15
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyakit kanker kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks di Indonesia, yang perlu ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, efisien, ekonomis dan manusiawi. Kanker dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari anak-anak sampai usia lanjut, dari tingkat pendidikan rendah sampai pendidikan yang tinggi dan dari sosial ekonomi rendah sampai sosial ekonomi yang mapan. Bahkan di negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (Sukarjo, 2001). Menurut WHO (2006) pada tahun 2006 proportional mortality rate (PMR) kanker di seluruh dunia sebesar 13%. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tercatat PMR kanker semakin meningkat, dari 4,8% dari tahun 1992 menjadi 5% pada tahun 1995 dan meningkat lagi menjadi 6% pada tahun 2001. Survei kanker global di Indonesia kanker paru mencapai 28 per 100.000 penduduk, kanker payudara 26 per 100.000 penduduk, kanker colorectum 23 per 100.000 penduduk, kanker leher rahim 16 per penduduk, dan kanker hati 13 per 100.000 penduduk. Kanker merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh penyakit kanker di dunia dan negara berkembang. Insiden kanker payudara di Amerika adalah 100 per 100.000 penduduk. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui bahwa terdapat
Universitas Sumatera Utara
16
493.243 jiwa per tahun penderita kanker payudara baru di dunia dengan angka kematian sebanyak 275.505 jiwa per tahun (Emilia, 2010). Indonesia sebagai salah satu negara penduduk terbesar di dunia, diperkirakan terdapat 15.000 kasus baru kanker payudara terjadi setiap tahunnya, sedang angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun (Emilia, 2010). Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan terdapat lebih 15.000 kasus kanker payudara baru, yang kurang lebih merenggut 8.000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (Diananda, 2009). Angka kejadian kanker payudara adalah 100.000 per penduduk. Kanker payudara berdasarkan laporan program Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 2005 di Indonesia tertinggi daerah Provinsi Jawa Tengah dari 10.546 kasus kanker terdapat 3.884 kasus kanker payudara. Pada tahun 2004 di Indonesia jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit mencapai 6.511 dengan proporsi pasien kanker payudara yang rawat jalan adalah 16,47% dan rawat inap adalah 10,9%, selain itu lebih dari 70% kasus kanker payudara dalam keadaan stadium lanjut (Depkes RI, 2005). Jumlah penderita kanker di Sumatera Utara diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi pada tahun 2000 sebanyak 548 kasus, tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Data rekam medik RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2007 sebanyak 445 kasus, tahun 2008 sebanyak 525 kasus, tahun 2009 sebanyak 567 kasus dan tahun 2010 sebanyak 593 kasus, meningkat menjadi 607 kasus pada tahun 2011. Masih tingginya angka penderita kanker payudara di Indonesia disebabkan karena penyakit ini tidak
Universitas Sumatera Utara
17
menimbulkan gejala dan rendahnya kesadaran wanita untuk memeriksakan kesehatan dirinya. Padahal sekarang penyakit apapun sudah dapat diobati dan ditangani dengan cepat apabila deteksi dini dilakukan secara berkala sehingga dapat mengurangi risiko angka kematian (Septiyaningsih, 2010). Penyebab langsung kanker payudara hingga saat ini belum diketahui, namun hasil penelitian Simanjuntak dalam Hawari (2004) bahwa ternyata banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kanker payudara yang diantaranya yakni wanita yang berumur 25 tahun ke atas, wanita tidak kawin, wanita yang memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun, wanita yang mengalami menstruasi pertama pada usia kurang dari 12 tahun, pernah mengalami penyinaran / radiasi, serta mengalami masa menopause yang terlambat lebih dari 55 tahun dan masih banyak faktor-faktor lain terkait dengan gaya hidup wanita tersebut. Menurut Tjahjadi (2003) kanker payudara (carcinoma mamae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara ini merupakan penyakit yang dapat dialami oleh wanita di seluruh dunia, dan tetap merupakan masalah yang dapat menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Tingginya perkiraan angka perempuan yang didiagnosa kanker payudara, lebih dari setengahnya akan mengalami metastasis saat didiagnosis. Perempuanperempuan tersebut memerlukan pendekatan sistemik pada pengobatan penyakit mereka, dimana kemoterapi menjadi pilihan utama yang tersedia saat ini. Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu
Universitas Sumatera Utara
18
zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker (Widyawati, 2008). Tujuan intervensi kemoterapi pada pasien kanker antara lain: pengobatan, mengurangi massa tumor selain pembedahan atau rediasi, meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi komplikasi akibat metastase dan efek samping kemoterapi (Suzanne, 2002). Namun demikian intervensi medis kemoterapi memiliki efek samping yang perlu dicermati antara lain: mual-muntah, mielosupresi (menekan produksi darah), kelelahan, rambut rontok dan sariawan. Efek samping terjadi, akibat obat kemoterapi tidak hanya membunuh sel kanker tapi juga sel normal yang ikut membelah cepat seperti: sel saluran pencernaan, kulit, rambut dan sperma. Pada umumnya kecemasan penderita kanker akibat terjadinya perubahan konsep diri, body image, kesakitan dan kematian. Banyak penderita kanker payudara yang mengalami kecemasan, terutama yang baru pertama kali akan menjalani kemoterapi disebabkan kurangnya pengetahuan dan memiliki konsep diri yang negatif (Carbonel, 2004). Penderita kanker yang memiliki konsep diri positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Penderita kanker menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri yang negatif pula. Penderita kanker yang memiliki perasaan kurang berharga yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri (Potter, 2005). Keseimbangan konsep diri sangat memengaruhi kesehatan individu, karena individu dengan konsep diri yang baik sehat akan memiliki keseimbangan dalam kehidupan (Salbiah, 2003).
Universitas Sumatera Utara
19
Meskipun reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan penanganan kanker sangat beragam dan keadaan serta kemampuan masing-masing penderita tergantung pada banyak faktor, namun ada enam reaksi psikologis yang utama (Prokop, 1991) yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan kognitif atau status mental (impairment), gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan (denial). Jay, Elliot & Varni (1986) menyatakan bahwa profil psikologis pasien yang datang pada pemeriksaan medis menunjukkan tingginya tingkat kecemasan, rasa marah, dan keterasingan. Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti kanker, umumnya pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang (Lubis dan Hasnida, 2009). Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh penderita kanker dipandang dan segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, bahkan efek samping yang dapat terjadi menimbulkan kecemasan pada pasien dan keluarga (Bustan, 2007). Kecemasan yang dialami seseorang dapat menimbulkan kelelahan, ketidaknyamanan, gelisah, tidak bisa tidur nyenyak, mudah tersinggung, mudah sesak, tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, tertekan dan ingin lari dari kenyataan. Jika kekhawatiran dan kecemasan ibu berlebihan dapat memengaruhi kesehatan ibu (Dagum, 2002). Kecemasan merupakan pengalaman dari lahir sampai mati oleh setiap orang yang meliputi ancaman terhadap tubuh, persepsi diri dan hubungan sosial (Stuart & Sundeen, 2005). Reaksi kecemasan pada seseorang penderita kanker muncul tidak saja
Universitas Sumatera Utara
20
sejak penderita diberitahukan tentang penyakitnya, tetapi juga setelah menjalani operasi (pengobatan) kecemasan tersebut lazimnya mengenai finansial, kekhawatiran tidak diterima di lingkungan keluarga atau masyarakat (Hawari, 2004). Kecemasan yang dialami penderita kanker seperti kanker payudara yang diteliti Setyowati (2006) menyimpulkan bahwa kemoterapi membuat penderita kanker payudara merasa cemas, kecemasan ini ditunjukkan melalui respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif. Reaksi fisiologis seperti tangan berkeringat dan terasa dingin, detak jantung berdetak lebih cepat, wajah pucat dan tegang, kehilangan nafsu makan, gerakan yang janggal, rasa tidak nyaman pada perut, rasa tertekan pada dada dan sering buang air kecil. Respon perilaku berupa gugup, menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah. Respon kognitif seperti takut pada kematian dan cedera. Sedangkan respon afektif berupa kurang sabar, merasa tegang, gugup, dan merasa takut. Konsep diri merupakan suatu gagasan kompleks yang memengaruhi cara seseorang dalam berfikir, berbicara, bertindak, cara seseorang dalam memandang dan memperlakukan orang lain, pilihan yang harus diambil seseorang, kemampuan untuk memberi dan menerima cinta, serta kemampuan untuk bertindak dan mengubah sesuatu. Terdapat lima komponen konsep diri, yakni gambaran diri/citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity) (Sunaryo, 2004). Menurut Kaplan dan Sadock (1997), faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan pasien dibagi atas dua yaitu: a). faktor intrinsik, antara lain: usia pasien,
Universitas Sumatera Utara
21
pengalaman pasien menjalani pengobatan, konsep diri dan peran, dan faktor ekstrinsik, antara lain: kondisi medis (diagnosis penyakit), tingkat pendidikan, akses informasi, proses adaptasi, tingkat sosial ekonomi, jenis tindakan kemoterapi, dan komunikasi terapeutik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lutfa (2008) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta bahwa dari empat variabel penelitian yang diteliti, hanya tiga variabel penelitian yaitu umur, pendidikan dan frekuensi menjalani kemoterapi berhubungan dengan tingkat kecemasan penderita, dan tingkat adaptasi penderita tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan penderita kanker. Penemuan berbeda ditemukan oleh Saraswati (2009) di RSUP Kariadi Semarang diperoleh korelasi negatif antara kecemasan penderita kanker yang mendapat kemoterapi dengan konsep diri. Konsep diri penderita kanker yang menjalani kemoterapi digolongkan sedang (87%) dan kecemasan penderita kanker juga tergolong sedang (90%). Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki kapasitas tindakan medis kemoterapi bagi penderita kanker payudara. Data rekam medik pada tahun 2011 menunjukkan frekuensi kasus penderita kanker berjumlah 839 kasus diantaranya kanker payudara merupakan kasus terbanyak 607 orang (73,4%). Melihat fenomena di atas, pentingnya pemahaman pasien kanker payudara tentang proses kemoterapi dan konsep diri untuk dapat mempersiapkan dirinya baik fisik maupun mental sehingga kecemasan menghadapi kemoterapi tersebut dapat diturunkan.
Universitas Sumatera Utara
22
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada pengaruh tingkat pengetahuan dan konsep diri perempuan penderita kanker payudara terhadap kecemasan menghadapi kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan dan konsep diri perempuan penderita kanker payudara terhadap kecemasan menghadapi kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh tingkat pengetahuan dan konsep diri perempuan penderita kanker payudara terhadap kecemasan menghadapi kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan sebagai pertimbangan perumusan kebijakan program kesehatan reproduksi dalam rangka menurunkan kesakitan dan kecemasan ibu pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Universitas Sumatera Utara
23
2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan kajian dalam menerapkan program kesehatan reproduksi khususnya pasien kanker payudara. 3. Sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya tentang tingkat kecemasan penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi. .
Universitas Sumatera Utara