BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian nomer
satu
di
dunia
(Cancer
Research
UK,
2012).
Mortalitas kanker ini tercatat sebesar 1.590.000 jiwa pada tahun 2012 (WHO, 2012). Ada dua tipe utama kanker paru,
yaitu
danSmall lebih
Non-small
Cell
dominan
Lung
kanker
paru
NSCLC
memiliki
Lung
Carcinoma
daripada
seluruh
Cell
SCLC
Carcinoma
(SCLC). yang
tiga
Kejadian
mencapai
(Breathnach,
2001;
subtipe
(NSCLC) NSCLC
85%
Sher,
kanker,
dari
2008). yaitu
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamos, dan karsinoma sel besar. Adenokarsinoma menyusun kejadian terbanyak yang mencapai 38% dari seluruh kanker paru (Kumar, 2014). Pada umumnya, kanker jenis ini terjadi pada pasien tanpa riwayat merokok (Shepherd, 2005), tetapi studi terbaru menyatakan bahwa jenis kanker ini dapat dijumpai pada pasien perokok (American Cancer Society, 2015). Karsinoma sel skuamosa(SCC) paru merupakan kanker paru primer yang umum ditemukan dan lebih cepat dideteksi dibanding sering
adenokarsinoma
tidak
menunjukkan
paru
karena
gejala
pada
adenokarsinoma stadium
awal.
1
2
Selain itu, ditemukan beberapa pola yang tidak jelas pada
hasil
pemeriksaan
histologisnya
(Moran,
2006).
Kejadian metastasis lebih tinggi pada kasus SCC daripada adenokarsinoma, bereaksi
namun
terhadap
SCC
lebih
kemoterapi
mudah dan
diterapi.
pada
tahap
SCC awal
pengangkatan tumor mudah dilakukan (College of American Pathologists,
2011).
adenokarsinoma
paru
Oleh
karena
dianggap
alasan
lebih
tersebut,
sulit
untuk
ditangani. Saat ini, perawatan adenokarsinoma adalah kemoterapi, namun efektivitas kemoterapi masih rendah karena
memiliki
mortalitas
yang
banyak
efek
tinggi.
samping
Seiring
dan
kemajuan
tingkat teknologi
terapi molekuler, targeted therapy telah ditemukan untuk menangani adenokarsinoma paru. Targeted therapy yang ditujukan untuk mengobati adenokarsinoma saat ini adalah gefitinib dan erlotinib (Siegelin dan Borczuk, 2014). Obat ini termasuk dalam golongan
epidermal
growth
factor
receptor
tyrosine
kinase inhibitor (EGFR TKI). EGFR TKI bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim tyrosine kinase pada gen EGFR yang berperan dalam proliferasi sel. Hal ini sangat berarti karena sebagian besar kejadian kanker paru jenis adenokarsinoma berhubungan dengan aktivasi dari tyrosine
3
kinase akibat mutasi gen EGFR. Mutasi sering terjadi pada ekson 18, ekson 19 dan ekson 21 (Siegelin dan Borczuk, 2014). Menurut Sun et al., insidensi kanker paru tipe adenokarsinoma
tinggi
di
Asia
Timur.
Bahkan
resiko
kanker pada wanita Asia tiga kali lebih besar daripada pria Asia (Ren S et al., 2012). Penelitian mengenai adenokarsinoma sehingga
ini
prosedur
belum
banyak
pengangkatan
dilakukan tumor
di
masih
Asia,
menjadi
pilihan utama untuk terapi kanker paru. Kelemahan dari pilihan terapi ini adalah hasilnya sangat bergantung pada kondisi pasien untuk beradaptasi dengan perubahan tubuh yang terjadi setelah pelaksanaan prosedur (Molina et al., 2008). Kemampuan toleransi tubuh akan menurun seiring
pertambahan
usia,
sedangkan
sebagian
besar
penderita kanker paru berusia di atas 60 tahun (Cancer research
UK,
2015).
Pernyataan
tersebut
masih
diperdebatkan. Berbeda dengan kejadian kanker ovarium yang sudah diyakini berkaitan dengan usia penderita. Berdasarkan SEER, 2011, penderita kanker ovarium paling sering terdiagnosis pada usia 55-64 tahun. Berkaitan dengan
hal
tersebut,
maka
penelitian
lebih
lanjut
4
mengenai hubungan usia dengan kejadian kanker paru perlu dilakukan.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diajukan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan antara usia dengan mutasi gen EGFR ekson 18 dan ekson 19 pada pasien kanker paru jenis adenokarsinoma.
C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan usia dengan mutasi gen EGFR ekson 18 dan ekson 19 pada pasien kanker paru jenis adenokarsinoma.
D. Manfaat Penelitian 1.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai beban penyakit di masyarakat.
2.
Penelitian ini memberikan gambaran tentang frekuensi mutasi
gen
EGFR
pada
kanker
paru
jenis
adenokarsinoma. 3.
Penelitian ini memberikan kontribusi pengembangan pengobatan kanker paru jenis adenokarsinoma.
5
E. Keaslian Penelitian Penelitian ini dapat dibuktikan keasliannya karena belum pernah ada penelitian dengan subyek, metode, waktu dan tempat penelitian yang sama dengan penelitian ini.
Tabel 1. Tabel keaslian penelitian. Nomor 1
Judul Penelitian
Publikasi
Kesimpulan
EGFR and KRAS
Jang, TW,
Prevalensi
Mutations in
Oak, CH,
mutasi EGFR
Patients With
Chang, HK et
tinggi (24%)
Adenocarcinoma
al., 2009
dan prevalensi
of the Lung
mutasi KRAS rendah (9.6%). Mutasi EGFR tidak berasosiasi dengan gender, riwayat merokok, tampakan histologis, usia, komponen bronchoalveolar , atau stadium kanker dari pasien adenokarsinoma paru. Hubungan mutasi EGFR dan
6
mutasi KRAS adalah eksklusif.
2
EGFR mutations
Li, AR,
Mutasi EGFR
in lung
Chitale, D,
pada
adenocarcinomas
Riely, GJet
adenokarsinoma
al., 2008
paru terjadi paling sering adalah delesi ekson 19 dan mutasi ekson 21 L858R. Usia, jenis kelamin , dan tampakan histologi tidak berbeda secara signifikan antara pasien yang tumornya memiliki delesi ekson 19dibandingkan dengan ekson 21 mutasi L858R .