BAB I PENDAHULUAN
Low back pain adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya.1 Low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek sehari-hari, dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung, paling kurang sekali semasa hidupnya.2 Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 15% orang dewasa mengeluh nyeri punggung bagian bawah atau nyeri yang bertahan hampir dua minggu. Nyeri punggung bagian bawah telah diidentifikasi oleh Pan American Health Organization (PAHO) di antara tiga masalah kesehatan pekerjaan yang dikenal pasti olehWorld Health Organization (WHO). Keluhan nyeri punggung merupakan keluhan kedua setelah nyeri kepala.3 Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah, dapat merupakan nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bagian bawah dapat menjalar ke daerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). Walaupun nyeri punggung bagian bawah jarang fatal, namun nyeri yang dirasakan menyebabkan pasien mengalami disabilitas yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif, sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan. Tulang punggung menerima beban lebih besar sebagai konsekuensi tugasnya untuk menjaga posisi tegak tubuh, dan beban ini akan lebih banyak terkonsentrasi dibagian bawah dari tulang punggung tersebut. Sehingga dengan demikian, walaupun etiologi low back pain dapat bervariasi dari yang paling ringan (misalnya kelelahan otot) sampai yang paling bera t(misalnya tumor ganas) tetapi sebagian besar low back pain pada masyarakat adalah akibat adanya faktor mekanik yang tidak menguntungkan tulang punggung bagian bawah dalam fungsinya untuk menjaga posisi tegak tubuh (statika) maupun dalam fungsinya selama pergerakan tubuh (dinamika).4
1 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Penyebab yang mendasari keluhan nyeri punggung bawah bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah hernia nukleus pulposus (HNP). Hernia nukleus pulposus mempunyai karakteristik berupa protusi dari annulus fibrosus beserta nukleus pulposus yang ada didalamnya ke dalam kanalis vertebralis. Hernia nukleus pulposus dapat terjadi di semua diskus intervertebra, namun yang paling sering terjadi di segmen lombosakral pada diskus intervertebra L4-5 dan L5-Sl sekitar l0% sisanya terjadi di diskus intervertebra segmen L3-4. Penyebab lain yang menyebabkan low back pain yaitu oleh mekanik kronik paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong titik berat badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.4 Gejala yang dialami biasanya berupa nyeri di punggung ataupun di sekitar ektremitas bawah yang biasanya bersifat terus-menerus ataupun hanya timbul pada posisi tertentu serta juga sering diikuti dengan kekakuan dan keterbatasan dalam melakukan gerakan. Nyeri punggung bawah atau low back pain dapat disebabkan oleh banyak kondisi. Faktor yang sering adalah penuaan, trauma, infeksi, ataupun tumor. Diagnosis banding dapat dipersempit dengan melihat adanya nyeri pada tungkai bawah atau tidak. 5 Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang rehabilitasi medik pada pasienlow back pain.
2 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Low back pain adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya.1 Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.6 2.2 Anatomi dan Fisiologi Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada low back pain maka harus dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya dan tulang lumbosakral pada khususnya.1 1. Kolumna Vertebralis Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari: a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebra. Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri diskus intervertebra, daerah tak terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah paling rawan.
3 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Gambar 1. Segmen Anterior Kolumna Vertebrata b. Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus spinosus. Satu dengan yang lainya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.
Anterior column posterior column
Gambar 2. Segmen Anterior Dan Posterior Columna Vertebralis 2. Diskus Intervertebra
4 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan low back pain adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai penyangga beban, diskus intervertebra berfungsi pula sebagai peredam kejut. Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman seratserat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus, sebagian rusak,dan sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.1
Gambar 3 Diskus Intervertebra 2.3 Epidemiologi7 Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. Kira-kira 80% penduduk seumur hidupnya pernah sekali merasakan nyeri punggung bagian bawah. Pada setiap saat lebih dari l0% penduduk menderita nyeri punggung bagian bawah. Insidensi nyeri punggung bagian bawah di beberapa negara berkembang lebih kurang l5-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri punggung bagian bawah akut maupun kronik termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri
5 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah pasien nyeri punggung bagian bawah sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan l3,6% pada wanita. Rumah sakit di Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4-5,8%. Frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah pasien nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), dimana 1598 orang (35,86%) merupakan pasien nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah pasien nyeri punggung bawah. Keluhan low back pain ini ternyata menempati urutan kedua tersering setelah nyeri kepala. Dari data mengenai pasien yang berobat ke poliklinik neurologi menunjukkan bahwa jumlah pasien diatas usia 40 tahun yang datang dengan keluhan low back pain ternyata jumlahnya cukup banyak. Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluh low back pain dan di negara kita sendiri diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi. Nyeri punggung bagian bawah merupakan 1 dari l0 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%. Puncak insidensi nyeri punggung bawah adalah pada usia 45-60 tahun. Pada 45% pasien dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengganggu tidur pasien. Sebagian besar pasien (75%) akan mencari pertolongan medis, dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut 2.4 Etiologi1,2,3 Dalam klinik, low back pain (LBP) dibagi menjadi 4 kelompok: 1. LBP oleh faktor mekanik a. LBP oleh mekanik akut Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui bataskemampuan sendi dan otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau lama.1 b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)
6 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek yaitu sikap tubuh yang membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan mendorong titik berat badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.1 c. LBP oleh faktor organik a. LBP osteogenik i. Radang ii. Trauma Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama low back pain. Pada orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat, dapat menderita nyeri pungggung bagian bawah yang akut. Gerakan bagian punggung yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.Namun pada kasuskasus
yang
berat
memerlukan
pertolongan
medis
agar
tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.2 iii. Keganasan iv. Kongenital b. LBP diskogenik Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebra. Bentuk yang sering dijumpai ialah: i. Spondilosis Adalah suatu proses degenerasi progresif diskus intervertebra.1 Keadaan ini menimbulkan nyeri yang berasal dari dua macam sumber:
7 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
a)Osteoarthritis b)Radikulitis jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati foramen intervertebra yang menyempit. Sebenarnya nyeri tidak bersumber pada tekanan radiks secara langsung, melainkan dari tekanan sarung duramater yang mengakibatkan iskemik dan inflamasi. ii. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Hernia nukleus pulposus (HNP) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari diskus intervertebra melalui robekan annulus fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan.2 Nukleus pulposus adalah gel viskus yang terdiri dari proteoglikan yang mengandung kadar air yang tinggi. Nukleus pulposus memiliki fungsi menahan beban sekaligus sebagai bantalan. Dengan bertambahnya usia kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat berkurang sehingga diskus intervertebra mengerut, terjadi penurunan vaskularisasi sehingga diskus intervertebra menjadi kurang elastis. Pada diskus intervertebra yang sehat, nukleus pulposus akan mendistribusikan beban secara merata ke segala arah, namun nukleus pulposus yang mengerut akan mendistribusikan beban secara asimetris, akibatnya dapat terjadi cedera atau robekan pada anulus fibrosus.2 Hernia nukleus pulposus (HNP) paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan, yang banyak membungkuk dan mengangkat.2 Manifestasi klinik HNP adalah sebagai berikut:1,2 a) Ischialgia. Nyeri dirasakan mulai dari pinggang menjalar ke bokong, paha, belakang tumit, dan telapak kaki. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah lutut.
8 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
lschialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke tungkai, pada tes provokasi percobaan laseque didapatkan hasil positif. b) Dapat ditemukan defisit neurologi berupa hipestesia tumit dan lateral kaki. Refleks tendon tumit merendah. Dapat timbul juga gejala kesemutan atau rasa baal. c) Nyeri bertambah dengan batuk bersin mengangkat benda berat membungkuk akibat bertambahnya tekanan intratekal, pada tes provokasi dengan cara percobaan valsava ditemukan hasil yang positif. iii. Spondilitis ankilosa Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku. Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan pergerakan. Khas ditemukan gambaran ruas-ruas bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan radiologik.1 c. LBP neurogenik. i. Neoplasma ii. Arakhnoiditis iii. Stenosis kanal d. Nyeri Rujukan e. Nyeri Psikogenik
2.5 Faktor Resiko Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor, obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama duduk, atau berdiri berjam-jam
9 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
(posisi tubuh kerja yang statik), mengangkat dan membawa beban yang berat, menarik beban, membungkuk serta kehamilan.8 2.6 Gambaran Klinik Pada umumnya low back pain terjadi pada pasien berusia dekade kedua. Keluhan nyeri dapat menjalar dan tidak menjalar. Pada tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak menjalar, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha belakang tumit dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah leher, dapat dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan pergerakan. Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha belakang, tumit hingga telapak kaki, maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang khas pada penderita hernia nukleus pulposus.3,6 2.7 Diagnosis Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan khusus, serta pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis:4 a. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak? b. Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari? Adakah suatu trauma? c. Dimana letak nyeri? (sebaiknya pasien sendiri yang disuruh menunjukkan dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran? d. Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? Apakah betambah pada kegiatan tertentu? e. Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat? 2.
Pemeriksaan fisik:9 a. Inspeksi
10 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah punggung, perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kiphosis, gibus, deformitas, ada tidak jalur spasme otot paravertebral. b. Palpasi Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu prosessus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebral). c. Pemeriksaan Neurologik Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan sarafatau karena sebab yang lain. 3. Pemeriksaan motorik: Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan segmen mana yang terganggu. 4.
Tes-tes Provokasi8 a. Tes Laseque (straight leg raising) Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
Gambar 4. Test Laseque b. Tes Bragard
11 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
Gambar 5. Tes Bragard c. Tes Sicard Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki. d. Tes Patrick Padates ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.
12 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Gambar 6. Tes Patrick e. Tes Kontra Patrick Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya dengan melakukan tes patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam (internal). Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut. Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka. f. Tes Valsalva Pasien disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuatkuatnya. Hasil positif pada hernia nukleus pulposus (HNP).
Gambar 7. Tes Valsava f. Pemeriksaan Penunjang
13 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Beberapa macam
metode diagnostik yang dapat dipakai untuk
memastikan penyebab low back pain:1 a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik. b. Pemeriksaan
elektromiografi,
merupakan
diagnosis
pasti
untuk
membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu. c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu) 2.8 Penatalaksanaan Pada prinsipnya penanganan low back pain terdiri dari: 1. Obat-obatan Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar low back pain. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Yang umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID). Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer minor yang bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri. Disamping itu untuk mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot.1 2. Program Rehabilitasi Medik1 a. Low back pain oleh faktor mekanik akut Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari. b. Low back pain oleh faktor mekanik kronis Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologis nyeri. Karena itu tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.
14 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Tujuan pemberian latihan, yaitu: i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh ii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung. Prinsip pemberian latihan, yaitu: i. Latihan penguatan dinding perut otot gluteus maksimus ii. Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot punggung dan hamstring Teknik latihan: i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Dengan kekuatan otot perut, tekan pinggang hingga menempel dasar. Kemudian angkat pinggul keatas sementara posisi pinggang tetap dipertahankan melekat pada dasar. Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot gluteus maksimus. ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Dengan kedua belah tangan di dada angkatlah kepala dan bahu hingga dagu menempel di dada. iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Tarik salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan bahu seolah-olah hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai satunya. iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus. v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari dinding. Tekan pinggang kearah dinding hingga tidak lagi ada celah antara pinggang dan dinding. 3. Tindakan operatif:1 a. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi).
15 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
b. Adanya gangguan neurologis yang progresif kelemahan otot.
16 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
BAB III LAPORAN KASUS 3.1. Identitas Pasien No. RM
: 017391
Nama
: Tn.S.S
Umur
: 46tahun
Jenis Kelamin
: Laki- Laki
Alamat
: Yahim Sentani
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Sudah Menikah
Suku/Bangsa
: Sentani / Indonesia
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Tanggal Pemeriksaan
: 26 / 02/ 2016
Rujuk Dari
: Dept. Neurologi
Jaminan Kesehatan
: BPJS
3.2.
Anamnesis 1. Keluhan Utama Nyeri punggung bawah 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh nyeri pada punggung bawah sisi kanan sejak ± 2 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul, nyeri dirasakan saat pasien duduk lama, mengendarai sepeda motor, bangun tidur pada pagi hari. Pasien mengaku nyeri pada punggung bawah mulai dirasakan setelah pasien mengangkat beras ±50 kg. Pasien telah menjalani terapi di polik rehabilitasi medik RS Yowari sebanyak 3 kali, hingga pinggang, paha kanan serta tungkai bawah sudah mulai mengalami perbaikan, menurut pasien, pasien sudah dapat duduk
17 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
lama, tidak nyeri saat melakukan perjalanan ke tempat kerja, saat bangun pagi nyeri berkurang.. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi (-), riwayat Diabetes Melitus disangkal pasien, riwayat TB Paru (-), riwayat penyakit saraf lainnya (-), Riwayat alergi makanan laut (-). 4. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga pasien yang sakit seperti pasien. 5. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai pegawai negeri di kantor Departemen Pekerjaan Umum. 3.3.
Pemeriksaan Fisik 3.3.1. Status Generalis Keadaan Umum
: Tampak Sakit Ringan
Kesadaran
: Compos Mentis (GCS: E4V5M6), ambulasi
independent Tinggi Badan
: ± 163 cm
Berat Badan
: ±69 kg
Tanda Vital Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi
: 80x/m
Respirasi : 20x/m Suhu Badan Kepala
: 36,00C
: conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokhor, Ø 3mm Leher
: pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Thorax
18 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Jantung
: BJ I-II reguler, murmur (-), galop (-)
Paru
: simetris, retraksi (-), suara nafas vesikuler, rhonki -/-, whezing -/-
Abdomen
: datar, bising usus (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar.
Ekstremitas
: akral hangat, edema -/-, anemis (-), CRT < 2’
3.3.2. Status Lokalis Inspeksi : Simetris, tanda radang (-), eritema (-), deformitas (-) Palpasi : Hangat (-), nyeri tekan (-) regio lumbosakral, spasme otot (-), 3.3.3. Status motorik Superior Dextra Sinistra
Dextra
Inferior Sinistra
Pemeriksaan Gerakan Kekuatan Otot Tonus Otot Atrofi Otot Refleks
(+) normal 5 (+) normal (-) (+) normal
(+) normal 5 (+) normal (-) (+) normal
(+) normal 5 (+) normal (-) (+) normal
(+) normal 5 (+) normal (-) (+) normal
Fisiologis Refleks
(-)
(-)
(-)
(-)
Patologis Sensibilitas
(+) normal
(+) normal
(+) normal
(+) normal
3.3.4. Tes Provokasi TEST Laseque
Dextra -
19 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Sinistra -
Bragarad Patrick Kontra patrick
-
-
3.4. Diagnosa 3.4.1. Diagnosis Low back pain 3.4.2. Diagnosis Fungsi a. Impairment: nyeri pada pinggang belakang b. Disability: kesakitan bila duduk lama, kesulitan mengendarai sepeda motor, kesakitan saat bangun tidur pada pagi hari. c. Handicap: tidak ada 3.5. Problem List 3.5.1. Medical -
Tidak ada
3.5.2. Surgical -
Tidak ada
3.5.3. Rehabilitation Medicine R1 (Ambulation) R2 (ADL) R3 (Communication) R4 (Psychoological) R5 (Social Economy) R6 (Vocational) R7 (Others)
: Penderita mampu berjalan sendiri. : Mandiri : Baik : pasien tidak mengalami gangguan psikologis : BPJS : PNS : -pasien sulit berdiri setelah duduk lama dan saat bangun tidur di pagi hari karena nyeri - kesulitan mengendarai sepeda motor.
3.6. Tujuan Penatalaksanaan Terapi a. Immediate goals: nyeri pada punggung bawah berkurang b. Ultimate goals: pasien bisa duduk, berdiri, berjalan dan mengendarai motor tanpa rasa nyeri
20 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
3.7. Management 3.7.1. Medical Problem a. P. Diagnosa b. P. Terapi c. P. Monitoring 3.7.2. Surgical Problem a. P. Diagnosa b. P. Terapi c. P. Monitoring
3.7.3. Rehabilitation Medicine Problem 3.7.3.1.
R1 (Ambulation) a. P. Diagnosa b. P. Terapi c. P. Monitoring -
Evaluasi nyeri
d. P. Edukasi -
Kerja sama pasien untuk kontrol teratur
3.7.3.2. R2 (ADL) a. P. Diagnosa b. P. Terapi
21 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
c. P. Monitoring -
GCS 15, Vital Sign (dalam batas normal), MMT (meningkatkan kekuatan otot)
d. P. Edukasi -
Menyarankan pasien untuk tetap melakukan aktivitas sehari-hari
3.7.3.3. R3 (Communication) a. P. Diagnosa b. P. Terapi c. P. Monitoring -
Memantau kemampuan komunikasi pasien
d. P. Edukasi 3.7.3.4. R4 (Psychological) a. P. Diagnosa b. P. Terapi c. P. Monitoring d. P. Edukasi -
Memberikan dukungan pada penderita dan keluarga tentang penyakit penderita dan prognosis penyakitnya.
3.7.3.5. R5 (Social Economy) a. P. Diagnosa b. P. Terapi
22 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
c. P. Monitoring d. P. Edukasi -
Aktivitas
yang
dapat
menimbulkan
resiko
membahayakan pasien sendiri. 3.7.3.6. R6 (Vocational) a. P. Diagnosa b. P. Terapi c. P. Monitoring d. P. Edukasi 3.7.3.7. R7 (Others) a. P. Diagnosa -
Low back pain
b. P. Terapi -
Trans Elektrical Nerve Stimulation (TENS) 3 x seminggu, 10 menit per hari
-
Infra red pada punggung bawah 3 x seminggu, 15 menit per hari.
-
Gentle stretching
c. P. Monitoring d. P. Edukasi 3.8. Prognosis Ad Vitam
: bonam
23 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
Ad Fungtionam : dubia ad bonam Ad Sanationam :dubia ad bonam
24 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan anamnesa, pasien datang dengan keluhan nyeri pada punggung bawah sisi kanan sejak ± 2 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul, nyeri dirasakan saat pasien duduk lama, mengendarai sepeda motor, bangun tidur pada pagi hari. Pasien mengaku nyeri pada punggung bawah mulai dirasakan setelah pasien mengangkat beras ±50 kg. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien, tidak didapatkan keterbatasan pada ROM, tidak terdapat spasme otot. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa Low Back Pain. Low back pain adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya. Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Low Back Pain dapat diminimalisasikan jika dilakukan perawatan sesuai prosedur. Untuk memperbaiki disabilitas yang terjadi pada pasien, direncanakan program terapi dan latihan yang harus dilakukan pasien. Diantaranya: 1. Trans Elektrical Nerve Stimulation (TENS) 3 x seminggu, 10 menit per hari TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit yang telah terbukti efektif untuk menghilangkan nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar maupun berdiameter kecil yang menyampaikan berbagai informasi sensoris ke sistem saraf pusat. Lewat stimulasi antidromik TENS dapat memblokir hantaran rangsang dari nociceptor ke medulla spinalis. Stimulasi antidromik dapat mengakibatkan terlepasnya materi P dari neuron sensoris
25 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
yang akan berakibat terjadinya vasodilatasi arteriole yang merupakan dasar bagi terjadinya triple responses. 2. Penyinaran infra red pada punggung bawah 3 x seminggu, 15 menit per hari. Penyinaran dengan infra red merupakan salah satu terapi panas superfisial, diberikan untuk merelaksasikan otot dan memeperlancar peredaran darah. 3. Gentle stretching Streching pasif dilakukan untuk melatih otot-otot yang tadinya kaku agar melentur sehingga ROM bisa membaik. Terapi dan latihan dilakukan, sambil mengevaluasi kemajuan hasil terapi. Yakni dengan mengukur kemajuan ROM dan memeriksa kemajuan sensilbilas sensorik pasien. Jika hasil akhir dari terapi dan latihan ini kurang memuaskan dan pasien masih merasakan nyeri, pasien direncakan untuk dikonsulkan ke bagian saraf untuk diberikan terapi nyeri. Pada pasien ini setelah menjalani terapi ke tiga di polik rehabilitasi medik, didapatkan keluhan nyeri yang sudah berkurang. Pasien mengaku aktifitas sudah tidak terganggu lagi.
26 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
BAB V KESIMPULAN
-
Low back pain adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya
-
Penanganan pada low back pain dapat dilakukan dengan cara pemberian obatobatan, untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar low back pain dan tatalaksana pemberian latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis.
-
Low Back Pain dapat disembuhkan jika penanganan dilakukan secara benar dan sesuai prosedur rehabilitasi medik.
-
Perlu adanya kerjasama antara bagian neuro dan rehabilitasi medik yang baik untuk merawat pasien, agar meminimalkan komplikasi yang dapat menimbulkan kecacatan pada pasien.
27 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik
28 | Laporan Kasus Rehabilitasi Medik