BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh kepada tingkat yang paling rendah hal ini disebabkan oleh suatu virus yang
bernama
HIV
(Human
Immunodeficiency
Virus),
virus
ini
pertama
diidentifikasikan oleh seseorang yang bernama Luc Montainer di Institut Pasteur, Paris pada tahun 1983. Karakteristik virus ini sendiri baru diketahui oleh Robert Gallo dan Jay Levi di Amerika Serikat pada tahun 19841. Kasus pertama yang pernah dilaporkan terdapat di Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dalam kurun waktu 10 tahun penularannya telah menyebar keseluruh dunia. Di Indonesia sendiri kasus pertama yang pernah dilaporkan pada tahun 1987 di Bali dari seorang turis, dan diperkirakan penderita HIV/AIDS mencapai angka 90.000 – 130.000 pada tahun 2005.
Dari penularannya seperti yang sudah diketahui bahwa virus ini bisa masuk ketubuh manusia melalui2 : -
Darah. Air mani ( cairan, berbeda dengan sperma ). Cairan Vagina. Air susu ibu ( ASI ).
Kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah3:
Hubungan seks tidak aman / tanpa kondom baik itu vaginal intercourse, anal sex ataupun oral sex. Air mani, air urin, atau darah yang sudah terinfeksi yang mengenai luka pada tubuh seseorang. Penggunaan jarum suntik / tindik / tato dengan menggunakan peralatan yang tidak steril dan bergantian. Tindakan medis yang memakai peralatan yang tidak steril, misalnya; peralatan dokter gigi. Penerimaan transfusi darah yang mengandung HIV. Seorang IBU yang terinfeksi virus HIV positif kepada bayinya, baik itu waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau menyusui. Menggunakan kondom bekas, atau menggunakan alat – alat sex secara bergantian seperti dildo ataupun yang lainnya dengan orang yang terinfeksi.
1
Nasronudin, HIV & AIDS PendekatanBiologiMolekuler, Klinis, dan Sosial, Airlangga University Press, Surabaya, 2007, hlm.1. 2 Chris W. Green, HIV &TB, Yayasan Spiritia, Jakarta, 2007, hlm 6. 3 Donald E. Messer Donald E. Messer, Breaking The Conspiracy of Silence Christian Churches and The Global AIDS Crisis, Fortess Press, Minneapolis, 2004, hlm.168. 1
Sejak tahun 1999 di Indonesia ditemukan adanya suatu fenomena baru dari penularan virus ini, dimana mulai terdeteksinya adanya infeksi hiv pada para pengguna narkoba intravena / IDU ( Injecting Drug User ). Bahkan penularan pada kelompok IDU itu sendiri berkembang dengan pesat, contohnya saja dari sampling darah yang diambil pada tahun 1999 dari pasien yang dirawat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta terdapat 18 % yang terinfeksi HIV, pada tahun 2000 menjadi 40 %, dan pada tahun 2001 menjadi 48 %. Hal ini akan lebih mengejutkan lagi bila dilihat dilapangan4.
Melihat kepada jumlah penderita HIV/ADS untuk tahun 2007 yang telah memasuki angka 15.000 orang lebih pada bulan Juni yang tercatat di RSKO. Faktor penularannya dapat dilihat pengguna obat – obatan
terlarang intraverna mempunyai angka yang tertinggi
sebagai salah satu media penularan virus ini yaitu sekitar 4700 orang untuk semua wilayah di Indonesia pada tahun 2007 hingga bulan Juni, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini5;
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 4 5
Provinsi/Province DKI Jakarta Papua Jawa Barat/West Java Jawa Timur/East Java Bali Kalimantan Barat/West Kalimantan Sumatera Utara/North Sumatra Jawa Tengah/Central Java Kepulauan Riau/Riau Archipelago Maluku/Moluccas Sulawesi Selatan/South Sulawesi Sulawesi Utara/North Sulawesi Lampung Sumatera Selatan/South Sumatra Yogyakarta Riau Sumatera Barat/West Sumatra
AIDS 2713 1244 1226 985 560 553
AIDS/ IDU 1951 4 1003 531 163 106
Mati/ Deaths 428 234 196 291 99 106
413 338 226 147 143 124 122 121 102 100 92
188 102 22 59 91 27 96 69 61 17 73
77 154 100 59 62 45 37 28 15 41 36
http://situs.kesrepro.info/pmshivaids/des/2005/pms02.htm http://www.aids-ina.org/files/datakasus/jun2007.pdf ( tanggal download 21 november 2007 ).
2
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Jambi NTT/East Nusa Tenggara NTB/West Nusa Tenggara Bangka-Belitung Irian Jaya Barat/West Irian Jaya Banten Bengkulu Kalimantan Selatan/South Kalimantan Kalimantan Timur/East Kalimantan NAD/Aceh Maluku Utara/North Moluccas Sulawesi Tenggara/SE Sulawesi Gorontalo Kalimantan Tengah/Central Kalimantan Sulawesi Tengah/Central Sulawesi Sulawesi Barat/West Sulawesi Jumlah/ Total
90 80 69 65 58 43 23 15
55 10 33 19 5 39 15 7
92 14 20 4 0 11 6 6
10
4
8
9 6 4 3 3
1 2 1 2 1
3 4 1 1 2
2 0 9689
1 0 4758
1 0 2118
Berangkat dari tabel di atas maka dapat kita lihat dari seluruh propinsi di Indonesia 98% nya terdapat penderita HIV/AIDS dan hampir 50% penderita HIV/AIDS ini adalah pengguna obat – obatan terlarang. Tabel Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Resiko/ Cumulative AIDS Cases by Mode of Transmission.6 Faktor Risiko/Mode of Transmission Heteroseksual/Heterosexual Homo-Biseksual/Homo-Bisexual IDU Transfusi Darah/Blood Transfusion Transmisi Perinatal/Perinatal Trans. Tak Diketahui/Unknown
AIDS 4079 397 4758 10 155 291
Berangkat dari data-data ini, maka penyusun melihat akan adanya perbedaan yang mendalam antara ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dengan IDU ODHA (Intravernous Drug User/pengguna jarum suntik). Dimana perbedaan ini secara kasat mata bisa dilihat dari 6
s.c.n. no. 5 3
aspek virus yang sudah ada di dalam tubuh pengguna dan pengguna juga harus menghadapi ketergantungan terhadap obat–obatan terlarang. ODHA itu sendiri juga mempunyai permasalahan yang cukup rumit dalam kehidupannya, salah satunya stigma yang masih berkembang di masyarakat yang mempunyai tendensi untuk memojokan ODHA dari keberadaannya di masyarakat.
Hal yang cukup menarik bagi penyusun untuk melihat kedalam relung hati para IDU ODHA yang sudah tidak aktif lagi dan harus menerima suatu vonis bahwa mereka terinfeksi oleh virus HIV dan kematian akan sebentar lagi menjemput mereka, yang menjadi pertanyaan yang mendasar adalah apakah yang memotivasi para IDU ODHA yang sudah tidak aktif lagi tetap tidak menggunakan obat-obatan terlarang? Di lain pihak IDU ODHA ini harus tetap berhadapan dengan sugesti dan “sakaw” (sakit akibat putaw) sebagai salah satu dampak dari gejala putus obat (GPO). IDU ODHA juga harus menghadapi dampak-dampak yang berkaitan dengan dampak fisik, dampak psikologi, dampak emosional, dan dan dampak spritual sebagai konsekuensi menjadi seorang pecandu7.
Sangat disayangkan keprihatinan gereja-gereja saat ini, hanya sebatas kepada adanya tindakan-tindakan yang tidak begitu signifikan yang mengarah kepada penanggulangan fenomena ini. Berdasarkan wawancara penyusun dengan salah satu konselor yang bekerja bagi Yayasan Pelita Ilmu, mengatakan bahwa keaktifan gereja-gereja sudah ada dalam masa sekarang ini. Hal ini dapat dilihat dari inisiatif dari gereja-gereja di Indonesia yang mengadakan kerja sama dengan Badan Narkotikan Nasional ( BNN ) untuk menanggulangi permasalahan narkoba dan HIV/AIDS. Melihat kepada intensitas kegiatanya cukup tinggi dalam
memberikan
pelatihan-pelatihan
kepada
pelayan-pelayan
gereja
dalam
menanggulangi masalah ini. Dilain pihak tidak menutup kemungkinan juga, jika adanya suatu tendensi dimana gereja seakan-akan menutup mata terhadap hal-hal yang berkaitan dengan virus ini. Mungkin saja hal ini disebabkan suatu stigma yang sudah terbentuk didalam masyarakat global bahwa HIV/AIDS dikategorikan sebagai penyakit kotor atau semacam kutukan Tuhan bagi orang – orang yang hidup dalam dosa8.
7 8
http://www.yakita.or.id/new_page_7.htm s.c.n 3, hlm.1-2 4
2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang ada di atas maka penyusun mencoba untuk merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini : 1. Bagaimana pergumulan IDU ODHA di saat mereka mengetahui diri mereka terinfeksi HIV? 2. Apa sumber harapan dan kekuatan IDU ODHA dalam menjalani hidupnya? 3. Bagaimana bentuk pendampingan pastoral yang sesuai bagi IDU ODHA?
Maka dengan demikian penyusun memilih judul:
PENDAMPINGAN PASTORAL KEPADA INJECTING DRUGS USER YANG TERINFEKSI HIV/AIDS
3. Alasan Pemilihan Judul Alasan penyusun memakai judul ini adalah, adanya sesuatu hal yang cukup menarik perhatian penyusun dengan melihat akan adanya suatu fenomena yang sedang terjadi dimasyarakat dewasa ini. Fenomena ini merujuk kepada pergeseran media penularan virus HIV, yang dahulu media dari hubungan sex penetratif memegang posisi pertama dalam faktor penularan virus ini dan bergeser menjadi posisi kedua setelah media penularan melalui jarum suntik yang notabene mempunyai tendensi kepada pengguna obat – obatan terlarang.
Hal yang sangat menarik jika ada seorang IDU ODHA dapat menerima keadaannya dan menjalani hidupnya seperti biasanya, hal yang belum tentu didapati oleh semua orang dimana seseorang dapat bangkit dari keadaan yang membawa dirinya kedalam keterpurukan. Hal ini tidak hanya terjadi dari usaha penderita itu sendiri, hal yang cukup membantu adalah adanya suatu dukungan dari orang-orang sekitar penderita tersebut9.
9
Nasronudin, HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan Sosial, Airlangga University Press, Surabaya, 2007, hlm.171. 5
Hal yang tepat jika gereja sudah saatnya untuk mempunyai keprihatinan yang mendalam terhadap fenomena ini, dimana keprihatinan ini tidak terletak kepada pandangan yang mempunyai tendensi justifikasi melainkan suatu pandangan yang mencerminkan sikap penerimaan atau acceptence yang mencerminkan akan kasih Tuhan dimuka bumi yang diwujudkan kedalam pengampunan yang dapat menyembuhkan10. Tentu saja hal ini sangat berkaitan erat terhadap suatu dimensi spiritual yang ada dalam diri penderita dimana dimensi ini yang akan menjadi suatu bahan bakar kepada IDU ODHA untuk menjalani kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya11.
4. Tujuan Penyusunan Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk : 1. Memetakan pergumulan IDU ODHA setelah mereka mengetahui diri mereka terinfeksi HIV. 2. Memetakan sumber kekuatan dan harapan IDU ODHA dalam menjalani hidupnya sebagai ODHA. 3. Memberikan usulan tentang pendampingan pastoral kepada injecting drugs user yang terinfeksi HIV/AIDS.
5. Metode Penyusunan Dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan metode pengumpulan data berdasarkan kajian literatur dan kajian lapangan. Kajian literatur itu sendiri dengan berusaha mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan baik itu secara medis, psikososial maupun spiritual, serta literatur yang berkenaan dengan pemasalahan pendampingan pastoral.
Sedangkan kajian lapangan akan diadakan dengan menganalisa hasil wawancara kepada IDU ODHA yang sudah tidak aktif lagi, wawancara juga akan dilakukan kepada para konselor yang sudah pernah menangani IDU ODHA, dari hal ini penyusun mengharapkan akan dapatnya suatu benang merah yang kiranya dapat menggeneralkan seluruh permasalahan yang dialami oleh IDU ODHA dan melahirkan suatu kesimpulan.
10 11
s.c.n 3, hlm 54. s.c.n 9, hlm.171. 6
6. Sistematika Penyusunan
BAB I. PENDAHULUAN Di dalam bab ini penyusun akan menyampaikan secara keseluruhan penyusunan skripsi ini yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penyusunan judul, metode penelitian, dan sistematika penyusunan.
BAB II. IDU ODHA DAN PERMASALAHANNYA. Didalam bab ini penyusun akan menguraikan beberapa permasalahan yang sangat berkaitan dengan kehidupan para IDU ODHA secara menyeluruh baik itu IDU ODHA yang sudah tidak aktif dan IDU ODHA yang masih aktif. Melihat kedalam dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial dan dimensi spiritual mereka dengan berusaha memetakan akan karya Tuhan dalam hidup mereka dan juga peranan aktif diri mereka dalam kehidupan sehari-harinya sebagai seorang ODHA.
BAB III. KERANGKA TEORI PENDAMPINGAN PASTORAL.
Dalam bab ini, penyusun akan menganalisa secara kritis permasalahan yang terjadi di sekitar IDU ODHA berdasarkan hasil yang sudah dipaparkan dalam bab II, dan penyusun berusaha memetakan permasalahan yang ada, beserta aspek-aspek yang sangat berpengaruh dalam kehidupan IDU ODHA kepada kerangka teori pendampingan pastoral.
BAB IV. PENDAMPINGAN PASTORAL KEPADA IDU ODHA. Dengan mengetahui permasalahan yang ada yang telah dipaparkan didalam bab III penyusun berusaha menarik satu kesimpulan dan diharapkan dapat memberikan suatu usulan untuk pendampingan pastoral yang tepat yang dapat diberikan kepada IDU ODHA.
7
BAB V. PENUTUP. Pada bagian akhir penyusunan ini penyusun akan merumuskan suatu kesimpulan dari semua yang sudah penyusun paparkan pada bagian sebelumnya. Dalam suatu usulan untuk dapat membantu para pekerja gereja yang mempunyai perhatian yang mendalam untuk menangani permasalahan IDU ODHA.
8