1
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam membuat keputusan mengenai jenis tindakan yang akan diberikan kepada pasien melalui proses keperawatan (Seaback, 2013). Proses keperawatan ini memerlukan penguasaan kognitif yang merupakan keterampilan vital yang harus dimiliki perawat, salah satunya adalah clinical reasoning (Fonteyn & Ritter, 2005; Seaback, 2013). Clinical reasoning merupakan pondasi utama dan merupakan inti dari praktek klinis profesional (Higgs & jones, 2008). Perawat menggunakan clinical reasoning untuk membuat keputusan perawatan pasien, baik yang bersifat autonomi, kolaboratif maupun interdisipliner (Perry & Narayan, 2005). Keterampilan clinical reasoning ini bertujuan agar perawatan yang diberikan kepada pasien tidak hanya berorientasi pada terlaksananya tugas saja, melainkan berdasarkan proses berpikir. Apabila keterampilan clinical reasoning tidak dimiliki oleh perawat, maka yang akan terjadi adalah tindakan keperawatan yang diberikan tidak akan aman dan efektif bagi pasien, tetapi justru akan membuat pasien dan perawat dalam keadaan bahaya. Oleh karena itu, mempelajari keterampilan clinical reasoning sangat penting bagi perawat (Alfaro-LeFevre, 2006). Penelitian yang dilakukan dirumah sakit daerah barat daya Pennsylvania, Amerika pada tahun 2004-2009 menemukan 25% dari 2144 orang perawat baru (perawat yang baru menyelesaikan program pendidikannya atau perawat yang
1
2
sudah bekerja dirumah sakit kurang dari satu tahun) memiliki skor clinical reasoning yang buruk (Fero et al., 2009). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh del Beuno (2005) pada rentang tahun 1995-2004 menunjukan hasil 65-76% dari 10.988 perawat yang baru memiliki skor clinical reasoning yang buruk. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit didaerah Isfahan, Iran juga menunjukan bahwa perawat kurang dalam menyusun dan meninjau riwayat medis pasien pada saat pengkajian (31,75%) menjadi salah satu penyebab terjadinya nursing error dirumah sakit tersebut (Eslamian et al., 2010). Selanjutnya, penelitian yang pernah dilakukan di unit perawatan intensif rumah sakit DR. Oen, Surakarta menunjukan bahwa penyebab tertinggi terjadinya nursing error dirumah sakit tersebut adalah clinical judgement perawat yang tidak tepat (73,33%), perhatian yang kurang (73,33%), intrepretasi yang tidak tepat (33,33%), keliru pendokumentasian (26,67%) dan kurang/tidak tepatnya intervensi (13,33%) (Santoso, Meliala & Haryanti, 2012). Kesalahan dalam setiap langkah proses keperawatan seperti yang disebutkan diatas terjadi akibat buruknya keterampilan clinical reasoning perawat (Fonteyn & Ritter, 2005). Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan clinical reasoning sangat penting bagi pengembangan kompetensi perawat didunia klinis (Smith, Higgs & Ellis, 2008). Sehingga, dibutuhkan pendidikan keperawatan yang tidak berfokus membangun pengetahuan saja, melainkan juga membangun keterampilan kognitif mahasiswa keperawatan, seperti keterampilan clinical reasoning (Kala, Isaramalai & pohthong, 2010). Oleh karena itu, institusi pendidikan keperawatan harus berupaya menentukan metode pembelajaran yang
3
tepat
agar
mampu
mengembangkan
keterampilan
clinical
reasoning
mahasiswanya. Dewasa ini, metode didactic approach atau metode pembelajaran tradisional mulai sedikit digunakan karena dianggap tidak mampu membangun clinical reasoning mahasiwanya (Banning, 2008). Metode pembelajaran yang kemudian dianggap mampu untuk mengembangkan keterampilan clinical reasoning mahasiswa adalahmetode adult learning (pembelajaran orang dewasa) (Refshauge & Higgs, 2005). Adult learning membantu mahasiswa untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang ada, tindakan ini membuat mahasiswa belajar untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang ada, dan pada saat yang sama mahasiswa juga belajar mengenai clinical reasoning. Salah satu model pembelajaran adult learning yang sekarang ini banyak digunakan adalah Problem Based Learning (PBL) (Wells, Warelow, & Jackson, 2009; Young & Paterson, 2007). PBL menggantikan pusat pembelajaran yang semula berada ditangan guru, menjadi ditangan murid. Ciri khas PBL adalah diskusi kelompok kecil (tutorial), dimana pendidik bertindak sebagai tutor dalam kelompok tersebut, aktivitas belajar yang tidak dijumpai pada metode pembelajaran tradisional (Young & Paterson, 2007). Kurikulum PBL dalam pendidikan keperawatan dianggap mampu membangun kemampuan self-directed learning, kemampuan komunikasi, critical
thinking,
mengembangkan
kolaborasi keterampilan
interdisipliner, long
life
clinical learning
reasoning, mahasiswa,
dan serta
mengembangkan kompetensi awal yang bermanfaat bagi praktisioner ketika
4
berada didunia klinik (Oermann & Heinrich, 2005; Young & Paterson, 2007). Pengetahuan didalam tutorial PBL dibangun mahasiswa berdasarkan pada pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) dan worldview (Oerman et al., 2006). Tutorial PBL dilakukan dengan menggunakan skenario kasus yang bersumber langsung dari pengalaman klinik sehingga mahasiswa mampu mempelajari clinical reasoning, pengetahuan keperawatan, serta mampu mengintregasikan dan menerapkan konsep keperawatan pada konteks klinik (Young & Paterson, 2007). Sejak awal berdiri pada tahun 1998/1999 PSIK FK UGM telah menggunakan metode pembelajaran PBL. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, tutorial di PSIK FK UGM menggunakan metode tujuh langkah (seven jumps), yang meliputi: (1) mengidentifikasi istilah asing dalam skenario, (2)menetapkan masalah diskusi, (3) Curah pendapat, (4) mereview langkah 2 & 3, (5) merumuskan tujuan belajar kelompok, (6) belajar mandiri, (7) mendiskusikan hasil belajar mandiri. Langkah 1-5 dilakukan pada pertemuan pertama, dan langkah ketujuh dilaksanakan pada pertemuan kedua (Panduan akademik, 2012). Penelitian mengenai keterampilan clinical reasoning dalam metode pembelajaran PBL pada mahasiswa sarjana keperawatan pernah dilakukan di negara Meksiko oleh Lira & Lopes (2011), dimana terdapat 30 orang mahasiswa yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi (kelompok dengan PBL). Peserta penelitian diminta untuk mengerjakan kasus yang diberikan sebelum dan sesudah penelitian untuk mengukur tingkat clinical reasoning peserta dan kemudian dibandingkan, diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata pre-test pada kedua kelompok cenderung
5
sama (kontrol = 1,74 ; eksperimen = 1,27), namun bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok eksperimen memiliki rata-rata nilai post-test yang lebih tinggi yaitu 4,42 (kontrol = 1,34), sehingga menandakan clinical reasoning pada kelompok yang menggunakan PBL lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak menggunakan PBL. Penelitian senada juga dilakukan oleh Rahayu dan McAleer (2008) di Indonesia mengenai clinical reasoning dalam metode pembelajaran PBL, namun pada program studi pendidikan dokter di FK UGM. Penelitian ini menggunakan kuisioner DTI (Diagnostic Thinking Inventory) dan diperoleh hasil bahwa mahasiswa dan dokter umum memiliki skor clinical reasoning yang sangat baik, dengan urutan skor mahasiswa tahun ke 1-6 sebagai berikut, 36,9% , 33,6%, 29%, 46%, 25,7%, dan
42,2%. Kemudian, penelitian mengenai PBL yang pernah
dilakukan di PSIK FK UGM salah satunya adalah mengenai hubungan PBL dengan self-directed learning mahasiswa oleh Zulfa (2014). Sementara itu penelitian yang secara khusus meneliti mengenai keterampilan clinical reasoning mahasiswa keperawatan diIndonesia belum pernah dilakukan, begitu pula di PSIK FK UGM. Wawancara yang dilakukan pada 10 orang mahasiswa PSIK FK UGM yang mewakili tiap angkatan (2012, 2013, 2014) didapatkan data bahwa 9 mahasiswa menyatakan keterampilan clinical reasoning mereka meningkat berkisar antara skala 5-8 dengan skala likert 0-10 (0 = tidak meningkatkan clinical reasoning sama sekali dan 10 = sangat meningkatkan cinical reasoning). Namun, terdapat satu orang mahasiswa yang menyatakan bahwa kemampuan clinical reasoning-
6
nya terasa lebih meningkat pada saat dosen memberikan perkuliahan dikelas dibandingkan dengan saat tutorial. Menurut mereka hal tersebut disebabkan kasus yang belum mendalam, dosen yang kurang peduli pada mahasiswa saat tutorial, sedangkan saat kuliah dosen lebih memaparkan langsung sehingga membuat lebih berpikir kritis. Mahasiswa yang menyatakan clinical reasoning-nya meningkat saat tutorial menganggap peningkatan clinical reasoning tersebut disebabkan adanya skenario kasus yang sesuai dengan keadaan kilinik, dituntut memunculkan masalah pada step 3, brainstorming pada step 4, serta pada saat pencarian referensi dan pemaparan Learning Objective (LO). Meskipun menurut mereka ada beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam peningkatan clinical reasoning mereka pada saat tutorial seperti, beberapa kasus yang kurang mendalam, ambigu dan terkadang membingungkan, lalu sedikitnya data yang ada dikasus sehingga menyulitkan untuk menyusun proses keperawatan, pengetahuan anggota tutor yang kurang, dan kurangnya keterlibatan dosen dalam tutorial. Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai gambaran keterampilan clinical reasoning mahasiswa PSIK FK UGM dalam lingkungan pembelajaran PBL. Bagi program studi keperawatan terkait, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai evaluasi pembelajaran mengenai keterampilan clinical reasoning mahasiswa dalam metode pembelajaran PBL agar menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran keterampilan clinical reasoning mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam lingkungan pembelajaran problem-based learning (PBL)? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut: 1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterampilan clinical reasoning mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam lingkungan pembelajaran Problem Based learning (PBL). 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui tingkat keterampilan clinical reasoning mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) dalamlingkungan pembelajaran PBL. b. Mengetahui jenis keterampilan clinical reasoning mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) dalam lingkungan pembelajaran PBL.
8
c. Mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat keterampilan clinical reasoning antara mahasiswa program studi ilmu keperawatan FK UGM tingkat pertama sampai dengan tingkat keempat. d. Mengetahui apakah terdapat perbedaan jenis keterampilan clinical reasoning antara mahasiswa program studi ilmu keperawatan FK UGM tingkat pertama sampai dengan tingkat keempat.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan kurikulum Problem Based Learning (PBL), dan dapat memperkuat teori mengenai keterampilan clinical reasoning pada bidang keperawatan dalam metode pembelajaran PBL.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Program Studi Pendidikan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) yaitu dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkahlangkah kebijakan selanjutnya mengenai pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) di PSIK FK UGM. b. Bagi peneliti yaitu memberikan informasi mengenai keterampilan clinical reasoning pada mahasiswa keperawatan dengan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
9
E. Keaslian Penelitian Didalam konteks klinis, perawat menggunakan clinical reasoning untuk bisa membuat keputusan klinik yang baik. Sehingga dalam masa pendidikan sebelum masuk kedunia klinik diperlukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan clinical reasoning mahasiswa keperawatan, salah satunya adalah PBL. Berikut ini adalah penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan PBL atau keterampilan clinical reasoning:
10
Tabel 1. Keaslian Penelitian No 1
Artikel
Kesamaan
Perbedaan
Judul:The Effect of Subyek 1. Tujuan PBL (Problem- penelitian: untuk mengetahui efek PBL terhadap metakognisi, Based Learning) on Sample yang critical thinking dan proses pemecahan masalah. the metacognition, digunakan adalah 2. Sample critical thinking, mahasiswa Besar sampel: 76 orang (PBL:34 orang, kuliah and Problem keperawatan biasa 42 orang). Solving Process in yang Lokasi penelitian: Korea Nursing Student menggunakan Subyek sample: Mahasiswa program sarjana ilmu Peneliti: Choi H metode PBL. keperawatan tahun kedua yang mendapatkan Tahun: 2004 kuliah nursing process dari dua institusi pendidikan. 3. Metode penelitian Desain pre-post test dengan desain kelompok kontrol non equivalen. Terdiri dari kelompok percobaan dan kelompok kontrol. 4. Pengumpulan data a. Critical thinking: Kuisioner California Critical Thinking Skill Test (CCTST) 2002. b. Metakognisi dan proses problem solving dinilai dengan kuesioner yang dikembangkan menggunakan pedagogi. 5. Analisis data Pretest-post test MANOVA dan analisis korelasi.
Hasil PBL meningkatkan kemampuan metakognisi dan proses penyelesaian masalah, namun tidak meningkatkan berpikir kritis. Terdapat hubungan antara metakognisi dan proses pemecahan masalah, tetapi hubungan antara berpikir kritis dan pemecahan masalah tidak terbukti.
11
2
3
Judul: The Impact of Tutorial Strategis on Student Nurses Accuracy in Diagnostic Reasoning in Different Educational Settings: A Double Pragmatic Trial in Italy. Peneliti: Alvisa Palese, Luisa Saiani, Anna Brugnolli C,Laura Regattin. Tahun: 2007
Subyek 1. Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara strategi tutorial penelitian: mahasiswa terhadap peningkatan critical thinking dan keperawatan yang keakuratan diagnostic reasoning. menggunakan 2. Sample PBL. Besar sampel: 144 mahasiswa sarjana keperawatan tahun pertama (39; 29). Lokasi penelitian: Fakultas keperawatan di dua universitas yang berbeda yaitu Universitas Verona dan Universitas Udine, Italia. Subyek sample: Mahasiswa sarjana keperawatan tahun pertama dari Universitas Verona dan Universitas Udine, Italia. 3. Metode Penelitian Penelitian double pragmatic experimental. RCT. 4. Pengumpulan Data Diagnostic reasoning self eavaluation questionnaire. 5. Analisis data Mann U-Whitney, Kruskall-wallis, Chi-square test.
Para mahasiswa melakukan sesi laboratorium dan intensif tutorial klinis menunjukkan sedikit kesalahan dibandingkan dengan kelompok kontrol [OR 3,75; IC 95% 1,77-7,88],namun mahasiswa masih menunjukkan risiko lebih tinggi mengira masalah pasien [OR 0,22; IC 0,95% 0,07-0,65], meskipun siswa yang menerima bimbingan rutin.
Judul:Clinical reasoning of Indonesian medical students as
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh PBL
1.DTI terbukti valid dan realiabel dalam keadaan lingkungan bahasa yang berbeda.
1. Tujuan a. Untuk mengetahui konstruk validitas DTI dengan bahasa yang berbeda (Indonesia). b. Mengukur keterampilan clinical reasoning
Berdasarkan analisis menunjukan bahwa tutorial yang intensif mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswanya dan mahasiswa memiliki lebih sedikit kesalahan dalam menentukan hipotesis dari kasus yang ada.
12
4
measured by diagnostic thinking inventory. Peneliti: Gandes Retno Rahayu, Sean McAleer. Tahun: 2008.
terhadap keterampilan clinical reasoning mahasiswa. Tempat penelitian: Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, Indonesia . 2. Sample Besar sampel: 1135 mahasiswa pendidikan dokter (semua mahasiswa kedokteran dari tahun ke pertama sampai tahun ke enam) dan 60 dokter umum. Lokasi penelitian: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Subyek sample: Mahasiswa pendidikan dokter. 3. Metode penelitian Responden diminta mengisi kuisioner DTI dalam bahasa Indonesia. 4. Pengumpulan data Menggunakan kuisioner Diagnostic Thinking Inventory (DTI) untuk mengukur clinical reasoning. 5. Analisis data Analisis data dilakukan menggunakan ANOVA.
2. Tingkat keterampilan clinical reasoning pada mahasiswa pendidikan dokter di Indonesia bervariasi dengan tahun belajarnya.
Judul: Nursing Diagnosis: Educational Strategy Based on Problem Based
Tujuan Penelitian Mengetahui clinical reasoning mahasiwa dalam
1. Tujuan Mengetahui efektifitas metode pembelajaran diagnosa keperawatan berdasarkan PBL terhadap clinical reasoning dan diagnostic judgement program sarjana mahasiswa keperawatan.
Penelitian ini menunjukan hasil bahwa strategi pembelajaran PBL mampu meningkatkan kemampuan clinical reasoning dan diagnostic judgement pada mahasiswa
13
Learning. Peneliti: Ana Luisa Brandao de Carvalho Lira, Marcos Venicios de Oliveira Lopes. Tahun:2011
metode pembelajaran PBL. Subyek penelitian: Mahasiswa program studi sarjana keperawatan.
keperawatan dengan hasil 2. Sample Besar sampel: 30 mahasisawa semester lima kelompok percobaan memiliki hasil program sarjana keperawatan (kelompok kontrol yang lebih tinggi. 15 orang, kelompok eksperimental 15 orang) Lokasi penelitian: Brazilian Publik University, Brazil. Subyek sample: Mahasiswa sarjana keperawatan Brazilian Publik University, Brazil. 3. Metode Penelitian Experimental study. Desain Pre-post test. 4. Pengumpulan Data Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (metode PBL) diberikan kasus pada sebelum dan sesudah pelaksanaan, diminta mengerjakan dan nilai dari kasus tersebut dibandingkan. 5. Analisis data Tes Kolmogorov-smirnov digunakan untuk mengecek normalitas data pada data numeric. Tes Levene digunakkan untuk mengecek homogenitas variance. Chi-squre digunakan untuk mengkaji variabel tidak terikat, tes Fisher‟s exact digunakan bila expected frekuensi lebih rendah atau sama dengan lima. Rasio dan interval juga dihitung. Ttest digunakan untuk mengkaji ketidaksimetrisan data digunakan tes Mann-withney‟s. Pengkajian perbedaan rata-rata intragroup digunakan t-test.
14
5
Judul:Hubungan antara SelfDirected Learning (SDL) dengan Student Performance dalam tutorial pada mahasiswa PSIK FK UGM. Peneliti: Isni Syarifatu Zulfa. Tahun: 2014.
Subyek sample: 1. Tujuan Mahasiswa PSIK Untuk mengetahui hubungan antara self-directed FK UGM yang learning dengan student performance dalam mewakili tahun tutorial pada mahasiswa PSIK FK UGM. pertama hingga 2. Sample tahun Besar sampel: keempatyang 97 mahasiswa. melakukan 3. Metode penelitian: tutorial PBL. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian: 4. Pengumpulan data Program studi Kuesioner self-directed learning untuk mengetahui ilmu keperawatan kemampuan kemandirian mahasiswa dalam belajar Fakultas dan kuesioner penilaian student performance saat kedokteran tutorial PBL untuk menilai kompetensi mahasiswa Universitas dalam kegiatan tutorial. Gadjah Mada, 5. Analisis data:Yogyakata, Indonesia.
Terdapat hubungan yang positif antara self-directed learning dengan student performance pada mahasiswa PSIK FK UGM (r=0,571; p=0,000). Kemampuan belajar mandiri mahasiswa (74,8%) berada pada kondisi moderate. Pencapaian student performance dalam kegiatan tutorial (52,3%) berada dibawah rata-rata total (X=3,93).