BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh kematian di Amerika Serikat. Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau kelima kehidupan mereka akibat penyakit hati ini. Setiap tahun ada tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal hati fulminan. Mortalitas gagal hati fulminan sebesar 50-80% kecuali bila ditolong dengan transplantasi hati (Kusumobroto, 2007). Data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia belum ada, namun terdapat beberapa data yang berasal dari laporan rumah sakit pendidikan di Indonesia. Di RSUP Dr. Sardjito yogyakarta jumlah penderita sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam kurun waktu 1 tahun (2004). Di Medan dalam waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 4% dari seluruh pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam (Nurdjanah, 2006). Pasien sirosis hati asimtomatis lebih dari 40%. Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya. Komplikasi yang sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intrabdominal, kemudian sindrom hepatorenal yaitu gangguan fungsi ginjal akut tanpa adanya kelainan organik ginjal, selain itu terdapat varises esophagus, dimana 20-40 % pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan dan angka kematiannya sangat tinggi. Komplikasi berikutnya adalah
1
ensefalopati hepatik yang dapat berlanjut sampai koma, dan juga terdapat komplikasi sindrom hepatopulmonal (Nurdjanah, 2006). Komplikasi yang sangat kompleks tersebut menyebabkan prognosis sirosis hati sangat bervariasi. Menilai prognosis pasien sirosis hati dapat digunakan beberapa sistem skoring. Skor Child-Pugh, didasarkan pada tingkat keparahan penyakit menurut tanda, gejala serta hasil pemeriksaan laboratorium, variabelnya meliputi kadar bilirubin, albumin, ada tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari Child A, B, dan C. Klasifikasi Child-Pugh berkaitan dengan kelangsungan hidup, angka kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien dengan Child A, B, dan C berturut-turut 100, 80, dan 45 % (Nurdjanah, 2006). Fibrosis hati merupakan gambaran yang khas dari seluruh penyakit hati yang kronis. Kegagalan hati untuk mengeluarkan bahan berbahaya seperti virus, zat toksik, dan antigen lainnya akan menyebabkan inflamasi yang kronis disertai fibrosis hati dan diakhiri dengan terjadinya sirosis hati. Fibrosis hati terjadi akibat akumulasi komponen matriks ekstraseluler yang mengakibatkan kerusakan arsitektur hati dan disfungsi sel hati. Komponen matriks ekstraseluler ini banyak mengandung sitokin, faktor pertumbuhan, atau makromolekul lain yang saling terpisah dengan interaksi yang spesifik dengan komponen yang bervariasi terutama proteoglikan dan glikoprotein adesif (Bedossa, 1999). Sitokin merupakan kompleks molekul yang berperan dalam proses fisiologis dan patologis yang terjadi di hati seperti proses pertumbuhan, perkembangan, regenerasi hati, proses inflamasi termasuk infeksi viral dan bakterial, fibrosis hati, dan sirosis hati. Interleukin 6 merupakan sitokin proinflamasi yang berperan sangat penting terhadap mekanisme pertahanan tubuh.Kadar interleukin 6 (IL-6) dalam tubuh rendah pada
2
kondisi fisiologis, tetapi dapat terjadi peningkatan yang bermakna pada kondisi patologis seperti pada trauma, inflamasi, dan keganasan. Interleukin 6 pada tumor mungkin berperan untuk memacu proses diferensiasi dan pertumbuhan pada organ target. Kadar IL-6 meningkat pada pasien hepatitis terutama pada pasien sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler (KHS). Kadar ini lebih menggambarkan kondisi disfungsi hati daripada parameter inflamasi yang terjadi pada hati. Interleukin 6 dapat digunakan sebagai penanda progresifitas penyakit hati daripada menggunakan metode yang invasif (Ghaffar et al., 2008). Interleukin 6 adalah protein imun yang merupakan monomer dari 184 asam amino yang diproduksi oleh sel T, makrofag, sel endotel yang dijumpai pada gen 7p21. IL-6 juga dihasilkan oleh sel stelata hepatosit. IL-6 merupakan salah satu sitokin yang yang sangat berperan dalam proses fibrogenesis. IL-6 dikenal sebagai sitokin multifungsional yang diregulasi oleh proses hemopoesis dan inflamasi. Selain menggambarkan progresifitas penyakit hati, IL-6 juga dapat menggambarkan kadar endotoksin pada pasien dengan sirosis hati dekompensata. Peningkatan IL-6 pada sirosis hati dekompensata dapat merupakan isyarat untuk memulai penggunaan antibiotika lebih awal untuk mencegah infeksi bakterial yang dapat mengancam nyawa. Pasien sirosis sangat rentan terkena infeksi bakterial karena sangat berkaitan dengan mekanisme pertahanan diri dan kegagalan hati untuk melakukan fungsi detoksifikasi. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan tingginya kejadian infeksi bakterial pada pasien sirosis dan pada keadaan ini dijumpai kadar TNF α dan IL-6 yang meningkat secara bermakna dan berhubungan dengan kondisi klinis pasien (Wang et al., 2000). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan peningkatan kadar IL-6 yang bermakna pada seluruh pasien hepatitis C dan kadar yang lebih tinggi dijumpai pada
3
sirosis hati dibandingkan dengan yang bukan sirosis serta pada KHS. Produksi IL-6 juga berperan dalam komplikasi sistemik seperti menginduksi terjadinya kaheksia dan imunosupresi. Selain itu, kadar IL-6 juga sangat berhubungan dengan kadar kadar albumin serum, bilirubin, protrombine time (PT) pada pasien sirosis hati dan KHS (Ghaffar et al., 2008). 2. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat hubungan antara kadar interleukin 6 dengan skor Child-Pugh pada penderita sirosis hati? B. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kadar interleukin 6 dengan skor Child-Pugh pada penderita sirosis hati. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat pada pasien Manfaat penelitian ini pada pasien adalah agar pasien mendapat informasi mengenai gambaran progresifitas penyakitnya tanpa harus menjalani beberapa pemeriksaan. 2. Manfaat bagi peneliti Manfaat penelitian ini terhadap peneliti adalah untuk mendapatkan pengetahuan baru yang berhubungan dengan IL-6 pada sirosis hati dan untuk memenuhi persyaratan kelulusan penulis dalam menjalankan program spesialisasi penyakit dalam serta dapat menambah keilmuan dan pengalaman peneliti dalam penelitian ilmiah kedokteran.
4
3. Manfaat bagi institusi Manfaat penelitian ini bagi institusi, dalam hal ini bagian penyakit dalam adalah IL6 ini dapat digunakan sebagai faktor prognostik untuk menilai pemberatan penyakit sirosis hati berdasarkan skor Child-Pugh.
5
D. Keaslian Penelitian No
Peneliti
1
Judul
Metodologi
Jumlah
Hasil
pasien
penelitian
Ataseven et
The Levels of Ghrelin, Case
45 subjek
al., 2006
Leptin, TNF-α, and IL-6 control
(23
in Liver Cirrhosis and
dan
Hepatocellular
kontrol)
Terdapat
kasus peningkatan 22 yang
bermakna
kadar
ghrelin,
Carcinoma due to HBV
TNF α, dan IL-6
and HDV Infection
pada sirosis hati dan KHS.
2
Ghafffar et al., Prognostic
Significance Case
2008
Interleukins control
of
60 subjek
Terdapat peningkatan
Determination in Liver
kadar IL 1 β dan
Diseases
IL-6 pada pasien hepatitis
C
terutama
pada
pasien
sirosis
dan KHS. 3
Goral 2010
et
al., Relation pathogenesis cirrhosis,
between Case of
liver control
80 subjek
Terdapat
(50 kasus
hubungan antara
hepatic
dan 30
kadar
and
kontrol)
dengan beratnya
encephalophaty
sitokin
serum cytokine levels -
derajat
what is the role of tumor
ensefalopati
necrosis factor-alpha?
hepatikum pada sirosis hati
6
Sepengetahuan
peneliti
belum
ada
yang
melakukan
penelitian
yang
menghubungkan antara kadar IL-6 dengan skor Child-Pugh pada penderita sirosis hati yang dilakukan di Indonesia dan RSUP Dr. Sardjito khususnya.
7