BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu propinsi di Indonesia dengan luas wilayah keseluruhan 5.686 km2 atau 0,288% dari luas kepulauan Indonesia dan orientasi pertumbuhan wilayah yang bertumpu kepada pengembangan sektor pertanian dan pariwisata budaya. Perkembangan yang begitu pesat terutama pada sektor pariwisata terdapat di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Sektor tersebut mengakibatkan peningkatan laju pertumbuhan penduduk yang berdampak pada perubahan fungsi lahan dan ketidakseimbangan sumber daya alam yang tersedia. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (2010) laju pertumbuhan penduduk di Bali sebesar 2,15%, bertingkatnya laju pertumbuhan penduduk ini diikuti dengan meningkatnya kebutuhan air bersih pula. Kabupaten Tabanan juga merupakan salah satu daerah yang berkembang pesat dalam sektor pariwisata. Sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik (2010) laju penduduknya mencapai 1,12%. Data pemakaian air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menunjukkan bahwa pemakaian air minum rata – rata untuk pelayanan Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Kota Tabanan sebesar 170,17 liter/detik (lt/dt) sedangkan untuk unit PDAM sebesar 149,17 liter/detik (lt/dt). Hal tersebut memberikan konsekuensi tersendiri bagi perkembangan sektor-sektor lain di daerah tersebut, dan juga penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. Salah satunya adalah kebutuhan akan ketersediaan sumber air baku untuk melayani kebutuhan air bersih masyarakat terutama masyarakat pedesaan dan juga untuk kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, industri, rekreasi, dan aktivitas sosial budaya.
1
2
Menurut Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai BaliPenida (2014), potensi ketersediaan air di Wilayah Sungai Bali-Penida terdiri dari potensi air permukaan sebesar 207.570 lt/dt, air tanah sebesar 9.040 lt/dt dan mata air sebesar 23.070 lt/dt. Menurut Studi Pengembangan Pemanfaatan Mata Air Metaum di Kabupaten Tabanan (2012), Tabanan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi ketersediaan air, dengan potensi air permukaan sebesar 38.930 lt/dt dan potensi mata air sebanyak 177 titik yang totalnya sebesar 4.148,6 lt/dt. Pada daerah ini salah satu mata air yang berpotensi adalah Mata Air Metaum yang berlokasi di Banjar Cau, Desa Tua, Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan dengan debit 1.056,12 lt/dt, Berdasarkan hasil neraca air Tukad Penet secara menyeluruh, debit Tukad Penet adalah sebesar 4.070 lt/dt dengan kebutuhan irigasi rata-rata sebesar 191 lt/dt dan yang terbuang di muara rata-rata sebesar 963 lt/dt. Dari beberapa simulasi didapatkan hasil bahwa pengambilan Mata Air Metaum direncanakan hanya sebesar 250 lt/dt. Mata Air Metaum rencananya dimanfaatkan untuk melayani daerah Kota Tabanan (Reservoir Distribusi Wanasari, Reservoir Distribusi Tunjuk) dengan pemanfaatan air baku 67,31 lt/dt, Kecamatan Kediri (Reservoir Distribusi Panji) dengan pemanfaatan air baku 117,54 lt/dt serta Kecamatan Marga (Reservoir Distribusi Kuwum) dengan pemanfaatan air baku sebesar 81,46 lt/dt. Pemanfaatan Mata Air Metaum dilakukan karena untuk menambah pelayanan kebutuhan air bersih di Kabupaten Tabanan. Hal itu didukung dengan hasil proyeksi kebutuhan air minum sampai tahun 2023 untuk unit SPAM Kota Tabanan yang membutuhkan air baku sebesar 386,81 lt/dt. Sedangkan penyediaan air baku yang mampu diproduksi saat ini hanya sebesar 232,80 lt/dt yang bersumber dari sistem penyediaan air baku Instalasi Pengolahan Air (IPA) Nyanyi, Mata Air Riang Gede, Mata Air Gembrong, Mata Air Gangsang, Mata Air Dedari dan Mata Air Mumbul. Menurut Laporan Studi Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) Rencana Pemanfaatan Mata Air
3
Metaum di Kabupaten Tabanan (2015) didapatkan kondisi eksisting di lapangan adalah debit air di Tukad Sungi sangat kecil, kondisi saluran masih banyak digenangi sampah, serta pengambilan bebas pada saluran sekunder dan tersier dengan pompa yang digunakan untuk kepentngan komersial yang cukup besar menyebabkan debit air yang mengaliri irigasi berkurang. Selain itu pelaksanaan pola tata tanam yang tidak seragam, dan masih adanya pola tata tanam 3 kali dalam setahun yaitu Padi-Padi-Padi pada areal irigasi di hulu mengakibatkan pemanfaat air irigasi menjadi tidak merta dan tidak efisien. Sesuai yang tercantum dalam Amdal Sistem Pengembangan Air Baku Mata Air Metaum di Kabupaten Tabanan (2012), potensi kegagalan dapat terjadi dalam Pemanfaatan Mata Air Metaum baik pra konstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi. Contoh pada pra konstruksi yaitu kepengurusan perijinan sumber mata air, penentuan trase jaringan pipa, ijin lokasi jaringan pipa dan fasilitas penunjangnya dengan instansi yang terkait, masalah sosial yang ditimbulkan disini adalah dampak pada persepsi masyarakat yang negatif yaitu dengan adanya kegiatan proyek tersebut makan akan menurunkan debit mata air, menurunkan pasokan air untuk irigasi, meningkatkan kerusakan lingkungan yang telah ada, tercecernya material galian, serta rusaknya jalan. Berikut ini merupakan contoh kegagalan pada pemanfaatan air baku yang dikutip dari jurnal dan media cetak :
Kegagalan di Kecamatan Abang, Kecamatan Karangasem, Kecamatan Manggis dan Kecamatan Kubu. Kegagalan tersebut terjadi karena pipa yang digunakan dalam proyek lebih ringan dan tidak sesuai SNI, maka jika hal tersebut terjadi mengakibatkan pipa yang ditanam dalam tanah yang mengalami kebocoran dan akan menyulitkan pendeteksian sehingga pasokan air ke masyarakat akan menjadi berkurang (Media Cetak Antara Bali, 2015).
4
Kegagalan di Kecamatan Gianyar terjadi dikarenakan pada tahun 2007 setahun operasional perjanjian kerjasama PDAM Kabupaten Gianyar mengalami penurunan pendapatan dan tahun 2011 PDAM Kabupaten Gianyar menunggak biaya pembelian air serta tidak mampu menutupi biaya operasional perusahaan (Agung, 2012).
Kegagalan juga terdapat di Kawasan Pariwisata, yang berada di wilayah Kabupaten Badung, khususnya Badung Selatan dan sebagian Kecamatan Kuta, keseimbangan supply and demand pada wilayah usaha PAM PT. Tirtaartha Buana mulia (PT. TB), dimana kebutuhan air bersih melampaui dari ketersediaan air bersih, maka permasalahan air bersih dikaitkan dengan pola pemakaian yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan penduduknya, dan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah menuntut pemenuhan air bersih yang lebih besar (Suryatmaja, 2014).
Menurut Warta Bali tanggal 04 Mei 2010, kegagalan juga dipengaruhi dalam permasalahan kinerja PDAM dan juga citra dalam mencapai Good Corporate Governance, dengan peningkatan kepercayaan pelanggan dalam hal kepuasan yang dapat dilihat pada PDAM Kabupaten Gianyar mengabaikan konsumen dalam hal pelayanan terkait aliran air dan permohonan Sambungan Rumah Baru.
Selain itu kegagalan juga terjadi pada pelayanan PDAM Kabupaten Gianyar yang merosot karena pembayaran Online yang amburadul, keluhan air yang tidak mengalir dan banyak pipa yang bocor (Puspasari, 2012) Berdasarkan uraian diatas, maka sangatlah perlu dilakukan kegiatan analisis
risiko terlebih dahulu sebelum kegiatan rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga untuk menghindari kegagalan dan memberikan gambaran tentang apa yang terjadi bila pemanfaatan mata air dijalankan ternyata tidak sesuai dengan rencana serta kemungkinan buruk yang bisa terjadi dalam pemanfaatan mata air dapat ditekan.
5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Risiko-risiko apa saja yang teridentifikasi pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan? 2. Risiko-risiko apa saja yang termasuk kategori dominan (major risk) dan bagaimana derajat risiko pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan? 3. Bagaimana tindakan mitigasi (risk mitigation) untuk meminimalkan berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan? 4. Bagaimana pengalokasian kepemilikan risiko (ownership of risk) terhadap risiko– risiko dominan (major risk) pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Melakukan identifikasi dan penilaian (assessment) terhadap berbagai jenis risiko pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan? 2. Menentukan tingkat penerimaan risiko (risk acceptability) dan risiko-risiko dominan (major risk) pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan? 3. Melakukan tindakan mitigasi (risk mitigation) terhadap risiko – risiko dominan (major risk) pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan.
6
4. Melakukan pengalokasian kepemilikan risiko (ownership of risk) terhadap risiko – risiko dominan (major risk) pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi mengenai identifikasi risiko pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan, serta dapat memberikan suatu penilaian (assessment) terhadap risiko yang telah teridentifikasi. 2. Dapat memberikan informasi mengenai risiko-risiko dominan (major risk) dan tingkat/derajat risiko pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan. 3. Dapat memberikan informasi mengenai tindakan mitigasi (risk mitigasi) dan mengalokasian kepemilikan risiko (ownership of risk) pada rencana pemanfaatan Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan.
1.5 Lingkup dan Batasan Penelitian Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga nantinya dapat memberi arah yang lebih baik dan memudahkan dalam penyelesaian suatu masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, perlu dilakukan pembatasan yaitu : 1. Penelitian dilakukan pada Mata Air Metaum di Desa Marga Kabupaten Tabanan. 2. Analisis yang digunakan dalam penelitian risiko adalah analisis kualitatif (qualitative risk analysis). 3. Risiko sisa (residual risk) setelah proses mitigasi tidak ditinjau.