BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pelaksanaan Percobaan Percobaan telah dilakukan di rumah kaca yang lokasinya berada di Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Genetika Pertanian (BB_BIOGEN). Penelitian dilakukan dengan penanaman bibit padi gogo sebanyak 15 varietas dengan perlakuan pemupukan sebanyak 4 taraf yaitu tanpa pupuk, taraf sedang, rendah, dan tinggi dengan masing-masing varietas dan perlakuan pemupukan diulang sebanyak 3 kali, maka didapat 180 tanaman percobaan. Dari setiap tanaman percobaan diamati 5 respon pertumbuhan yaitu: rata-rata klorofil, tinggi varietas tanaman padi gogo yang diujikan, jumlah anakan, berat tanaman, dan luas daun. Hasil penelitian meliputi analisis ragam multivariate untuk melihat ada tidaknya pengaruh interaksi antara faktor pupuk dan faktor varietas. Apabila pengaruh interaksi tidak nyata (Tolak H0), maka dilanjutkan pengujian hipotesis tentang pengaruh faktor pupuk dan faktor varietas. Sebaliknya apabila pengaruh interaksi bersifat nyata maka pengujian pengaruh faktor pupuk maupun faktor varietas menjadi tidak perlu lagi. Hal ini sesuai dengan prinsip pengujian dalam percobaan faktorial. Pengujian faktor pupuk dan faktor varietas dilakukan dengan menggunakan statistik lambda wilks. Apabila hasil pengujian faktor pupuk bersifat nyata terhadap respon, maka dapat ditelusuri seberapa besarkah beda antar taraf perlakuan pupuk dari faktor pupuk dengan menggunakan uji perbedaan vektor nilai rata-rata. Hal senada juga dilakukan terhadap faktor varietas, apabila hasil pengujian faktor varietas bersifat nyata terhadap respon, maka dapat ditelusuri seberapa besar beda kelompok umur panen dari faktor varietas dengan menggunakan uji perbedaan vektor nilai rata-rata.
53 4.2 Karakteristik Pertumbuhan Tabel 4.1 Rata-rata perlakuan pupuk terhadap respon pertumbuhan tanaman padi Respon Pertumbuhan
Perlakuan Pupuk
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g) Luas Daun (dm2)
P1
38.41
67.02
7.31
4.13
2.36
P2
37.25
72.09
8.93
10.89
4.98
P3
37.25
61.33
4.96
3.10
1.71
P4
40.97
70.44
8.78
8.57
4.76
Berdasarkan data rata-rata klorofil , maka pemupukan P4 menghasilkan kandungan klorofil lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan yang lain. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman yang paling baik diperoleh dari tanaman dengan perlakuan pemupukan P2. Untuk respon pertumbuhan jumlah anakan dan luas daun tidak mengalami perbedaan yang besar antara perlakuan pemupukan P2 dan P4. Sementara untuk respon berat tanaman, perlakuan pemupukan P2 mendapatkan hasil berat tanaman yang baik dibandingkan dengan perlakuan pemupukan yang lain.
54 Tabel 4.2 Rata-rata respon 15 varietas padi terhadap respon pertumbuhan Perlakuan
Respon Pertumbuhan
varietas
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml Anakan Berat (g) Luas Daun (dm2)
V1
40.35
59.25
7
2.53
1.60
V2
38.18
66.75
8.33
7.76
4
V3
38.30
82.33
7
9.15
4.58
V4
41.08
63.33
7.58
7.75
3.95
V5
37.87
51.92
6.67
3.47
1.92
V6
38.03
72.42
6.58
6.18
3.70
V7
37.11
49.92
6.17
2.28
1.28
V8
38.25
79.42
6.75
8.51
4.6
V9
37.15
88.08
9.67
8.48
4.07
V10
36.33
56.25
8.75
7.02
2.77
V11
37.56
82
6.75
9.40
4.08
V12
37.47
74.08
7.25
8.45
5.13
V13
40.07
70.08
6.5
6.16
4.34
V14
40.90
65.92
9
8.26
3.51
V15
38.38
54.08
8.42
4.71
2.24
Dari data pada tabel diatas diketahui bahwa respon pertumbuhan klorofil yang tertinggi diperoleh dari varietas V4, sedangkan yang terendah diperoleh dari varietas V7. Untuk respon pertumbuhan tinggi yang paling baik varietas V9, sebaliknya respon pertumbuhan yang paling rendah diperoleh dari varietas V5. Respon pertumbuhan
55 jumlah anakan yang paling baik adalah varietas V9, sementara respon jumlah anakan yang kurang baik adalah varietas V7. Untuk respon pertumbuhan berat tanaman yang paling baik adalah V11, sedangkan respon pertumbuhan berat tanaman yang paling buruk adalah V7. Dan untuk respon pertumbuhan luas daun dari semua varietas, varietas V12 dan yang paling buruk adalah varietas V7. 4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan 4.3.1 Analisis Ragam Mulrivariate Setelah kita mengamati karakteristik pertumbuhan dari hasil pemupukan padi selama 2 bulan, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dari data untuk dilakukan pengujian hipotesis langkah pertama adalah menguji apakah ada pengaruh faktor pupuk, pengaruh faktor varietas, pengaruh interaksi pupuk dan varietas terhadap respon pertumbuhan. Berikut ini adalah tabel analisis ragam multivariate untuk percobaan dua faktor menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
56 Tabel 4.3 Manova antara Perlakuan pupuk dengan Perlakuan Varietas Sumber Keragaman Perlakuan (H)
Derajat Bebas 59
JK dan JHK
Faktor A
3
⎡423.62 426.35 205.92 186.89 162.24 ⎤ ⎢ 426.35 3050.38 1175.66 2167.80 997.25⎥ ⎢ ⎥ A = ⎢205.92 1175.66 458.86 811.66 382.96⎥ ⎢ ⎥ ⎢186.89 2167.80 811.66 1826.17 807.73⎥ ⎢⎣162.24 997.25 382.96 807.73 373.19⎥⎦
Faktor B
14
⎡ 363.06 − 252.77 − 7.18 − 26.13 12.63 ⎤ ⎢− 252.77 24197.78 233.97 3829.12 1986.57 ⎥ ⎢ ⎥ B = ⎢ − 7.18 233.97 192.58 148.52 19.39 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ − 26.13 3829.12 148.52 953.04 427.30 ⎥ ⎢⎣ 12.63 1986.57 19.39 427.30 240.32 ⎥⎦
Interaksi AB
42
Galat (E)
120
Total
23
− 241.51 167.72 7.64 162.25 ⎤ ⎡ 1412 ⎢− 241.51 31716.78 2042.39 − 3339.08 3236.60⎥ ⎥ ⎢ H = ⎢ 167.72 2042.39 1076.33 1333.33 572.78 ⎥ ⎥ ⎢ − 3339.08 1333.33 3993.19 1771.72 ⎥ ⎢ 7.64 ⎢⎣ 162.25 3236.60 572.78 1771.72 879.50 ⎥⎦
⎡ 625.42 − 415.08 ⎢− 415.08 4468.62 ⎢ AB = ⎢ − 31.02 632.76 ⎢ − 153 . 12 − 9336.01 ⎢ ⎢⎣ − 12.62 252.77
− 31.02 632.76 424.89 373.15 170.42
− 153.12
− 12.62⎤ − 9336.01 252.77 ⎥⎥ 373.15 170.42 ⎥ ⎥ 1213.98 536.69 ⎥ 536.69 265.99 ⎥⎦
190.69 124.17 − 137.19 − 63.78⎤ ⎡ 720.56 ⎢ 190.69 13413.33 2322.33 10339.23 217.24 ⎥ ⎥ ⎢ E = ⎢ 124.17 2322.33 1224.67 − 95.65 − 42.62⎥ ⎥ ⎢ 790.09 ⎥ ⎢− 137.19 10339.23 − 95.65 1875.6 ⎢⎣ − 63.78 217.24 − 42.62 790.09 383.03 ⎥⎦ ⎡ 2132.65 − 50.81 291.89 − 129.56 98.47 ⎤ ⎢ − 50.81 45130.11 4364.72 7000.14 3453.84⎥ ⎥ ⎢ T = ⎢ 291.89 4364.72 2300.99 1237.68 530.16 ⎥ ⎥ ⎢ ⎢− 129.56 7000.14 1237.68 5868.79 2561.81⎥ ⎢⎣ 98.47 3453.84 530.16 2561.81 1262.53 ⎥⎦
Setelah didapatkan nilai matriks perlakuan (H), matriks faktor pupuk (A), matriks faktor varietas (B), dan juga matriks interaksi AB, maka langkah selanjutnya adalah dilakukannya pengujian pengaruh interaksi diantara faktor A dan faktor B terhadap respon yang diamati. Untuk menjawab pertanyaan ini dilakukan pengujian lambda wilks
57 dengan rumus: λ =
E E + AB
, dari hasil perhitungan dengan menggunakan program
aplikasi yang telah dibuat dan didapatkan determinan matriks |E| = 3.13333 E+16, determinan penjumlahan matriks |E+AB| = 6.3158 E+15, dan didapat λ wilks = 4.9617 pada hipotesis : H0: (AB)ij = 0, yang berarti tidak ada pengaruh interaksi antara faktor A dan B terhadap respon yang diamati. H1: minimal ada satu (AB)ij ≠ 0, artinya ada pengaruh interaksi antar faktor A dan B terhadap respon yang diamati. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan α = 0.01, p = 5 , VAB = 42, dan Ve = 120, maka λ wilks = 4.9617 >
01 U 50,.42 ,120 =
0.1595. Kesimpulan yang didapat adalah
berdasarkan data yang ada memperlihatkan tidak ada pengaruh interaksi di antara faktor pupuk dan varietas terhadap respons yang diamati (Terima H0). Karena pengaruh interaksi dalam percobaan ini tidak nyata, maka langkah selanjutnya di uji pengaruh utama faktor pupuk dengan hipotesis: H0: Ai = 0, yang berarti tidak ada pengaruh faktor A terhadap respon yang diamati. H1: minimal ada satu Ai ≠ 0, artinya ada pengaruh faktor A terhadap respon yang diamati Pengujian hipotesis tentang pengaruh utama faktor A dilakukan dengan menggunakan statistik lambda wilks dengan rumus: λ =
E E+A
. Dari hasil perhitungan
didapatkan determinan matriks |E| = 3.13333 E+16, determinan penjumlahan matriks |E+A| = 1.1977 E+17, dan λ wilks = 0.2616.
58 Dengan menggunakan α = 0.01, p = 5 , VA = 3, dan Ve = 120, maka λ wilks = 0.2616 <
U 50,.301,120 =
0.7725. Kesimpulan yang didapat adalah berdasarkan data yang ada
menunjukkan bahwa pengaruh faktor A bersifat nyata terhadap respon pengamatan (Tolak H0). Selanjutnya pengujian pengaruh utama faktor B dengan hipotesis: H0: Bj = 0, yang berarti tidak ada pengaruh B terhadap respon yang diamati. H1: minimal ada satu Bj ≠ 0, artinya ada pengaruh B terhadap respon yang diamati. Pengujian hipotesis tentang pengaruh utama faktor B dilakukan dengan menggunakan statistik lambda wilks dengan rumus: λ =
E E+B
. Dari hasil perhitungan didapatkan
determinan matriks |E| = 3.13333 E+16, determinan penjumlahan matriks |E+B| = 7.8097 E+17, dan didapat λ wilks = 0.4012. Dengan menggunakan α = 0.01, p = 5 , VB = 14, dan Ve = 120, maka pengujiannya adalah λ wilks = 0.4012 <
U 50,.1401,120 =
0.4444. Kesimpulan yang didapat adalah
berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa pengaruh faktor B
bersifat nyata
terhadap respon pengamatan (Tolak H0). Dengan demikian faktor pupuk dan varietas bersifat nyata secara statistik dalam mempengaruhi respons pengamatan, maka dapat ditelusuri lebih lanjut dengan menggunakan uji perbedaan vektor nilai rata-rata. 4.3.2
Uji Hipotesis dengan kontras Ortogonal
Setelah dilakukan perhitungan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh faktor A, faktor B dan interaksi antara faktor AB, maka langkah selanjutnya dengan melakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara perlakuan pemupukan.
59 4.3.2.1 Uji kontras untuk perlakuan pemupukan Berikut ini adalah pengujian dari data total dan dihasil pengolahan perlakuan pemupukan terhadap respon pertumbuhan yang diamati yaitu rata-rata klorofil, tinggi, jumlah anakan, berat tanaman, dan luas daun untuk semua varietas: Dengan jumlah pengamatan sebesar 45 ( didapat dari perulangan dikalikan dengan varietas), maka dapat diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji lambda wilks. Dengan respon = 5, Va = 1, Ve = 120, maka dilakukan pengujian hipotesis seperti tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Hasil Uji Kontras dengan λ wilks terhadap perlakuan pemupukan Hipotesis H1 : P1 vs P2
H2 : P1 vs P3
H3 : P1 vs P4
H4 : P2 vs P3
H5 : P2 vs P4
H6 : P3 vs P4
Statistik λ wilks
λ=
λ=
λ=
λ=
λ=
λ=
E E + H1 E E + H2 E E + H3 E E + H4 E E + H5 E E + H6
=
=
=
=
=
=
- 3.13E + 16 - 4.68E + 16 - 3.13E + 16 - 3.65E + 16 - 3.13E + 16 - 5.17E + 16 - 3.13E + 16 - 6.20E + 16 - 3.13E + 16 - 4.53E + 16 - 3.13E + 16 - 7.33E + 16
U αp ,Va ,Ve
Tabel
= 0.67
U 50,.101,120 =0.91
= 0.86
U 50,.101,120 =0.91
= 0.61
U 50,.101,120 =0.91
= 0.50
U 50,.101,120 =0.91
= 0.69
U 50,.101,120 =0.91
= 0.43
U 50,.101,120 =0.91
60 Dari tabel diatas dapat diuji hipotesisnya sebagai berikut : Hipotesis H1 : P1 vs P2 adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan pemupukan N – P setara 0 – 0 kg/ha dan N – P setara 100 – 0 kg/ha. Dengan λ wilks = 0.67 <
U 50,.101,120 =
0.91, maka dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pemupukan antar pemupukan N – P dengan kadar 0 – 0 kg/ha berbeda dengan N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha. Tabel 4.5 Perbandingan rata-rata antara perlakuan pupuk P1 dengan P2. Perlakuan
Respon Pertumbuhan
Pupuk
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
P1
38.41
67.02
7.31
4.13
2.36
P2
37.25
72.09
8.93
10.89
4.98
Dari tabel diatas diperoleh perbandingan antara perlakuan pemupukan P1 dengan perlakuan pemupukan P2 bahwa perlakuan pemupukan P2 yaitu N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan pemupukan P1 yaitu N – P dengan kadar 0 – 0 kg/ha. Hal ini terlihat, 4 dari 5 respon pertumbuhan P2 yaitu tinggi, jumlah anakan, berat, dan luas daun lebih tinggi dari pertumbuhan P1. Terutama berat tanaman yang dipupuk dengan perlakuan P1 jauh lebih baik dari perlakuan pupuk P2. Hipotesis H2 : P1 vs P3 adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan pemupukan N – P setara 0 – 0 kg/ha dan N – P setara 0 – 50 kg/ha. Dengan λ wilks = 0.86 <
U 50,.101,120 =
0.91, maka dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pemupukan antar pemupukan N – P dengan kadar 0 – 0 kg/ha berbeda dengan N – P dengan kadar 0 –50 kg/ha.
61 Tabel 4.6 Perbandingan rata-rata antara perlakuan pemupukan P1 dengan P3 Perlakuan
Respon Pertumbuhan
Pupuk
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
P1
38.41
67.02
7.31
4.13
2.36
P3
37.25
61.33
4.956
3.10
1.71
Perbandingan antara perlakuan pemupukan P1 dengan perlakuan pemupukan P3 bahwa perlakuan pemupukan P1 yaitu N – P dengan kadar 0 – 0 kg/ha lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan pemupukan P3 yaitu N – P dengan kadar 0 – 50 kg/ha. Hal ini terlihat seluruh respon pertumbuhan P1 lebih baik dari pertumbuhan P3. Terutama pada jumlah anakan P1 jauh berbeda dengan P3. Hipotesis H3 : P1 vs P4 adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan pemupukan N – P setara 0 – 0 kg/ha dan N – P setara 100 – 50 kg/ha. Dengan λ wilks = 0.61 <
U 50,.101,120 =
0.91, maka dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pemupukan antar pemupukan N – P dengan kadar 0 – 0 kg/ha berbeda dengan N – P dengan kadar 100 – 50 kg/ha. Tabel 4.7 Perbandingan rata-rata antara perlakuan pemupukan P1 dengan P4 Perlakuan
Respon Pertumbuhan
Pupuk
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
P1
38.41
67.02
7.31
4.13
2.36
P4
40.97
70.44
8.78
8.57
4.76
Perbandingan antara perlakuan pemupukan P1 dengan perlakuan pemupukan P4, bahwa perlakuan pemupukan P4 yaitu N – P dengan kadar 100 – 50 kg/ha lebih baik
62 pertumbuhannya dibandingkan dengan pemupukan P1 yaitu N – P dengan kadar 0 – 0 kg/ha. Hal ini terlihat seluruh respon pertumbuhan P4 lebih baik dari pertumbuhan P1. Hipotesis H4 : P2 vs P3 adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan pemupukan N – P setara 100 – 0 kg/ha dan N – P setara 0 – 50 kg/ha. Dengan λ wilks = 0.50 <
U 50,.101,120 =
0.91, maka dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pemupukan antar pemupukan N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha berbeda dengan N – P dengan kadar 0 – 50 kg/ha. Tabel 4.8 Perbandingan rata-rata antara perlakuan pemupukan P2 dengan P3 Respon Pertumbuhan
Perlakuan Pupuk
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
P2
37.25
72.089
8.93
10.89
4.985
P3
37.25
61.33
4.96
3.10
1.71
Perbandingan antara perlakuan pemupukan P2 dengan perlakuan pemupukan P3 bahwa perlakuan pemupukan P2 yaitu N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan pemupukan P3 yaitu N – P dengan kadar 0 – 50 kg/ha. Hal ini terlihat seluruh respon pertumbuhan P2 lebih baik dari pertumbuhan P3. Hipotesis H5 : P2 vs P4 adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan pemupukan N – P setara 100 – 0 kg/ha dan N – P setara 100 – 50 kg/ha. Dengan λ wilks = 0.69 <
U 50,.101,120 = 0.91, maka dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pemupukan antar pemupukan N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha berbeda dengan N – P dengan kadar 100 – 50 kg/ha.
63 Tabel 4.9 Perbandingan rata-rata antara perlakuan pemupukan P2 dengan P4 Perlakuan
Respon Pertumbuhan
Pupuk
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
P2
37.25
72.089
8.93
10.89
4.985
P4
40.97
70.44
8.78
8.57
4.76
Perbandingan antara perlakuan pemupukan P2 dengan perlakuan pemupukan P4 bahwa perlakuan pemupukan P2 yaitu N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan pemupukan P4 yaitu N – P dengan kadar 100 – 50 kg/ha. Hal ini terlihat, 4 dari 5 respon pertumbuhan P2 yaitu tinggi, jumlah anakan, berat, dan luas daun lebih tinggi dari pertumbuhan P4. Hipotesis H6 : P3 vs P4 adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan pemupukan N – P setara 0 – 50 kg/ha dan N – P setara 100 – 50 kg/ha. Dengan λ wilks = 0.43 <
U 50,.101,120 =
0.91, maka dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pemupukan antar pemupukan N – P dengan kadar 0 – 50 kg/ha berbeda dengan N – P dengan kadar 100 – 50 kg/ha. Tabel 4.10 Perbandingan rata-rata antara perlakuan pemupukan P3 dengan P4 Perlakuan
Respon Pertumbuhan
Pupuk
Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
P3
37.25
61.33
4.956
3.10
1.71
P4
40.97
70.44
8.78
8.57
4.76
Perbandingan antara perlakuan pemupukan P3 dengan perlakuan pemupukan P4 bahwa perlakuan pemupukan P4 yaitu N – P dengan kadar 100 – 50 kg/ha lebih baik
64 pertumbuhannya dibandingkan dengan pemupukan P3 yaitu N – P dengan kadar 0 – 50 kg/ha. Hal ini terlihat seluruh respon pertumbuhan P4 lebih baik dari pertumbuhan P3. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemupukan P2 yaitu N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha lebih baik respon pertumbuhannya dibandingkan dengan yang lain, meskipun respon rata-rata klorofil lebih kecil dibandingkan dengan P4. 4.3.2.2 Uji kontras untuk perbedaan varietas Pengujian untuk mengetahui apakah ada perbedaan kelompok umur varietas terhadap respon yang diamati yaitu rata-rata klorofil, tinggi, jumlah anakan, berat tanaman, dan luas daun untuk semua perlakuan pemupukan. Kelompok umur panen dapat dibagi menjadi 3 kelompok: 1.
Kelompok umur panen cepat (A) dengan umur panen ≤ 110 hari yaitu varietas
Singkarak (V2), varietas Ranau (V3), varietas Laut Tawar(V5),
varietas Kartuna (V10), varietas SituPatenggang(V12), varietas Limboto(V13), varietas Dodokan(V14), varietas Situgonggo(V15). 2.
Kelompok umur panen sedang (B) dengan umur panen 111 – 120 hari dengan varietas Maninjau (V4), varietas Jatiluhur (V6), varietas Danau Gaung (V8), varietas Seratus Malam (V9).
3.
Kelompok umur panen lambat (C) dengan umur panen > 120 hari yaitu varietas Gata (V1), varietas Towuti (V7), varietas SituGintung (V11).
Dengan ukuran contoh sebesar 12 (didapat dari perulangan dikalikan dengan varietas), maka dapat diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji lambda wilks. Dengan respon = 5, Va = 1, Ve = 120, maka dilakukan pengujian hipotesis seperti tabel dibawah ini.
65 Tabel 4.11 Hasil uji kontras dengan λ wilks terhadap kelompok umur varietas Hipotesis H1 : A vs B
H2 : A vs C
H3 : B vs C
Hipotesis H1 :
Statistik λ wilks
λ=
λ=
λ=
E E + H1 E E + H1 E E + H1
=
=
=
U αp ,Va ,Ve - 3.13E + 16
- 3.384E + 16 - 3.13E + 16 - 3.56E + 16 - 3.13E + 16 - 3.50E + 16
= 0.93
Tabel
U 50,.101,120 =0.91
= 0.88
U 50,.101,120 =0.91
= 0.89
U 50,.101,120 =0.91
A vs B adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda
perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan varietas umur panen cepat yaitu: V2, V3, V5, V10, V12, V13, V14, dan V15 dengan perlakuan varietas umur panen sedang yaitu V4, V6, V8, dan V9. Dengan λ wilks = 0.93 <
U 50,.101,120 = 0.91, maka
dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pertumbuhan varietas dalam kelompok umur panen cepat tidak berbeda dengan kelompok umur panen sedang. Tabel 4.12 Perbandingan rata-rata antara perlakuan kelompok umur A dengan B Perlakuan Kelompok umur
Respon Pertumbuhan Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
A 38.43817
65.17708
7.739583
6.873646
3.562924
38.62994
75.8125
7.645833
7.72875
4.081065
B Perbandingan antara perlakuan varietas kelompok umur panen cepat (A) dengan perlakuan varietas kelompok umur panen sedang (B) bahwa varietas kelompok umur panen sedang (B) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan varietas kelompok
66 umur panen cepat (A). Hal ini terlihat seluruh respon pertumbuhan kecuali respon jumlah anakan pada lebih baik varietas kelompok umur panen sedang (B) dari pertumbuhan kelompok umur panen cepat (A). Hipotesis H2 : A
vs C adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda
perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan varietas umur panen cepat yaitu: V2, V3, V5, V10, V12, V13, V14, dan V15 dengan perlakuan varietas umur panen lambat yaitu V1, V7, dan V11. Dengan λ wilks = 0.88 <
U 50,.101,120 = 0.91, maka
dapat ditarik sebuah keputusan bahwa rata-rata pertumbuhan kelompok umur panen cepat berbeda dengan kelompok umur panen lambat. Tabel 4.13 Perbandingan rata-rata antara perlakuan kelompok umur A dengan C Perlakuan Kelompok umur
Respon Pertumbuhan Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
A 38.43817
65.17708
7.739583
6.873646
3.562924
38.34297
63.72222
6.638889
4.736389
2.319392
C Perbandingan antara perlakuan varietas kelompok umur panen cepat (A) dengan perlakuan varietas kelompok umur panen lambat (C) bahwa varietas kelompok umur panen cepat (A) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan varietas kelompok umur panen lambat (C). Hal ini terlihat seluruh respon pertumbuhan lebih baik pada varietas kelompok umur panen cepat (A) dari pertumbuhan kelompok umur panen lambat (C). Hipotesis H3 : B vs C adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji beda perlakuan rata-rata terhadap respon pertumbuhan antar perlakuan varietas umur panen sedang yaitu: V4, V6, V8, dan V9 dengan perlakuan varietas umur panen lambat yaitu V1,
67 V7, dan V11. Dengan λ wilks = 0.89 <
U 50,.101,120 =
0.91, maka dapat ditarik sebuah
keputusan bahwa rata-rata pertubuhan kelompok umur panen sedang berbeda dengan kelompok umur panen tinggi. Tabel 4.14 Perbandingan rata-rata antara perlakuan kelompok umur B dengan C Perlakuan Kelompok umur
Respon Pertumbuhan Klorofil
Tinggi (cm)
Jml anakan
Berat (g)
Luas Daun (dm2)
B 38.62994
75.8125
7.645833
7.72875
4.081065
38.34297
63.72222
6.638889
4.736389
2.319392
C Perbandingan antara perlakuan varietas kelompok umur panen sedang (B) dengan perlakuan varietas kelompok umur panen lambat (C) bahwa varietas kelompok umur panen sedang (B) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan varietas kelompok umur panen lambat (C). Hal ini terlihat seluruh respon pertumbuhan lebih baik pada varietas kelompok umur panen sedang (B) dari pertumbuhan kelompok panen umur lambat (C). 4.4 Usulan yang Mendukung Hipotesis Kebutuhan akan beras merupakan kebutuhan yang mendasar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Agar mendapatkan hasil akan beras yang banyak dan baik, maka peneliti meneliti pertumbuhan beberapa varietas tanaman padi yang akan dijadikan induk persilangan untuk mendapatkan hasil yang baik. Dalam hal ini peneliti meneliti pemupukan mana yang baik untuk semua varietas yang dicobakan terhadap respon yang diamati yaitu rata-rata klorofil, tinggi tanaman, jumlah anakan, berat tanaman dan luas daun. Peneliti juga meneliti kelompok umur varietas mana yang paling baik untuk semua perlakuan pemupukan terhadap respon yang diamati. Dari hasil penelitian didapat bahwa
68 perlakuan pemupukan P2 yaitu N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha adalah yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan pemupukan yang lain. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa kelompok umur varietas sedang yaitu varietas Maninjau (V4), varietas Jatiluhur (V6), varietas Danau Gaung (V8), dan varietas Seratus Malam (V9) lebih baik dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Saran dari penelitian ini adalah: 1. Untuk petani disarankan untuk menggunakan pupuk N – P dengan kadar 100 – 0 kg/ha dan menanam kelompok umur untuk varietas sedang yaitu varietas Maninjau (V4), varietas Jatiluhur (V6), varietas Danau Gaung (V8), dan varietas Seratus Malam (V9). 2. untuk penelitian disarankan untuk menggunakan kelompok umur varietas sedang yaitu varietas Maninjau (V4), varietas Jatiluhur (V6), varietas Danau Gaung (V8), dan varietas Seratus Malam (V9) sebagai induk untuk persilangan.