama kaldera Gunungapi Batur harus terganggu oleh pemandangan kabel listrik yang sembrawut dan keberadaan bangunan-bangunan beton di atas tebing, kealamian kawasan kaldera Gunungapi Batur jadi rusak. Dimana peran pemerintah?” (Wawancara 25 Juli 2011). Pernyataan salah seorang wisatawan tersebut diatas menunjukan bahwa ancaman akan kelestarian kawasan konservasi kaldera Gunungapi Batur sudah dirasakan oleh wisatawan, khususnya mengenai alih fungsi lahan yang tidak terkontrol dan lemahnya tindakan pemerintah dalam mengantisipasi hal tersebut. Peringkat kelima faktor ancaman eksternal dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata adalah banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih atraktif dan inovatif di Bali, menempati urutan ketiga oleh para responden dengan skor 0,088. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa wisatawan, mereka pada umumnya tertarik untuk mengetahui dan berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, namun karena banyaknya penawaran pilihan paket wisata (optional tour) yang lebih menarik oleh pihak penyedia jasa tour di Bali menyebabkan mereka kadang lebih memilih paket tur yang lebih inovatif dan tergolong baru dan berbeda dibandingkan dengan paket-paket tur konvensional, seperti : rafting, diving, horse riding, elephant safari, dan lain sebagainya yang memberikan pelayanan all inclusive (return hotel transfer, meal, semua ditanggung penyedia jasa). Disamping juga karena pihak penyedia jasa optional tour tersebut menjanjikan uang komisi (tour commission) lebih besar untuk para tour guide, dengan demikian para tour guide akan berupaya untuk meyakinkan wisatawan untuk memilih optional tour tersebut sebagai tempat kunjungan wisata. Dilihat dari sisi manajemen bisnis, hal ini merupakan ancaman yang dapat
72 dijadikan sebagai motivasi perusahaan (Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur) untuk memikirkan langkah-langkah terobosan untuk mengemas produk yang ditawarkan agar lebih atraktif dan inovatif serta mampu memberikan nilai lebih baik bagi wisatawan maupun para tour guide. 4.4.3 Strategi Umum (Grand Strategy) Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Supaya Berfungsi Optimal Berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata seperti yang telah diulas sebelumnya di atas, maka posisi lingkungan internal Museum Gunungapi Batur berada pada posisi yang sedang atau rata-rata (2,0 – 3,0) dengan nilai yang diperoleh 2,575 dan posisi lingkungan eksternalnya juga berada pada posisi yang sedang dengan nilai 2,455. Matriks IFAS dan EFAS digabungkan akan meghasilkan strategi umum (grand strategy) pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, yang akan diploting ke dalam matriks internaleksternal berupa diagram Sembilan sel, seperti pada Tabel 4.4 berikut.
73 Tabel 4.4 Matriks Internal-Eksternal Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata TOTAL NILAI IFE
Kuat 3,0 – 4,0
TOTAL NILAI EFE
4,0 1,0 Kuat 3,0 – 4,0 3,0 Sedang 2,455 2,0 – 2,99 2,0 Lemah 1,0 – 1,99 Sumber : Diadopsi dari Rangkuti, 2002 dan
3,0
Sedang 2,0 – 2,99 2,575
I. Growth Tumbuh dan bina (kosentrasi via integrasi vertikal)
II. Growth Tumbuh dan bina (kosentrasi via integrasi horizontal)
IV. Stability Tumbuh dan bina (berhenti sejenak)
V. Growth Kosentrasi melalui integrasi horizontal Stability:Pertahankan dan pelihara VIII. Growth Panen atau divestasi (diversifikasi konglomerasi)
VII. Growth Pertahankan dan pelihara (diversifikasi kosentrasi)
Lemah 1,0 – 1,99 2,0 III. Retrenchment Pertahankan dan pelihara (pertumbuhan berputar) VI. Retrenchment Panen atau divestasi (kawasan terikat atau jual) IX. Retrenchment Panen atau divestasi (likuidasi)
Hasil Analisis Data dari Tabel 4.2 dan 4.3 Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa Museum Gunungapi Batur berada pada sel 5 dalam matriks internal-eksternal. Hal ini berarti keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata berada pada posisi sedang atau rata-rata. Dari metode analisis lingkungan internal-eksternal seperti yang diutarakan oleh Rangkuti (2002), maka strategi yang harus diterapkan oleh objek yang berada pada sel 5 yaitu pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah). Objek beroperasi dengan daya tarik sedang dan hanya memiliki posisi kompetitif rata-rata. Strategi yang dilakukan, yaitu dengan melanjutkan kegiatannya saat ini dan hanya melakukan sedikit pembenahan-pembenahan (Rangkuti, 2002). Ini berarti tidak banyak perubahan strategi yang harus diterapkan oleh pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur, pihak pengelola hanya melanjutkan strategi yang telah dilakukan selama ini. Namun untuk kemajuan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata
74 diperlukan adanya pembenahan dalam manajemen (pengelolaan) khususnya peningkatan kualifikasi pendidikan SDM pariwisata serta perluasan pangsa pasar khususnya pasar domestik. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan yang ditemui di lokasi penelitian menyatakan bahwa sebagaian besar dari mereka tidak mengetahui keberadaan Museum Gunungapi Batur sebelumnya, mereka berkunjung ke museum karena kebetulan singgah (stop over) di Penelokan untuk menikmati panorama Gunung dan Danau Batur. Kondisi ini menunjukan bahwa program promosi harus terus ditingkatkan. Disini juga diperlukan adanya pengemasan paket wisata atau produk yang lebih atraktif sehingga menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Museum Gunungapi Batur, misalnya penataan pintu masuk dan entrance ticket menuju Penelokan dan Museum Gunungapi Batur sebaiknya dijadikan satu pintu dengan harga tiket yang mewakili kedua objek tersebut, sehingga secara tidak langsung wisatawan juga akan diarahkan untuk berkunjung ke Museum Gunungapi Batur. Strategi lain yang penting dilakukan adalah upaya promosi dan kerjasama dengan perusahaan jasa pariwisata yang lain seperti Biro Perjalanan Wisata (BPW), hotel dan restoran. Kerjasama dengan BPW diperlukan agar setiap paket tour menuju Kintamani yang disusun oleh pihak BPW agar menyertakan Museum Gunungapi Batur sebagai bagian dari objek tour, apalagi paket Kintamani tour merupakan paket wisata unggulan (hightlight tour) bagi setiap BPW di Bali. Hal ini tentunya akan sangat menarik bagi wisatawan, sebelum mereka disuguhkan pemandangan nyata kaldera Gunungapi Batur, terlebih dahulu mereka disuguhkan dengan pengetahuan dan sejarah tentang kegunungapian di Museum Gunungapi Batur. Strategi ini harus dibarengi dengan pembangunan fasilitas pendukung berupa souvenir shop dan food court yang dapat memberikan peluang kepada para tour guide untuk mendapatkan insentif dari setiap produk souvenir maupun makanan yang dibeli oleh
75 wisatawan, dengan demikian diharapkan pihak BPW dan tour guide akan berantusias untuk menawarkan paket tour ke Museum Gunungapi Batur. Informasi tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur juga perlu disebarluaskan melalui brosur-brosur yang didistribusikan kepada pihak hotel tempat wisatawan menginap serta restoran-restoran di seluruh Bali. Pihak pengelola juga perlu melakukan strategi pengembangan pangsa pasar khusunya pasar domestik dengan melakukan promosi dan kerjasama dengan lembaga pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi) di seluruh Indonesia dan Bali pada khususnya, agar dalam penyelenggaraan wisata liburan sekolah maupun kuliah kerja lapangan menyertakan Museum Gunungapi Batur sebagai salah satu tujuan wisata, sebab selain berfungsi sebagai tempat rekreasi, Museum Gunungapi Batur juga berfungsi sebagai media edukasi khususnya terkait ilmu geografi, geologi, vulkanologi dan pariwisata. 4.4.4 Strategi Alternatif (Alternative Strategy) Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata Supaya Berfungsi Optimal Berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal Museum Gunungapi Batur, maka dilakukan analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang merupakan strategi alternatif pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis pengelolaan sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki Museum Gunungapi Batur. Dari setiap strategi dapat dijabarkan atau diturunkan berbagai macam program pengelolaan yang mendukung pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Adapun matriks analisis SWOT pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata tampak pada Tabel 4.5 berikut.
76 Tabel 4.5 Matriks Analisis SWOT Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata
IFAS
KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
1. Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, sehingga tidak ada kompetitor dalam usaha sejenis di Bali. 2. Museum Gunungapi Batur menyimpan dan memamerkan benda-benda bernilai sejarah tinggi berupa material letusan gunungapi sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan rekreasi. 3. Adanya penggunaan teknologi modern lay out koleksi museum sehingga sangat atraktif dan informatif. 4. Letaknya sangat strategis, berada di sekitar Penelokan Kintamani yang sudah terkenal dan pengunjung dapat melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas Gunungapi Batur. 5. Bangunan dan fasilitas museum yang lengkap dan bertaraf internasional.
1. Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan. 2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan formal pariwisata. 3. Kurangnya promosi mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. 4. Belum rampungnya pembangunan semua unit gedung Museum Gunungapi Batur sehingga terdapat fasilitas penunjang seperti fasilitas food court dan souvenir shop belum terwujud. 5. Jarak tempuh dari kawasan pariwisata (Sanur, Kuta, Nusadua) menuju lokasi museum membutuhkan waktu fullday tour.
EFAS
PELUANG (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
1. Adanya kecenderungan pariwisata global ke arah pariwisata alternatif, salah satunya wisata museum yang berbasis edukatif dan rekreasi. 2. Adanya dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Budaya untuk menumbuhkan gerakan cinta museum melalui penetapkan tahun 2010 yang lalu sebagai tahun kunjungan museum. 3. Telah dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization (DMO) Kintamani pada bulan April 2011 untuk mewujudkan kawasan kaldera Gunungapi
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi pengembangan produk wisata.
Strategi pengembangan prasarana dan sarana pokok maupun penunjang pariwisata.
Strategi penetrasi wisata dan promosi.
pasar
77 Batur sebagai kawasan Geo Park. 4. Citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat. 5. Adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses internet yang memudahkan wisatawan untuk mengakses informasi wisata.
ANCAMAN (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
1. Keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan wisatawan. 2. Pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum. 3. Rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum. 4. Maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & restoran) di kawasan Penelokan yang sangat mengganggu view ke arah kaldera Gunungapi Batur dan mengancam kelestarian kawasan konservasi. 5. Banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih atraktif dan inovatif di Bali.
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Strategi peningkatan keamanan kawasan dan memperkuat potensi wisata yang menjadi ciri khas Museum Gunungapi Batur.
Strategi pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur.
Sumber : Hasil Analisis Data, 2011 Berdasarkan empat sel strategi pada Tabel 4.5 dapat dirumuskan beberapa program yang mendukung strategi pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, sebagai berikut. 1) Strategi SO (Strengths Opportunities) Strategi SO memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang dimilikinya. Strategi ini dilakukan
78 melalui strategi pengembangan produk wisata, dengan program antara lain sebagai berikut. 1. Meningkatkan penyajian koleksi museum agar lebih informatif dan terkonsep sehingga mampu membangun ikatan emosional dengan pengunjung. 2. Mengemas dan mensinergikan paket wisata dengan daya tarik wisata terdekat yang lebih terkenal (daya tarik wisata Penelokan). 2) Strategi ST (Strengths Threats) Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki Museum Gunungapi Batur untuk mengatasi ancaman yang dihadapinya. Strateginya adalah peningkatan keamanan dan memperkuat potensi yang menjadi ciri khas Museum Gunungapi Batur, dengan program diantaranya sebagai berikut. 1. Berperan aktif dalam upaya pelestarian kawasan konservasi kaldera Gunungapi Batur berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait. 2. Meningkatkan keamanan kawasan bekerjasama dengan pemerintah, kepolisisan dan masyarakat lokal. 3. Mengadakan penertiban dan penyuluhan terhadap para pedagang acung liar di sekitar kawasan Penelokan dan Museum Gunungapi Batur. 3) Strategi WO (Weaknesses Opportunities) Strategi WO diterapkan dengan cara meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strateginya adalah pengembangan sarana dan prasarana pokok maupun penunjang pariwisata di sekitar Museum Gunungapi Batur, dengan program sebagai berikut. 1. Perbaikan dan penataan prasarana jalan dan sarana transportasi wisata yang memadai dan mudah diakses menuju lokasi museum. 2. Pemeliharaan dan pengembangan fasilitas museum yang telah tersedia.
79 3. Merealisasikan fasilitas penunjang souvenir shop dan food court untuk kenyamanan pengunjung dan meningkatkan motivasi bagi para tour guide. Strategi penetrasi pasar wisata dan promosi Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, dengan program sebagai berikut. 1. Memperluas pangsa pasar, khususnya pasar domestik. 2. Melakukan promosi dan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata, hotel, restoran dan usaha jasa wisata lainnya. 3. Melakukan promosi ke sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tentang keberadaan Museum Gunungapi Batur. 4. Pengadaan event seperti seminar, konferensi, atau pameran di Museum Gunungapi Batur bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta. 4) Strategi WT (Weaknesses Threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi alternatifnya adalah pengembangan lembaga pengelola dan sumber daya manusia, dengan program antara lain sebagai berikut. 1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur melalui kursus-kursus dan pelatihan kepariwisataan bekerjasama dengan lembaga pendidikan pariwisata, maupun melalui pengusulan formasi tenaga teknis pariwisata atau mutasi pegawai di lingkungan Pemda Bangli. 2. Mengadakan kerjasama dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) untuk meningkatkan kualitas pelayanan para pemandu wisatawan di Museum Gunungapi Batur.
80 3. Menyelenggarakan sosialisasi bekerjasama dengan pihak terkait tentang manfaat pentingnya keberadaan museum, agar mampu meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum. 4. Merelokasi keberadaan keberadaan pasar tradisional masyarakat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan lembaga adat masyarakat sehingga aktivitas perekonomian masyarakat tetap berjalan namun tidak mengganggu keindahan dan kebersihan areal museum.
81 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 6. Cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini adalah program-program kerja yang telah dilaksanakan oleh pihak pengelola dalam upaya mewujudkan fungsi Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai program kerja sesuai dengan fungsi dan wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007. Dalam melaksanakan salah satu fungsi museum sebagai daya tarik wisata, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai program kerja pengelolaan, seperti : (1) mengadakan rapat rutin internal untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan, (2) menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar museum dengan melaksanakan kerja bakti rutin bersama seluruh karyawan Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur secara berkala, (3) meningkatkan pengetahuan kepariwisataan karyawan dengan mengirim beberapa staf untuk mengikuti seminarseminar dan workshop tentang kepariwisataan, (4) menerbitkan buku panduan Volcano Talks Museum Gunungapi Batur sebagai buku panduan pengunjung museum, serta (5) dalam usaha promosi, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan menerbitkan website promosi keberadaan Museum Gunungapi Batur pada situs www.baturmuseum.info. 7. Faktor pendorong upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur dalam penelitian ini adalah berbagai kekuatan dan peluang (strengths & opportunities) yang dimiliki dalam
82 pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Adapun kekuatan (strengths) yang dimiliki adalah sebagai berikut, (1) Museum Gunungapi Batur merupakan museum gunungapi pertama dan satu-satunya di Bali, (2) Museum Gunungapi Batur sebagai pusat pengembangan potensi wisata budaya yang berbasis edukatif dan rekreasi, (3) bangunan dan fasilitas museum yang bertaraf internasional, (4) letaknya sangat strategis, berada di sekitar objek wisata Penelokan Kintamani yang sudah terkenal, dan (5) keindahan panorama alam, suasana alam pegunungan yang sejuk dan berada di kawasan taman wisata alam. Sedangkan peluang (opportunities),
meliputi sebagai
berikut, (1) adanya kecenderungan pariwisata global ke arah pariwisata alternatif, (2) adanya dukungan pemerintah untuk menumbuhkan gerakan cinta museum, (3) telah dimulainya proses pembentukan Destination Management Organization (DMO) Kintamani, (4) citra pariwisata Bali yang terus membaik dan menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat, dan (5) adanya kemajuan teknologi informasi seperti akses internet. Faktor penghambat upaya pengelolaan dalam penelitian ini adalah berbagai kelemahan dan ancaman (weaknesses & threats) yang dihadapi dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Berbagai kelemahan (weaknesses) yang dimiliki adalah sebagai berikut, (1) Museum Gunungapi Batur merupakan daya tarik wisata yang baru dikembangkan sehingga belum banyak dikenal oleh wisatawan, (2) pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur masih kekurangan SDM yang memiliki pendidikan formal pariwisata, (3) kurangnya promosi mengenai keberadaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata, (4) belum rampungnya pembangunan semua unit gedung museum sehingga terdapat fasilitas penunjang yang belum terwujud, dan (5) jarak tempuh menuju lokasi Museum Gunungapi Batur dari kawasan wisata tempat wisatawan menginap (Sanur, Kuta, Nusadua) agak jauh sehingga membutuhkan waktu fullday tour. Terkait ancaman (threats) yang dihadapi, meliputi
83 sebagai berikut, (1) keberadaan para pedagang acung liar yang sering kali mengganggu kenyamanan wisatawan, (2) pemanfaatan areal parkir museum untuk pasar tradisional di pagi hari bagi masyarakat lokal sehingga mengganggu keindahan dan kebersihan lokasi museum (3) rendahnya pemahaman dan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum, (4) maraknya pembangunan usaha jasa pariwisata (hotel & restoran) di kawasan Penelokan yang sangat mengganggu pemandangan/view ke arah kaldera Gunungapi Batur dan mengancam kelestarian kawasan konservasi , dan (5) banyaknya penawaran paket optional tour yang lebih atraktif dan inovatif di Bali. 3. Strategi umum yang harus diimplementasikan untuk meningkatkan pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata supaya berfungsi optimal adalah strategi pertahankan dan pelihara atau strategi tidak berubah. Strategi yang dilakukan yaitu dengan melanjutkan program-program pengelolaan yang telah dijalankan selama ini dan hanya melakukan sedikit pembenahan-pembenahan. Strategi alternatif pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dapat dilaksanakan dengan berbagai program strategi, seperti : strategi pengembangan produk wisata, strategi peningkatan keamanan dan memperkuat potensi yang menjadi ciri khas Museum Gunungapi Batur, strategi pengembangan sarana dan prasarana pokok maupun sarana penunjang kepariwisataan di sekitar museum, strategi penetrasi pasar wisata dan promosi keberadaan Museum Gunungapi Batur, serta strategi pengembangan sumber daya manusia dan lembaga pengelola Museum Gunungapi Batur.
84 5.2 Saran Dari hasil pembahasan dan simpulan, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. 5.2.1 Saran untuk pemerintah 1. Pemerintah terkait (Kementerian ESDM, Kementerian Pariwisata, Pemerintah Propinsi Bali, dan Pemerintah Kabupaten Bangli) hendaknya melakukan evaluasi terhadap pengelolaan Museum Gunungapi Batur selama ini khususnya mengenai biaya operasional dan perawatan museum yang hanya dibebankan kepada Pemerintah Kabupaten Bangli, karena Museum Gunungapi Batur dilengkapi dengan fasilitas peralatan dengan teknologi canggih yang tentunya membutuhkan biaya perawatan yang sangat besar. 2. Pemerintah Kabupaten Bangli hendaknya segera melakukan pendekatan dengan pihak masyarakat lokal guna mencari solusi untuk merelokasi keberadaan pasar pagi di areal parkir Museum Gunungapi Batur sehingga tidak mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar museum. 3. Pemerintah Kabupaten Bangli melalui Dinas terkait hendaknya merancang pos tiket masuk pengunjung (entrance tiket) menjadi satu kesatuan antara Museum Gunungapi Batur dengan daya tarik wisata Penelokan sehingga bisa menjadi satu kemasan daya tarik wisata yang saling melengkapi. 5.2.2 Saran untuk pengelola 1. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur harus meningkatkan upaya promosi dan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata, salah satunya dengan mengupayakan agar Museum Gunungapi Batur termasuk dalam paket tour (tour package) yang ditawarkan kepada wisatawan, serta dapat memberikan insentif yang menarik untuk para tour guide.
85 2. Pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur hendaknya melakukan pengembangan pangsa pasar dengan menarik pasar domestik melalui kerjasama dan promosi ke sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, karena museum merupakan tempat rekreasi yang berbasis edukatif. 3. Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia karyawannya melalui pendidikan dan pelatihan-kepariwisataan secara berkala, serta menyiapkan para pemandu wisatawan yang memiliki kemampuan bahasa asing lain, seperti bahasa Jepang, Belanda, Jerman, maupun Rusia, sebab peluang pangsa pasar Eropa dan Jepang sangat berpeluang. 5.2.3 Saran untuk masyarakat 1. Pihak masyarakat lokal hendaknya mendukung upaya pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata dengan turut serta menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitar museum, karena keberadaan Museum Gunungapi Batur sangat berpotensi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kintamani, sehingga secara langsung dapat berdampak terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat lokal. 2. Pihak masyarakat lokal melalui desa pakraman dan lembaga swadaya masyarakat lainnya hendaknya memperhatikan dan mengatur keberadaan pedagang acung di sekitar Museum Gunungapi Batur yang terkesan memaksa dan kurang ramah terhadap wisatawan.
5.2.4 Saran untuk penelitian lebih lanjut Oleh karena penelitian ini terbatas pada strategi pengelolaan, maka disarankan kepada penelitian berikutnya untuk lebih dalam mengkaji dari segi pemasaran dan pengembangan sumber daya manusia dalam pengelolaan Museum Gunungapi Batur
86 sehingga dapat memberikan kontribusi positif kepada pihak Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
87 DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000. Undang-Undang RI No. 25 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah. ----------, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jilid III). Jakarta: Balai Pustaka. ----------, 2009. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. ----------, 2010. Informasi Kepariwisataan Kabupaten Bangli 2010. Bangli : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli. ----------, 2010. Museum Gunungapi Batur (Batur Volcano Museum). Bangli : Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur. ----------, 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Desertasi. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana. ----------, 2011. Bali Tourism Map. Denpasar : Diparda Provinsi Bali. Aryawan, Agus Surya. 2009. “Keberadaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli” (Skripsi). Denpasar: Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Buda, I Nyoman. 2003. “Strategi Pengembangan Museum Bali Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Denpasar” (Tesis). Denpasar: Program Magister Manajemen Universitas Udayana. Budhita, I G N Gde. 2004. “Strategi Pengelolaan Museum Le Mayeur Sanur” (Tesis). Denpasar: Program Magister (S2) Kajian Pariwisata Universitas Udayana. Cooper, C. John Fletcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. 1993. Tourism : Principles and Practice. London : Pitman Publishing. Craib, Ian. 1986. Teori-Teori Sosial Modern dari Parsons sampai Habermas (Terjemahan). Jakarta: CV Rajawali. Drajat, Hari Untoro. 1999. Exploitative Management of The Achaeological Heritage Management in Indonesia. England: University of York. Faisal, Sanafiah. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. Geriya, Wayan. 1996. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional, Global. Denpasar: Upada Sastra.
88
Gunawan, M P. 2000. Perencanaan Pariwisata : Teori dan Praktek. Bandung: Pusat Penelitian Kepariwisataan Lembaga Penelitian ITB. Hunger, D Wheelen, 1996. Manajemen Strategis (Terjemahan). Yogyakarta: ANDI. Kodhyat, H. 1997. Hakekat dan Perkembangan Wisata Alternatif dalam Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. Bandung: ITB. Kusmayadi, E. S., 2000. Metodelogi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mardika, I Made. 2001. “Manajemen Sumber Daya Budaya (Studi Kasus di Museum ARMA)” (Tesis). Denpasar: Program Magister (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana. Marzuki. 1977. Metodelogi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII. Paturusi, Syamsul Alam. 2008. Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar: Udayana University Press. Pitana, I Gde. 1999. Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar: Bali Post. -----------------, Gayatri, IPG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: ANDI. -----------------, 2006. Kepariwisataan Bali dalam Wacana Otonomi Daerah. Jakarta: Puslitbang Kepariwisataan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Depbudpar. -----------------, 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI Pujaastawa, IBG, Wirawan, IGP dan Adhika, IM. 2005. Pariwisata Terpadu (Alternatif Pengembangan Pariwisata Bali Tengah). Denpasar: Universitas Udayana. Purnamasari, Ketut Dwi Ratih. 2001. ”Strategi Pengelolaan Objek Wisata Taman Budaya Provinsi Bali di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar“ (Tesis). Denpasar: Program Magister Manajemen Universitas Udayana. Rangkuti, Freddy.2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Riduwan, 2006. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Robinson, Richard B & Pearce, John A. 1997. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi dan Pengendalian (Terjemahan). Jakarta: Binarupa Aksara. Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Strategi. Jakarta: Bumi Aksara. Sumadi, Ketut. 2000. Kepariwisataan Indonesia Sebuah Pengantar. Denpasar: Sari Kahyangan.
89
Suwantoro, G. 2002. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI. Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Tjiptono,F. 1997. Strategi Pemasaran Jasa. Yogyakarta: ANDI. Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen Strategik Suatu Pengantar. Jakarta: Harvarindo. Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI. Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa -----------------. 2006. Pariwisata Budaya, Masalah dan Solusinya. Jakarta: PT Pradnya Paramita. -----------------. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Priwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
90 Lampiran 1
PETA ORIENTASI LOKASI PENELITIAN
LOKASI MUSEUM
Sumber : Bali Tourism Map, 2011
91 Lampiran 2 DAFTAR RESPONDEN DAFTAR RESPONDEN UNTUK PEMBERIAN BOBOT DAN RATING MENGENAI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL MUSEUM GUNUNGAPI BATUR A. Pejabat Pemerintah dan Pengelola No
Nama
Jabatan/Instansi
1
Desak Made Andariyani, S.Sos, M.Si
2
Ir. AA. Ngurah Warnama
3
IB. N Armaya, SE, M.Si
4
I Wayan Bona, SE
5
I Wayan Merta, S.Sos, MM
6
Ni Wayan Sarmiani, S.Sos
7
I Wayan Darsa, SE
Kepala Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Bangli Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bangli Kepala Bidang Bina Objek Disbudpar Kab. Bangli Kepala Bidang Pemasaran Wisata Disbudpar Kab. Bangli Kepala Seksi Analisa Pasar Disbudpar Kab. Bangli Kepala Seksi Pengembangan ODTW Disbudpar Kab. Bangli
B. Tokoh Masyarakat Lokal dan Praktisi No
Nama
Jabatan/Instansi
Alamat
8
I Wayan Winurjaya, SE
General Manager Lakeview Hotel & Restaurant, Kintamani
Desa Batur Tengah Kintamani, Bangli
9
I Made Sanjaya
Operation Manager Devata Tour Desa Batur Tengah Bali Kintamani, Bangli
10
Jro Lanang Rai
Freeland Tour Giude Vayatour Bali
Desa Batur Tengah Kintamani, Bangli
C. Akademisi Pariwisata No
Nama
Jabatan/Instansi
11
I Made Sukana, SST. Par, M.Par, MBA
12
I Nyoman Ariana, SST. Par, M. Par
Dosen Fak. Pariwisata UNUD Dosen Fak. Pariwisata
Alamat Desa Songan, Kintamani Desa Songan,
92
13
I Wayan Sonder, SST. Par, M. Par
14
I Putu Agus Prayogi, SST. Par, M. Par
15
I Ketut Arta Widana, SS
UNUD Dosen Akpar Kupang Dosen Akpar Triatma Jaya Dalung Dosen PS. D3 Pramuwisata Budaya IHDN Denpasar
Kintamani Desa Bayung Gede, Kintamani Br. Sidembunut, Bangli Br. Tanggahan Peken, Susut, Bangli
93 DAFTAR RESPONDEN WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE MUSEUM GUNUNGAPI BATUR A. Daftar Responden Wisatawan Domestik No.
Nama
1
Agus Surya Aryawan
Umur Pekerjaan (Tahun) 22 Mahasiswa
Alamat
2
Gusti Kopang Suyasa
20
Mahasiswa
Jl. Soka Denpasar
3
Putu Mirawati Dewi
17
Siswi SMA
Bangli
4
Wayan Agus Wiguna
17
Siswa SMA
Bangli
5
Ni Putu Rahayu
29
Dosen
Denpasar
6
I Made Budiarta
40
Wiraswasta
Kuta Badung
7
Novi Endah Lestari
35
Swasta
Surabaya
8
M. Yunus
44
Swasta
Surabaya
9
Bpk. Soebondo
65
Pensiunan PNS
Jakarta
10
Ibu Lilik Rahmawati
60
-
Jakarta
11
Laksmi Dewi
23
Mahasiswi
Denpasar
12
AA Ratnaningsih
24
Mahasiswi
Denpasar
13
Donny Indra
31
Fotografer
Bandung
14
Patrisia Putri
29
Swasta
Bandung
15
Made Antara
45
Guru
Gianyar
Batubulan Gianyar
B. Daftar Responden Wisatawan Mancanegara No.
Nama
Umur (Tahun)
Pekerjaan
Negara Asal
94 1
Jhon Simone
35
Photographer
British
2
Wyne Christine
31
Entertainer
British
3
Marthe Casnberg
50
Teacher
Holland
4
Vinni Casnberg
52
Housewife
Holland
5
G. Schepers
65
Lecture
Germany
6
Jenny Schepers
60
-
Germany
7
Kate Medolton
20
Student
Australia
8
Andrew Thompson
21
Student
Australia
9
Jack Daniel
46
Bussinessman
USA
10
Nakata Hirossi
29
Nurse
Japan
95 Lampiran 3 KUISIONER UNTUK WISATAWAN DOMESTIK
PENGELOLAAN MUSEUM GUNUNGAPI BATUR SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN BANGLI Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, “Om Swastyastu” Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Karyasiswa Pascasarjana (S2) Program Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana, bersama ini saya sampaikan bahwa dalam pengumpulan data untuk penyususnan tesis saya yang berjudul “Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli”, saya memerlukan bantuan Bapak/Ibu/Saudara dalam memberikan jawaban atau pendapat terhadap pertanyaan kuisioner (terlampir) mengenai kondisi Museum Gunungapi Batur. Besar harapan saya agar Bapak/Ibu/Saudara dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini. Demikian saya sampaikan, atas partisipasi dan dukungan Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terimakasih. “Om Shanti, Shanti, Shanti, Om”.
Bangli, April 2011 Peneliti I Wayan Wiwin
96 IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Pekerjaan/Jabatan
:
Umur :
Instansi
:
Alamat :
Tanggal Pengisian
:
Mohon diisi kuisioner di bawah ini : 1. Bagaiamana pendapat anda mengenai arsitektur bangunan Museum Gunungapi Batur? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 2. Bagaimana pendapat anda tentang koleksi Museum Gunungapi Batur? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 3. Bagaimana pendapat saudara tentang tata letak pemajangan koleksi (lay out) Museum Gunungapi Batur? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 4. Bagaimana pendapat anda mengenai fasilitas pendukung yang tersedia di Museum Gunungapi Batur? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 5. Bagaimana pendapat anda tentang informasi tentang kegunungapian yang disajikan? Sangat Baik Baik Tidak Baik
97 Sangat Tidak Baik 6. Bagaimana persepsi anda terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh para petugas kepada pengunjung museum? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 7. Bagaimana pendapat anda tentang infrastruktur transportasi dan jalan menuju lokasi museum? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 8. Bagaimana pandangan anda mengenai kebersihan dan keindahan di areal museum Gunungapi Batur? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 9. Bagaimana pandangan anda mengenai panorama alam sekitar museum? Sangat Indah Indah Tidak Indah Sangat Tidak Indah 10. Bagaiamana pendapat anda tentang keamanan dan keramahan masyarakat lokal sekitar museum? Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 11. Bagaimana pendapat anda tentang pengelolaan Museum Gunungapi Batur secara umum saat ini? Sangat Baik
98 Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik 12. Saat ini pengelolaan Museum Gunungapi Batur dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli, Bagaimana pendapat anda jika pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta? Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 13. Komentar dan saran anda tentang Museum Gunungapi Batur : ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………
Terimakasih dan selamat menikmati kunjungan anda
99 Lampiran 4 KUISIONER UNTUK WISATAWAN MANCANEGARA QUESTIONNAIRE BATUR VOLCANO MUSEUM MANAGEMENT STRATEGY AS A TOURIST ATTRACTION IN BANGLI REGENCY
I am a Post Graduate student of Tourism Study at Udayana University, in order to write a thesis hence I require information through. The thesis entitled “Batur Volcano Museum Management Strategy As a Tourist Attraction in Bangli Regency”. In course of data collecting, I wish to figure your opinion in giving assessment by fulfilling questionnaire enclosed. Finally I highly appreciate to your kind participation and support, I render thanks.
Bangli, April 2011 Researcher,
I Wayan Wiwin
100 RESPONDENT IDENTITY Name : Age : Sex :
Nationality/Address : Occupation : Date :
Please tick the questionnaire below : 1. What do you think about the building architecture of Batur Volcano Museum? Very Good Good Bad Very Bad 2. What is your opinion about the Batur Volcano Museum's collection? Very Good Good Poor Very Bad 3. How do you think about the layout display of Batur Volcano Museum's collection? Very Good Good Bad Very Bad 4. How do you think about tourism facilities in Batur Volcano Museum? Very Complete Complete Not Complete Completely unavailable 5. What do you think about the information that has given to you about volcano? Very Complete Complete Not Complete Completely unavailable 6. How did your perception of the quality of services provided by officers to the museum visitors? Excellent Good Poor Very Bad 7. What do you think about the transportation infrastructure (road and related facilities) leading to this place? Very Good Good Bad Very Bad 8. How do you think about the cleanliness and beauty of the area museums?
101 Very Good Good Bad Very Bad 9. How do you think about the scenery of this place? Very interesting Interesting Uninteresting Very Uninteresting 10. What is your opinion on the safety and friendliness of local communities around the museum? Very good Good Bad Very Bad 11. Your comments and suggestions about this place : ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………
Thank you and enjoy your holiday