1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Jatuh (falls) sering terjadi pada orang usia lanjut sehingga jatuh menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang dialami oleh usia lanjut. Jatuh pada usia lanjut akan meningkatkan angka morbiditas, mortalitas, kecacatan, gangguan fungsi sosial dan penurunan kualitas hidup (Lowlar et al., 2003). Insidensi jatuh di Amerika Serikat pada usia 65 tahun ke atas, berkisar 1/3 populasi lansia setiap tahun, dan separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Di Kanada, sekitar 85% jatuh menjadi penyebab utama kecelakaan yang memerlukan perawatan rumah sakit pada individu dengan usia 65 tahun atau lebih (King, 2009). Di atas usia 40 tahun angka rata-rata kejadian jatuh meningkat secara konsisten 7,9% per tahun pada wanita (berlipat ganda setiap 9,1 tahun) lebih tinggi dibanding pada laki-laki 4,5% per tahun (berlipat ganda setiap 15,7 tahun). Pada usia ≥ 85 tahun telah mencapai 7% per tahun pada wanita dan 4% per tahun pada laki-laki (Lord et al, 2001). Proses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol postural yang mungkin memegang peran penting pada sebagian besar kasus jatuh (Setiati dan Laksmi, 2006). Riwayat jatuh sebelumnya, merupakan indikasi adanya risiko jatuh berulang dikemudian hari sehingga pada individu tersebut, aktifitas sehari-hari perlu diperhatikan (King, 2009). Pada usia lanjut di komunitas, kesulitan dalam aktivitas bangkit dari kursi, menaiki dan menuruni tangga, serta berjalan cepat, berkaitan
2
dengan penurunan kapasitas kekuatan isometrik otot ekstensor lutut (Setiati dan Laksmi, 2006). Berbagai macam pedoman dan tes performa fisik, gaya berjalan dan keseimbangan dilakukan sebagai prediktor jatuh. Pemeriksaan”Timed Up and Go”(TUG) adalah metode pemeriksaan yang sensitif dan efektif sebagai prediktor jatuh dan sebagai skrining risiko untuk terjadinya jatuh yang direkomendasikan oleh the American Geriatrics Society dan the British Geriatric Society. Tes TUG memiliki sensitivitas 87% dan spesifisitas 87% dalam menilai risiko jatuh. Tes TUG merupakan salah satu tes keseimbangan yang digunakan untuk menilai mobilitas fungsional pada usia lanjut, pada tes TUG ini seperti melakukan kegiatan sehari-hari (Shumway-Cook, 2000; Bischoff et al., 2003; Kristensen et al., 2007). Kekuatan genggaman tangan (handgrip strength) merupakan alternatif yang valid dan konsisten serta sederhana untuk menilai kekuatan otot yang berhubungan dengan keterbatasan motorik, terkait usaha yang umum dilakukan selama aktivitas sehari-hari bahkan dapat memprediksi kesehatan pada usia lanjut seperti mortalitas, morbiditas dan kemampuan fungsional maupun berbagai keterbatasan yang menyertai proses menua itu sendiri (Shechtman et al., 2004). Kekuatan genggaman tangan berkorelasi kuat dengan pemeriksaan lain dari kekuatan otot dan selanjutnya sering dipertimbangkan mewakili kekuatan otot seluruh tubuh sehingga dapat digunakan sebagai indikator fisik secara keseluruhan kekuatan tubuh (Massey-Westrop et al., 2004; Foo, 2007).
3
Kekuatan otot diketahui sebagai indikator aktifitas fisik sehari-hari. Hal tersebut ada hubungan yang kuat
dengan sistem tubuh antara lain: sistem
kardiovaskuler, sistem syaraf, sistem muskuloskeletal dan sistem endokrin. Hilangnya kekuatan otot merupakan bagian dari proses penuaan yang dapat mengganggu kemampuan fungsional pada berbagai komunitas (Al-Abdulwahab, 1999; Teimoori et al., 2009). Penurunan massa dan kekuatan otot menyebabkan gangguan gerak dan keseimbangan sehingga mempunyai kecenderungan risiko terjadinya jatuh. Sebuah penelitian menunjukkan tingginya prevalensi jatuh pada mereka dengan kekuatan genggaman tangan yang rendah, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa rendahnya kekuatan genggaman tangan dapat menjadi indikator klinis yang kuat risiko jatuh (Miller et al., 2003; Rebelatto et al., 2007). Kekuatan genggaman tangan dan tes TUG merupakan bagian dari beberapa tes performa fisik untuk menetapkan risiko jatuh dan jatuh berulang (Rubenstein et al., 2006; Sai et al., 2010). Kekuatan genggaman tangan berkorelasi negatif terhadap tes TUG, semakin rendah kekuatan genggaman tangan maka semakin lama waktu yang diperlukan dalam tes TUG (Samsons et al., 2000). B. Pertanyaan penelitian Adakah perbedaan kekuatan genggaman tangan pada populasi wanita usia lanjut di posyandu lansia Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman dengan riwayat jatuh dan tidak jatuh.
4
C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan genggaman tangan pada populasi wanita usia lanjut di posyandu lansia Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman dengan riwayat jatuh dan tidak jatuh. D. Manfaat penelitian Penurunan kekuatan otot
menimbulkan gangguan pada
gerak
dan
keseimbangan sehingga meningkatkan risiko jatuh pada usia lanjut, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : a) Bagi masyarakat: memberikan informasi tentang pemeriksaan tes kekuatan genggaman tangan sebagai alat yang berpotensi menjadi prediktor jatuh pada usia lanjut. b) Bagi Klinisi : mengetahui tes kekuatan genggaman tangan sebagai alat yang berpotensi menjadi prediktor jatuh pada usia lanjut sehingga dapat membantu klinisi dalam mengurangi angka kejadian jatuh maupun jatuh berulang. c) Bagi peneliti : memberikan informasi faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kekuatan genggaman sehingga dapat dijadikan acuan dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya.
5
E. Keaslian Penelitian Peneliti / Metode Penelitian Rebelatto et al Falls (2007)/
Judul in
Hasil
Institutionalized 61 lansia di komunitas ada
Cross Elderly people : General perbedaan
rata-rata
kekuatan
sectional
Characteristics,
genggaman tangan antara yang
observational
determinant
study
Relationship with Handgrip tidak jatuh (p=0.003). Sebagian
Factors
and mengalami jatuh maupun yang
Strength (Acta
besar mereka yang mengalami Ortop
Bras, jatuh
15(3):151-154)
mempunyai
kekuatan
genggaman tangan yang rendah (19,7±8,2 kgf) dibanding mereka yang tidak jatuh (25,45±12,14 kgf).
Miller et al (2003)/ A
Clinically
relevant Meneliti
hubungan
antara
Longitudinal
criterion for grip strength: kekuatan genggaman tangan dan
cohort study
relationship with falling in a kejadian jatuh pada 1251 usia sample
of
older
adults lanjut berusia di atas 70 tahun di
(Nutrition&Dietetics, 60:4)
komunitas dengan follow up 12 bulan.
Didapatkan
prosentase
6
kelompok
yang
mengalami
kejadian jatuh (fallers) lebih tinggi
pada
mereka
yang
memiliki kekuatan genggaman tangan 23,2±8,5 kg dan pada kelompok tanpa riwayat jatuh (non fallers) memiliki kekuatan genggaman tangan 26,3±8,8 kg.
Samsons (2000)/
et
al Relationship
Cross Physical
sectional study
between Ada korelasi yang negatif antara Performance tes
TUG
dengan
kekuatan
Measures, Age, Height and genggaman tangan pada
74
Body Weight in Healthy wanita dan 81 laki-laki dengan Adults (Age and Ageing, usia 29:235-242)
20-90
tahun.
rendah
kekuatan
tangan
maka
Semakin genggaman
semakin
lama
waktu yang diperlukan dalam tes TUG (r = -0,56 pada laki-laki dan r = -0,65 pada perempuan).
7
Sai et al (2010)
Fall
predictors
in
the Penelitian 137 usia lanjut dengan
A cross sectional community dwelling elderly: periode and
prospective A
cohort study
cross
sectional
1
tahun
and didapatkan tes TUG mempunyai
prospective cohort study (J nilai Musculoskelet
follow up
yang
paling
signifikan
Neuronal sebagai prediktor jatuh berulang
Interact, 10(2):142-150)
dibanding tes yang lain termasuk kekuatan genggaman tangan (p< 0.01). Peserta yang mempunyai riwayat
jatuh
mempunyai
(fallers) kekuatan
genggaman tangan yang lebih rendah dan waktu TUG yang lebih lama dibanding peserta tanpa riwayat jatuh (non fallers).
Sepengetahuan peneliti sampai saat ini di Indonesia, khususnya di DIY belum ada penelitian yang dilakukan untuk menilai kekuatan genggaman tangan pada wanita usia lanjut di posyandu lansia dengan riwayat jatuh dan tidak jatuh.
8