BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diare masih menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak terutama di negara berkembang (Parashar et al., 2003). Defisiensi zinc berperan dalam penyakit infeksi termasuk diare karena fungsinya dalam pertumbuhan dan imunitas (Black, 2001). Berdasarkan penelitian Koesnadi (1995), Indonesia termasuk negara dengan defisiensi zinc, diketahui kadar zinc plasma anak balita Indonesia dengan status gizi baik dan kurang (43,3 ± 30,4 µg/ dL) lebih rendah dibandingkan dengan kadar zinc referensi (70-150 µg/dL). Defisiensi zinc terjadi pada anak-anak di negara berkembang karena kurangnya intake makanan yang berasal dari hewan, diet mengandung tinggi fitat, intake makanan yang kurang adequat dan kehilangan melalui feses selama diare (Bhatnagar & Natchu, 2004). Berdasarkan review 27 penelitian di 20 negara pada tahun 1999-2000 episode diare pada balita ± 1,42 milyar tiap tahun (Parashar et al., 2003). Tabel 1. Estimasi episode diare pada balita di negara berkembang setiap tahun berdasarkan umur dan lokasi Umur ≤ 11 bulan Jumlah populasi Jumlah episode diare tiap anak per tahun Total episode diare Jumlah di rumah Jumlah outpatient Jumlah inpatient/ RS
125 juta 3,8x 475 juta 418,95 juta (88,2) 48,92 juta (10,3) 7,125 (1,5)
1-4 tahun 450 juta 2,1x 945 juta 868,45 juta (91,9) 74,65 juta (7,9) 1,89 juta (0,2)
(≤ 4 tahun) 575 juta 1.42 milyar 1,287 milyar 123,58 juta 9,015juta
1
Berdasarkan profil kesehatan Propinsi DIY tahun 2008, prevalensi diare di Indonesia diperkirakan masih tinggi. Banyak diantara kasus diare yang tidak terdata oleh sarana pelayanan kesehatan karena pengobatan sendiri dan praktek swasta (Dinkes DIY, 2009). Di Indonesia, penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30 % dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare. Selain itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak di populasi (Widayana & Gandi, 2003). Salah satu rekomendasi terapi diare adalah suplementasi zinc dosis 10 mg (umur < 6 bulan) dan 20 mg (umur ≥ 6 bulan) selama 10-14 hari. Diberikan selama 10 hari, namun dalam perjalanannya terkendala masalah compliance. Tabel 2. Perbandingan compliance komunitas dan rumah sakit Lokasi
Patuh (%)
Puskesmas di Bantul Puskesmas di Klaten
RS Sardjito
Tidak patuh (%)
17
83
Oral saja
47
53
Leaflet
74
26
Oral saja
41
59
Leaflet
67
33
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa compliance di komunitas lebih rendah dibanding di rumah sakit yang tanpa leaflet. Dengan tambahan leaflet, compliance meningkat. Namun demikian masih ada 33 % pasien rumah sakit yang tidak patuh 2
(Utoro, 2010). Dari hasil penelitian pendahuluan di Bantul, menilai mengenai kepatuhan minum zinc 10 hari didapatkan hasil dari 100 pasien, dari yang tidak patuh minum zinc selama 10 hari tersebut 83% terdiri dari : minum < 5 hari 20 (25%), 5 hari 20 (25%), 5-10 hari 27 (33%) dan yang tidak bisa dinilai 19 orang. Pada penelitian di RSUP dr. Sardjito mengenai kepatuhan minum zinc pada balita, alasan yang dikemukakan pasien sehubungan dengan ketidakpatuhan minum zinc 10 hari adalah diare sudah berhenti (35,71%), anak muntah setelah pemberian zinc (30,35%), sedangkan alasan-alasan yang lain : rasa tidak enak, anak sulit minum obat, obat hilang, tidak tahu mengenai obat yang diberikan (Yati, 2007, unpublished). Penelitian mengenai pengaruh penggunaan “leaflet lintas diare” terhadap kepatuhan minum zinc pada balita di Puskesmas Klaten menunjukkan hasil yang hampir sama dengan di RSUP dr. Sardjito (Utoro, 2010). Berdasarkan meta-analisis, muntah sebagai efek samping terapi zinc menjadi alasan ibu untuk tidak memberikan selama 10 hari (Lazzerani & Ronfani, 2011). Hal tersebut menjadi alasan masih perlunya evaluasi mengenai penggunaan zinc pada diare. Penelitian mengenai efek terapi zinc pada diare telah banyak dilakukan, meta-analisis oleh Lazzerani dan Ronfani, 2011 yang melibatkan 22 penelitian dengan subyek total 8924 anak membuktikan hasil yang konsisten bahwa suplementasi zinc dapat menurunkan durasi diare akut dengan perbedaan rerata 9,6 jam (95 % CI -18,25-0,96 jam) pada balita usia di atas 6 bulan. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun, struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses 3
perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. (Subagyo & Santosa, 2010). Penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia mengenai terapi zinc membuktikan adanya penurunan risiko berlanjutnya diare sebesar 11 % (Hidayat et al., 1998). Sedangkan penelitian untuk efek preventif belum ada di Indonesia, sehingga menjadi alasan dilakukan penelitian yang sama seperti di Bangladesh mengenai suplementasi zinc pada durasi dan mencegah diare 3 bulan berikutnya. Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat perbedaan hasil guna suplementasi zinc 5 hari dan 10 hari pada anak balita dengan diare cair akut dalam hal durasi diare dan mencegah episode diare 3 bulan berikutnya? B. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan ini berbeda lokasi dengan di Bangladesh namun mempunyai kesamaan sebagai negara berkembang dengan defisiensi zinc. Dasar pemikiran masih perlu dilakukan penelitian yang sama adalah zinc lebih banyak terdapat pada intraseluler, hanya ditemukan 0,1 % di plasma darah dari seluruh kandungan zinc dalam tubuh (Mills, 1989). Tidak ada mekanisme cadangan khusus untuk zinc sehingga diperlukan intake setiap hari untuk memelihara steady-state (Rink & Gabriel, 2000). 4
Tabel 3. Evidence-based-medicine suplementasi zinc 5 hari vs 10 hari pada anak balita dengan diare dalam hal durasi dan mencegah episode diare
Tahun Tempat
Nama Rancanan Peneliti Penelitian
Sampel
2011
Alam et al
Diare akut,1622 Durasi diare tidak berbeda : anak umur 2-5tahun 5 hari (3.1 ± 5.6 hari) dan 10 hari (2.9 ± 5.6 hari) (P = 0.64)
Bangladesh
Uji klinik buta ganda/ RCT selama 90 hari
Hasil Penelitian
Episode diare tidak berbeda : 5 hari vs 10 hari (54% : 52%) (P = 0.35), 5 hari (1,08 ± 1.38 kali) dan 10 hari (1.02 ± 1.35 kali)
C. Tujuan Penelitian Mengetahui perbedaaan hasil guna suplementasi zinc 5 hari dan 10 hari pada anak balita dengan diare cair akut dalam hal durasi dan mencegah episode diare 3 bulan berikutnya. D. Manfaat Penelitian
Bagi praktisi klinis, diharapkan dapat memberikan informasi tentang terapi berbasis bukti mengenai penggunaan zinc pada diare cair akut berdasarkan lama pemberian. Bagi masyarakat dapat memberikan pengetahuan kesehatan tentang manfaat zink pada pengobatan diare cair akut. 5