BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbesar di negara maju, dan sampai dengan tahun 2020 diprediksikan merupakan penyebab kematian terbesar di negara berkembang. Ansietas sering terdapat pada penyakit jantung koroner, namun hanya sedikit penelitian yang meneliti hubungan ansietas dan penyakit jantung koroner (Olafiranye et al., 2011). Ansietas banyak terdapat pada pasien dengan penyakit jantung, berkisar antara 28-44% pada kelompok pasien usia muda dan 14-24% pada kelompok pasien usia lanjut. Ansietas sering terdapat bersamaan dengan depresi pada penyakit jantung koroner. Hubungan antara depresi dengan penyakit jantung telah banyak diteliti, namun hanya sedikit penelitian yang meneliti nilai prognostik dan peran ansietas pada penyakit jantung koroner (Barlow,2002). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ansietas merupakan prediktor independen kejadian kardiovaskular. Pada individu dengan tingkat ansietas yang tinggi terdapat peningkatan resiko terjadinya gagal jantung kongestif, stroke, aritmia ventrikel yang fatal, dan kematian mendadak oleh sebab kardial. Ansietas yang mengikuti kejadian kardiovaskular mayor dapat memperlambat penyembuhan dan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Hubungan antara ansietas dan penyakit kardiovaskular dibuktikan lebih lanjut dengan adanya perbaikan gejala kardial setelah pemberian terapi anti-ansietas. Namun, mekanisme yang 1
mendasari hubungan tersebut belum sepenuhnya diketahui. Beberapa mekanisme yang diusulkan diantaranya adalah aktivasi simpatis, penurunan non-ansietas vagal, penurunan heart rate variability, rangsangan terhadap hypothalamic pituitary axis, oksidatif stres, peningkatan mediator inflamasi dan gaya hidup yang tidak sehat (Olafiranye et al., 2011). Platelet berperan penting pada pembentukan lesi atherosklerosis dan komplikasinya. Peningkatan aktifitas platelet berhubungan dengan peningkatan volume platelet. Platelet yang lebih besar mengandung komponen granul yang lebih padat dan secara enzimatik serta metabolik lebih aktif daripada platelet yang lebih kecil serta memiliki potensi yang lebih tinggi untuk terjadinya trombosis. Mean platelet volume (MPV) merupakan indikator aktivasi platelet. (Aşikar, 2012). Mean platelet volume (MPV) yang besar berhubungan dengan kejadian restenosis setelah tindakan Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) pada pasien stable dan unstable coronary artery disease (Yang, 2006). Mean platelet volume (MPV) yang besar juga berhubungan dengan peningkatan risiko secara independen untuk kejadian serangan jantung pada pasien – pasien yang sudah diketahui mempunyai faktor risiko kardiovaskular (Klovaite, 2010). Mumpuni menyatakan bahwa MPV besar merupakan prediktor kejadian kardiovaskular mayor pada sindrom koroner akut (Mumpuni, 2011). Peningkatan reaktifitas platelet merupakan salah satu dari beberapa kemungkinan mekanisme yang diajukan untuk menerangkan hubungan antara faktor psikososial dengan penyakit jantung koroner. Kejadian trombosis selama stres 2
mungkin diperantarai oleh hormon stres seperti katekolamin. Katekolamin mengaktifasi platelet melalui rangsangan terhadap reseptor α2 platelet. Aktifasi platelet yang diperantarai oleh katekolamin hanya sebagian dihambat oleh aspirin. (Larson et al.,1994). Pada pasien dengan ansietas terdapat peningkatan aktivitas otonom dan kadar katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aktifitas platelet. Hal ini menunjukkan hubungan antara ansietas dan peningkatan resiko kejadian kardiovaskular. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian korelasi MPV pada angina pektoris stabil (APS) dengan ansietas. B. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat korelasi antara mean platelet volume (MPV) dengan simtom ansietas pada penderita angina pektoris stabil (APS)? C.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui korelasi antara mean platelet volume (MPV) dengan simtom ansietas pada penderita angina pektoris stabil (APS). D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut; a. Manfaat bagi pasien Pasien mendapat perhatian lebih baik, diharapkan dapat mengurangi morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan, sehingga kualitas hidup pasien meningkat. b. Manfaat bagi peneliti
3
Peneliti mendapatkan data dan memahami korelasi antara MPV dan simtom ansietas pada pasien angina pektoris stabil. c. Manfaat bagi istitusi Diharapkan dapat meningkatkan perhatian dan kewaspadaan dalam mengelola pasien angina pektoris stabil, mewaspadai simtom ansietas dan mengelolanya lebih awal, sehingga outcome menjadi lebih baik. E.
Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Paterniti et al (2001) menunjukkan bahwa ansietas berhubungan secara independen dengan progresifitas atherosklerosis selama periode 4 tahun, yang diukur dengan perubahan ketebalan intima media pada common carotid artery (Paterniti, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Hyun et al (2010), menunujukkan bahwa peningkatan nilai MPV berhubungan secara independen dengan prevalensi penyakit jantung koroner subklinis. Ordu et al (2009) melakukan penelitian case control tentang MPV pada pasien dengan gagal jantung kongestif pada 93 subyek gagal jantung yang stabil dengan EF<40% dan 88 non-ansietas sehat dengan EF>50%. Aktivasi platelet yang digambarkan oleh MPV meningkat signifikan pada penderita gagal jantung (Ordu et al., 2009). Mumpuni (2011) melakukan penelitian di Yogyakarta mengenai hubungan MPV dengan kejadian kardiovaskular mayor pada penderita sindroma koroner akut (SKA) selama perawatan di rumah sakit. Didapatkan bahwa hasil MPV>8,85fL berhubungan dengan kejadian kardiovaskular mayor yang lebih tinggi dibanding pada 4
MPV≤8,85fL. Rerata MPV pada SKA dengan kejadian kardiovaskular mayor lebih tinggi secara bermakna dibanding pada SKA tanpa kejadian kardiovaskular mayor, MPV berhubungan dengan kejadian kardiovaskular mayor pada SKA. Mean Platelet Volume (MPV) besar sebagai prediktor kejadian kardiovaskular mayor pada SKA (Mumpuni, 2011). Sepengetahuan penulis belum ada penelitian mengenai korelasi antara MPV dengan simtom ansietas pada penderita angina pektoris stabil (APS) di Indonesia.
5