BAB III REHABILITASI MEDIK PADA OSTEOARTHRITIS Intervensi rehabilitasi mencakup: 1) pengurangan rasa nyeri; 2) pemeliharaan serta pemulihan rentang sendi (ROM) dan kekuatan otot; 3) pengurangan beban sendi;
4)
pencegahan
atau
pengurangan
kontraktur;
5)
pemeliharaan
susunan/kesegarisan sendi.14 A.
LATIHAN14,17 Latihan atau exercise diperlukan untuk: 1. meningkatkan dan mempertahankan rentang sendi (ROM = Range of Motion) 2. mengajar kembali (re-edukasi) dan menguatkan otot 3. meningkatkan ketahanan statik dan dinamik 4. memungkinkan sendi berfungsi secara biomekanik lebih baik 5. meningkatkan fungsi menyeluruh dan rasa nyaman penderita Latihan terdiri dari : 1. Latihan Aktif dan Pasif ROM Latihan fleksibilitas (ROM) yang dilakukan pada latihan fisik tahap pertama dapat meningkatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi. Untuk pasien osteoartritis, latihan fleksibilitas ditujukan untuk mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah kontraktur jaringan lunak. 2. Latihan Penguatan Latihan kekuatan otot secara isometrik, isotonik, maupun isokinetik dapat mengurangi nyeri dan disabilitas serta memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien osteoartritis. Latihan isotonik memberikan perbaikan lebih besar dalam menghilangkan nyeri. Latihan ini dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada pasien osteoartritis dengan nyeri lutut saat latihan. Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling besar dan pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi, sehingga latihan ini disarankan untuk memperbaiki stabilitas sendi dan
ketahanan berjalan. Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan pada sendi dan ditoleransi baik oleh penderita osteoartritis dengan pembengkakan dan nyeri sendi. Latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot dan ketahanan statis dengan cara menyiapkan sendi untuk gerakan yang lebih dinamis dan merupakan titik awal program penguatan. Peningkatan kekuatan terjadi saat kontraksi isometrik dikenakan pada otot saat panjang otot sama dengan kondisi istirahat. Apabila instabilitas sendi dan nyeri berkurang program latihan bertahap diubah ke latihan yang dinamis (isotonik). 3. Latihan Peregangan (Stretching) Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi. Latihan peregangan ini dilakukan dengan menggerakkan otot-otot, sendisendi dan jaringan sekitar sendi. Semua gerakan sebaiknya menjangkau ruang gerak sendi yang tidak menimbulkan rasa nyeri. 4. Latihan Endurance (Ketahanan) 5. Latihan Aerobic Latihan aerobik penting untuk penderita OA karena pada penderita OA sering terjadi penurunan kapasitas aerobik sebagai akibat kurangnya aktivitas. Manfaat latihan aerobik antara lain meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan otot, daya tahan, serta pengurangan berat badan. Selain itu latihan aerobik juga dapat menyebabkan pelepasan opioid endogen, serta memperbaiki gejala depresi dan kecemasan. Bentuk latihan aerobik yang dianjurkan adalah berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobik, dan senam aerobik di kolam. Berenang dan latihan di kolam menimbulkan stress sendi yang lebih ringan dibandingkan bentuk latihan aerobik yang lain. Setiap sesion latihan aerobik harus diawali oleh latihan pemanasan yang terdiri dari latihan ROM dan diikuti oleh pendinginan dan peregangan. Jika latihan jalan kaki atau jogging menyebabkan gejala yang
dikeluhkan pasien bertambah berat, intensitas latihan harus dikurangi atau bentuk latihan dirubah. Alas kaki yang baik sangat penting dan latihan lebih baik dilakukan di permukaan yang lunak. Untuk dapat meningkatkan kapasitas aerobik heart rate yang harus dicapai adalah 6080% dari target heart rate untuk latihan selama 20-30 menit, 3-4 kali seminggu. Naik turun tangga juga merupakan bentuk latihan aerobik yang baik, tapi menyebabkan joint loading yang maksimal pada hip dan lutut sehingga tidak dianjurkan untuk pasien OA lutut dan hip. Latihan dengan sepeda statik dilakukan dengan setting lutut ekstensi saat pedal sepeda berada di bawah. Tingkat beban diatur bertahap mulai dari minimal sampai sedang. Latihan dilakukan 5 menit dengan beban ringan selama 2 hari, kemudian beban dinaikkan dan waktu ditambah 5 menit. Setiap peningkatan level dilatih selama 3 hari sampai waktu latihan 20-30 menit. 6. Latihan Rekreasi B.
FISIOTERAPI 17,24 1.
Cold Therapy Kompres dingin pada sendi rheumatoid akan menghambat aktivitas kolagenase di dalam sinovium dan juga mengurangi spasme otot. Terapi dingin sebagai salah satu modalitas fisik efektif untuk mengurangi nyeri pada semua stadium (terutama stadium akut dan subakut dini). Semua terapi dingin bersifat pendimginan superficial. Transfer energinya secara konduksi, evaporasi dan konveksi. Terapi dingin Cold pack Ice Massage Cold water immersion Cryotherapy-compresion unit Vapocoolant spray Whirlpool bath
Kedalaman Superfisial Superfisial Superfisial Superfisial Superfisial Superfisial
Transfer energi Konduksi Konduksi Konduksi Konduksi Evaporasi Konveksi
Efek fisiologis terapi dingin adalah vasokontriksi pembuluh darah
dan
perlambatan
sirkulasi
darah
sehingga
dapat
untuk
mengurangiatau menghentikan perdarahan, mengurangi edema dan mengurangi inflamasi akut. Sebaliknya, pemberian terapi dingin yang lebih lama terjadi vasodilatasi sekunder yang disebut Hunting response yang dipercaya merupakan mekanisme proteksi jaringan perifer tubuh (tangan, kaki) terhadap cedera dingin berupa kerusakan jaringan (infark, gangren). Efek fisiologis terapi dingin terhadap neuromuskuler yaitu meningkatkan ambang nyeri, menurunkan kecepatan hantaran saraf dan mengurangi spasme otot. Terhadap sendi dan jaringan ikat efek terapi dingin adalah menurunkan temperature intra artrikuler (kurang lebih 4º C), aktivitas kolagenase synovial menurun dan memperlambat kolagenolisis, namun efek negative terapi dingin adalah menurunnya ekstensibilitas tendon dan menigkatkan kaku sendi. Kontraindikasi terapi dingin yang paling sering adalah intoleransi terhadap dingin, neuropraksia atau aksonotmeses yang diinduksi oleh terapi dingin. Di daerah dengan gangguan sensasi dan pasien dengan gangguan kognitif atau komunikasi. Cryopat dapat berupa cryoglobulinemia yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh presipitasi dari kompleks imun pada temperature rendah yang reversibel. Hipersensitivitas terhadap dingin berupa urtikaria akibat suatu proses dengan mediator sel mast. Raynaud disease merupakan kondisi idiopatik yang ditandai dengan spasme arteriol yang dicetuskan oleh suhu dingin, oleh sebab itu pada pemberian terapi dingin diperlukan pengetahuan mengenai indikasi dan kontraindikasi yang tepat untuk keamanan penderita. 2.
Heating Therapy a. Superfisial Penggunaan terapi panas superficial untuk penderita arthritis sudah lama diperkenalkan, penderita arthritis yang menggunakan kolam air panas, mandi air hangat, hot pack dan sumber air mineral
melaporkan pengurangan nyeri dan pengurangan kaku sendi, terutama pada fase sub akut dan kronik. Terapi panas menurut penetrasinya dibagi menjadi superficial dan dalam, sedangkan menurut mekanisme transfer panasnya dibagi menjadi konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi dan konversi. Efek fisiologis terapi panas terhadap hemodinamik adalah meningkatnya aliran darah, vasodilatasi meningkatkan penyerapan nutrisi, lekosit dan antibody dan meningkatkan pembuangan sisa metabolic dan sisa jaringan dan membantu resolusi kondisi inflamasi. Namun vasodilatasi juga menyebabkan peningkatan perdarahan dan edema dan dapat membuat kambuh kondisi inflamasi. Pada neuromuskular, terapi panas meningkatkan ambang nyeri dan meningkatkan kecepatan konduksi saraf. Pada sendi dan jaringan ikat dapat meningkatkan ekstensibilitas tendon dan menurunkan kekakuan sendi. Efek fisiologis lain terapi panas menghasilkan efek analgesik, beberapa mekanisme efek anlgetik meliputi: b.
Efek cutaneus counter irritant
c.
Vasodilatasi yang menghasilkan pengurangan nyeri iskemik
d.
Vasodilatasi yang menghasilkan pembuangan mediator nyeri
e.
Respon dengan mediator endorphin
f.
Perubahan konduksi saraf
g.
Perubahan permeabilitas membrane sel Kontraindikasi penggunaan terapi panas meliputi trauma atau
inflamasi akut, pasien dengan gangguan sirkulasi, diatese hemoragik, edema, jaringan parut yang luas, gangguan sensasi, keganasan, gangguan komunikasi atau kognitif yang tidak dapat melaporkan nyeri. Panas akan mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot, mengurangi kekakuan sendi, menambah ekstensibilitas tendon. b.
Deep ( MWD, SWD, Laser )
1.
MWD (Micro Wave Diathermy) MWD merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak-balik (AC) dengan frekuensi 2450 MHz dan panjang gelombang 12,25 cm. Penetrasi MWD terhadap jaringan sangat dangkal atau superficial ± 3 cm dan efek termal yang dihasilkan bersifat lokal tepat pada area yang diobati yaitu daerah lutut. Energi elektromagnetik yang dipancarkan sangat kuat dan perubahan temperatur lebih cepat terabsorbsi pada jaringan yang mengandung banyak cairan atau darah Efek dari micro wave diathermy antara lain : a. Efek psikologis Efek
psikologis
yang
dihasilkan
adalah
meningkatkan
temperatur lokal. Dari peningkatan temperatur ini akan menimbulkan 1)
beberapa
Meningkatkan
aktivitas
reaksi
antara
metabolisme.
lain: Dengan
meningkatkan sirkulasi darah, maka pengangkutan sisa metabolisme juga akan meningkat. 2) Meningkatkan aliran darah. Rasa hangat yang dihasilkan MWD dapat memberikan pengaruh vasodilatasi pembuluh darah sehingga suplai O2 dan nutrisi ke jaringan juga semakin meningkat. 3) Menstimulasi reseptor saraf yang terdapat dalam kulit atau jaringan. Efek termal yang dihasilkan MWD dapat menaikkan ambang rangsang nyeri (threshold) dari serabut saraf disekitar lutut sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, sirkulasi darah ke jaringan akan meningkat dan diikuti dengan pembuangan substansi nyeri, sehingga akan didapatkan efek sedatif pada jaringan b. Efek terapeutik. Efek terapeutik yang dihasilkan adalah meningkatkan suplai darah, mengurangi nyeri dan mengurangi spasme otot
Adapun kontra indikasi dalam pemberian MWD diantaranya sebagai berikut 1) logam pada tubuh, 2) gangguan peredaran darah/ pembuluh darah, 3) nilon dan bahan lain yang tidak menyerap keringat, 4) jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan seperti mata atau luka yang basah, 5) gangguan sensibilitas, 6) kehamilan, 7) menstruasi. 2.
SWD (Short Wave Diathermy) SWD adalah Suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. Kemampuan dari sebuah alat diatermi untuk menghasilkan panas di jaringan tergantung dari besarnya energi yang dihasilkan dari panas. Untuk alat SWD yang berkerja kontinyu energy panas yang dihasilkan berkisar anatara 55-500 W. Energi yang dihasilkan dari diatermi sangat adekuat, karena kebanyakan SWD digunakan untuk meningkatkan suhu dijaringan dengan terapi range yang ekfektif berkisar antara 40ºC-44ºC, energy yang deperlukan berkisar antara 80-120 W. Meskipun range dari puncak arus energy yang dihasilkan dari alat short wave diatermi berkisar antara 1001000W, potensi dari menghasilkan efek panas pada alat ini tergantung dari energy utama yang disalurkan ke jaringan dengan secara berturut-turut. Seperti telah disebutkan diawal, energy utama tertinggi yang dapat disalurkan pada pulsasi SWD (80W) lebih rendah dibandingkan dengan energy yang dihasilkan dari pemakaian kontinyu SWD secara berkelanjutan untuk pengobatan. Efek dari penggunaan SWD pada sirkulasi lutut meningkat sebesar 100 %, sesuai penelitian Harris mengenai clearance radio-sodium dari sendi lutut. Sama seperti penggunaan SWD untuk pengobatan kronik rheumatoid di lutut menunjukan peningkatan sirkulasi sekitar 60%, yang mana pada kebanyakan pengobatan akut rheumatoid lutut didapatkan penurunan dari sirkulasi. Penurunan
ini di bandingkan dengan penurunan sirkulasi pada pengobatan dengan hidrokortison. Haris mengatakan SWD dapat digunakan secara rasional pada pemanasan ringan terapi di rematoid arthritis dengan inflamasi akut dari sendi. Beberapa pasien mungkin mengalami luka bakar dangkal. Karena terapi melibatkan panas, maka penggunaannya perlu hati-hati untuk menghindari luka bakar, khususnya pada pasien yang cedera dan telah terjadi penurunan sensitivitas terhadap panas. Selain itu, diatermi dapat mempengaruhi fungsi alat pacu jantung dan pasien wanita yang menerima perawatan di punggung bawah atau daerah panggul dapat mengalami peningkatan aliran menstruasi. 3.
Laser LASER (Light amplification by stimulation emission of radiation) yang bertujuan untuk meningkatkan sintesis kolagen, mengurangi resiko
kontaminasi
oleh
microorganisme,
meningkatkan
vaskularisasi, mengurangi nyeri dan peradangan. 3.
Elecrotherapy Electrotherapy, atau terapi listrik merupakan terapi dengan menggunakan listrik arus rendah. Arus listrik terjadi karena adanya arus elektron yang melewati konduktor. Arus listrik yang diapliaksikan pada syaraf dapat berupa arus AC (alternating current), DC (direct curent) maupun pulsed. Arus listrik tersebut pada intensitas dan durasi yang memadai dapat meningkatkan kerja syaraf dalam merangsang jaringan yang dipersarafi. Tiga jenis syaraf secara fisiologis dibedakan menjadi: sensoris, motoris dan persepsi nyeri.
Listrik arus rendah dapat
mengurangi nyeri dengan memblokir saraf sensorik. Arus listrik rendah ini juga dapat menstimulasi saraf motorik karena impuls elektrik ini menyerupai impuls saraf otak untuk menstimulasi gerakan otot. Oleh karenanya terapi ini dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahan otot.
Beberapa
teori
tentang
mekanisme
terapi
listrik
dalam
mengurangi nyeri antara lain adalah lewat mekanisme menghambat transmisi nyeri ke otak (gate control theory) dan teori kedua adalah lewat mekanisme pengeluaran endorphins (suatu hormon dalam otak yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan mempengaruhi emosi). Alat electrotherapy menggunakan tiga jenis arus yang ketika diaplikasikan pada tubuh mampu mempengaruhi tubuh secara spesifik yakni jenis AC, DC dan gelombang (pulsed). Arus DC (Direct Current) atau galvanik bergerak searah dari kutup positif ke kutup negatif. Arus ini dapat digunakan untuk memodulasi nyeri dan gerakan otot. Sebagian besar alat electrotherapy menggunakan jenis arus ini. Arus AC (Alternating Current) terjadi secara bolak balik. Arus pulsed merupakan arus yang tidak kontinyu, misalkan terdapat beberapa gelombang arus yang secara periodik diikuti dengan waktu istirahat. Arus pulsed disebut juga arus inferential atau arus Rusia. Arus listrik AC, DC maupun pulsed dapat digunakan untuk memodulasi nyeri dan untuk memacu kontraksi otot. Khusus arus DC dapat digunakan untuk ionthoporesis yang merupakan usaha memasukkan bahan topikal dengan menggunakan arus listrik. Modulasi nyeri yang dapat dilakukan arus listrik adalah dengan mekanisme gate control (membiaskan nyeri dengan persepsi sensoris yang lain) dan perangsangan morfin endogen. Sedangkan kontraksi otot yang etrjadi pada electrotherapy terjadi dengan cara arus
listrik
memacu rangsangan motorik melalui peningkatan eksitabilitas syaraf yang pada akhirnya memacu motor end plate otot. Semakin tinggi intensitas arus semakin banyak berkas otot yang dapat dipengaruhi. Kontraksi
otot
tersebut
bermanfaat
untuk
: pemompaan otot,
penguatan otot, pengurangan efek atrofi otot dan reedukasi otot. Pada pasien dengan osteoarthritis, biasanya dilakukan TENS, ES, Biofeedback, EMS.
Sebelum dilakukan electrotherapy, ahli fisioterapi harus melacak riwayat penyakit serta mengadakan pemeriksaan fisik dengan fokus utama pada area yang mengalami nyeri. Penilaian terhadap nyeri dilakukan untuk menilai frekuensi, intensitas dan
durasi
nyeri.
Penderita juga harus ditanya apakah nyeri sampai menimbulkan keterbatasan gerakan atau apakah gerakan tertentu dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri. Penderita diminta untuk menggambarkan intensitas nyeri dengan skala 0 (tidak nyeri) sampai dengan 10 (nyeri yang tidak tertahankan). Skala ini penting untuk mengevaluasi apakah suatu tindakan dapat mengurangi nyeri. Ahli fisioterapi bertugas untuk menentukan jenis terapi listrik yang paling tepat, frekuensi serta durasi terapi sesuai dengan jenis dan keparahan gangguan. Terapi listrik ini biasanya dikombinasikan dengan jenis terapi lain misalkan manual therapy. Pada umumnya, elektroda atau kumparan kawat diletakkan diatas
bagian yang mengalami gangguan atau bagian yang perlu
stimulasi. Pada beberapa teknik alat-lat ini diimplantasikan dibawah kulit. Elektroda tersebut biasanya dihubungkan pada komputer yang diprogram untuk menghasilkan besar arus yang sesuai dengan kebutuhan. Arus listrik tersebut kemudian akan menstimulasi otot dan saraf pada area tersebut. Komputer dapat pula mengukur respon penderita
terhadap
terapi.
Pada
umumnya
terapi
listrik
tidak
menimbulkan nyeri atau rasa tidak nyaman. Penderita mungkin merasakan
sensasi getaran yang ringan. Penderita biasanya akan
merasakan berkurangnya rasa nyeri setelah perlakuan. Pada beberapa jenis terapi penderita memrlukan beberapa kali terapi sebelum merasakan adanya perbaikan. Beberapa jenis terapi seperti TENS dapat dilakukan sendiri di rumah oleh penderita setelah penderita diberi pelatihan sehingga dapat mengurangi ketergantungan penderita terhadap therapist.
Antara electrotherapy yang boleh dilakukan pada pasien osteoarthritis adalah : •
Transcutaneous electro nerve stimulation (TENS) yang merupakan alat portable bertenaga baterai yang dapat menghasilkan arus listrik bertegangan rendah yang dialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakkan diatas area yang mengalami gangguan. Arus listrik mengeblok saraf sensorik area tersebut dengan jalan menghambat transmisi nyeri menuju otak.
•
Shortwave diathermy merupakan arus listrik frekuensi tinggi yang dapat meningkatkan suhu jaringan. Modalitas ini dapat meningkatkan
elastisitas jaringan ikat (khususnya kulit), otot,
ligamen dan kapsul sendi. •
Transcutaneous electro joint stimulation (TEJS) yang merupakan pemberian arus listrik melalui elektroda yang dilakukan pada permukaan sendi.
•
Iontophoresis yang merupakan teknik meningkatkan absorbsi obat topical dengan bantuan arus listrik. Teknik ini dapat digunakan untuk terapi nyeri leher, nyeri punggung, arthritis, cedera rotator cuff dan bursitis. Pada teknik ini diperlukan arus DC intensitas rendah dengan mode gelombang kontinyu agar gelombang dapat mendorong obat masuk ke dalam kulit. TENS merupakan salah satu dari sekian banyak modalitas yang
digunakan oleh profesi Fisioterapi di Indonesia. Fisioterapi adalah salah satu dari tenaga medis yang bergerak dalam hal mempebaiki gerak dan fungsi. TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk mengurangi berbagai tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar maupun berdiameter kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke sistem saraf pusat. Efektivitas TENS dapat diterangkan lewat teori kontrol gerbang (gate control )nya Melzack dan Wall yang
diaplikasikan dengan intensitas comfortable. Lewat stimulasi antidromik TENS dapat memblokir hantaran rangsang dari nociceptor ke medulla spinalis. Stimulasi antidromik dapat mengakibatkan terlepasnya materi P dari neuron sensoris yang akan berakibat terjadinya vasodilatasi arteriole yang merupakan dasar bagi terjadinya triple responses. Mekanisme
lain
yang
dapat
dicapai
oleh
TENS
ialah
mengaktivasi system saraf otonom yang akan menimbulkan tanggap rangsang vasomotor yang dapat mengubah kimiawi jaringan. Postulat lain menyatakan bahwa TENS dapat mengurangi nyeri melalui pelepasan opioid endogen di SSP. TENS dapat juga menimbulkan efek analgetik lewat sistem inhibisi opioid endogen dengan cara mengaktivasi batang otak. Stimulasi listrik yang diberikan cukup jauh dari jaringan yang cidera /rusak, sehingga jaringan yang menimbulkan nyeri tetap efektif untuk memodulasi nyeri. Pada penggunaan TENS perlu diperhatikan beberapa hal yaitu tentang indikasi dan kontra indikasi pada penggunaan TENS. Indikasinya dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, indikasinya meliputi : Nyeri akibat trauma, musculoskeletal, sindroma kompresi neurovaskuler, neuralgia, causalgia. Sedangkan kontra indikasi dari TENS yaitu pada penderita dengan alat pacu jantung, alat-alat listrik yang ditemukan pada tubuh pasien. Efek samping dari TENS yang sering timbul adalah alergi pada kulit
dimana
elektroda
ditempelkan.
Reaksi
tersebut
biasanya
disebabkan oleh gel pada waktu menempelkan elektroda. 4.
Hidroterapi Air sebagai terapi digunakan terutama dalam memberikan latihan. Daya apung air akan membuat ringan bagian atau ekstremitas yang direndam sehingga sendi lebih muda digerakkan. Selain itu, suhu air yang hangat membantu mengurangi rasa nyeri. Tujuan dari hidroterapi adalah untuk mempertahankan lingkup gerak sendi, kekuatan atau ketahanan. Manfaat
latihan dalam kolam yaitu mengeliminasi gaya tarik (gravitasi) serta efek positif daya apung air yang dapat mengurangi penekanan (kompresi) dan nyeri pada sendi dan menambah relaksasi otot. C.
OKUPASI TERAPI17,24 Terapis mengajarkan pasien melakukan segala aktifitas kehidupan sehariharinya dengan posture tubuh, terutama leher yang baik dan benar. Mekanisme badan yang baik (good body mechanism) yang diajarkan adalah: 1. Bila tidur terlentang, gunakan bantal kupu dibawah leher. 2. Jangan tidur tengkurap, karena leher akan memutar kesamping. 3. Jangan membungkukkan atau menyandarkan bahu kedepan sehingga mata/ kepala harus keatas/ tengadah untuk kompensasi. 4. Bekerjalah didepan obyek setinggi mata. 5. Waktu mengemudi mobil, punggung dan kepala harus bersandar dan hindari menyetir mobil terlalu lama. 6. Pakailah kursi dengan sandaran yang tinggi waktu menonton TV, sehingga kepala bisa bersandar. 7. Jangan menggunakan telepon dengan cara meletakkannya antara bahu dan kepala. 8. Istirahatlah sejenak setiap kali melakukan pekerjaan yang lama.
D.
ORTESA Ortosis atau alat bantu atau bidai diberikan untuk 1. Mengurangi beban sendi 2. Menstabilkan sendi 3. Mengurangi gerakan sendi 4. Memelihara sendi pada posisi fungsi maksimal 5. Mencegah deformitas Contoh: Knee brace/ insole
E.
PSIKOLOGIS14
Intervensi psikososial diperlukan pada penderita yang menunjukkan gejala reaksi menyangkal, represi dan depresi serta marah. Hal ini terjadi apabila penyakitnya terutama rasa nyeri sangat mengganggu sehingga selain mengatasi rasa nyeri ia harus menyesuaikan dengan keterbatasan fungsi ataupun deformitas baik karena penyakit maupun akibat sampingan obat;juga reaksi teman, anggota keluarga dan masyarakat. Bantuan psikologis bagi penderita dan keluarga sering diperlukan dan dapat diberikan dalam bentuk terapi kelompok. F.
EDUKASI DAN HOME EXERCISE PROGRAM14 Edukasi dan program latihan di rumah merupakan hal yang penting bagi penderita OA. Edukasi yang diberikan terutama tentang penyakit OA, prinsip perlidungan sendi, bagaimana manajemen gejala OA, dan program latihan di rumah. Program yang diberikan adalah latihan yang aman dilakukan di rumah berupa latihan penguatan otot, latihan luas gerak sendi, dan latihan enduran/daya tahan. Pasien dengan berat badan lebih dianjurkan untuk mengurangi berat badannya. Proteksi dan pemeliharaan sendi lutut antara lain dengan menghindari gerakan fleksi yang berlebihan, menghindari memposisikan sendi pada satu posisi dalam waktu yang lama, menghindari overuse, mengontrol berat badan, mengurangi beban pada sendi yang nyeri, menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, mendistribusikan tekanan, menggunakan otot dan sendi yang paling kuat, dan menggunakan gerakan dengan biomekanik yang baik.. Home exercise program atau program latihan di rumah sangat penting bagi pasien OA. Kepatuhan jangka panjang untuk melakukan latihan di rumah merupakan tujuan yang utama karena sangat berhubungan dengan perbaikan fungsi fisik penderita OA.