BAB 4
KONSEP DESAIN
4.1. Landasan Teori dan Metode 4.1.1. Pengertian Karya Ilmiah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karya ilmiah adalah karya yang dibuat berdasarkan fakta dan pendapat para ahli yang dapat dipertanggungjawabkan.
4.1.2. Layout Dalam buku layout yang ditulis oleh Gavin Ambrose dan Paul Harris (2005, p11), layout adalah pengaturan elemen-elemen desain dalam kaitannya dengan ruang atau bidang di mana elemen-elemen tersebut berada, dan dalam keserasian dengan tampilan secara keseluruhan dari segi estetis. Tidak ada aturan “emas” dalam mengatur layout, karena ada berbagai penanganan yang berbeda bagitiap media yang berbeda. Layout dalam buku psikologi Tarot ditampilkan dengan bebas dibandingkan buku-buku tekstual pada umumnya.
4.1.3. Grids Andre Jute dalam bukunya GRIDS: The Structure of Graphic Design menyebutkan bahwa grid membantu pembaca menemukan materi di tempat yang
21
diharapkan setiap saat, baik ketika sedang secara santai membuka halaman demi halaman pada majalah, ataupun secara cepat membaca sebuah jurnal profesional untuk mendapatkan informasi yang relevan. Dalam desain buku psikologi tarot yang merupakan buku ilustratif, yang diutamakan adalah keindahan penampilan visual, maka kemungkinan untuk menggabungkan
berbagai kolom grid dalam satu halaman lebih besar
dibandingkan buku teks pada umumnya.
4.1.4. Tipografi Menurut Gavin Ambrose, huruf memang misterius, bila kita memilih huruf yang cocok dengan tema desain, maka keberadaan huruf akan sangat mendukung tema atau mood dari situs kita, sebaliknya, sebuah desain dapat terlihat aneh bila huruf yang dipilih ternyata berlawanan dengan desain tersebut. Tipografi dalam buku psikologi tarot ditampilkan secara klasik agar kesan manual dari visual dan teks saling berkesinambungan satu sama lain.
4.1.5. Ilustrasi Menurut Paul Messaris, gambar-gambar dihasilkan oleh manusia, sehingga gambar-gambar
pun
merupakan
bagian
dari
berbahasa.
Ilustrasi
dapat
mengungkapkan suatu hal lebih cepat dan efektif daripada teks. Ilustrasi dalam buku psikologi tarot berupa ilustrasi manual yang bertujuan memberi kesan estetis dan handmade sehingga terlihat seperti catatan penelitian.
22
4.1.6. Warna Menurut Hideaki Chijiiwa dalam bukunya Color Harmony (1987, p24), warna-warna vivid seperti merah menyala dan kuning, mempunyai kepribadian yang kuat, seolah berteriak dan ingin menerobos keluar. Dalam hal ini, buku psikologi tarot didominasi oleh penggunaan warna vivid, seperti dokumen-dokumen sejarah kuno, untuk memberi kesan filosofi di dalamnya.
4.1.7. Konsistensi Dalam mendesain buku psikologi tarot, baik warna, layout dan cara penyajiannya memiliki satu benang merah yang dijadikan patokan seperti yang dikemukakan Ronald L. Mace, Graeme J. Hardie dan Jaine P. Place dalam bukunya seperti : 1.
Konsistensi Estetis yang mengarah pada gaya catatan sejarah kuno dan huruf-huruf yang dekoratif terkesan ditulis manual.
2.
Konsistensi Fungsional, mengarah pada maksud dan tindakan, misalnya penulisan nomor halaman buku yang di highlight sehingga keterbacaannya tidak terganggu oleh background maupun image pada buku.
3.
Konsistensi Internal, mengarahkan bahwa desain halaman bab pertama dengan bab-bab selanjutnya memiliki satu sistem.
4.
Konsistensi Eksternal, mengarah pada konsistensi antara elemen yang berbeda dalam satu lingkungan. Misalnya penulisan judul buku di halaman sampul harus konsisten dengan penulisan heading di kartu pos.
23
4.2. Strategi Kreatif 4.2.1. Strategi Komunikasi 4.2.1.1. Fakta Kunci Ada beberapa hal nyata yang dijadikan sebagai kekuatan atau pendukung maupun kelemahan atau penghambat dalam penyampaian kepada masyarakat sehubungan dengan pembuatan buku psikologi tarot, yaitu antara lain: a.
Tarot cenderung dianggap bersifat klenik atau ramalan semata
b.
Beberapa tampilan buku tentang Tarot dibuat dengan format yang kurang menarik
c.
Buku Psikologi Tarot karangan Leonardo Rimba dan Audifax lebih bercerita dengan full text dimana image hanya sebagai pelengkap.
4.2.1.2. Masalah yang akan dikomunikasikan Menawarkan alternatif konseling lewat kartu Tarot secara ilmiah dan argumentatif dalam sebuah buku psikologi tarot yang berbeda dengan yang ada sebelumnya, dimana penggunaan ilustrasi menjadi dominasi dalam desain buku ketimbang rangkaian kata-kata.
4.2.1.3. Tujuan Komunikasi Proses komunikasi yang ingin dituju adalah AIDA, yaitu: a. Attention : Menarik perhatian masyarakat untuk membeli buku psikologi tarot
24
b. Interest : Menarik minat masyarakat untuk membaca dan mendalami isi buku psikologi tarot c. Desire : Membangkitkan emosi pembaca untuk ikut mengikuti seluruh alur dalam buku psikologi tarot d. Action : Memotivasi pembaca untuk menjadikan Tarot sebagai tawaran alternatif konseling 4.2.1.4. Profil Target Yang menjadi target audience dalam hal ini antara lain : 1. Demografi a. Kependudukan: Remaja hingga orang dewasa b. Usia
: Produktif
c. Sex
: Pria dan wanita
d. Ekonomi
: Menengah ke atas (Level A dan B)
e. Pendidikan
: SMU dan Perguruan Tinggi
2. Geografi a. Wilayah
: Perkotaan
b. Daerah
: Tengah hingga pinggiran kota
3. Psikografi a. Lifestyle : Tertarik dengan hal-hal yang berbau ramalan dan konsultasi tarot b. Rutinitas : Sekolah, kuliah atau bekerja baik di luar maupun di rumah
25
c. Perilaku : Suka berkonsultasi dan cenderung suka akan pengetahuan
4.2.1.5. Positioning / Unique Selling Proposition Buku psikologi dekriptif yang selain memperkenalkan tentang Tarot, juga menjelaskan secara psikologi bagaimana tarot bekerja sesuai dengan konsep Jung, disajikan dengan format cover dan isi yang ilustratif dan eyecatching.
4.2.1.6. Judul Buku Judul buku psikologi tarot ini adalah ”ARKANA, menguak takbir psikologi wacana tarot”
4.2.1.7. Pendekatan Visual Pada pembuatan desain buku psikologi tarot digunakan dua pendekatan sekaligus, yaitu 1.
Pendekatan Rasional Dalam hal ini pendekatan rasional diaplikasikan pada penyampaian berupa pernyataan penelitian Jung, filosofi Tarot, dan beberapa kisah nyata/fakta.
2.
Pendekatan Emosional Penggunaan emosional disampaikan dengan penggunaan kata-kata dalam penulisan teks yang dapat menggugah emosi pembaca untuk
26
sekedar
memberikan
penilaian
ataupun
menciptakan
cara
pemikiran dan tindakan tertentu yang berbeda dari sebelumnya. Penggunaan ilustrasi memberikan kesan filosofis pada pembaca untuk semakin penasaran terhadap isi buku. Penggunaan warna semakin mendukung kesan budaya dan filosofis.
4.2.2. Strategi Desain 4.2.2.1. Looks, Mood, Tone and Manner - Bernuansa wayang sesuai dengan Tarot khas Indonesia - Filosofis dan klasikal - Sesuatu yang hilang/terlupakan
4.2.2.2. Strategi Verbal Sesuai filosofi tarot, gaya bahasa yang digunakan di dalam buku baik penulisan judul buku, judul bab maupun penulisan isi (teks) buku adalah gaya bercerita deskriptif dengan menggunakan bahasa formal namun tidak kaku, sedikit berfilosofi.
4.2.2.3. Strategi Visual Unsur-unsur desain yang dipilih dalam pembuatan buku psikologi tarot adalah sebagai berikut : -
Skema atau keluarga vivid color
27
-
Tipografi
sans
script
dalam
penulisan
bodycopy
untuk
memunculkan kesan manual, dan klasik -
Tipografi
dekoratif
dalam
penulisan
judul
buku
untuk
memunculkan kesan filosofi di Indonesia yang juga erat dengan filosofi budaya maupun Tarot. -
Ilustrasi kolase, dengan menggunakan gunungan, batik dan pewayangan berkaitan erat dengan filosofi tarot indonesia, Tarot Wayang.
-
Ilustrasi manual dengan tinta dan pensil, untuk memberi kesan dramatis
-
Elemen-elemen kertas kuno memberi kesan kuno.
4.2.2.4. Pemilihan Item Item-item yang digunakan adalah: 1. Buku, meliputi halaman sampul dan halaman isi. Ukuran
: 26 x 18,4 cm
Tebal
: kurang lebih 80 halaman
Warna
: full color
Cover
: hard cover
Penjualan : toko-toko buku besar (Gramedia, TGA Bookstore, QB, Kinokuniya, Periplus, Aksara, Gunung Agung, dan lain-lain) 2. Buku Latihan Psikologi, Kotak Buku
28