BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
1
2
telah diatur khusus pelaksanaan K3 dalam suatu sistem yang disebut sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Kemudian pada pasal 3 Permenaker tersebut dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran, dan pencemaran wajib menerapkan SMK3. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di tandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Depkes RI, 2002). Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi. Bahaya-bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, jamur, dan lain-lain); faktor kimia (antiseptik, gas anastesi,
3
dan lain-lain); faktor ergonomi (cara kerja yang salah, dan lain-lain); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi, dan lain-lain); faktor fisiko sosial (kerja
bergilir,
hubungan
sesama
pekerja/atasan,
dan
lain-lain)
dapat
mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Di Amerika Serikat 5000 petugas kesehatan terinfeksi hepatitis B, 47 positif HIV dan setiap tahun 600.0001.000.000 luka tertusuk jarum dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan). Lembaga survei di Amerika (1998) mencatat frekuensi angka kecelakaan akibat kerja di rumah sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka kecelakaan akibat kerja terbesar adalah Needle Stick Injuries (NSI). (Depkes RI 2010) Kecelakaan kerja yang terjadi pada petugas kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, Faktor penyebab yang sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia serta kurangnya motivasi kerja dan tingginya stres kerja yang dialami oleh pekerja rumah sakit. Suardi (2005) menyatakan penyebab kecelakaan dapat dibagi menjadi: 1) faktor perorangan yang berupa kurang pengetahuan, keterampilan,
motivasi kerja, masalah fisik dan mental
(stres); 2) faktor pekerjaan yang berupa standar kerja, perencanaan dan perawatan yang kurang baik. Motivasi kerja merupakan motor pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan tertentu dan melibatkan seluruh kemampuan untuk mencapainya. Motivasi kerja juga sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat di rumah sakit. Motivasi
4
merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya. Tanpa adanya motivasi dalam bekerja, tenaga kerja akan merasa apatis, merasakan keengganan, acuh tak acuh dalam pekerjaan maupun hasil kerjanya (Setyawati, 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Yoki (2012) menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara penerapan SMK3 dengan motivasi kerja di dua tempat yang berbeda tersebut, Tingkat motivasi kerja pada perusahaan yang menerapkan SMK3 lebih tinggi di bandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan SMK3. Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2010)
pada
RSUD Moewardi Surakarta memperoleh hasil ada hubungan motivasi kerja dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit Moewardi Surakarta. Anagora (2001) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan tenaga kerja, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Cartwright dalam Tarwaka, dkk (2004) menyebutkan bahwa stres kerja tidak hanya berdampak pada tenaga kerja itu sendiri seperti curiga yang berlebihan, kecemasan, ketegangan, insomnia, maag, menurunnya daya tahan tubuh, meningkatnya tekanan jantung dan tekanan darah, juga berdampak pada organisasi atau perusahaan yang berupa tingginya angka tidak masuk kerja, turnover, hubungan kerja menjadi tegang dan rendahnya kualitas pekerjaan serta kecenderungan mengalami kecelakaan.
5
Penelitian yang dilakukan oleh Yoki (2012) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara stres kerja dengan penerapan SMK3. Perusahaan yang telah menerapkan SMK3 tingkat stres kerjanya lebih rendah di bandingkan dengan perusahaan yang belum menerapkan SMK3. Hasil penelitian Widiastuti (2010) terdapat hubungan antara stres kerja dan motivasi kerja yaitu semakin tinggi motivasi kerja seseorang maka semakin rendah tingkat stresnya. Penelitian yang dilakukan di instalasi bedah sentral di RSUD di Jakarta tahun 2006 memberikan gambaran bahwa Gaya berat yang di tanggung pekerja rata-rata lebih dari 20kg. Keluhan subyektif low back pain didapat 83.3% pekerja. Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3%. Pada petugas pembersih suatu rumah sakit di jakarta menderita dermatitis kontak iritan kronik tangan sebanyak 65,4%. Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat di suatu rumah sakit di jakarta berhubungan bermakna dengan stresor kerja. (Depkes RI 2010) Menurut hasil penellitian yang di lakukan oleh Putri (2009) di Rumah Sakit Pringadi Medan memperoleh hasil responden yang mengalami stres sebanyak 19 orang (45,24%), Berada pada kelompok umur lebih dari 33 tahun dengan masa kerja lebih dari 9 tahun. Jenis penelitian ini bersifat deskriktif dengan menggunakan desain cross-sectional study. Rumah sakit Anutapura Palu dengan status kelas B merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan di kota Palu. Hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan jumlah pasien, Banyaknya jumlah pasien yang masuk mengharuskan RSU Anutapura Palu memiliki tenaga perawat yang mempunyai dedikasi yang tinggi dan kinerja yang baik guna peningkatan kualitas pelayanan. Salah satu
6
upaya yang dilakukan RSU Anutapura adalah melakukan pembobotan indikatorindikator yang dapat meningkatkan kinerja dan penggambaran peningkatan derajat kesehatan RS dari segala aspek baik aspek keuangan, aspek pelayanan, serta aspek mutu pelayanan dan manfaat kepada masyarakat.Hal tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya perhatian yang lebih mendalam tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Misalnya untuk peningkatan kinerja harus juga memperhatikan tingkat stres kerja, motivasi kerja serta keselamatan dan kesehatan kerja pekerja di rumah sakit. Pengalaman yang dialami peneliti sewaktu akan menjalani proses persalinan di RSU Anutapura Palu sewaktu seorang perawat ingin memasangkan jarum infus tetapi terjadi kecelakaan yaitu jarum infus yang ingin disuntikkan ke peneliti ternyata tertusuk ketangan si perawat. Peneliti sempat bertanya pada perawat yang bersangkutan dan perawat tersebut menyatakan bahwa dia menggantikan temannya yang sedang dinas siang sehingga dia dinas dari siang sampai keesokan paginya. Sehingga perawat tersebut mengalami kelelahan akibat jumlah pasien dan waktu untuk melayani pasien ditambah dengan adanya masalah pribadi yang dialami oleh perawat tersebut. Sumber yang diterima oleh calon peneliti bahwa RSU Anutapura pada tahun 2010 telah membentuk panitia pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) di RSU Anutapura sebagai persyaratan akreditasi rumah sakit.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
uraian
latar
belakang
masalah
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan penerapan SMK3 dengan motivasi kerja pada perawat di RSU Anutapura Palu. 2. Apakah ada hubungan penerapan SMK3 dengan stres kerja pada perawat di RSU Anutapura Palu. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Untuk mengetahui hubungan penerapan SMK3 dengan motivasi
dan
stres kerja pada perawat di RSU Anutapura Palu 2. Tujuan khusus: a.
untuk mengetahui hubungan penerapan SMK3 dengan motivasi kerja pada perawat di RSU Anutapura Palu
b.
Untuk mengetahui hubungan penerapan SMK3 dengan stres kerja pada perawat di RSU Anutapura Palu. D. Keaslian Penelitian
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2009) tentang Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shif Malam di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pringadi Medan jenis penelitian diskriptif dengan pendekatan crosssectional studi di peroleh hasil sebanyak 19 orang (45,24%) responden yang mengalami stres berada pada kelompok umur lebih dari 33 tahun dengan masa kerja lebih dari 9 tahun. Persamaannya yaitu penelitian ini sama-sama
8
menggunakan pendekatan cross-sectional studi perbedaannya pada variabel penelitian. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2010) tentang Hubungan Antara Stres Kerja dan Motivasi Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta jenis penelitian eksplanatory reseach dengan pendekatan crosssectional studi. Penelitian ini memperoleh hasil ada hubungan antara stres kerja dan motivasi kerja pada perawat di rumah sakit Moewardi Surakarta. Persamaannya subyek penelitian perawat dan pendekatan penelitian perbedaannya yaitu lokasi penelitian dan variabel penelitian.
3.
Penelitian yang dilakukan Sutomo Dkk (2007) tentang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang
. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif eksploratif
dengan rancangan studi kasus. Jenis penelitian berupa penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang dapat diamati. Penelitian
dilakukan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di RSUD Bangkinang. Persamaannya variabel penelitian tentang penerapan SMK3 perbedaannya yaitu lokasi penelitian subyek penelitian. 4.
Penelitian yang dilakukan Kuncoro (2012) tentang Penerapan SMK3 dihubungkan dengan motivasi kerja dan stres Kerja Pada PT.Telkom Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelatif, yang dijalankan dengan metode survei yang menggunakan rancangan cross-sectional.
9
Penelitian ini dilakukan di lokasi yang telah menerapkan SMK3 dan belum menerapkan SMK3. Persamaannya pada variabel penelitian penerapan SMK3,motivasi kerja,dan stres kerja perbedaannya lokasi penelitian dan subyek penelitian. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis sebagai berikut 1.
Manfaat praktis Untuk
memberikan
masukan
dan
gambaran
tentang penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja dengan motivasi kerja dan stres kerja pada perawat sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
pihak
manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan, serta membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu item penilaan dalam akreditasi rumah sakit. 2.
Manfaat teoritis Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang penerapan SMK3 dengan motivasi dan stres kerja pada perawat baik bagi mahasiswa jurusan kesehatan, maupun mahasiswa dari jurusan lain yang tertarik dengan topik di atas. Hasil peneilitian ini di harapkan juga dapat menjadi dasar untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih dalam terkait masalah penerapan SMK3 dengan motivasi dan stres kerja.