46
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Proses dan prosedur didalam Fasilitas Sindikasi (dalam memonitoring pemenuhan kewajiban PT EI ). Dalam sebuah Fasilitas Sindikasi terdapat Agen yang akan ditunjuk sebagai wakil bank peserta Fasilitas Sindikasi untuk melakukan proses monitoring kondisi keuangan debitur, dalam hal ini biasanya adalah Agen Fasilitas. Agen Fasilitas secara resmi melakukan tugasnya dalam memonitoring kondisi keuangan adalah setelah debitur (dalam hal ini adalah PT EI dan Bank peserta Fasilitas Sindikasi) melakukan ceremonial yakni Penandatangan Perjanjian Kredit. Dengan di tanda tanganinya Perjanjian Kredit maka Agen Fasilitas dapat melakukan tugasnya sampai dengan akhir dari masa Fasilitas Sindikasi itu sendiri.
Gambar 4.1 Alur Kerja Agen Fasilitas
47
4.2 Analisa Kredit Tujuan utama didalam melakukan analisa kredit adalah memperoleh keyakinan apakah PT. EI mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada Bank Sindikasi secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan Bank Sindikasi. Dan yang tidak kalah pentingnya dengan menganalisa kredit PT. EI maka akan diketahui seberapa jauh business appetite adjustment Bank Sindikasi. 4.2.1 Analisa Breach Ratio dan Cash Flow Dalam pemberian Fasilitas Sindikasi kepada PT EI, Agen Fasilitas dan Bank Peserta Fasilitas Sindikasi melakukan monitoring Financial Ratio dari PT EI. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan perubahan kondisi keuangan yang terjadi didalam perusahaan yang dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap Fasilitas Sindikasi PT EI dengan tahap tahap sebagai berikut dibawah ini : 4.2.1.1 Perhitungan Rasio Keuangan Perhitungan Ratio telah ditentukan berdasarkan keputusan dari Bank Sindikasi dan disetujui oleh PT EI. Berikut ini adalah Financial Covenant yang ditetapkan Sindikasi untuk dipakai oleh Agen Fasilitas dalam menjaga kondisi keuangan PT EI : (i)
Current Ratio minimum 1,1 X
(ii)
Debt Service Coverage Ratio minimum 1,25 X
(iii)
Debt to Equity Ratio maksimum 2,0 X
(iv)
Interest Service Coverage Ratio minimum 2,5 X
48
Dengan mengetahui rasio keuangan apa saja yang harus dimonitoring, maka Agen Fasilitas melakukan perhitungan rasio setiap periodik yang diambil dari Laporan Keuangan Kuartal PT. EI. Namun dikarenakan pada saat ini terjadi kejadian khusus, dimana salah satu Bank Sindikasi memberikan informasi kepada Agen Fasilitas bahwa PT. EI telah breach covenant. Agen Fasilitas melakukan review terhadap kinerja laporan keuangan PT. EI untuk periode : Laporan Keuangan PT. EI per Juni 2007 Laporan Keuangan PT. EI per September 2007 Laporan Keuangan PT. EI per Desember 2007 Laporan Keuangan PT. EI per Januari 2008 Laporan Keuangan PT. EI per Maret 2008
(perhitungan ratio diprint disini)
49
50
4.2.1.2 Perbandingan Proporsional EBITDA, DSCR dan ISCR Berdasarkan table perhitungan ratio dapat dikatakan PT EI telah melanggar semua financial covenant yang telah ditetapkan didalam Perjanjian Kredit Fasilitas Sindikasi. Penulis menyetujui pendapat tersebut apabila tidak memperhitungkan analisa Debts Services Coverage Ratio (exclude Pre-Financing Loan). Dimana :
Debt Services Coverage Ratio = EBITDA . Hutang Pokok + Bunga kewajiban Hutang
Agen Fasilitas melakukan pengecekan proporsi EBITDA, Hutang Pokok dan Bunga kewajiban Hutang PT. EI dimana dengan melihat perbandingan PROPOSI EBITDA dibandingkan dengan DSCR maupun ISCR dari 5 periode (Juni 07 s/d Maret 08) seperti berikut dibawah ini :
10.0% 9.0% 8.0% 7.0%
EBITDA
6.0%
Interest Payment (incl. Pre-financing loan)
5.0% 4.0%
Principal Payment (incl. Pre-financing loan)
3.0%
Principal Payment (excl. Pre-financing loan)
2.0% 1.0% 0.0% 1
2
3
4
5
Gambar 4.2 Perbandingan Proporsi EBITDA terhadap DSCR dan ISCR
51
Data tersebut diperoleh dari : Item
as of Jun'07 100,0%
as of Sept'07
EBITDA Interest Payment (incl. Prefinancing loan) Principal Payment (incl. Pre-financing loan) Principal Payment (excl. Pre-financing loan)
4.107
8,9%
5.643
6,3%
8.804
6,6%
10.951
7,1%
15.264
7,1%
1.427
3,1%
2.780
3,1%
4.148
3,1%
4.267
2,8%
5.581
2,6%
2.612
5,7%
3.687
4,1%
5.012
3,7%
5.287
3,4%
5.837
2,7%
525
1,1%
1.600
1,8%
2.925
2,2%
3.200
2,1%
3.750
1,8%
154.320
100,0%
as of Mar'08
46.122
133.787
100,0%
as of Jan'08
Net Sales
89.307
100,0%
as of Des'07
214.038
Tabel 4.2.b Perbandingan Proporsi EBITDA terhadap DSCR dan ISCR Dapat disimpulkan bahwa penurunan proporsi EBITDA yang terlalu mencolok dan tidak dikuti oleh penurunan DSCR dan ISCR dapat menjadi pemicu terjadinya break financial covenant. Informasi dan data ini mendukung statement dari PT EI mengenai naiknya biaya produksi karena kenaikan harga minyak dan kenaikan harga HRC Internasional yang berpengaruh langsung terhadap biaya pembelian bahan baku (atau bahan baku antara seperti Hot Rolled Coiled). Seperti yang telah dijabarkan diatas melemahnya EBITDA PT. EI dapat dipahami oleh Bank Sindikasi. 4.2.1.3 Evaluasi perhitungan Pokok dan Bunga kewajiban Hutang Selain EBITDA, Agen Fasilitas juga melakukan pengecekan perhitungan Pokok Hutang dan Bunga kewajiban Hutang PT. EI. Dimana informasi nominal Pokok dan Bunga yang menjadi kewajiban debitur disarikan dari Cash Flow PT. EI. Karena nominal tersebut adalah nominal riil yang dibayarkan oleh PT. EI untuk tiap periodenya. Berdasarkan Cash Flow PT EI per 31 Juni 2007 & per 31 Desember 2007 terlihat bahwa total Interest Payment dan total Repayment PT EI sebagai berikut :
100,0%
52
Loan & Interest Payment as per Cash Flow (In US$'000) Pre-financing April - June Interest Payment - Term Loans 439 - SBI Loans - L/C Facility 515 Total 954 Repayments - Loans - SBI Loans Total
Post financing
2.087 2.087
Total upto Dec. 07 719 555 1.920 3.194
1.158 555 2.435 4.148
1.925 1.000 2.925
4.012 1.000 5.012
Tabel 4.2.c Loan & Interest Payment (Cash Flow)
Dari table data diatas dapat diketahui bahwa terdapat terdapat sejumlah cash untuk pembayaran pokok pinjaman pra Syndicated Facilities yang dilakukan oleh PT EI yakni sebesar sekitar USD 2,087.000. Dimana karena perhitungan financial ratio juga memperhitungkan pinjaman pra Syndicated Facilities tersebut maka tentunya hal ini akan semakin membebani dalam memperhitungkan financial ratio khususnya DSCR (Debt Services Covarage Ratio). Oleh karena itu, hal ini mengakibatkan PT EI selalu default untuk DSCR periode perhitungan financial covenant dari Juni 2007 s/d Januari 2008.
Ratio Debt Service Coverage Ratio (incl. Pre-financing loan)
Financial Covenant
as of Jun'07
Min 1.25 x
1,02
x
as of Sept'07
as of Des'07
0,87
0,96
x
as of Jan'08 x
1,15
as of Mar'08 x
1,34
x
Tabel 4.2.d DSCR Ratio include Pre-Financing Loan Namun apabila dalam perhitungan financial ratio DSCR tidak memasukkan pembayaran pre financing loan, maka hasil perhitungan menjadi :
Ratio Debt Service Coverage Ratio (excl. Pre-financing loan)
Financial Covenant
as of Jun'07
Min 1.25 x
2,10
x
as of Sept'07
as of Des'07
1,29
1,24
x
as of Jan'08 x
1,47
Tabel 4.2.e DSCR Ratio exclude Pre-Financing Loan
as of Mar'08 x
1,64
x
53
Melihat dari hasil perhitungan financial ratio DSCR tanpa memasukan pembayaran hutang pokok before Syndicated Facilities, maka hanya perhitungan DSCR pada akhir tahun 2007 saja yang mengalami breach financial covenant. Selain DSCR, terdapat breach di ISCR perusahaan dimana terlihat sebagai berikut dibawah ini :
Ratio Interest Service Coverage Ratio
Financial Covenant Min 2.5 x
as of Jun'07 2,9
as of Sept'07 x
2,0
x
as of Des'07 2,1
x
as of Jan'08 2,6
as of Mar'08 x
2,7
x
Tabel 4.2.f ISCR Ratio PT. EI menjelaskan bahwa breach di ISCR sebenarnya sama dengan penjelasan pada DSCR, karena faktor penurunan EBITDA. Namun sedikit tambahan dari PT. EI dimana pada saat breach ini terjadi (Juni 2007 – Januari 2008). PT EI masih memiliki fasilitas Kredit Investasi yang masih didalam grace period (fasilitas yang memperolehkan pembayaran bunga saja selama 1 tahun penuh) untuk instalasi pabrik baru. Dimana tentunya setelah pabrik ini sudah mulai berproduksi pada masa normal penjualan baja yakni pada bulan Juni 2008 tentunya EBITDA PT. EI akan semakin besar pula. Bank Sindikasi dapat memahami situasi tersebut (DSCR dan ISCR) karena sebenarnya hutang pokok yang lama tidak perlu diperhitungkan kembali dalam DSCR karena hutang tersebut telah dibayarkan oleh Fasilitas Sindikasi Tranche A yang sebesar maksimal USD 20.000.000. Oleh karena itu apabila pre-financing loan diperhitungkan maka akan terjadi perhitungan ganda. Selain itu breach ISCR hanya bersifat sementara waktu saja karena pengaruh faktor eksternal.
54
4.2.2 Agreement Loan Approach Faktor utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah definisi dari Debt Service Covarage Ratio didalam Perjanjian Kredit Sindikasi itu sendiri, karena bila berdasarkan pada Perjanjian Kredit tersebut adalah sebagai berikut : --------------------------------------------------------------------------------------------------Debt Service Coverage Ratio berarti perbandingan antara (i) pendapatan operasional atau laba usaha sebelum dibebankan atau diperhitungkan dengan bunga, pajak dan depresiasi serta amortisasi terhadap (ii) hutang pokok ditambah dengan bunga yang timbul dari kewajiban utang Debitur
Yang perlu diperhatikan adalah definisi dari item (ii), dimana disebutkan bahwa faktor pembagi dalam perhitungan ratio DSCR adalah EBITDA dibagi dengan hutang pokok ditambah bunga yang timbul dari kewajiban utang debitur. Dimana faktor pembagi ini menjadi persoalan karena definisi dari “hutang pokok ditambah bunga yang timbul dari kewajiban utang debitur” dapat menjadi 2 arti, yakni : 1.
Hutang pokok meliputi hutang pokok before refinancing ditambah dengan hutang pokok after refinancing (outstanding loan sebelum mendapatkan Fasilitas Sindikasi ditambah dengan outstanding loan Fasilitas Sindikasi)
2.
Hutang pokok hanya meliputi hutang pokok after refinancing (hanya outstanding loan dari Fasilitas Sindikasi).
Bank Sindikasi dapat memahami definisi ganda yang dapat timbul diatas .
55
4.2.3 The Components of a Company’s Macro Environment
Gambar 4.3 The Components of Company’s Macro Environment Gambar diatas merupakan rangkaian dari Lingkungan Eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan. Dimana pendekatan ini dipakai untuk mengetahui tingkat adaptasi PT. EI terhadap pengaruh lingkungan disekitarnya, yang terdiri dari : 1.
Macroenvironment terdiri dari General Economic Conditions, Legislation and Regulations, Population demographics, Societal Values and lifestyle dan Technology
2.
Immediate Industry and competitive environment yang terdiri dari Suppliers, Substitute products, Buyers, New Entrants dan Rival Firms
56
4.2.3.1 Macroenvironment Pengaruh lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan dan mungkin dapat memberikan dampak secara signifikan terhadap arah dan strategi perusahaan, yakni seperti berikut : 1. General Economic Conditions Kondisi perekonomian secara global ketika breach financial ratio terjadi adalah terjadinya kenaikan harga minyak dan harga komoditi. Dimana hal ini terjadi dikarenakan naiknya permintaan akan demand minyak yang tidak diimbangi dengan supply yang memadai. Selain itu kenaikan komoditi terutama Baja dan Besi banyak dipengaruhi oleh mega konstruksi yang terjadi di China yang menjadi tuan rumah Olympiade tahun 2008. Dalam hal ini PT. EI mendapatkan angin untuk menjual produk di harga yang premium. 2. Legislation and Regulations PT. EI didirikan di Indonesia pada tahun 1994 oleh Grup PT. EI yang merupakan perusahaan baja multinasional besar yang berasal dari India. Dimana shareholder PT. EI adalah E Holding Limited, Mauritius. Regulasi penanaman modal di Indonesia memperbolehkan PMA (Penanaman Modal Asing) hadir di Indonesia. PT. EI yang merupakan anak perusahaan grup produsen baja dunia tentunya akan mendapatkan dukungan iklim investasi yang baik di Indonesia,dimana Indonesia pada saat ini berusaha untuk mendatangkan investasi ke dalam negeri.
57
3. Population demographics PT. EI didirikan di Cibitung, Bekasi dimana PT. EI memiliki akses langsung melalui jalur darat ke Jabodetabek. Dimana diketahui bahwa Jabodetabek merupakan kota Metropolitan terbesar ke 10 di dunia (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_wilayah_metropolitan_berdasarkan_p opulasi). PT. EI melakukan penjualan baja ke pasar domestik sebesar 7080% dari total penjualannya. Sehingga dapat dikatakan dengan hadirnya PT. EI di Indonesia selain mendapatkan langsung market Jabodetabek juga memiliki prospek pangsa pasar ekspor di ASEAN. 4. Societal Values and lifestyle Masyarakat pebisnis di Indonesia lebih condong menganggap perusahaan yang berasal dari luar negeri lebih baik dibandingkan perusahaan lokal pada umumnya. Apabila Brand Image yang disandang oleh PT. EI bukan merupakan perusahaan kacangan lagi, namun sudah dikenal dan dianggap sangat professional dalam menjalankan perusahaannya. Oleh karena itu hal tersebut dapat menjadi iklim dukungan secara tidak langsung yang didapat oleh PT. EI bila dibandingkan dengan perusahaan pesaingan sejenis yang berasal dari domestik. 5. Technology PT. EI merupakan anak perusahaan dari salah satu grup besar dunia didalam memproduksi baja secara global, oleh karena itu masyarakat pebisnis dapat lebih yakin dengan teknologi yang dimiliki PT. EI. Walaupun mungkin produksi PT. EI tidak sebesar Krakatau Steel di Indonesia namun untuk anak perusahaan yang lebih muda dari Krakatau
58
Steel ini sudah dapat menghasilkan produksi yang cukup optimal. Dengan kapasitas produk saat ini 400.000 Mt per tahun termasuk 150.000 Mt per tahun produk Galvanized dan 100.000 Mt per tahun produk Cold Roll Soft.
4.2.3.2 Immediate Industry and competitive environment Pengaruh lingkungan sekitar PT. EI yang dapat mempengaruhi secara langsung bisnis perusahaan dan memberikan dampak secara signifikan terhadap arah dan strategi perusahaan, yakni seperti berikut : 1. Suppliers PT. EI dapat menstabilakn risiko kekuatan supplier, dimana selain PT. EI mengambil raw material dari grupnya di India, PT. EI juga memiliki banyak supplier yang tersebar di domestik (Isphat Indo dan Krakatau Steel) dan tersebar di berbagai negara Asia (Korea, Taiwan, China dan Vietnam) 2. Substitute products Secara garis besar produk baja PT. EI terdiri dari 3 kategori, yakni Soft Product, Hard Product dan Galvanish Product. Dimana merupakan salah satu bahan dasar dari tube dan pipa, spareparts untuk otomotif, drum dan kaleng, enamel ware, furniture dan peralatan elektronik. Oleh karena itu dapat dikatakan belum terdapat barang substitusi pengganti. 3. Buyers Buyer PT. EI terdiri dari segmen domestik sebesar 70-80% sedangkan sisanya adalah pangsa pasar ekspor. Apabila pasar domestik mengalami penurunan, mudah bagi PT. EI untuk “melempar” barang ke pasar ekspor,
59
karena terdapat fleksibelitas PT. EI didalam menjual produk. Selain itu dengan terdapatnya support grup apabila terdapat kesulitan didalam penjualan produk. 4. New Entrants Pendatang baru didalam industri baja tidak akan dapat secara langsung mengambil posisi, karena untuk menjadi produsen baja yang diakui masyarakat memerlukan waktu dan tenaga yang tidak kecil. Selain itu diperlukan waktu untuk pendatang baru untuk mencari nama terlebih dahulu dikalangan konsumen baja. 5. Rival Firms PT. EI memiliki beberapa lawan berat di domestic seperti Krakatau Steel dan Isphat Indo. Dimana Krakatau Steel (sampai dengan info ini diturunkan) adalah merupakan perusahaan BUMN sedangkan Isphat Indo merupakan “kepanjangan tangan” dari Ancelor Mittal (Perusahaan Baja terbesar di dunia). Namun persaingan diantara perusahaan tersebuat adalah persaingan di blue ocean, dimana market lebih besar dibandingkan supply. Oleh karena itu posisi PT. EI dalam menyikapi situasi bisnis yang ada dengan melakukan businesss relationship dengan para pembeli tetap / besar PT. EI. Dari pendekatan The Components of a Company’s Macro Enviroment terlihat bahwa PT. EI memiliki kapasitas yang memadai dalam beradaptasi terhadap pengaruh faktor eksternal. PT. EI juga menempatkan dirinya pada posisi yang startegis untuk pengalaman, Brand Image dan prospek pasar ASEAN.
60
4.2.4 Syndication Approach (Final Dicision) Perbedaan mendasar dari fasilitas kredit secara bilateral dengan fasilitas kredit sindikasi adalah terdapat satu penentu keputusan final kredit yang tidak ada di keputusan kredit bilateral, yakni keputusan Sindikasi. Dimana keputusan diambil berdasarkan aturan yang berlaku. Aturan yang berlaku pada umumnya adalah berdasarkan Perjanjian Kredit Sindikasi. Dimana apabila terdapat suatu kondisi dilematis, maka keputusan biasanya dapat diambil dengan dukungan bank mayoritas. Bank Mayoritas dapat diartikan dari besarnya jumlah outstanding loan yang terkumpul oleh Bank, oleh karena itu bukan mustahil apabila terdapat bank tertentu yang memilih “mengalah’ dalam membela kepentingan internal banknya sendiri untuk kepentingan jangka panjang relationship dengan bank bank sindikasi. Semua ini disebabkan karena opini Bank Sindikasi dapat bervariasi namun keputusan yang diambil akan tetap satu keputusan saja. Untuk kasus breach financial ratio biasanya diawali dengan Bank peserta Fasilitas Sindikasi memanggil PT EI untuk melakukan rapat koordinasi untuk mencari tau informasi lebih jauh mengenai kejadian tersebut sebelum akhirnya mencari solusi terhadap breach covenant tersebut. Dimana rapat sindikasi dibagi menjadi 3 kali pertemuan dengan opini Bank Sindikasi yang beda beda, yakni :
61
1. Rapat Sindikasi 1 (23 Januari 2008) Opini Bank Sindikasi sebagai berikut : 1. PT. EI harus memberikan konfirmasi secara tertulis mengenai progress manajemen dalam mengantispiasi terjadinya breach financial covenant kedepannya (Bank Niaga, BCA, Bank Permata, Bank Lippo, Bank UOB Buana) 2. Bank Sindikasi meminta kominten shareholder dengan memberikan tambahan dana (injek dana) sebesar USD 1 Juta. (Bank Niaga, BCA, Bank Permata, Bank Lippo, Bank UOB Buana)
Menghasilkan keputusan final rapat sindikasi sebagai berikut : 1. Didalam pertemuan ini pihak Essar Indonesia secara garis besar menginformasikan bahwa prakondisi yang dipersyaratkan oleh para bank peserta sindikasi sangat berat untuk dipenuhi, karena manajemen PT EI menilai agak kurang elegan apabila mereka harus terpaksa meminta tambahan dana hanya sebesar USD 1 Juta dari perusahaan induknya untuk memperbaiki ratio keuangan yang dipersyaratkan oleh para bank peserta sindikasi. Padahal kondisi ini menurut pandangan PT. EI hanya bersifat sementara karena siklus bisnis baja dunia. 2. Pak Garg menjelaskan bahwa sesuai dengan proyeksinya, laporan keuangan per Maret 2008 nanti akan terlihat lebih banyak perubahan ke arah positif, oleh karena itu manajemen merasa confident untuk tidak mengubah / meng-adjust proyeksi laporan keuangan yang telah mereka kirimkan ke para bank peserta sindikasi PT Essar Indonesia. Annual Financial Statement (per Maret) PT Essar Indonesia tahun 2008 diprediksi oleh manajemen mungkin sudah akan fullfil seluruh financial ratio yang dipersyaratkan oleh para bank peserta sindikasi, namun akan lebih pasti lagi per Juni 2008 seluruh financial covenant akan sudah terpenuhi.
Didalam Rapat Sindikasi 1, Bank Sindikasi “mendesak” PT. EI untuk meminta PT. EI untuk meminta support dari shareholdernya (grup) sebesar USD 1 Juta untuk memperbaiki rasio keuangan perusahaan. PT. EI meminta agar Bank Sindikasi untuk dapat melihat gambaran yang lebih luas, dimana kejadian breach covenant dipengaruhi oleh faktor eksternal yang bersifat sementara saja.
62
2. Rapat Sindikasi 2 (26 Februari 2008) Opini Bank Sindikasi sebagai berikut : 1. PT. EI diharapkan dapat memberikan kepastian mengenai proyeksi laporan keuangan 1 tahun kedepan, sehingga Bank Sindikasi dapat mereview kembali kemampuan PT. EI dalam mengembalikan hutang pokok dan bunga Fasilitas Sindikasi. (BCA, Bank Permata dan Bank Niaga) 2. Bank Sindikasi diharapkan memiliki internal buffer guidence untuk ratio DSCR dan ISCR sehingga Bank Sindikasi tidak perlu selalu melakukan koordinasi meeting apabila terdapat breach financial covenant. (Bank UOB Buana) Menghasilkan keputusan final rapat sindikasi sebagai berikut : 1. Para Bank Peserta Fasilitas Sindikasi PT Essar Indonesia telah mendapatkan konfirmasi bahwa Management PT Essar Indonesia akan segera memberikan proyeksi Financial Statement tahunan untuk periode April 08 – Maret 09 (dengan detail asumsinya), paling lambat hari Selasa tgl 4 Maret 2008. Saat ini Proyeksi tersebut sudah selesai dibuat dan tinggal dimintakan tanda tangan kepada Presiden Director PT Essar Indonesia (K. B. Trivedi) yang saat ini masih berada di Luar Negeri. Proyeksi (apabila diperlukan) akan direvisi setiap 6 bulan oleh karena itu proyeksi triwulanan yang dimintakan sebelumnya tidak perlukan lagi. 2. Management PT Essar Indonesia menginformasikan bahwa untuk bulan Februari 2008 dengan proyeksi DSCR = 1,5x dan proyeksi ISCR = 2,51x.
Didalam Rapat Sindikasi 2, PT. EI berjanji akan memberikan proyeksi laporan keuangan tahunan untuk memperoleh komitmen PT. EI Management PT. EI juga menginformasikan bahwa sudah tidak terdapat breach ratio untuk bulan Febuari 2008.
63
3. Rapat Sindikasi 3 (28 Maret 2008) Opini Bank Sindikasi sebagai berikut : 1. Penambahan plafon L/C dapat meningkatkan resiko repayment loan PT EI (Bank Permata dan Bank Niaga) 2. Tambahan plafon dijamin dengan margin deposito (Bank Permata) 3. Penambahan plafon hanya bersifat sementara saja sampai dengan harga HRC kembali ke normal (BCA, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Lippo, Bank UOB Buana) 4. Apabila terdapat kondisi harga HRC kembali naik dan oleh karena itu penambahan plafon L/C yang akan dilakukan akan memerlukan support margin deposito sebesar nilai dari kenaikan plafon L/C tersebut.
Menghasilkan keputusan final rapat sindikasi sebagai berikut : 1. Bank Sindikasi akan mempertimbangkan memberikan konsen untuk penambahan plafon dengan kondisi : • Penambahan plafon tidak menyebabkan breach covenant, apabila breach maka Essar akan kena penalty sebesar 2% • Tambahan plafon dijamin dengan margin deposito 30% atau Corporate Guarantee berasal dari salah satu operating company Essar di India • Penambahan ini bersifat sementara sehingga apabila harga HRC turun kembali menjadi dibawah USD 1000 maka tambahan plafon berakhir • Apabila harga HRC naik lagi dan debitur butuh tambahan L/C, maka harus dijamin dengan margin deposit sebesar 100%
Didalam Rapat Sindikasi 3, PT. EI bermaksud untuk mendapatkan tambahan plafon fasilitas L/C. Dimana Bank Sindikasi menyetujui untuk pemberian tersebut (dengan syarat). Dari pembahasan rapat sindikasi ke 3 ini terlihat bahwa setelah mendapatkan tekanan dari Bank Sindikasi, maka PT. EI sudah memperbaiki performanya untuk Debt Service Coverage Ratio dan Interest Service Coverage Ratio.
64
Dari pembahasan di rapat sindikasi, terlihat bahwa “desakan” melalui sindikasi jauh lebih kuat untuk menekan PT. EI untuk mengikuti pola pikir perbankan. Dikarenakan sindikasi berarti berhadapan dengan banyak bank. Dimana PT. EI tentunya tidak akan mau mencoreng “image baik” PT. EI didepan calon calon bank penyumbang kredit di masa mendatang.
4.3 Keputusan Sindikasi (Suksesi Agen Sindikasi) Suksesi Agen Sindikasi (sebagai Facility Agen Fasilitas) dalam menjaga harmonisasi dua sisi dan berhasil menjembatani masalah breach Financial Ratio antara sisi bisnis dalam menjaga relationship dengan PT EI dan sisi kredit dalam menjaga relationship dengan perbankan dan memaintence risiko kredit adalah sebagai berikut : 1. Bank peserta Fasilitas Sindikasi akhirnya memberikan persetujuan untuk memberikan waiver terhadap breach covenant yang terjadi. (walaupun beberapa bank memberikan persetujuan dengan persyaratan tertentu). Dimana waiver diberikan untuk breach seluruh financial ratio dari periode Juni 2007 s/d Januari 2008. 2. Bank peserta Fasilitas Sindikasi memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada PT EI untuk memperbaiki kinerja keuangannya kedepannya. Karena walaupun breach financial ratio ini terjadi karena ada pengaruh yang besar dari faktor eksternal seperti kenaikan harga bahan baku namun hal tersebut tidak tetap tidak bisa dijadikan alasan murni sepenuhnya penyebab terjadi breach financial covenant. Apalagi
65
perusahaan ini adalah anak perusahaan dari salah satu perusahaan produksi baja yang sudah dikenal luas di dunia sebagai produsen baja yang berpengalaman. Oleh karena itu Bank Sindikasi “mendesak” PT. EI untuk melakukan mempercantik kinerja keuangannya yang tertera di laporan keuangan triwulanan PT. EI. 3. Dikarenakan masa breach covenant masih didalam jangka waktu availability period Fasilitas Sindikasi PT EI, maka setiap drawdown baru akan melalui proses yang lebih panjang karena setiap bank akan melakukan proses waiver terlebih dahulu sebelum dapat memberikan persetujuan untuk tiap Drawdown Fasilitas Sindikasi. 4. Keputusan Sindikasi menginginkan untuk tetap menjaga hubungan baik dengan PT EI, oleh karena itu Agen Fasilitas mendukung hal ini dan hal ini terlihat dari tindakan good relationship dari PT EI yang melakukan pembayaran Agency Fee tepat pada waktunya (pada anniversary date perjanjian kredit yakni tgl 31 Mei 2008). Dimana pada saat itu PT EI telah melewati masa “dibawah tekanan” para Bank peserta Fasilitas Sindikasi. 5. Selain hal diatas, bukti suksesi Agen terlihat dari Agen tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan update dokumen kurang dari PT EI yang disyaratkan pada Perjanjian Kredit Fasilitas Sindikasi. Dikarenakan Agen berhasil dalam memaintence good customer relationship dengan debitur.
Item
as of Mar'07
as of Jun'07
as of Sept'07
as of Des'07
as of Jan'08
as of Mar'08
Total Current Asset
58.067
58.313
70.216
78.280
71.012
65.886
Total Current Liabilities
59.637
54.824
64.566
71.379
62.633
68.392
Total Liabilitiies
86.887
86.966
99.829
107.832
99.086
100.353
Shareholders' Loan
5.810
5.810
5.810
5.810
5.810
5.810
Equity
72.011
72.953
71.179
71.518
72.719
73.411
Accumulated Depreciation
45.436
47.024
48.580
50.151
50.675
51.597
Income from Operation
2.519
2.499
4.089
5.712
9.103
EBITDA Interest Payment (incl. Pre-financing loan) Principal Payment (incl. Pre-financing loan) Principal Payment (excl. Prefinancing loan)
4.107
5.643
8.804
10.951
15.264
1.427
2.780
4.148
4.267
5.581
2.612
3.687
5.012
5.287
5.837
525
1.600
2.925
3.200
3.750
Ratio
Financial Covenant
as of Jun'07
as of Sept'07
as of Des'07
as of Jan'08
as of Jan'08
Current Ratio Debt Service Coverage Ratio (incl. Pre-financing loan) Debt Service Coverage Ratio (excl. Pre-financing loan)
Min 1.1 x
1,1
x
1,1
x
1,1
x
1,1
x
1,0
x
Min 1.25 x
1,02
x
0,87
x
0,96
x
1,15
x
1,34
x
Min 1.25 x
2,10
x
1,29
x
1,24
x
1,47
x
1,64
x
Debt Equity Ratio
Max 2.0 x
1,1
x
1,3
x
1,4
x
1,3
x
1,3
x
Interest Service Coverage Ratio
Min 2.5 x
2,9
x
2,0
x
2,1
x
2,6
x
2,7
x
Tabel 4.2.a Tabel Perhitungan Ratio