40
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di Jalan Hang Tuah, Denpasar merupakan species Lagerstroemia speciosa Pers. (Lampiran 4). Bagian kulit batangnya kemudian diambil, dibersihkan, dipotong, dikeringkan kemudian diblender dan diayak menghasilkan serbuk cokelat dengan kadar airnya adalah sebesar 10,27% (Lampiran 5), yang selanjutnya digunakan sebagai sampel pada penelitian ini. 5.2
Ekstraksi Kulit Batang Bungur Maserasi dari ± 1500 g serbuk kering kulit batang bungur dengan
menggunakan etanol 70% menghasilkan ekstrak etanol yang berwarna cokelat sebanyak 21,88 g. 5.2.1
Uji senyawa tanin ekstrak etanol Ekstrak etanol kulit batang bungur yang diperoleh kemudian diuji
senyawa tanin dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Uji Senyawa Tanin Ekstrak Etanol Kulit Batang Bungur Ekstrak Uji senyawa tanin Keterangan Pereaksi FeCl3 Larutan Gelatin Air Brom Ekstrak etanol Dari cokelat Terbentuk Terbentuk Positif menjadi hijau endapan endapan tanin
40
41
5.2.2
Uji efek hipoglikemik ekstrak etanol Hasil uji efek hipoglikemik ekstrak etanol pada mencit yang diinduksi
aloksan disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Penurunan Kadar Gula Darah Pada Ekstrak Etanol Kulit Batang Bungur Kelompok No. Berat Kadar Gula Darah (mg/dL) mencit Mencit Awal setelah Setelah Perlakuan (jam) (g) injeksi 1 2 3 aloksan I 1 22 105 448 447 447 448 Kontrol 2 21 100 420 420 422 422 negatif 3 29 85 389 387 388 389 (Aquades) 4 29 94 378 378 379 378 5 22 114 262 261 262 261 6 24 106 311 310 311 312 II 1 29 100 163 105 100 87 Uji Dosis I 2 24 109 202 148 143 89 (ekstrak 150 3 28 138 168 133 105 105 mg/20 g bb) 4 27 105 203 150 133 94 5 25 100 202 160 152 123 6 22 107 204 154 148 123 III 1 26 106 240 222 203 180 Uji Dosis II 2 21 100 212 202 193 187 (ekstrak 75 3 29 114 163 154 123 123 mg/20 g bb) 4 28 115 378 368 345 305 5 27 100 315 305 285 254 6 22 94 202 196 178 148 IV 1 21 100 272 221 186 155 Kontrol positif 2 27 123 414 375 319 269 (glibenklamid) 3 29 122 255 205 187 154 4 24 105 358 300 264 193 5 26 110 276 230 201 155 6 22 97 278 250 220 190
Rata-rata penurunan kadar gula darah pada ekstrak etanol kulit batang bungur dosis I dan dosis II dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid) dapat dilihat pada Tabel 5.3.
42
Tabel 5.3 Rata-Rata Penurunan Log Kadar Gula Darah pada Ekstrak Etanol Kulit Batang Bungur Perlakuan Log kadar gula darah pada jam ke1 2 3 Kontrol negatif 2,565 2,566 2,566 Dosis I 2,151 2,115 2,015 Dosis II 2,382 2,345 2,299 Kontrol positif 2,593 2,535 2,471
5.3
Partisi Hasil partisi ekstrak etanol dengan pelarut n-heksana, aseton, dan air
dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Hasil Partisi Ekstrak Etanol dengan Beberapa Pelarut Ekstrak Berat (g) Warna n-heksana 0,10 Hijau aseton 8,90 Cokelat air 2,45 Cokelat
5.3.1
Uji senyawa tanin ekstrak aseton
Hasil uji fitokimia menggunakan pereaksi pendeteksi senyawa tanin terhadap ekstrak n-heksana, ekstrak aseton, dan ekstrak air disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Uji Senyawa Tanin Terhadap Ekstrak Hasil Partisi Ekstrak Uji senyawa tanin Keterangan Pereaksi Larutan Air Brom FeCl3 Gelatin n-heksana Tetap hijau Tidak Tidak Negatif tanin muda terbentuk terbentuk endapan endapan aseton Dari cokelat Terbentuk Terbentuk Positif tanin menjadi hijau endapan endapan air Dari cokelat Tidak Tidak Negatif tanin menjadi hijau terbentuk terbentuk endapan endapan
43
5.3.2
Uji efek hipoglikemik ekstrak aseton Hasil uji efek hipoglikemik ekstrak aseton yang positif mengandung
senyawa tanin terhadap darah mencit yang diinduksi aloksan dipaparkan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Penurunan Kadar Gula Darah Pada Ekstrak Aseton Kulit Batang Bungur Kelompok No. Berat Kadar Gula Darah (mg/dL) Mencit Mencit Awal setelah Setelah Perlakuan jam (g) injeksi kealoksan 1 2 3 I 1 30 128 163 165 169 169 Kontrol 2 29 125 212 214 214 217 negatif 3 25 125 193 195 197 197 (Aquades) 4 28 119 212 212 215 216 5 24 115 211 213 216 216 6 23 105 179 181 183 185 II 1 23 110 193 187 168 148 Uji Dosis I 2 26 115 564 440 360 341 (ekstrak 150 3 24 110 187 163 154 143 mg/20 g bb) 4 25 128 232 207 184 163 5 26 135 173 165 155 143 6 24 130 178 167 160 155 III 1 30 125 173 164 160 155 Uji Dosis II 2 26 120 202 184 160 154 (ekstrak 75 3 30 115 378 369 360 300 mg/20 g bb) 4 28 123 207 173 161 143 5 25 113 202 195 171 165 6 24 118 184 173 163 154 IV 1 30 95 195 180 161 155 Kontrol positif 2 30 125 184 175 165 165 (glibenklamid) 3 25 110 180 170 165 150 4 30 120 195 183 175 154 5 26 115 184 170 165 158 6 28 130 207 190 177 160
Rata-rata penurunan kadar gula darah pada ekstrak aseton kulit batang bungur dosis I dan dosis II dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid) dapat dilihat pada Tabel 5.7.
44
Tabel 5.7 Rata-rata Penurunan Log Kadar Gula Darah pada Ekstrak aseton Kulit Batang Bungur. Perlakuan Log kadar gula darah pada jam ke1 2 3 Kontrol negatif 2,293 2,299 2,301 Dosis I 2,345 2,294 2,260 Dosis II 2,321 2,292 2,251 Kontrol positif 2,250 2,225 2,195
5.4
Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Tanin Hasil pemilihan fase gerak yang akan digunakan sebagai eluen pada
kromatografi kolom. Profil pemilihan campuran eluen dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan harga Rf pada Tabel 5.8. Cara perhitungan harga Rf dapat dilihat pada Lampiran 8.
3
Tabel 5.8 Hasil Pemilihan Beberapa Jenis Eluen untuk Kromatografi Kolom Eluen Jumlah Rf noda Etanol:kloroform:n-heksana (5:1:4) 2 noda 0,68 0,92 Metanol:kloroform:air (5:3:1) 2 noda 0,88 0,95 Etanol:petroleumbenzena:kloroform (2:3:2) 1 noda 0,99
4
Etanol:petroleumbenzena:kloroform (5:1:3)
2 noda
5
Etanol:petroleumbenzena:kloroform (1:3:1)
4 noda
No. 1 2
0,85 0,98 0,61 0,66 0,91 0,96
45
1
2
3
4
5
Gambar 5.1 Profil kromatogram lapis tipis (silika gel GF254, ukuran plat 10,0 x 1,0 cm, jarak elusi 8,5 cm) dari ekstrak aseton pada beberapa eluen yang dilihat pada lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. 1. Etanol : kloroform : n-heksana (5:1:4); 2. Metanol : kloroform : air (5:3:1). 3. Etanol : petroleumbenzena : kloroform (2:3:2); 4. Etanol : petroleumbenzena : kloroform (5:3:1); 5. Etanol : petroleumbenzena : kloroform (1:3:1).
Hasil pemurnian ekstrak aseton menggunakan teknik kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 (70-230 mesh ASTM) dan fase geraknya menggunakan etanol : petroleumbenzena : kloroform (1:3:1) diperoleh 4 fraksi seperti diperlihatkan pada Tabel 5.9. Profil KLT penggabungan dapat dilihat pada Lampiran 10 dan cara perhitungan harga Rf pada Lampiran 9. Tabel 5.9 Fraksi-Fraksi Hasil Kromatografi Kolom Fraksi Warna Rf Fraksi 1 (botol no 1-74) Cokelat 0,93 Fraksi 2 (botol no 75-150) Cokelat 0.85 Fraksi 3 (botol no 151-291) Cokelat 0,82 Fraksi 4 (botol no 295-407) Hijau 0,78
Berat (g) 0,14 0,18 0,15 0,12
46
Keempat fraksi hasil kromatografi kolom selanjutnya diuji fitokimia dengan pereaksi pendeteksi golongan tanin dsn hasilnya dipaparkan pada Tabel 5.10.
Fraksi Fraksi 1
Fraksi 2 Fraksi 3
Fraksi 4
5.4.1
Tabel 5.10 Hasil Uji senyawa tanin pada Fraksi Hasil Kromatografi Kolom Pereaksi FeCl3 Larutan Air Brom Keterangan Gelatin Dari cokelat menjadi hijau Tidak Tidak Negatif terbentuk terbentuk tanin endapan endapan Dari cokelat menjadi hijau Terbentuk Terbentuk Positif endapan endapan tanin Tetap kuning Tidak Tidak Negatif terbentuk terbentuk tanin endapan endapan Tetap kuning Tidak Tidak Negatif terbentuk terbentuk tanin endapan endapan
Uji kemurnian Hasil uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis menggunakan
berbagai eluen yang dilakukan terhadap fraksi 2 dapat dilihat pada Tabel 5.11 dan profil kromatogramnya disajikan pada Gambar 5.2
Kode A B C D E
Tabel 5.11 Hasil Uji Kemurnian Fasa gerak Jumlah noda Metanol:n-heksana 1 Metanol:n-heksana 1 Metanol:kloroform 1 Asam asetat:n1 heksana n-butanol:n1 heksana
Rf 0,85 0,89 0,82 0,92 0,76
47
A
B
C
D
E
Gambar 5.2 Uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis (silika gel GF254, ukuran plat 10,0 x 1,0 cm, jarak elusi 8,5 cm) dari fraksi 2 pada beberapa eluen yang dilihat pada lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. A. Metanol:n-heksana (3:2); B. Metanol:kloroform (3:1). C. Asam asetat:n-heksana (3:2); D. Etanol:nheksana (3:1); E. n-butanol:n-heksana (1:3:1).
5.5
Identifikasi Senyawa Tanin Fraksi 2 Isolat (F2) diukur menggunakan spektrofotometer ultraviolet-tampak
dan inframerah. 5.5.1
Spektrofotometer ultraviolet-tampak Spektra UV-Vis hasil identifikasi fraksi 2 disajikan pada Gambar 5.3
Gambar 5.3 Spektrum UV-Vis Fraksi 2
48
Hasil
identifikasi
fraksi
2
dengan
spektrofotometer
UV-Vis
memperlihatkan 3 puncak serapan pada panjang gelombang 249 nm, 310 nm, dan 430 nm. 5.2.1
Spektrofotometer inframerah Spektra inframerah hasil identifikasi fraksi 2 dapat dilihat pada
Gambar 5.4.
Gambar 5.4 Spektrum IR fraksi 2