1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan terdapat 751.000 kasus sepsis berat setiap tahunnya di AS dengan angka kematian sebesar 28,6% dan menghabiskan biaya sekitar 16,7 juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih belum diketahui jumlah kasus sepsis maupun angka kematiannya. Sepsis merupakan suatu proses inflamasi sistemik atau Systemic Inflammatory Respons Syndromes (SIRS) akibat respon klinis terhadap adanya infeksi (Goldstein et al., 2005). Akibat dari infeksi ini, terjadi perubahan akut pada organ-organ bahkan yang letaknya jauh dari sumber infeksi. Perubahan ini disebut sebagai respon fase akut (Acute-phase response). Respon ini melibatkan perubahan beberapa konsentrasi plasma protein seperti peningkatan C-reactive protein (CRP), procalcitonin (PCT) dan Serum Amyloid A (SAA) (Tillett & Francis, 1930). Serum amyloid A sebagai suatu apolipoprotein yang memiliki potensial sebagai marker sepsis dan diproduksi oleh hepar saat respon fase akut ( Cetinkaya, 2009; Armon, 2007) dan bersama CRP dan PCT telah menjadi faktor prognosis sepsis pada bayi lahir prematur (Urieli et al., 2000; Jovanovic, 2004; Arnon et al., 2004). Serum amyloid A diekspresikan sampai 1000 kali lebih tinggi setelah 8 – 24 jam dari onset sepsis. Selain itu bila dibandingkan dengan CRP, SAA
2
dilaporkan meningkat lebih cepat setelah onset sepsis dan relatif menetap dalam kadar yang tinggi sampai 28 hari (Arnon, 2007). Selain faktor SAA, masih terdapat fakor lain yang mempengaruhi prognosis sepsis, yaitu syok septik, asidosis metabolik laktat, dan manajemen pasien sepsis (Duke, 1999; Ciarka et al., 2000; Nguyen et al., 2010). Pemberian antibiotik, oksigenasi yang adekuat, resusitasi cairan, pemberian katekolamin pada syok refrakter akan memperbaiki outcome dan menurukan angka mortalitas pasien dengan sepsis (Otero et al., 2006; Nguyen et al., 2010; Bierley et al., 2009). Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian khusus mengenai perbedaan kadar SAA pada sepsis dengan outcome kematian di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Dalam penelitian ini akan menilai nilai p, selisih rerata, IK (Interval Kepercayaan) selisih rerata sehingga mengetahui perbedaan kadar SAA pada sepsis dengan outcome kematian di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Sepsis masih merupakan masalah yang masih berkembang di seluruh dunia dan dapat berkembang menjadi kegagalan sirkulasi yang menyebabkan kematian.
3
2. Kadar SAA dapat meningkat pada pasien sepsis dan merupakan tanda terjadi perburukan kondisi. 3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perbedaan kadar SAA pada sepsis dengan outcome kematian di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. C. Pertanyaan penelitian Pertanyaan penelitian berdasarkan uraian di atas adalah : Apakah terdapat perbedaan kadar SAA pada sepsis dengan outcome kematian (pasien meninggal atau hidup) di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta ? D. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar SAA pada sepsis dengan outcome kematian di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. E. Manfaat penelitian 1. Bidang Pelayanan Masyarakat Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan tatalaksana dan manajemen
pasien
sepsis
terutama
pasien
bisa
mendapatkan
penatalaksanaan yang lebih cepat dan tepat, sehingga mencegah terjadinya perburukan sepsis sampai dengan kematian. 2. Bidang Pengembangan Ilmu
4
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai perbedaan kadar SAA pada sepsis dengan outcome kematian di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta yang belum pernah dilakukan. 3. Bidang Peneliti Memberikan bukti ilmiah dan memperluas wawasan tentang pemeriksaan Serum Amyloid A pada populasi sepsis serta pemanfaatannya pada diagnosis, tatakelola dan prognosis sepsis. F. Keaslian penelitian Penelitian tentang perbedaan kadar SAA pada sepsis dengan outcome kematian di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta belum pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu terdapat sebuah penelitian mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi mortalitas pasien sepsis sebelumnya yaitu: Tabel 1. Keaslian Penelitian No
Peneliti
Judul
Penelitian/
Hasil Penelitian
Desain 1
Patriawati, 2009
Kadar Laktat Serial Sebagai Faktor Prognosis Mortalitas Pasien Sepsis
Prospective Observational
Kadar laktat serial yang persisten atau meningkat dalam 24 jam, ditunjukkan dengan bersihan laktat 24 jam < 10% merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya mortalitas pada pasien sepsis anak.
5
2
Arnon et al., 2007
The Prognostic Virtue Prospective of Inflamatory markers study during late-onset sepsis in Preterm Infants
SAA, CRP dan sel darah putih dapat menjadi marker faktor prognostik untuk lama perawatan pada bayi lahir prematur dan SAA merupakan marker prognosis yang paling awal terdeteksi.