BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kanker pada anak menjadi masalah bagi dunia karena kejadiannya terus mengalami peningkatan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Di Pakistan tercatat 60% anak meninggal karena kanker. Sebagian besar penyebab kematian adalah deteksi yang terlambat dan pengobatan yang kurang memadai (Chaudhry & Siddiqui, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah dengan prevalensi penderita kanker tertinggi di Indonesia untuk semua umur berdasarkan diagnosis dokter yaitu 4-5 per 1.000 penduduk. Rata-rata prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1.000 penduduk (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan register Divisi Hematologi & Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (IKA FK UGM) didapatkan data 362 anak terdiagnosis kanker pada bulan Januari 2012 sampai Desember 2013, jumlah yang paling banyak adalah Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) sebanyak 155 kasus. Berdasarkan asal tempat tinggal pasien LLA hanya 29% yang berasal dari DIY sedangkan 71% berasal dari Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan luar Pulau Jawa seperti Batam. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta menjadi rumah sakit rujukan bagi seluruh masyarakat di Provinsi DIY dan sekitarnya. 1
2
Hasil wawancara dengan seorang ibu yang mempunyai anak dengan LLA yang sedang dirawat di ruang One Day Care (ODC) anak RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, ibu mengatakan sejak anaknya sakit satu tahun yang lalu, ibu sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk tidur kembali, ibu sering mengeluh sesak nafas, ibu tidak bisa bekerja untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai petani, anak yang lain harus dipondokkan karena ibu tidak bisa memberikan pengawasan. Masalah ekonomi juga menjadi beban yang harus difikirkan oleh ibu untuk biaya perawatan anak. Ibu mengatakan sejak anaknya sakit, hubungan dengan suaminya menjadi tidak harmonis. Menurut ibu, orang terdekat yang selalu memberikan dukungan hanya ayah dan kakak. Sejak anaknya sakit, ibu tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan rumahnya dan merasa tidak percaya diri saat bertemu dengan tetangga-tetangganya yang lain. Kanker pada anak adalah penyakit kronis yang mempengaruhi tidak hanya anak tetapi juga keluarga secara keseluruhan bahkan kanker pada anak dianggap sebagai penyakit keluarga. Orang tua menjadi orang yang paling stres setelah mengetahui diagnosis kanker dan pengobatannya pada anak, baik itu stres secara fisk, psikologis, sosial dan ekonomi. Masalah yang dialami oleh keluarga dapat digambarkan secara objektif misalnya kebutuhan keuangan dan pekerjaan, sedangkan masalah subjektif terkait pada reaksi psikologis seperti komunikasi dengan saudara kandung anak yang sakit, hubungan dengan orang lain dan adanya kekhawatiran tentang masa depan anak yang sakit (Elcigil & Conk, 2010). Beban yang dialami keluarga adalah perawatan anak dengan seringnya anak menjalani rawat inap ke rumah sakit. Beban tersebut sering dialami oleh
3
sebagian besar ibu, karena peran ibu sebagai penangggungjawab utama pengasuhan. Ibu harus memberikan dukungan secara fisik dan psikologis pada anak, kondisi seperti ini menyebabkan menurunnya kondisi fisik ibu sendiri. Tingkat stres ibu lebih tinggi daripada ayah. Memiliki anak dengan kanker menyebabkan ibu menjadi terisolasi secara sosial karena sakit kanker memerlukan pengobatan dan rancana perawatan jangka panjang dan mahal. Selama anak sakit, ibu akan terlibat terus menerus dalam perawatan anak sehingga ibu sering keluar dari pekerjaannya dan tidak bisa terlibat dalam kegiatan sosial atau memiliki waktu untuk kebutuhan mereka sendiri, hal ini menyebabkan tingginya tingkat stres dan depresi pada ibu (Elcigil & Conk, 2010). Ibu yang memiliki anak dengan kanker menilai kualitas hidup anaknya lebih buruk daripada penilaian diri anak sendiri. Orang tua menunjukkan reaksi ketakutan, kekhawatiran, kesedihan dan kecemasan yang mempengaruhi penilaian mereka tentang kualitas hidup anaknya (Eiser, Eiser & Stride, 2005). Penilaian kualitas hidup yang rendah dari ibu juga dipengaruhi oleh status sosial ekonomi. Ibu menunjukkan gejala fisik seperti insomnia, kelelahan, sakit kepala, sakit punggung, kehilangan nafsu makan, masalah pada pencernaan. Secara psikologis ibu mengungkapkan lebih mudah gelisah, cepat marah, sensitif, stres karena harus berpisah dengan suami dan anak-anak lainnya yang di rumah (Elcigil & Conk, 2010). Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: objektif dan subjektif. Kelompok objektif terkait dengan diagnosis medis, hasil uji laboratorium dan status sosial ekonomi. Sedangkan kelompok subjektif
4
terkait dengan penerimaan diri, kondisi fisik, kondisi psikologis, hubungan interpersonal dan dukungan sosial (Potocka & Merecz, 2009). Menurut Johnson & Johnson (1991) dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informatif dapat menjadikan individu menjadi diperhatikan/disayang, merasa berharga, dapat berbagi beban, percaya diri/mampu melihat peluang dan tumbuh harapannya. Dukungan sosial dapat meningkatkan identitas diri dan self esteem sehingga individu akan mempunyai penerimaan diri yang baik. Individu yang mempunyai penerimaan diri yang baik akan memiliki konsep diri yang stabil sehingga mampu memahami diri sendiri dan memiliki keyakinan diri yang baik disertai rasa aman untuk mengembangkan diri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara keseluruhan (Friedman, Marilyn & Bowden, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zhang Tie-ling menyatakan bahwa ada hubungan antara kualitas hidup dengan penerimaan kecacatan dan dukungan sosial pada pasien kanker rektum yang dilakukan kolostomi (Tie-ling ZHANG & HU Ai-ling, 2013). Intervensi tidak hanya diberikan untuk anak saja tetapi rencana keperawatan juga ditujukan untuk orang tua. Peran perawat yang terpenting adalah memberikan pengetahuan dan dukungan pada keluarga terutama ibu bagaimana belajar untuk menerima kondisi anak dan menerima kondisi anak yang sakit kanker (Elcigil & Conk, 2010). Strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua menghadapi anak dengan kanker adalah dengan berpandangan positif. Pandangan yang positif dapat membantu orang tua untuk menerima kondisi. Berpandangan positif dapat membantu penerimaan diri yang lebih baik pada ibu-ibu di Korea
5
yang mempunyai anak dengan kanker. Bimbingan dan informasi yang diberikan oleh tim kesehatan dan hubungan yang baik dengan orang lain dapat membantu mengatasi situasi stres pada orang tua (Ã, Cho, Kim & Kim, 2009). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara dukungan sosial dan penerimaan diri dengan kualitas hidup ibu yang mempunyai anak dengan LLA di ruang ODC Anak RSUP Dr. Sardjto Yogyakarta.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: adakah hubungan antara dukungan sosial dan penerimaan diri dengan kualitas hidup ibu yang mempunyai anak dengan LLA?
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Untuk menganalisis hubungan antara dukungan sosial dan penerimaan diri dengan kualitas hidup ibu yang mempunyai anak dengan LLA.
2.
Tujuan khusus a. Menganalisis hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ibu yang mempunyai anak dengan LLA. b. Menganalisis hubungan antara penerimaan diri dengan kualitas hidup ibu yang mempunyai anak dengan LLA.
6
D. Manfaat Penelitian 1.
Secara teoritis Menambah kajian dan bukti empiris tentang dukungan sosial, penerimaan diri dan kualitas hidup orang tua terutama ibu yang mempunyai anak dengan LLA.
2.
Secara praktis a. Bagi perawat anak Memberi wawasan kepada perawat untuk lebih memperhatikan masalahmasalah psikososial yang terjadi pada orang tua yang mempunyai anak dengan LLA. b. Bagi profesi keperawatan Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan memberikan intervensi keperawatan terkait masalah psikososial yang dialami oleh orang tua yang mempunyai anak dengan LLA.
E. Keaslian Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis kuantitatif non eksperimen dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel dukungan sosial dan penerimaan diri dengan variabel kualitas hidup. Beberapa penelitian terkait dengan dukungan sosial, penerimaan diri dan kualitas hidup termuat dalam Tabel 1.
7
Tabel 1. Penelitian tentang dukungan sosial, penerimaan diri dan kualitas hidup yang dirujuk dari penelitian sebelumnya N o
Judul
Peneliti dan
Desain
tahun terbit
penelitian
1
Health related quality of life assessment in Pakistan paediatric cancer patients using PedsQL TM 4.0 generic core and PedsQL cancer module
Caudhry & Siddiqui Tahun 2012
Cross sectional
2
Determinin g the Burden of Mothers with Children Who Have Cancer
Elcigil, et al. Tahun 2010
Deskriptif kualitatif
3
Quality of life in children newly diagnosed with cancer and their Mothers
Eiser, et al. Tahun 2005
Cross sectional
Hasil
Ada perbedaan antara kualitas hidup anak dengan kanker dan orang tuanya dibandingkan dengan kualitas hidup anak yang sehat beserta orang tuanya. Kualitas hidup pada anak dengan kanker mempunyai nilai yang rendah. Ibu mengalami stres dan tidak mampu mengatasi stres secara efektif dalam merawat anak dengan kanker Kualitas hidup ibu yang mempunyai anak dengan kanker lebih rendah dari anaknya
Perbedaan dengan penulis Penulis tidak membanding kan kualitas hidup antara orang tua dan anak sakit kanker dengan orang tua dan anak yang sehat.
Desain dan variabel penelitian yang digunakan berbeda.
Penulis tidak membanding kan kualitas hidup ibu dengan anaknya
8
Tabel 1. lanjutan N o 4
5
6
Judul Psychologic al correlates of quality of life in dermatolog y patients: the role of mental health and selfaccepteance Patients after colostomy: relationship between quality of life and acceptance of disability and social support
The report of coping strategoes and psychosocia l adjustment in Korean mothers of children with cancer
Peneliti dan
Desain
Hasil
tahun terbit
penelitian
Potocka et al. Tahun 2009
Cross sectional
Ada hubungan antara penerimaan diri dengan kualitas hidup pada pasien dengan masalah dermatologi
Zhang Tieling, et al. Tahun 2013
Desain Cross sectional
Ada hubungan antara kualitas hidup dengan penerimaan diri dan dukungan sosial pada pasien yang dilakukan kolostomi
Ã, Cho, Kim & Kim Tahun 2009
quasi experimen tal
Berpandanga n positif terbukti efektif untuk penerimaan diri yang lebih baik pada ibu-ibu di Korea yang mempunyai anak dengan kanker.
Perbedaan dengan penulis Responden yang akan diteliti adalah Ibu yang mempunyai anak dengan LLA sedangkan dalam jurnal responden adalah pasien dermatologi Perbedaan pada responden yang diteliti. Penulis meneliti ibu yang mempunyai anak dengan ALL.Sedang kan jurnal meneliti pasien kanker yang dilakukan kolostomi Penulis tidak memberikan perlakuan pada responden