1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partai politik merupakan sarana ataupun wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam kekuasaan atau pemerintahan di suatu negara. Di dalam bukunya Miriam Budiarjo: (2010) menjelaskan bahwa partai politik sendiri secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kelompok terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu partai politik yang masih menunjukkan eksistensinya hingga kini adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. PDI-P lahir pada tahun 1999 seiring keikutsertaanya dalam pemilu di Indonesia untuk pertama kalinya yang terjadi pada tahun yang sama. Pada tahun 1999 tersebut PDI-P berhasil memproleh suara terbanyak di DPR dengan mendapatkan 154 kursi (Koirudin, 2005). Di dalam pemilu tingkat lokal sendiri PDI-P juga menunjukkan kekuatannya sebagai partai paling dominan di Bali. Provinsi Bali sebagai salah satu basis masyarakat PDI-P tidak lepas dari adanya kedekatan dan kekuatan figur Soekarno dengan rakyat Bali. Soekarno sendiri merupakan keturunan asli Bali yang berasal dari ibunya yang berasal dari Kabupaten Buleleng di Bali. Kedekatan inipun juga berlaku dan berlanjut pada anaknya Megawati yang selalu menggunakan peran keturunan dan figur ayahnya ini menjadi sebuah kekuatan untuk memperoleh dukungan dari setiap elemen masyarakat yang ada di Bali. Dengan adanya kedekatan ini sendiri PDI-P dan
2
Bali selalu saling berkaitan antara satu dengan yang lain yang tidak bisa terpisahkan dan menjadikan PDI-P sebagai partainya orang Bali. Kekuatan dan kedekatan partai bersama masyarakat ini dapat dilihat dalam realitas pemilu nasional tahun 1999 yang menunjukkan Bali sebagai penyumbang suara terbanyak dalam pemilu tersebut terhadap PDI-P di Indonesia dengan jumlah persentase yang mencapai 79 % dan merupakan perolehan suara tertinggi yang didapatkan sebuah partai politik di daerah di Indonesia pada saat itu, bahkan jika dibandingkan dengan partai-partai lainnya seperti Golkar yang hanya memperoleh persenase 66,5% dengan persentase jumlah suara tertinggi di dapatkan di provinsi-provinsi yang ada di Sulawesi. Hasil dan persentase inipun masih dibawah persentase yang diperoleh dari PDI-P (www.liputan6.com). Dari pentas pemilu di tingkat daerah Bali pun PDI-P menunjukkan dominasinya dengan menduduki kursi orang nomor satu di Bali dari tahun 1998 hingga 2013. Pada Pemilihan Gubernur 1998 PDI-P dengan calon yang diusungnya Drs. Dewa Made Beratha berhasil mendapatkan dukungan terbanyak di DPRD Provinsi Bali untuk menjadi Gubernur Bali hingga dua periode, yakni dari periode 1998-2003 dan 2003 dan 2008. Setelah kemenangan dalam dua periode tersebut, pada Pilgub 2008 kekuatan PDI-P di Bali juga masih terlihat dengan kembali terpilihnya Made Mangku Pastika dan AA. Puspayoga dari PDI-P sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali. Adapun jumlah suara yang berhasil diperoleh pada saat itu adalah 1.087.910 (55,05%) suara (news.okezone.com). Kuatnya dominasi PDI-P atas Bali sendiri tidak hanya ditunjukkan pada perebutan kursi nomor satu di Bali saja, melainkan juga pada ranah yang lebih
3
kecil seperti Kabupaten. Salah satu kabupaten yang menunjukkan dominasi PDI-P adalah Kabupaten Klungkung. Klungkung merupakan salah satu kabupaten yang ada di Bali, selain Karangasem, Buleleng, Tabanan, Bangli, Jembrana, Badung, Gianyar dan Kota Denpasar. Diantara kedelapan kabupaten dan kota yang ada tersebut Klungkung merupakan kabupaten dengan luas wilayah yang paling kecil. Walaupun memiliki luas wilayah yang kecil, kekuatan dan eksistensi PDI-P sebagai partai paling kuat di Bali mampu masuk dan menunjukkan dominasinya di wilayah ini. Kekuatan PDI-P atas Klungkung dapat dilihat dari kemenagan partai ini pada Pemilihan Kepala Daerah tahun 2003-2008 dan 2008-2013. Dalam dua periode dengan kurun waktu 10 tahun tersebut PDI-P mnunjukkan kekuatannya di gumi serombotan ini. Pada Pilkada Klungkung tahun 2003 sebagai awal kekuasaan PDI-P di Kulngkung berhasil menaikkan calon yang diusung sebagai Buapti Klungkung saat itu, dengan calonnya I Wayan Candra. Pemilihan Kepala Daerah saat itu masih belum menerapkan sistem pemilihan secara langsung oleh rakyat melainkan masih dipilih oleh DPRD Kabupaten Klungkung. Pada Pemilukada Kabupaten Klungkung tahun 2008 barulah sistem Pilkada Langsung mulai diterapkan untuk pertama kalinya di Klungkung yang diikuti oleh 7 pasang calon. Dari Hasil Pemilukada Klungkung tahun 2008 ini Pasangan yang diusung oleh PDI-P I Wayan Candra dan Tjokorda Gede Agung berhasil mendapatkan perolehan suara terbanyak dengan jumlah persentase 33, 26%.. Sementara pesaing tedekatnya sendiri berasal dari pasangan calon Independen Tjokorda Raka Putra dan I Ketut Gunaksa yang memperoleh 29,17%. (www.kpu-klungkungkab.go.id).
4
Adapun pemilihan terbaru dalam edisi Pemilukada klungkung sendiri berlangsung pada 23 Agustus tahun 2013. Pada Pemilukada 2013 ini sendiri terjadi kejutan dalam konstelasi politik yang ada di Kabupaten Klungkung. Hal yang menghebohkan tersebut adalah kekalahan PDI-P dalam persaingan memperebutkan kursi nomor satu Bupati Klungkung tahun 2013, yang akhirnya berhasil diambil alih oleh pihak partai lawannya yang berasal dari partai yang tidak diperhitungkan untuk menjadi pesaing terkuat mereka. Jika dilihat kembali kebelakang PDI-P sendiri merupakan partai yang notabene partai terkuat yang ada di Klungkung dengan kemenangannya dalam Pilkada Klungkung selama dua periode berturut-turut dari tahun 2003-2008 dan 2008-2013. Pada Pemilihan Kepala Daerah tahun 2013 ini sendiri, posisi nomor wahid PDI-P itu tiba-tiba menurun posisinya keurutan ketiga dalam hasil akhir perhitungan suara. Adapun jumlah suara yang diperoleh pasangan calon dari PDIP AA. Anom-Wayan Regeg hanya berjumlah 27.728 suara dengan persentase (27,72 persen). Jika dibandingkan dengan peringkat kedua hasil akhir Pemilukada Klungkung 2013 dengan pasangan calon Tjokorda Bagus Oka-Ida Bagus Adnyana yang diusung Partai Golkar, Partai Demokrat, PKPB serta PKPI berhasil memperoleh suara 28,519 suara dengan persentase (28,51%) memiliki selisih 0,79% suara. Dan jika di bandingkan dengan peringkat pertama pemenang Pemilukada Klungkung 2013 yang diusung partai Gerindra, PNBK dan Nasdem dengan pasangan calon I Nyoman Suwirta dan I Made Kasta yang berhasil memperoleh 34,788 suara dengan persentase (34,78%), Pasangan PDI-P memiliki selisih 7,6% suara (http://ppid.go.id).
5
Selain itu, jika dilihat dari jumlah kursi dalam pemerintahan Kabupaten Klungkung
periode
2009-2014,
PDI-P
merupakan
partai
politik
yang
mendapatkan jumlah kursi terbanyak dalam Pemilihan Anggota Legislatif 2009 dengan jumlah 7 kursi. Dengan perolehan kursi terbanyak pada Pileg Kabupaten Klungkung periode 2009-2014 tersebut seharusnya PDI-P mampu mengantarkan pasangan calonnya menjadi pemenang dalam Pemilukada 2013, akan tetapi pada Pilkada Kabupaten Klungkung tahun 2013 sendiri tidak berbanding lurus dengan realitas yang ada. Pasangan calon yang diusung PDI-P kalah dalam Pemilukada Klungkung tahun 2013. Fenomena kalahnya PDI-P di Kabupaten Klungkung ini tentu saja mempunyai penyebab-penyebab yang mempengaruhi. Kekalahan PDI-P di Klungkung bisa saja disebabkan oleh kesadaran masyarakat klungkung dalam proses pemilihan yang tidak lagi melihat partai sebagai prasyarat utama dalam pemilihan. Selain itu faktor masyarakat pendatang yang ada di Klungkung bisa juga menjadi opsi lain yang mungkin menyebabkan perubahan pola suara yang ada dan biasa terjadi dalam Pemilukada Klugkung. Selain itu kuatnya figur maupun sosok kepemimpinan pun bisa menjadi penyebab-penyebab yang juga mempengaruhi kekalahan partai berlambang banteng ini. Selain fenomena kekalahan PDI-P tersebut, kejutan juga terjadi dari Partai yang baru berdiri seperti Gerindra yang mampu menembus dua dominasi yang biasanya memenangkan Pemilukada di Kabupaten Klungkung seperti Golkar dan PDI-P. Runtuhnya dominasi dan kekuatan PDI-P di Kabupaten Klungkung yang selama ini mereka
6
menangkan dalam dua periode pasti dipengaruhi oleh banyak penyebab-penyebab yang mempengaruhi. Berdasarkan kenyataan diatas mendorong minat penulis untuk mencari tahu lebih dalam tentang penyebab runtuhnya dominasi partai yang selama ini dianggap sebagai jiwa dan raga masyarakat Bali di dalam pemerintahan yang ada khususnya di Klungkung, apalagi jika dilihat dari sejarah rentetan kemenangan parta berlambang banteng ini pada dua periode sebelumnya dan pada Pemilukada 2013 tiba-tiba turun keperingkat ketiga dari hasil Pemilukada Klungkung yang ada. Maka dengan latar belakang diatas tersebut menjadikan ketertarikan peneliti untuk mengambil sebuah judul penelitian “Kekalahan PDI-P dalam Pemilukada Kabupaten Klungkung Tahun 2013”. Adapun nantinya penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih wawasan dan pengetahuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan data yang serupa dengan penelitian ini khususnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana penyebab Kekalahan PDI-P pada Pemilukada Klungkung 2013?” 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini akan mengkaji lebih jauh tentang faktor-faktor penyebab Kekalahan PDI-P dalam Pemilukada, dalam hal ini pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Klungkung tahun 2013. Penelitian ini lebih meneliti berdasarkan pada pola interaksi simbolik. Dalam penelitian ini tentunya akan meninjau lebih jauh
7
tentang konsep perubahan makna simbol dalam pergeseran dominasi partai politik. 1.4 Tujuan Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan utama yakni: Pertama, sebagai prasyarat kelulusan mahasiswa Program Studi Ilmu Politik semester akhir dalam memperoleh gelar S1 (Strata Satu) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. Kedua, penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara aktual mengenai penyebab Kekalahan PDI-P di Kabupaten Klungkung pada Pemilukada 2013. 1.5 Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1.5.1
Manfaat Teoritis
a. Mengetahui secara teknis mengenai Penyebab Kekalahan PDI-P yang terjadi pada Pemilukada Klungkung tahun 2013. b. Diharapkan dapat menjadi referensi/pengetahuan bagi
peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti penyebab Kekalahan PDI-P di dalam masyarakat Bali pada saat Pemilukada. 1.5.2
Manfaat Praktis
a. Penelitian mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi Partai Politik maupun Aktor Politik dalam melihat penyebab Kekalahan Partai disuatu daerah di dalam masyarakat.
8
b. Diharapkan menghasilkan informasi kepada masyarakat umum mengenai Penyebab Kekalahan PDI-P di Bali dan Klungkung khususunya dalam Pemilukada tahun 2013. 1.5.3
Manfaat Keilmuan
a. Manfaat dari perspektif keilmuan adalah mampu memberikan sumbangsih bagi ilmu sosial terutama dalam memperkaya kajian politik pada ilmu politik. Mengingat ilmu tersebut memiliki peranan kuat dalam pembangunan negara. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan bab dalam penelitian ini terdiri atas lima bab, yakni: BAB I, menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II, menguraikan tinjauan pustaka, menguraikan kajian pustaka berupa karyakarya ilmiah serta teori yang mendukung penelitian ini. BAB III, menguraikan metode penelitian seperti jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data. Dalam bab ini metodologi tersebut penulis gunakan untuk melakukan penelitian. BAB IV, pembahasan yang terkait dengan Penyebab Kekalahan PDI-P dalam Pemilukada Klungkung tahun 2013. Pada proses penelitian tidak luput akan adanya temuan-temuan baru yang mampu memperkaya penulisan penelitian, dan pada bab ini kemudian diuraikan secara mendalam.
9
BAB V, penutup yang menguraikan tentang simpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi saran.